Upload
nurul-ramadhanty
View
36
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
CLINICAL SCIENCE SESSION
ATEROSKLEROSIS
Oleh :
Ananthakrishnan
Syed Anwar
Nurul Ramadhanty
Indra Hadikrishna
Preseptor : Prof. H. Hendro S. Yuwono, dr. Ph.D. SpB-(K)V
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
BAGIAN BEDAH VASKULAR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2013
ATEROSKLEROSIS
1. Definisi
Pengertian mengenai aterosklerosis mulai berkembang setelah adanya hipotesis response
to injury dan hipotesis kelainan lipid. Aterosklerosis adalah perubahan dinding arteri yang
ditandai adanya akumulasi lipid ekstra sel, rekrutmen dan akumulasi lekosit, pembentukan sel
busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit matrik ekstra sel (misalnya: kolagen, kalsium),
akibat pemicuan multifaktor berbagai patogenesis yang bersifat kronik progresif, fokal atau
difus, bermanifestasi akut maupun kronis, serta menimbulkan penebalan dan kekakuan arteri. 1,2
Aterosklerosis dapat menyebabkan iskemia dan infark jantung, stroke,hipertensi
renovaskular dan penyakit oklusi tungkai bawah tergantung pembuluh darah yang terkena.
Lesi ateroma yang mengenai arteri renalis dapat menyebabkan hipertensi renovaskular sekitar
60-70 % yang biasanya terjadi 2 cm proksimal arteri renalis termasuk aorta tetapi dapat juga
mengenai arteri renalis bagian distal dan cabang-cabangnya.3
Aterosklerosis terutama menyerang pembuluh arteri yang berukuran besar (elastic artery:
aorta, A. Carotis, A. Iliaca) dan arteri tipe muskular (A.Coronaria dan A. Poplitea). Penyakit
ini dimulai dari sejak kanak-kanak, tetapi biadsanya gejalanya baru muncul di atas usia 50-
an.4
Dalam proses aterosklerosis terbentuk penebalan tunika intima dan penumpukan lemak di
dalamnya sehingga menghasilkan endapan yang disebut plak ateroma. Plak tersebut
berintikan lemak yang terdiri dari kolesterol dan kolesterol ester. Plak ateroma tersebut paling
sering dijumpai pada aorta abdominalis, A.Koronaria. A.Poplitea, Aorta torakalis, A.Carotis
Interna dan sirkulus Wilisi. Ateroma yang terbentuk akan melemahkan tunika intima, dan
akibatnya akan menimbulkan bermacam-macam komplikasi seperti penyempitan (stenosis),
penyumbatan (oklusi atau obstruksi), dan pelebaran (anerisma).4
Gambar 1. A. Arteri normal dan B. Arteri yang mengalami penyempitan oleh plak.5 Sumber:
NHLBI.niv.gov
2. Patogenesis
Menurut hipotesis response to injury , aliran darah dapat menyebabkan denudasi endotel
pada tempat tertentu. Dengan adanya faktor-faktor sistemik lain misalnya dislipidemia,
hipertensi, merokok, hiperglikemi akan menyebabkan kaskade aterosklerosis. Hipotesis ini
menyatakan bahwa kerusakan sel endotel merupakan awal terjadinya aterosklerosis. Saat ini
diketahui bahwa bukan denudasi endotel melainkan disfungsi endotel yang merupakan salah
satu manifestasi dini aterosklerosis. Disfungsi endotel disebabkan oleh faktor-faktor risiko
tradisional seperti dislipidemia, hipertensi, DM dan merokok dan faktor-faktor risiko lain
misalnya homosistein dan hemostatik.6
Disfungsi endotel dapat terjadi secara lokal dan akut dengan perubahan kronik yang
menyebabkan peninggian permeabilitas plasma lipoprotein, pengurangan bioavibilitas Nitric
Oxide (NO), hiperadesi lekosit, gangguan keseimbangan zat vasoaktif, zat perangsang dan
penghambat pertumbuhan, zat pro dan antitrombotik. Hal ini merupakan permulaan proses
proliferatif pada dinding arteria yang akan berkembang menjadi plak aterosklerotik.
Disfungsi endotel merupakan proses awal yang menyebabkan penetrasi lipid dan sel
inflamasi (monosit dan limfosit T). Sekresi kemokin dan faktor pertumbuhan, yaitu di
antaranya platelet derived growth factor (PDGF), menyebabkan sel otot polos migrasi ke
tunika intima dan berproliferasi. Sel otot polos juga memproduksi jaringan ikat kolagen dan
elastin bersama membentuk kapsula dari plak aterosklerotik. Pengendalian faktor risiko akan
memperbaiki fungsi endotel.6
Pada hipotesis lipid yang dianggap sebagai pemicu aterosklerosis adalah dislipidemia
terutama kolesterol LDL yang menembus endotel dan mengalami proses modifikasi menjadi
LDL oksidasi. LDL-oks bersifat kemoaktraktan untuk monosit dan sel otot polos. Monosit
akan menempel dan migrasi ke subendotel kemudian berubah menjadi makrofag yang
memfagosit LDL-oks dan menjadi sel busa (foam cell) yang merupakan awal aterosklerosis.6
Akumulasi lipid subendotel yang disebut fatty streak yang terdiri dari makrofag dan
limfosit T. Hiperkolesterolemia terutama peningkatan kolesterol LDL akan menyebabkan
peningkatan permeabilitas endotel, meningkatkan perpindahan dan retensi intimal
lipoprotein. Mula-mula LDL akan dioksidasi dan merangsang sel vaskuler lokal untuk
menghasilkan kemokin yang akan merekrut monosit , sitokin yang menyebabkan adesi
monosit dan limfosit T. Monosit akan berubah menjadi makrofag oleh pengaruh macrofag
colony stimulating faktor (MCSF) yang disekresi sel endotel dan sel otot polos. Monosit dan
makrofag lebih lanjut merangsang peroksidasi LDL. Makrofag menangkap LDL-oks melalui
scavenger receptor (SR) yang tak mengenal down regulation dan berubah menjadi sel busa
yang nantinya akan membentuk fatty streak.7
Proses inflamasi juga berperan penting pada proses aterosklerosis dan bahkan sudah
terjadi sejak awal sampai terjadinya ruptur plak aterosklerosis. Berbagai faktor risiko seperti
hipertensi, DM, dislipidemia menyebabkan peningkatan produksi ROS oleh endotel, sel otot
polos dan sel adventisia. Pada perkembangannya lesi aterosklerosis mengandung semua
respon seluler yang merupakan suatu “ inflamatory-fibroproliferative response to injury”,
adanya inflamasi yang diikuti oleh proses reparasi di dinding arteri.6
3. Faktor Resiko
Identifikasi terhadap penyebab yang dihubungkan dengan faktor risiko terutama faktor
yang bisa dicegah atau dapat reversibel, hal ini penting untuk pencegahan primer dan
sekunder. Faktor resiko aterosklerosis dikatagorikan menjadi dua yaitu faktor resiko yang
dapat dimodifikasi dengan perubahan gaya hidup atau pengobatan meliputi: hiperlipidemia,
DM, hipertensi, infeksi, abnormalitas homosistein, abnormalitas hemostatik, obesitas dan
merokok, sedangkan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, yaitu umur, jenis kelamin,
pleomorfisme genetik dan ras.6
3.1. Umur
Aterosklerosis merupakan penyakit yang mengikuti pertambahan umur dan seluruh
faktor-faktor yang menyertainya, umur mempunyai hubungan yang kuat. Fatty streak muncul
di aorta pada akhir dekade awal umur seseorang dan terdapat progresi pengerasan dari
aterosklerosis pada sebagian besar arteri dengan bertambahnya umur.
Sehubungan dengan konsep terkini patogenesis aterosklerosis, terdapat respon inflamasi
fibroproliferatif terhadap suatu injury dalam proses degeneratif yang berhubungan dengan
usia.6
3.2. Jenis Kelamin
Penyakit aterosklerotik secara umum sedikit terjadi pada perempuan, namun perbedaan
tersebut menjadi sedikit menonjol pada dekade akhir terutama masa menopause. Hal ini
dimungkinkan karena hormon esterogen bersifat sebagai pelindung. Terdapat beberapa teori
yang menerangkan perbedaan metabolisme lemak pada laki-laki dan perempuan seperti
tingginya kadar kolesterol HDL dan besarnya aktifitas lipoprotein lipase pada perempuan,
namun sejauh ini belum terdapat jawaban yang pasti.
3.3. Ras
Terdapat perbedaan geografi dalam insiden penyakit jantung koroner. Sejumlah
penelitian post-mortem menunjukkan adanya perbedaan keterlibatan intima dengan
aterosklerosis pada populasi berbeda.
3.4. Polimorfisme Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk terjadinya penyakit
aterosklerosis. Alasan utama bahwa aterosklerosis merupakan penyakit komplek dengan
faktor genetik dan lingkungan terlibat sebagai etiologi.
3.5. Abnormalitas Homosistein
Pasien dengan peningkatan homosistein plasma mengalami percepatan aterosklerosis
dengan infark miokard pada usia muda. Pasien dengan peningkatan ringan homosistein tanpa
defek yang nyata pada metabolisme homosistein memiliki peningkatan risiko terjadinya
aterosklerosis koroner, serebral dan arteri perifer.6
3.6. Abnormalitas Hemostatik
Peningkatan beberapa faktor hemostatik berhubungan dengan meningkatnya risiko
penyakit aterosklerosis. Peningkatan fibrinogen berhubungan dengan
meningkatnya risiko penyakit jantung koroner, penyakit arteri karotis, stroke
dan penyakit arteri perifer. Fibrinogen merupakan acute-phase reactant seperti C-
reactive protein (CRP), yang juga merupakan faktor risiko penyakit
aterosklerotik, meningkatnya acute-phase reactant menggambarkan adanya
preexisting namun tanpa gejala inflamasi dari penyakit aterosklerotik. Pada
beberapa penelitian aktivitas faktor VII dan faktor XII pun disinyalir berisiko
juga.
3.7. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar satu atau lebih
lipid atau lipoprotein plasma.4
Hiperlipidemia menimbulkan aterogenesis melalui mekanisme sebagai berikut:4
1. Hiperlipidemia kronis, terutama hiperkoleterolemia, langsung merusak fungsi sel
endotel melalui peningkatan produksi radikal bebas oksigen yang akan menekan
aktivasi NO (Nictric Oxide – merupakan zat endotelial relaxing factor yang
menyebabkan vasodilatasi arteri).
2. Pada hiperlipidemia kronis akan terjadi penumpukan (akumulasi) lipoprotein di dalam
tunika intima pada tempat dimana terdapat peninggian permeabilitas endotel.
3. Perubaan kimia dari lemak (di bawah pengaruh radikal bebas yang dihasilkan oleh
makrofag dan sel endotel pada dinding arteri) akan menghasilkan oxidized LDL.
Makrofag (melalui scavenger receptor) akan menerima oxidized LDL untuk
membentuk foam cell. Oxidized LDL menyebabkan akumulasi monosit di dalam lesi
tunika intima, merangsang pelepasan growth factor dan sitokim, dan beracun terhadap
sel endotel dan sel otot polos.
3.8. Merokok
Risiko penyakit jantung iskemik meningkat 3-5x lipat pada laki-laki usia dekade 5 yang
merokok. Mekanisme yang mungkin menyebabkan meningkatnya aterosklerosis adalah
injury endotel secara langsung akibat agen pada rokok (karbon monoksid dan nikotin) yang
menyebabkan timbulnya bleb pada permukaan lumen, formasi mikrofili dan lepasnya sel
endotel (endotel damage), peningkatan adhesi dan agregasi trombosit, meningkatnya kadar
fibrinogen dan C-reactive protein dan menginduksi sitokin proinflamasi.8,30 Disamping itu,
merokok juga meningkatkan level produk oksidasi termasuk LDL-Oks dan menurunkan
kolesterol HDL.6
3.9.Hipertensi
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner dua kali lipat pada pasien hipertensi.
Hipertensi kurang menunjukkan risiko penyakit jantung iskemik pada populasi risiko rendah
seperti pada negara berkembang, dimana hipertensi berhubungan dengan stroke hemoragik
dan gagal ginjal. Penyebab kerusakan vaskular dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ atau karena efek tidak langsung antara lain adanya angiotensin II,
stres oksidatif, dan ekspresi ROS yang berlebihan.6
3.10.Diabetes Melitus
Mekanisme yang mungkin adalah berhubungan dengan abnormalitas metabolisme lipid
yang dapat meningkatkan aterogenesis, dan advanced glycation endproducts (AGE) yang
menggambarkan metabolisme abnormal pada DM yang berdampak pada injuri endotelium.
3.11.Obesitas
Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas sentral dan
faktor resiko penyakit kardiovaskuler yang tergolong dalam sindroma metabolik yaitu
diabetes mellitus tipe 2, toleransi glukosa terganggu, hipertensi dan dislipidemia. Penurunan
berat badan dengan diet, olahraga dan obat dapat memperbaiki profil lipid dan kendali
glikemi yang lebih baik.6
4.Screening dan Diagnosis
Anamnesis.
Pemeriksaan Fisik.
Ditemukan tanda-tanda dari penyempitan, perluasan atau pengerasan arteri selama
pemeriksaaan fisik. Termasuk di dalamnya:
o Kelemahan atau ketidakadaanya denyut di bawah daerah penyempitan arteri.
o Suara bising di seluruh arteri yang dapat terdengar dengan menggunakan
stetoskop
o Penurunan tekanan darah pada salah satu ekstrimitas yang terkena pengaruh.
Tes penunjang:
o Tes darah.
Mengetahui peningkatan level kolesterol, homocysteine atau gula darah
(glukosa), yang juga merupakan faktor resiko untuk penyakit ini.
o Ankle-Brachial Index (ABI).
Dengan menggunakan manset untuk mengukur tekan darah dan alat ultrasound
khusus yang digunakan untuk menetukan nilai dan aliran darah (Doppler
Ultrasound). Dokter dapat mengukur tekanan darah pasien pada lengan dan kaki
pasien menunjukkan penyakit arteri perifer, yang mana biasanya disebabkan
aterosklerosis.
o Electrocardiogram (ECG)
o Chest X-rays, ultrasound, computerized tomography (CT) scana dan magnetic
resonance imaging (MRI) untuk memeriksa arteri pasien, apakah di arteri terdapat
sumbatan dan berapa banyak sumbatan yang menutup arteri.
o Doppler Ultrasound
Alat ini digunakan untuk mengamati seluruh arteri di dalam tubuh dan
menentukan tekanan darah pada angka yang bervariasi pada lengan dan kaki.
Pemeriksaan ini dapat menolong untuk menentukan jumlah sumbatan dan
kecepatan aliran darah pada arteri.
o MUGA / radionuclide angiograpy
Nuclear scan untuk melihat bagaimana dinding jantung bergerak dan berapa
banyak darah yang di paksa keluar setiap ketukan jantung (heartbeat), ketika
pasien dalam keadaan istirahat.
o Thallium / myocardial perfusionscan
Pengamatan nuclear yang diberikan ketika pasien dalam keadaan istirahat atau
setelah latihan yang dapat mengungkap daerah dari otot jantung yang tidak cukup
mendapatkan suplai darah.
5.Penatalaksanaan
Penanganan yang spesifik ditentukan berdasarkan:
Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.
Perluasan dari penyakit tersebut
Daerah yang mengalami sumbatan
Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien
Riwayat kesehatann dan pengobatanan seseorang terkait dengan sensivitasnya
terhadap terapi dan prosedur pengobatan yang pernah dialami
Pencegahan dan pengobatan dari pengendalian aterosklerosis dari faktor resiko yang
telah diketahui untuk penyakit tersebut. Di dalamnya termasuk pengobatan untuk hipertensi,
hyperlipidemia, DM, dan kebiasaan merokok. Perubahan gaya hidup juga dapat
meningkatkan kerja pembuluh arteri.
Penatalaksanaan farmakologi mencakup:
o Obat penurun-kolesterol
o Pengobatan anti-platelet. Aspirin merupakan salah satu contoh dari tipe obat ini –
digunakan untuk mengurangi kemungkinan penggumpalan darah pada aterosklerosis,
terbentuknya bekuan darah, dan terjadinya sumbatan pada pembuluh darah.
o Antikoagulan, seperti Heparin atau Warfarin ( Komadin
o Vasodilatasi otot pembuluh darah. Vasodilator seperti Prostaglandin, dapat mencegah
penebalan otot pada dinding arteri dan menghentikan penyempitan arteri.
o Pengobatan lainnya.
Dapat disarankan beberapa pengobatan untuk mengontrol faktor resiko, seperti diabetes,
tekanan darah tinggi dan level homocysteine yang tinggi. Dapat juga disarankan obat
spesifik untuk gejala tertentu, seperti claudicasi yang intermittent.
Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan
jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna,
mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya
Angioplasty
Embolectomy
Endarterectomy.
Pembedahan pembuluh darah (bypass).
Thrombolytic.
6. Pencegahan
Mengontrol faktor resiko melalui pengubahan pola hidup dapat mencegah atau
memperlambat kemajuan dari penyakit ini diantaranya:
Olah raga yang tepat dapat mengkondisikan otot untuk menggunakan oksigen secara
efisien. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan sirkulasi dan perkembangan dari
pembuluh darah kolateral – pembuluh darah yang baru terbentuk secara alami (natural
bypass) diantara obstruksi, untuk suplai darah agar dapat mencapai daerah-daerah perifer
seperti lengan dan kaki.
Berhenti merokok. Merokok memberikan kontribusi dan kerusakan dari arteri. Berhenti
merokok adalah hal yang paling terpenting yang dapat mengurangi kemajuan dari
sumbatan dan mengurangi resiko terhadap komplikasi.
Asupan makanan sehat untuk mempertahankan berat ideal. Diet sehat untuk jantung dapat
menolong mengontrol berat badan, tekanan darah dan tingkat kolesterol.
Mengurangi stres dalam kehidupan atau belajar bagaimana mengendalikannya.
Menjaga kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes dibawah kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
1. Libby, P.TheVascular Biologi of Aterosclerosis. 2003.
http:// www. Harcourthhealth.com /SIMON/Braunwald/chapter30.pdf
2. Sloop GD, Kevin JW, Tabas I, Peter LW , Martin RB. Atherosclerosis an inflamatory
disease. The New England Journal of Medicine ;1999: 340 (24):1928-29
3. Vaughan ED, Sosa RE . Renovascular hipertension and other Renal Vascular Disease
in Campbell’s Urology , 7th edition, Editor by Walsh P.C et.al, W.B Saunders Co.
USA; 1998 : 423- 59
4. Yuwono, Hendro. Ilmu Bedah Vaskuler: Sains dan Pengalaman Praktis. Refika
Aditama. Bandung. 2010:138-139
5. What is atherosclerosis? NHLBI.
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/atherosclerosis/
6. Mughni, Abdul. Pengaruh Puasa Ramadhan Terhadap Faktor-Faktor Risiko
Aterosklerosis. Studi Pada Profil Lipid, Gula Darah, Tekanan Darah dan Berat Badan.
2007.
7. Libby P, Deanfield JE . Targeting global risk in the management of aterosklerosis and
vasculer disease. CME Monograph, 2001.