14
MAKALAH TAFSIR AYAT TENTANG SUMBER DAYA EKONOMI Di ajukan untuk tugas mata kuliah Ayat dan Hadits Ekonomi Disusun oleh Ahmad Nur Barkah 1207025010 Nurul Azmy 1407025102 Nur Alfiah 1407025097 Dosen Pembimbing Lisfa Sentosa, M.A

Ayat Hadis Oma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hadis ekonomi

Citation preview

Page 1: Ayat Hadis Oma

MAKALAH

TAFSIR AYAT TENTANG SUMBER DAYA EKONOMI

Di ajukan untuk tugas mata kuliah Ayat dan Hadits Ekonomi

Disusun oleh

Ahmad Nur Barkah 1207025010

Nurul Azmy 1407025102

Nur Alfiah 1407025097

Dosen Pembimbing

Lisfa Sentosa, M.A

Page 2: Ayat Hadis Oma

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini masih terdapat anggapan bahwa Islam menghambat kemajuan. Beberapa

kalangan mencurigai Islam sebagai faktor pembangunan (an obstacle to economic growth).

Pandangan ini berasal dari para pemikir barat.1 Kesimpulan yang agak tergesa-gesa ini

hampir dipastikan timbul karena kesalahpahaman terhadap Islam.2

Manusia adalah khalifah di muka bumi. Islam memandang bahwa bumi dengan segala

isinya merupakan amanah Allah kepada sang khalifah agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi

kesejahteraan bersama. Sedangkan realita yang ada pada saat ini manusia seringkali ingkar

akan tanggung jawabnya sebagai khalifah yang sebagai mestinya, dan justru merusaknya.

Secara umum, tugas kekhalifahan manusia adalah tugas mewujudkan kemakmuran

dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan. Serta tugas pengabdian dan ibadah dalam arti

luas. Untuk menunaikan tugas tersebut, Allah SWT memberi manusia dua anugrah nikmat

utama, yaitu sistem kehidupan dan sarana kehidupan. Sumber daya ekonomi merupakan

bagian penting dari dua anugrah tersebut.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah

Tafsir Ayat dan Hadits Ekonomi Islam yang dibimbing oleh ibu Lisfa Sentosa M.A. selaku

dosen mata kuliah ini. Selain itu, maksud dan tujuan dari dibuatnya makalah ini juga untuk

bahan referensi dan bacaan untuk teman-teman mahasiswa/i sekalian.

1 Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (London: George Allen & Unwin Ltd.,1976); Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris, Economic Growth and Social Equity in Developing Coutries, (Stanford: Stanford University Press, 1973).2 M. Rodinson, Islam and Capitalism, (London: Allen Lane, 1974)

1

Page 3: Ayat Hadis Oma

BAB II

PEMBAHASAN

A. Surat Ar-Radhu (ayat 4)

Artinya : “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun

anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang,

disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas

sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-

tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”.

Makna Ayat :

Di bumi, terdapat bagian-bagian tanah yang berdekatan dan berdampingan tetapi

berlainan kesuburannya. Ada tanah yang sangat subur untuk ditanami tanaman apa saja, ada

pula tanah yang hanya dapat ditanami pohon-pohon besar saja, tetapi tidak baik ditanami

tanaman palawija atau sebaliknya, dan ada pula tanah yang lunak dan tanah yang keras.

Begitu juga terdapat kebun-kebun anggur, tanaman palawija dan pohon yang bercabang dan

tidak bercabang. Semua itu disiram dengan air yang sama tetapi menghasilkan buah yang

beraneka baik warna dan rasanya. Hal itu semua tercipta hanya dengan kekuasaan Allah SWT

semata agar kita berfikir.

Page 4: Ayat Hadis Oma

B. Surat Al-An’am (ayat 141)

Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak

berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan

delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya

(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik

hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”.

Makna Ayat :

Dengan ayat ini Allah swt. menegaskan bahwa Dialah yang menciptakan kebun-

kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung tanamannya. Dialah yang menciptakan

pohon kurma dan pohon-pohon lain yang berbagai macam buahnya dan beraneka ragam

bentuk warna dan rasanya. Sesungguhnya hal itu menarik perhatian hamba-Nya dan

menjadikannya beriman, bersyukur dan bertakwa kepada-Nya. Dengan pohon kurma saja

mereka telah mendapat berbagai macam manfaat. Mereka dapat memakan buahnya yang

masih segar, yang manis dan gurih rasanya dan dapat pula mengeringkannya sehingga dapat

disiapkan untuk waktu yang lama, dan dapat dibawa ke mana-mana dalam perjalanan dan

tidak perlu dimasak lagi seperti makanan lainnya.

Bijinya dapat dijadikan makanan unta, batangnya, daunnya, pelepahnya dan seratnya

dapat diambil manfaatnya. Kalau dibandingkan dengan pohon-pohon di Indonesia samalah

pohon kurma itu dengan pohon kelapa. Allah membuahkan pula pohon zaitun dan delima.

Page 5: Ayat Hadis Oma

Ada yang serupa bentuk dan rasanya dan ada pula yang berlain-lainan. Allah membolehkan

hamba-Nya menikmati hasilnya dari berbagai macam pohon dan tanaman itu sebagai karunia

daripada-Nya. Maka tidak ada hak sama sekali bagi hamba-Nya untuk mengharamkan apa

yang telah dikaruniakan-Nya. Karena Dialah yang menciptakan, Dialah yang memberi, maka

Dia pulalah yang berhak mengharamkan atau menghalalkan-Nya. Kalau ada di antara hamba-

Nya yang mengharamkan-Nya maka dia telah menganggap dirinya sama dengan Allah dan

orang-orang yang menaatinya mempersekutukan Allah pula dan inilah syirik yang tak dapat

diragukan lagi. Yang dimaksudkan dengan mengharamkan memakan di sini ialah

menjadikannya haram untuk dimakan, bila dimakan tentu berdosa. Adapun melarang

makanan karena dilarang dokter dan membahayakan kesehatan atau karena sebab-sebab lain

yang membahayakan tidaklah termasuk syirik, karena kita diperintahkan Allah untuk

menjauhkan diri dari bahaya.

Kemudian Allah memerintahkan untuk memberikan sebagian dari hasil tanaman di

waktu selesai panen kepada fakir miskin, kaum kerabat dan anak yatim untuk mensyukuri

nikmat Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia itu.

Dari penjelasan di atas dapat di ambil pemahaman bahwa dalam perekonomian atau

dalam hal ini digambarkan melalui pertanian, selain menyisihkan untuk bekal untuk masa

akan datang, umat Islam juga dituntut harus memberikan sebagiannya kepada yang berhak

menerimanya dalam bentuk sedekah atau zakat dari penghasilan tersebut. Dan dari situ akan

tumbuhlah rasa solidaritas yang tinggi di kalangan umat Islam dan akan terciptalah

masyarakat yang harmonis yang saling tolong menolong.

C. Surat An-Nahl (ayat 6-9)

6. Artinya : “Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu

membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat

penggembalaan”.

Makna Ayat :

Page 6: Ayat Hadis Oma

Bahwasanya Allah semata-mata hanya sekedar menciptakan binatang ternak, tetapi

juga memerintahkan kita untuk memeliharanya mulai dari memberi makan dan menggiring

mereka kekandang yang pada akhirnya binatang tersebut akan bermanfaat untuk kita.

7. Artinya : “Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup

sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri.

Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”,

Maka ayat :

Dan Allah menyebutkan manfaat lainnya dari binatang ternak tersebut sebagai

pengangkut barang/ beban yang kita panggul.

8. Artinya : “Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal [820], dan keledai, agar kamu

menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu

tidak mengetahuinya”.

Makna ayat :

Allah menyebutkan beberapa binatang yang dapat bermanfaat bagi manusia yaitu,

kuda, bagal, dan keledai untuk dijadikan kendaraan

[820] Bagal yaitu peranakan kuda dengan keledai.

Page 7: Ayat Hadis Oma

9. Artinya : “Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan

ada yang bengkok. Dan jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya

(kepada jalan yang benar)”.

Makna ayat :

Allah memerintahkan kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan

kepada kita. Allah akan menunjukan jalan yang benar bagi kita yang selalu bersyukur

kepadanya dan sebaliknya bagi yang tidak mensyukuri nikmatya akan menerima ganjaran

berupa jalan yang sesat dan derita.

D. Surat Al-An’am (ayat 12-13)

12. Artinya : “Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi."

Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang [462]. Dia

sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Orang-

orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman”.

Page 8: Ayat Hadis Oma

Makna ayat :

Fenomena terjadinya siang dan malam, matahari dan bulan, apa yang ada dilangit dab

bumi ialah bentuk kekuasaan dan kehendak Allah SWT. Meyakini bahwa itu semua ialah

kehendak Allah merupakan tanda bagi orang2 yang berakal. Begitupun sebaliknya jika kita

meragukannya maka kita termasuk golongan yang tidak beriman.

13. Artinya : “Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang. Dan Dialah

Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Makna ayat :

Allah mengendalikan segala macam yang diciptakan. Baik yang di permukaan bumi

maupun yang di langit, dengan bentuk dan manfaat yang beraneka ragam. Dan semua itu

merupakan tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mengambil pelajaran, yaitu yang

memahami betapa besarnya nikmat yang Allah berikan untuk dipergunakan sesuai dengan

keperluan kita.

Page 9: Ayat Hadis Oma

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Allah SWT menciptakan bumi dan langit termasuk dengan berbagai

keberanekaragaman sumber daya didalamnya tidaklah dapat terhitung jumlahnya. Juga tidak

terbatas manfaat dan kegunaannya. Hal itu semua merupakan nikmat untuk kita pergunakan

dengan sebaik-baiknya dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, termasuk salah satunya

dalam mencukupi kebutuhan hidup kita. Seringkali nikmat yang diberikan oleh Allah SWT

kepada kita, disalahgunakan dan disalah artikan oleh kita manusia yang seringkali berbuat

khilaf. Mulai dengan merusak alam, berperilaku boros, juga mengeruk kekayaan dengan cara

yang bathil. Sikap dan cara kita mensyukuri nikmat Allah-lah yang menjadi takaran

keimanan kita sebagai hambanya yang beriman.

Page 10: Ayat Hadis Oma

DAFTAR PUSTAKA

Max Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism (London: George Allen & Unwin

Ltd.,1976); Irma Adelman dan Cynthia Taft Morris, Economic Growth and Social Equity in

Developing Coutries, (Stanford: Stanford University Press, 1973).

M. Rodinson, Islam and Capitalism, (London: Allen Lane, 1974)