5
AUDIT KEHILANGAN AIR Pendahuluan Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk kelangsun umat manusia. Kebutuhan air bersih untuk daerah perktaan merupakan salah satu tugas yang diberikan leh Ketersediaan air bersih semakin hari semakin berkurang yang terutama diakib eksplrasi air tanah yang berlebihan# banyaknya sampah dan bahan plutan lainnya yang men$ dan pesatnya pembangunan suatu daerah yang penataan ktanya kurang memperhatikan permasala dampak lingkungannya. %alah satu ke!a"iban pemerintah daerah kepada masyarakat yang membut air bersih adalah memberikan pelayanan penyediaan air bersih# biasanya berbentuk &erusahaa Air 'inum (&DA'). Dalam upaya penyediaan air bersih ini &DA' dapat beker"a sen beker"asama dengan perusahaan lain. Ada dua permasalahan utama yang dihadapi leh &DA' yaitu ketersediaan air baku memenuhi baku mutu air dan besarnya prsi air yang tidak bisa menghasilkan pendapat revenue water *NR+). &ertama# ketersediaan air baku merupakan suatu prses mulai dari tersedianya sumber air baku (dhi. !aduk# situ# dan sungai) yang memenuhi standar ai untuk air minum yang dialirkan melalui pipa atau saluran terbuka menu"u Instalasi & Air (I&A). %tandar kualitas air (baku) terbagi dalam , (empat) kelas seperti yang t dalam Kep'en LH N. -- Tahun /001# tentang &edman &enentuan %tatus 'utu Air# yait Kelas A 2 baik sekali# 3 memenuhi baku mutu Kelas 4 2 baik# 3 $emar ringan Kelas 5 2 sedang# 3 $emar sedang Kelas D 2 buruk# 3 $emar berat %edangkan menurut %K Gubernur DKI 6akarta N. 7/ Tahun -88 tentang &enetapan &eruntukan Dan 4aku 'utu Air %ungai*4adan Air %erta 4aku 'utu Limbah 5air di +ilaya Daerah Khusus Ibukta 6akarta# peruntukan air sungai*badan air di Daerah 6akarta ditetapkan menurut glngan air sebagai berikut2 Glngan A 2air yang dapat digunakan sebagai air minum se$ara langsung tanp penglahan terlebih dahulu. Glngan 4 2 air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Glngan 5 2 air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan petern

Audit Kehilangan Air

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Audit Kehilangan Air

Citation preview

AUDIT KEHILANGAN AIR

PendahuluanAir bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup umat manusia. Kebutuhan air bersih untuk daerah perkotaan merupakan salah satu tugas yang wajib diberikan oleh Ketersediaan air bersih semakin hari semakin berkurang yang terutama diakibatkan adanya eksplorasi air tanah yang berlebihan, banyaknya sampah dan bahan polutan lainnya yang mencemari air, dan pesatnya pembangunan suatu daerah yang penataan kotanya kurang memperhatikan permasalahan dampak lingkungannya. Salah satu kewajiban pemerintah daerah kepada masyarakat yang membutuhkan air bersih adalah memberikan pelayanan penyediaan air bersih, biasanya berbentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Dalam upaya penyediaan air bersih ini PDAM dapat bekerja sendiri maupun bekerjasama dengan perusahaan lain.Ada dua permasalahan utama yang dihadapi oleh PDAM yaitu ketersediaan air baku yang memenuhi baku mutu air dan besarnya porsi air yang tidak bisa menghasilkan pendapatan (non revenue water/NRW). Pertama, ketersediaan air baku merupakan suatu proses mulai dari tersedianya sumber air baku (dhi. waduk, situ, dan sungai) yang memenuhi standar air baku untuk air minum yang dialirkan melalui pipa atau saluran terbuka menuju Instalasi Pengolahan Air (IPA). Standar kualitas air (baku) terbagi dalam 4 (empat) kelas seperti yang tercantum dalam KepMen LH No. 115 Tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, yaitu: Kelas A : baik sekali, memenuhi baku mutu Kelas B : baik, cemar ringan Kelas C : sedang, cemar sedang Kelas D : buruk, cemar beratSedangkan menurut SK Gubernur DKI Jakarta No.582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan Dan Baku Mutu Air Sungai/Badan Air Serta Baku Mutu Limbah Cair di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, peruntukan air sungai/badan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan menurut golongan air sebagai berikut: Golongan A:air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. Golongan B : air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. Golongan C: air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. Golongan D: air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri pembangkit listrik tenaga air.Dari pembagian kelas air diatas, sebagai contoh; untuk desain IPA milik PAM Jaya mampu mengolah air baku yang termasuk dalam golongan kelas dua dengan cara penambahan proses kimiawi untuk dijadikan air minum. Selama ini pendistribusian air baku dari Waduk Jatiluhur melalui saluran terbuka (Sungai Kali Malang) yang dikelola oleh Perum Perusahaan Jasa Tirta (yang berada dibawah Departemen Pekerjaan Umum) sehingga kualitas air baku menjadi tidak terjamin. Permasalahan ini perlu dicarikan solusi yang memerlukan kerjasama dengan pemerintah pusat. Kedua, pengertian NRW merupakan tingkat kehilangan air (water losses) ditambah tingkat konsumsi yang sah yang tidak ditagih. Sedangkan kehilangan air terdiri dari kebocoran baik secara fisik maupun komersial yang terjadi di jaringn distribusi. Tingkat penurunan NRW merupakan tingakat penurunan kehilangan air baik fisik maupun komersial di jaringan distribusi. baik fisik maupun komersial di jaringan distribusi ditambah dengan tingkat konsumsi resmi yang tidak ditagihkan. Hal ini dapat dilihat dari Neraca Air (Water Balance) dibawah ini:

Penurunan NRW ini merupakan tantangan yang tidak mudah untuk diatasi terutama di daerah metropolitan seperti Jakarta karena bukan hanya permasalahan teknis tetapi juga mengakibatkan permasalahan yang lebih luas dan kompleks yang akan menjadi suatu lingkaran setan (vicious circle). Lingkaran setan terkait dengan permasalahan teknis untuk menurunkan NRW adalah perlunya investasi yang cukup besar untuk mengatasi mengganti jaringan distribusi yang mengalami kebocoran fisik. Apabila tidak tersedia dana yang cukup untuk investasi tersebut maka kebocoran air yang tidak teratasi akan mengkibatkan tidak terlayaninya masyarakat baik secara kuantitas dan kualitas, yang kemudian akan menurunkan pendapatan bagi PDAM, dan pada akhirnya tidak ada solusi untuk penurunan NRW tersebut. Untuk mengatasi hal ini, penurunan kehilangan komersial merupakan langkah awal untuk mengatasi hal tersebut karena kebutuhan investasinya lebih kecil dibandingkan dengan penurunan kehilangan fisik. Di negara berkembang, dengan masih tingginya kehilangan komersial diharapkan penurunan kehilangan komersial akan sangat signifikan mendorong penurunan kehilangan air secara total seperti dapat dilihat dalam table dibawah ini: Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah populasi yang harus dilayani adalah 837,2 juta orang dengan system input sebanyak 250 liter/kapita/hari, tingkat NRW rata-rata sebesar 35% dengan rasio kehilangan fisik dan komersial adalah 60/40 atau 16,1/10,6 milyar m3/th.Selain itu, peningkatan jaringan baru yang diharapkan untuk meningkatkan pendapatan tidak akan efektif bila tingkat kebocoran masih tinggi. Diperlukan strategi yang tepat dalam pengembangan jaringan baru yaitu diutamakan untuk mengoptimalkan penjualan penghematan air dengan disertai analisa cost benefit. Apabila peningkatan jaringan dilakukan dengan asal-asalan maka biaya yang dapat dialokasikan untuk menurunkan NRW akan berkurang sebesar investasi pada jaringan baru tersebut dikurangi dengan air yang dapat dijual pada jaringan baru tersebut. Upaya pengendalian kehilangan air secara fisik maupun komersial akan berjalan efektif antara lain dengan cara:1. Deteksi kebocoran air secara aktif menggunakan gas hidrogen dan alat pendeteksi suara kebocoran,2. Pembentukan system Distrik Meter Air (DMA) atau Permanent Area (PA) yang dilengkapi Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) System, Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Systems (GIS) dan permodelan hidrolik.3. Pengelolaan tekanan (pressure management),4. Pengaplikasikan teknologi pembacaan meter otomatis untuk mengatasi ketidakakuratan pembacaan meter dan penanganan kesalahan meter air, 5. Analisa data/informasi terkait tingkat konsumsi air pelanggan bukan hanya sebagai dasar untuk penagihan dan pengumpulan pendapatan tetapi dapat digunakan untuk menganalisa karakteristik pelanggan dan untuk pengelolaan permintaan air melalui pengelolaan tekanan, dan6. Penegakan hukum yang tegas untuk mengatasi pencurian air.Selain itu, data dan informasi yang terkumpul dengan menggunakan upaya-upaya diatas dapat digunakan untuk menyusun suatu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi lebih dalam terhadap pola kehilangan air yang terjadi dengan menggunakan beberapa metode pendekatan analisa perhitungan seperti Infrastucture Leakage Indeks (ILI), Economic Leakage Level (ELL), dan Water Loss Audit. ILI merupakan index yang dihitung dari Current Annual Real Loss (CARL) dengan Unavoidable Annual Real Loss (UARL). CARL dipengaruhi oleh manajemen tekanan, kecepatan & kualitas perbaikan, kontrol kebocoran aktif, dan manajemen asset dan perpipaan (dhi. seleksi, instlasi, perawatan, penggantian dan perbaikan). Metode ini yang banyak dipakai untuk saat ini. Semakin kecil rasio ini berarti kinerjanya semakin bagus. Sedangkan ELL merupakan tingkat optimum kehilangan fisik didasarkan pada input engineering. Sedangkan Water Loss Audit akan dibahas di bagian selanjutnya.

Audit Kehilangan AirMakalah ini akan menyajikan lembar kerja metode audit kehilangan air yang dikembangkan oleh the Texas Water Development Board (TWDB) yang dimuat dalam jurnal yang berjudul Water Loss Audit Manual for Texas Utilities. Metode ini merupakan penggabungan antara audit air dengan pendekatan top down dengan pendekatan bottom up yang lebih efisien dan komprehensif. Metode top down merupakan metode pengumpulan data/informasi tentang konsumsi dan kebocoran air sedangkan metode bottom up dapat mengetahui kehilangan yang terjadi secara lebih tepat sehingga tingkat validitas keakuratan pada audit air menjadi lebih baik yang mengarah ke upaya-upaya strategis dalam mengontrol kehilangan air.Metode ini menggunakan ukuran dari metode audit International Water Association (IWA) dan American Water Works Association (AWWA) (yang kemudian sebagai acuan dalam Metode Audit Kehilangan Air) yaitu sistem volume input, konsumsi yang sah, kehilangan riil dan kehilangan apparent sebagai indikator kinerjanya. Dalam prakteknya, keberhasilan penggunaan metode ini adalah memonitor dan mengkontrol air dan kehilangan pendapatan. Kertas kerja audit air ini dapat dilihat dalam lampiran 1 makalah ini.Pendekatan standar dalam melakukan audit atas kehilangan air ini menyediakan bagi penyedia air dengan sarana yang dapat diandalkan untuk menganalisis kinerja atas kehilangan air mereka. Dengan mengurangi kehilangan air, penyedia air dapat meningkatkan efisiensi mereka, meningkatkan status keuangan mereka, mengurangi kebutuhan mereka akan sumber air tambahan, dan membantu secara berkesinambungan atas ketersediaan air dalam jangka panjang.

KesimpulanPenurunan tingkat kebocoran tersebut diharapkan dapat menghasilkan penghematan air (water saving) dan dapat mengalirkan penghematan air tersebut ke konsumen yang jauh dari IPA yang selama ini masih menjadi pelanggan nol dan agar dapat meningkatkan pendapatan yang signifikan. Keberhasilan dalam upaya mengatasi kebocoran air ini akan terjadi secara berkesinambungan apabila:1. Awearness dan komitmen yang kuat dari top management/pengambil keputusan tertinggi;2. Tersedianya pendanaan, training, dan teknologi yang tepat guna;3. Tersedianya aturan dan perangkat hukum yang tegas dan jelas;4. Tersedianya sistem pengawasan dan evaluasi secara terus menerus yang hasilnya dapat diperbandingkan (benchmark).