176
PROPOSAL TEKNIS Paket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km) BAB VI PENDEKATAN DAN METODOLOGI Kegiatan Pengawasan Teknik Berkala Jalan Mengwitani - Bts. Kota Denpasar (5,90 KM) ini meliputi dua kegiatan utama, yaitu, kegiatan terpapar berikut. VI.1 KEGIATAN PENGAWASAN LAPANGAN Untuk kegiatan pengawasan teknis, metodologi yang dilakukan sebagaimana telah dipaparkan dalam bab terdahulu, bahwa lingkup Pekerjaan Pengawasan Teknik Berkala Jalan Mengwitani - Bts. Kota Denpasar (5,90 KM) yang akan menjadi objek pengawasan di maksud adalah: BAB VI Pendekatan dan Metodologi VI - 1

Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPENDEKATAN DAN

METODOLOGI

Kegiatan Pengawasan Teknik Berkala Jalan Mengwitani - Bts.

Kota Denpasar (5,90 KM) ini meliputi dua kegiatan utama, yaitu,

kegiatan terpapar berikut.

VI.1 KEGIATAN PENGAWASAN LAPANGAN

Untuk kegiatan pengawasan teknis, metodologi yang

dilakukan sebagaimana telah dipaparkan dalam bab

terdahulu, bahwa lingkup Pekerjaan Pengawasan Teknik

Berkala Jalan Mengwitani - Bts. Kota Denpasar (5,90 KM)

yang akan menjadi objek pengawasan di maksud adalah:

a. Mengadakan pemeriksaan keadaan proyek

serta mengadakan penilaian atas ketepatan rancangan

yang ada untuk disesuaikan dengan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 1

Page 2: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

keadaan/kebutuhan lapangan yang sebenarnya

(rekayasa lapangan).

b. Atas dasar data dan (a) di atas, membuat

suatu program terperinci untuk kepentingan

pemeriksaan/pengambilan data lapangan yang masih

diperlukan (tambahan) dan menangani pengawasan

pelaksanaannya yang dilakukan oleh kontraktor.

c. Memeriksa gambar hasil perencanaan atau

basil survey ulang Kontraktor dan atas dasar gambar

tersebut membuat gambar rencana teknis untuk

diserahkan kepada kontraktor pada waktu yang telah

ditetapkan setelah mendapat persetujuan

Kasatker/Bagian Pelaksana Kegiatan.

d. Memeriksa serta memberikan rekomendasi

atas jadwal pelaksanaan kontraktor atau perubahan-

perubahannya untuk pelaksanaan kontrak, serta setiap

rencana atau program-program serupa yang hams

diajukan oleh kontraktor untuk mendapatkan

persetujuan dan Kasatker/Bagian Pelaksana Kegiatan.

e. Menilai kecukupan pemakaian. antara lain

bahan-bahan dan tenaga kerja yang disediakan oleh

kontraktor. serta cara kerja kontraktor sehubungan

dengan besarnya tingkat kemajuan yang ditargetkan.

dan bila perlu. mengambil tindakan yang tepat untuk

meningkatkan laju pekerjaan.

f. Melaksanakan pengawasan yang efektif

dan terus menerus terhadap pekerjaan yang telah

disetujui untuk dilaksanakan, serta menjamin bahwa

mutu pekerjaan sesuai dengan standard dan spesifikasi

yang ditetapkan dalam kontrak.

g. Memeriksa serta membuat rekomendasi

tertulis terhadap semua permintaan/tuntutan kontraktor

untuk mendapatkan perpanjangan waktu, pembayaran

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 2

Page 3: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

tambahan, pekerjaan atau biaya tambahan atau hal-hal

lain semacamnya.

h. Menghitung kuantitas pekerjaan serta

material yang telah disetujui dan diterima baik,

kemudian memeriksa dan menerangkan dengan

sebenarnya mengenai tagihan kontraktor yang berupa

pembayaran bulanan dan pembayaran akhir.

i. Melaporkan secara berkala tentang

kemajuan pekerjaan, cara pelaksanaan kontraktor.

mutu pekerjaan serta status keuangan Proyek berikut

apa yang dapat diantisipasi.

j. Membuat usulan perubahan serta

menyajikannya untuk mendapatkan persetujuan kepala

Satker pada setiap adanya perubahan yang berkaitan

dengan rencana yang mungkin dirasa perlu, seraya

menunjukkan dampak apa saja yang diakibatkan oleh

perubahan tersebut terhadap kontrak dan sekaligus

menyiapkan semua perintah perubahan yang

diperlukan.

k. Menjamin bahwa as-built drawings (gambar

sebenarnya terbangun/terpasang dibuat untuk semua

pekerjaan dan bersama-sama kontraktor

mengupayakan untuk menyelesaikannya sebelum

Penyerahan Pertama Pekerjaan.

l. Menyerahkan laporan akhir yang

merupakan ringkasan kegiatan konstruksi seraya

menampakkan. antara lain, realisasi pembayaran

pekerjaan. prestasi kerja. hasil pengujian mutu

pekerjaan selama pelaksanaan dan pada saat Serah

Terima Pertama, perubahan kontrak, tuntutan atau

perselisihan atau hal-hal penting lainnya yang ada

dampaknya terhadap kuantitas, biaya serta

pelaksanaan pekerjaan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 3

Page 4: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Selama tahap pelaksanaan tugas-tugas pengawas secara

umum adalah mencakup:

Review terhadap program/rencana kerja Kontraktor.

lnspeksi pekerjaan Kontraktor pada saat dikerjakan.

Melakukan pengawasan terhadap penerapan dokumen

Kontrak yang berlaku.

Melakukan sertifikasi terhadap pelaksanaan

pembayaran kepada Kontraktor.

A. Evaluasi Gambar-gambar (Drawings)

Biasanya berkas dokumen gambar (drawings) dibuat

dalam urutan sebagai berikut. Lembar paling depan

berisi daftar gambar yang menjadi bagian dan berkas

tersebut. Setelah daftar gambar yang termuat, hal

selanjutnya memuat lay-out (peta) dan pada proyek.

Bila perlu juga ditunjukkan kota-kota (kecamatan,

kabupaten, kotip), sungai-sungai, pulau-pulau (kalau di

dekat pantai), gunung-gunung dan identitas lain

diperlihatkan pada sekitar lokasi proyek tersebut.

Halaman selanjutnya memperlihatkan “Keterangan

Umum” /General Notes mengenai gambar. Keterangan

Umum ini berisi antara lain:

B. Evaluasi Spesifikasi Umum Pada Awal Proyek

Bab dan pasal-pasal penting untuk disimak dan

dimengerti pada saat awal proyek adalah mengenai

ringkasan pekerjaan, mobilisasi, kantor lapangan (dan

base-camp) dan gudang, laboratorium. Lapangan,

pengangkutan bahan dan peralatan, material dan

menyimpannya dan jadwal pelaksanaan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 4

Page 5: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

C. Pengatur Dan Pengamanan Lalu Lintas

Maksud dan tujuan diadakan pengaturan dan

pengamanan lalu lintas adalah untuk menjamin

kelancaran lalu lintas sesama pelaksanaan, serta

menjamin agar penduduk sekitar dapat keluar masuk

tempat tinggalnya tanpa gangguan dan aman.

Kontraktor diperbolehkan untuk mengalihkan arus lalu

lintas melalui jalan darat, setelah disetujui lebih dulu

oleh Pengawas.

Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan

membongkar kembali, bila pekerjaan telah selesai dan

tak diperlukan lagi, seluruh jalan sementara, jembatan

sementara yang dipergunakan untuk melewatkan

peralatan, perlengkapan ataupun kepentingan lalu

lintas lainnya, baik bagi kontraktor maupun untuk

umum. Pembuatan jalan sementara tersebut harus

memuaskan sesuai pendapat direksi pengawas, dan

kontraktor harus bertanggung jawab akibat kerusakan

yang ditimbulkan oleh adanya jalan/jembatan

sementara tersebut.

D. Material dan penyimpanan nya

Untuk kepentingan pengendalian mutu bahan, semua

peralatan yang digunakan perlu ditera dan

dikalibrasikan. Material yang akan digunakan harus

memenuhi standar, baik spesifikasi maupun gambar,

serta persetujuan tertulis dan pengawasan, sebelum

eksploitasi harus disetujui lebih dulu oleh pengawas.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 5

Page 6: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 6

Page 7: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

PEKERJAAN KONSULTAN PENGAWASAN TEKNIK BERKALA JALAN MENGWITANI-BTS.KOTA DENPASAR (5,90 Km)

Gambar 1. : Tugas utama pekerjaan Konsultan Pengawasan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 7

PEKERJAAN KONSULTAN PENGAWASPENGAWASAN PEMBANGUNAN FLYOVER SIMPANG AMPLAS

Laporan Akhir

Pengendalian lalu-lintas

Sertifikasi dan pembayaran

Bantuan teknis

Serah terima pekerjaan

Persiapan Awal Pengawasan Teknik

Pengendalian mutu

Pengendalian kuantitas

Pengendalian waktu

Pengendalian biaya

Page 8: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

VI.2 KEGIATAN PENGUJIAN LABORATORIUM

VI.2.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK ASPAL

Pengujian karakteristik aspal meliputi pengujian-pengujian berikut ini:

A. PEMERIKSAAN TITIK NYALA DAN TITIK BAKAR DENGAN MENGGUNAKAN CLEVELAND OPEN CUP (Flash and Fire Points by Cleveland Open Cup).

Pengujian ini dilakukan untuk dapat menentukan nilai/suhu titik nyala dan titik bakar aspal.

Terdapat dua metoda pengujian yang umum dipakai untuk menentukan titik nyala dari bahan aspal. Pengujian untuk aspal cair (cutback) biasanya dilakukan dengan menggunakan alat tagliabue open cup, sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat biasanya digunakan alat Cleveland Open Cup. Kedua metode tersebut pada prinsipnya adalah sama, walau pada metode Cleveland Open Cup, bahan aspal dipanaskan didalam tempat besi yang direndam didalam bejana air, sedangkan pada metode tagliable open cup, pemanasan dilakukan pada tabung kaca yang juga diletakkan di dalam air.

Pada kedua metode tersebut, suhu dari material aspal ditingkatkan secara gradual pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik api kecil dilewatkan di atas permukaan sampel yang dipanaskan tersebut. Titik nyala ditentukan sebagai suhu terendah dimana percikan api pertama kali terjadi sedangkan titik bakar ditentukan sebagai suhu di mana sampel terbakar.

Prosedur Pengujian (AASHTO T 48 – 89:1990)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 8

Page 9: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Peralatan yang Digunakan

1. Cawan kuningan (cleveland cup)

2. Thermometer

3. Nyala penguji, yaitu nyala api.

4. Yang dapat diatur dan memberikan nyala dengan diameter 3,2 sampai 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5 cm.

5. Pemanas.

6. Pembakaran gas atau tungku listrik atau pembakar alkohol yang tidak menimbulkan asap atau nyala di sekitar atas cawan.

7. Stop watch.

8. Penahan angin; alat yang menahan angin apabila sebagai pemanasan.

Penyiapan Sampel

Dengan memanaskan contoh aspal antara 148,9°C sampai 176°C sampai cukup cair.

Selanjutnya mengisi cawan cleveland sampai garis dan hilangkan/pecahkan gelembung udara yang ada pada permukaan cairan.

Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar

Meletakkan cawan di atas kompor pemanas tetap di bawah titik tengah cawan.

Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah cawan.

Memasang thermometer, menyalakan kompor dan mengatur pemanasan sehingga kenaikan suhu 15°C tiap menit sampai mencapai suhu 56°C di bawah titik nyala yang diperkirakan untuk selanjutnya kenaikan suhu 5°C sampai 6°C /menit.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 9

Page 10: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Mengatur secara tepat penahan angin di depan nyala penguji.

Menyalakan sumber pemanas dan mengatur pemanas sehingga kenaikan suhu menjadi (15±1) per menit sampai benda uji mencapai 56°C di bawah titik nyala perkiraan.

Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5°C sampai 6°C per menit pada suhu antara 56°C dan 28°C di bawah titik perkiraan.

Menyalakan nyala penguji dan atur agar diameter nyala penguji tersebut menjadi 3,2 sampai 4,8 mm.

Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi cawan) dalam satu detik. Lalu mengulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2°C.

Melanjutkan pekerjaan di atas sampai terlihat nyala singkat pada suatu titik di atas permukaan benda uji.

Membaca dan mencatat suhu pada termometer.

Melanjutkan pekerjaan pembacaan suhu sampai terlihat yang agak lama sekurang-kurangnya 5 detik di atas permukaan benda uji. Baca suhu pada termometer dan catat.

Perhitungan dan Pelaporan

Pelaporan hasil rata-rata pemeriksaan ganda (duplo) sebagai titik nyala benda uji, dengan toleransi sebagai berikut:

Titik Nyala & Titik Bakar

Ulangan oleh satu orang

dengan satu alat

Ulangan oleh

beberapa orang

dengan satu alat

Titik nyala 175°C 5°F (2°C) 10°F(5,5C)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 10

Page 11: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

sampai 550°F

Titik bakar lebih

dari

10°F (5,5°C) 15°F (8°C)

Catatan:

Pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi dianggap gagal diulangi.

B. PEMERIKSAAN BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER(Specific Gravity of Semi-Solid Bituminous Materials)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat jenis bitumen keras dan ter dengan piknometer.

Berat jenis bitumen atau ter adalah perbandingan antara berat bitumen atau ter terhadap berat air sulit dengan isi yang sama pada suhu tertentu, yaitu dilakukan dengan cara menggantikan berat air dengan berat bitumen dan/atau ter dalam wadah yang sama (yang sudah diketahui volumenya berdasarkan konversi berat jenis air sama dengan satu).

Berat jenis dari bitumen sanagt tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari bitumen itu sendiri. Macam-macam berat jenis bitumen dan kisaran nilainya ada sebagai berikut:

Penetration grade bitumen dengan berat jenis antara 1.010 (untuk bitumen dengan penetrasi 300) sampai dengan 1.040 (untuk bitumen dengan penetrasi 25);

Bitumen yang telah teroksidasi (oxidized bitumen) dengan berat jenis berkisar antara 1.015 sampai dengan 1.035;

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 11

Page 12: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Hard grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 1.045 sampai dengan 1.065.

Cutback grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 0.992 sampai dengan 1.007.

Prosedur Pengujian (AASHTO T 228 – 90)

Peralatan yang Digunakan

Termometer;

Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian (25±0,1)°C.

Piknometer (Lihat gambar 1)

Air suling sebanyak 1000 cm3

Bejana gelas

Penyiapan Sampel

Memanaskan contoh bitumen keras sejumlah 50 gram, sampai menjadi cair dan aduk untuk mencegah pemanasan setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada suhu 56°C di atas titik lembek.

Menuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian.

Pengujian

Mengisi bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian atas piknometer yang terendam adalah 40 mm. Kemudian rendam dan jepit bejana tersebut dalam bak perendam sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm;

Mengatur suhu bak perendam pada suhu 25°C.

Membersihkan, mengeringkan dan menimbang piknometer dengan ketelitian 1 mg (A);

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 12

Page 13: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Mengangkat bejana dari bak perendam dan isi piknometer dengan air suling kemudian tutup piknometer tanpa ditekan;

Meletakkan piknometer ke dalam bejana dan menekan penutup hingga rapat, mengembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam. Diamkan bejana tersebut di dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian angkat piknometer dan keringkan dengan lap. Menimbang dengan ketelitian 1 mg (B).

Menuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah kering hingga terisi ¾ bagian;

Membiarkan piknometer sampai dingin, waktu tidak kurang dari 40 menit dan timbang dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg (C).

Isi piknometer yang berisi benda uji dengan air dan tutup tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung udara keluar;

Angkat bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer di dalamnya dan kemudian tekan penutup hingga rapat, masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit.

Angkat, keringkan dan timbang piknometer (D).

Perhitungan dan Pelaporan

Menghitung berat jenis dengan persamaan:

(C – A)BJ =

(B – A) (D – C)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 13

Page 14: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

dimana :

A = berat piknometer (dengan penutup)

(gram)

B = berat piknometer berisi air

(gram)

C = berat piknometer berisi aspal

(gram)

D = berat piknometer berisi aspal dan air

(gram)

C. PEMERIKSAAN DAKTILITAS BAHAN-BAHAN BITUMEN(Ductility of Bituminous Materials)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menguji

kekuatan tarik bahan bitumen dengan cara

mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik

antara dua cetakan yang berisi bitumen keras

sebelum putus, pada suhu dan kecepatan

tarik tertentu.Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengukur

jarak terpanjang yang dapat terbentuk dari bahan

bitumen pada 2 cetakan kuningan, akibat

penarikan dengan mesin uji, sebelum bahan

bitumen tersebut putus. Pemeriksaan ini

dilakukan pada suhu 25±0,5°C dan dengan

kecepatan tarik mesin 50 mm per menit (dengan

toleransi ±5%).

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui

salah satu sifat mekanik bahan bitumen yaitu

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 14

Page 15: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

seberapa besar bahan ini menahan kekuatan tarik

yang diwujudkan dalam bentuk kemampuannya

untuk memenuhi syarat jarak tertentu (dalam

pemeriksaan ini adalah 100 cm) tanpa putus.

Apabila bahan bitumen tidak putus setelah

melewati jarak 100 cm, maka dianggap bahan ini

mempunyai kemampuan untuk menahan

kekuatan tarik yang tinggi.

Prosedur Pengujian (AASHTO T 51 – 89)Peralatan yang Digunakan Peralatan yang digunakan pada Pengujian ini adalah sebagai berikut:

Cetakan kuningan (seperti terlihat pada Gambar 1). Cetakan ini terdiri dari 2 bagian yaitu, bagian yang disebut clip dengan sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian samping.

Pelat alat cetakan;

Bak perendam, isi 10 liter yang dapat mempertahankan suhu pemeriksaan dengan toleransi yang tidak lebih dari 0,5°C dari suhu pemeriksaan. Kedalaman air pada bak ini tidak boleh kurang dari 50 mm di bawah permukaan air. Air didalam bak perendam harus bebas dari oli dan kotoran lain serta bebas dari bahan organik lain yang mungkin tumbuh di dalam bak;

Termometer;

Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam dan tidak menimbulkan getaran selama pemeriksaan;

Alat pemanas untuk mencairkan aspal keras;

Methyl alkohol teknik dan sodium klorida teknik.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 15

Page 16: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Penyiapan Sampel Menyusun bagian-bagian cetakan kuningan;

Melapisi bagian atas dan bawah cetakan serta seluruh permukaan pelat alas cetakan dengan bahan campuran dextrin dan glicerin atau amalgam;

Memasang cetakan daktalitas di atas pelat dasar;

Memanaskan contoh bitumen kira-kira 100 gram sehingga cair dan dapat dituang. Untuk menghindarkan pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80 sampai 100°C di atas titik lembek.

Menuang contoh bitumen dengan hati-hati ke dalam cetakan daktilitas dari ujung ke ujung hingga penuh berlebihan;

Mendinginkan cetakan pada suhu ruang 30 sampai 40 menit lalu memindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit;

Meratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

Prosedur Pelaksanaan Sampel didiamkan pada suhu 25°C dalam bak

perendam selama 85 sampai 95 menit, kemudian lepaskan cetakan sampel dari alasnya dan lepaskan bagian samping dari cetakan;

Memasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin uji dan jalankan mesin uji sehingga akan menarik sampel secara

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 16

Page 17: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai sampel putus. Perbedaan kecepatan ±5% masih diijinkan.

Membaca jarak antara pemegang cetakan, pada saat sampel putus (dalam cm). Selama percobaan berlangsung sampel harus terendam sekurang-kurangnya 2.5 cm di bawah permukaan air dan suhu harus dipertahankan tetap (25±0.5)C.

Perhitungan dan PelaporanPelaporan hasil rata-rata dari tiga sampel normal sebagai harga daktilitas contoh.

D. PEMERIKSAAN PENURUNAN BERAT MINYAK DAN ASPAL(Loss on Heating) dan THIN – FILM OVEN

TEST (TFOT)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

menetapkan penurunan berat minyak dan

aspal dengan cara pemanasan dan tebal

tertentu, yang dinyatakan dalam persen berat

semula.

Cahaya diketahui mempunyai efek yang merusak pada aspal. Kerusakan yang timbul sering berasal dari sinar matahari, yang mungkin akan merusak molekul aspal, dibantu oleh faktor air dan cairan pelarut lainnya.kerusakan molekul dengan cara ini dinamakan fotooksidasi. Untungnya, sinar yang merusak ini hanya dapat mempengaruhi beberapa lapis molekul pada lapisan aspal. Oleh karena itu fooksidasi dianggap kecil pengaruhnya apabila dilihat dari tebal aspal secara keseluruhan. Namun, proses di atas tidak bisa diabaikan dalam kontribusinya terhadap proses pengrusakan akibat

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 17

Page 18: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

cuaca pada lapisan permukaan tipis aspal pada agregat.

Efek pelapukan mungkin tidak terlalu signifikan, kecuali pada permukaan yang sangat tipis. Fenomena yang terjadi ketika aspal dipanaskan dan kemudian didinginkan kembali pada suhu ruang, dimana pengerasan (hardening) akan berlanjut terus tergantung pada proses oksidasi dan penyinaran. Proses pengerasan ini berlangsung lebih cepat pada beberapa jam pertama dan kemudian berangsur-angsur berkurang. Sesudah kira-kira setahun, tingkat pengerasan ini bisa diabaikan.

Di Indonesia, prosedur yang tersedia untuk mengevaluasi durabilitas material aspal adalah Thin Film Oven Test (TFOT), dengan melakukan pembatasan evaluasi hanya pada beberapa karakteristik aspal, seperti kehilangan berat (loss on heating), penetrasi, daktilitas dan titik lembek.

Karakteristik campuran, khususnya mengenai durabilitas, sangat tergantung pada karakteristik lapisan tipis aspal. Pada pengujian ini, suatu sampel tipis dipanaskan dalam oven selama periode tertentu, dan karakteristik sampel sesudah dipanaskan kemudian diperiksa untuk meneliti indikasi adanya proses pengerasan atau proses pelapukan dari material aspal.

Prosedur Pengujian (AASHTO T 47 – 83 dan

AASHTO T 179 – 88)

Peralatan yang Digunakan

Termometer;

Oven yang dilengkapi dengan:

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 18

Page 19: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

i. Pengatur suhu untuk memanasi

sampai (180±1)°C;

ii. Pinggan logam berdiameter 25 cm,

menggantung dalam oven pada poros

vertikal dan berputar dengan kecepatan 5

sampai 6 putaran menit

Cawan logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata. Ukuran dalam, diameter 15 mm dan tinggi 35 mm.

Neraca analitik, dengan kapasitas (200±0.001) gram.

Penyiapan Sampel

Sebelum dilakukan pemanasan, lakukan pada sampel pengetesan penetrasi (AASHTO T 49 – 89), titik lembek (AASHTO T 53 – 89) dan daktilitas (AASHTO T 51 – 81) sesuai prosedur yang ada;

Persiapan pemanasan; mengaduk contoh minyak atau aspal serta panaskan bila perlu untuk mendapatkan campuran yang merata;

Menuangkan contoh kira-kira (50.0±0.5) gram ke dalam cawan dan setelah dingin timbang dengan ketelitian 0.01 gram (A);

Sampel yang diperiksa harus bebas air;

Menyiapkan sampel ganda (duplo).

Pengujian

Meletakkan sampel di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163±1)°C.

Memasang termometer pada dudukannya sehingga terletak pada jarak 1.9 cm dari pinggir pinggan dengan ujung 6 mm di atas pinggan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 19

Page 20: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Mengambil sampel dari oven setelah 5 jam sampai dengan 5 jam 15 menit.

Mendinginkan sampel pada suhu ruang, kemudian timbang dengan ketelitian 0.01 gram (B).

Dilakukan kembali pada sampel pengetesan penetrasi (AASHTO T 49 – 89), titik lembek (AASHTO T 53 – 89) dan daktilitas (AASHTO T 51 – 81) sesuai prosedur yang ada.

Perhitungan dan Pelaporan

Hitung berat jenis dengan persamaan : A – BPenurunan berat (%) = --------- x 100%

ADi mana :

A = berat sampel dan cawan sebelum pemanasan (gr)

B = berat sampel dan cawan sesudah

pemanasan (gr)

Untuk Thin Film Oven Test (TFOT), bandingkan nilai penetrasi, daktilitas dan titik lembek sebelum dan setelah dimasukkan ke dalam oven.Melaporkan hasil rata-rata pemeriksaan ganda (duplo) sampai 3 angka di belakang koma.

E. PEMERIKSAAN KELARUTAN BITUMEN(Solubility of Bitumen Materials)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar bitumen yang larut dalam trichloroethylene atau 1.1.1 tricholoroethane.Ketidaklarutan bitumen yang melebihi 0.5% menunjukkan terjadinya kontaminasi bitumen dengan mineral lain dan pemanasan yang berlebihan. Apakah rendahnya kelarutan bitumen

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 20

Page 21: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

disebabkan oleh kontaminasi atau oleh pemanasan yang berlebihan, bisa dibuktikan dengan cara menentukan besarnya kadar mineral yang tidak larut di dalam oven, mineral karbon akan mengoksidasi CO2 dan proses ini tidak kasat mata, sehingga benda uji terlihat seolah-olah tidak mengalami perubahan.

Pengujian kelarutan yang lain adalah spot test. Secara garis besarnya bitumen dilarutkan pada suatu cairan pelarut. Larutan ini kemudian diteteskan pada suatu kertas penyaring. Jika spot pada kertas penyaring berwarna seragam (tidak bergradasi), maka dianggap bahwa bitumen tersebut masih murni. Ketidakmurnian bitumen pada tes jenis ini disimpulkan jika dari hasil penetesan pada kertas penyaring menghasilkan spot yang berwarna coklat gelap atau hitam dengan lingkaran di sekelilingnya yang berwarna lebih terang.

Trichloroethylene

(Ethilene trchlorida 1,1,2 trichioroethene), C2HCl3

Mr = 131,39 gr/mol

1 L = 1,46 kg

Titik leleh = -86°C

Titik didih = 87°C

Kelarutan dalam air per 20°C = 0,4 gr/L

Viskositas pada 20°C = 0,55 mPas

Heat of evaporation pada 87°C= 240 KJ/kg

Konsentrasi jenuh= 415 gr/m3

Explosive Limit 79 – 90 by volume (%)

Zat ini termasuk zat yang berbahaya. Dari

percobaan yang dilakukan dengan oral, kulit dan

pernafasan, menunjukkan zat ini dapat

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 21

Page 22: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

mengganggu kesehatan. Hindari dari kontak

dengan kulit, mata atau terhirup. Segera basuh

dengan air yang mengalir jika terkena serta

gunakan jas laboratorium, sarung tangan dan

masker pada saat bekerja dengan zat ini. Untuk

penyimpanan jangan menggunakan bahan yang

terbuat dari aluminium. Dan menjauhi dari bahan-

bahan yang mengandung aluminium. Sebaiknya

menggunakan bahan dari gelas sebagai wadah

penyimpanan. Simpan dalam keadaan tertutup

dan dalam suhu kamar (25°C) serta jangan

terkena matahari langsung.

Prosedur Pengujian (AASHTO T 44 – 90)

Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan pada ini adalah sebagai berikut:1. Gooch Crucible adalah cawan porselin

berdiameter atas 4,4 cm dan mengecil ke bawah dengan diameter dasar sekurang-kurangnya 3,6 cm dengan tinggi 2,8 cm;

2. Alas dari asbes dengan panjang serat kira-kira 1cm, yang telah dicuci dengan asam;

3. Labu erlemeyer berkapasitas 125 ml;

4. Tabung penyaring (filter flask);

5. Tabung karet untuk menahan Gooch Crucible (rubber tubing);

6. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai 125°C.

7. Neraca analitik dengan kapasitas (200±0,001) gram;

8. Pembakar gas;

9. Pompa hampa udara (vacuum);

10. Desikator;

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 22

Page 23: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

11. Cairan pelarut (Trichloroethylene atau 1.1.1 tricholoroethane

12. Batang pembersih;

13. Cawan porselin

Penyiapan Sampel

Jika sampel tidak dalam bentuk cair, panaskan

sampel sampai mencapai suhu yang tidak lebih

dari 100 atau 180°F (37.8 atau 82.2°C) di atas

titik lembek.

Pengujian

memasukkan kira-kira 2 gram sampel ke dalam labu erlenmeyer;

mendiamkan sampel di dalam labu erlenmeyer sampai dingin kemudian timbang sampel dengan ketelitian 1 mg;

menambahkan 100 ml cairan pelarut (trichloroethylene atau 1.1.1 tricholoroethane) ke dalam labu erlenmeyer sedikit demi sedikit sampai semua sampel larut dan tidak ada bagian dari sampel yang tidak larut tertinggal pada labu;

sumbat labu dan didiamkan sedikitnya selama 15 menit;

menempatkan gooch crucible yang telah ditimbang pada tabung penyaring;

membasahi alas dari asbes dengan sedikit cairan pelarut dan tuangkan larutan kedalam tabung penyaring melalui alas asbes dengan penghisap kecil ;

bila material yang tidak larut ternyata cukup banyak, tanah material tersebut sebisa mungkin sampai seluruh larutan telah melalui alas asbes;

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 23

Page 24: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

mancuci erlenmeyer dengan sedikit cairan pelarut kemudian tuangkan material yang tidak larut bersama-sama cairan pelarut tersebut ke dalam gooch crucible;

Bila perlu, gunakan batang pembersih untuk memindahkan semua material yang tidak larut yang masih tertinggal di labu erlenmeyer;

Bilas batang pembersih dan labu erlenmeyer dan cuci material yang tidak larut dalam gooch crucible dengan cairan pelarut sampai larutan filtrasi yang terbentuk menjadi tidak berwarna;

Kemudian dengan penghisap yang kuat, buang cairan pelarut yang masih tersisa;

Pindahkan gooch crucible dari tabung penyaring, cuci dasar tabung sampai bersih dari material yang tidak larut, dan kemudian tempatkan gooch crucible di atas oven atau pada suatu bak uap sampai semua bau yang menusuk dari cairan pelarut hilang.

Tempatkan didalam oven pada 110±5°C selama paling sedikit 20 menit;

Keringkan di dalam desikato dan kemudian ditimbang;

Ulangi pengeringan dan penimbangan sampai dicapai berat yang tetap (dengan toleransi±0.3 mg).

Perhitungan dan Pelaporan

Perhitungan baik menggunakan persentase total

dari material yang tidak larut maupun persentase

total dari sampel yang larut didalam cairan

pelarut adalah sebagai berikut:

A Untuk material yang tidak larut (%) = ------- x 100%

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 24

Page 25: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

B

A Untuk sampel yang larut (%) = 100 - ------ x 100 BDi mana :

A = berat total material yang tidak larut

B = berat total sampel

F. PEMERIKSAAN VISKOSITAS ASPAL(Viscosity of Bituminous Materials)

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan viskositas aspal keras (dengan menggunakan alat Saybolt) maupun aspal cair (dengan menggunakan alat Engler).

Tingkatan material aspal dan suhu yang digunakan sangat tergantung pada kekentalannya. Kekentalan aspal sangat bervariasi terhadap suhu, dari tingkatan padat, encer sampai tingkat cair. Hubungan antara kekentalan dan suhu adalah sangat penting dalam perencanaan dan penggunaan material aspal. Kekentalan akan berkurang (dalam hal ini aspal menjadi lebih encer) ketika suhu meningkat.

Kekentalan absolut atau kekentalan dinamik dinyatakan dalam satuan Pa detik atau poises (1 poise = 0.1 Pa detik). Viscositas kinematik dinyatakan dalam satuan cm2/detik dan stokes atau centistokes (1 stokes = 100 centistokes = 1 cm2/detik). Karena kekentalan kinematik sama dengan kekentalan absolut dibagi dengan berat jenis (kira-kira 1 cm2/datik untuk aspal).

Kekentalan absolut dan kekentalan kinematik mempunyai harga yang relatif sama apabila

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 25

Page 26: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

kedua-duanya dinyatakan masing-masing dalam poises dan stokes.

Para pengujian ini, kekentalan/viscositas absolut diinyatakan oleh waktu menetes (dalam detik) yang diperlukan oleh 120 ml sampel untuk melalui suatu lubang yang telah dikalibrasi. Diukur dibawah kondisi tertentu. Waktu ini kemudian dikoreksi dengan suatu koefisien tertenty dan selanjutnya dilaporkan sebagai nilai Viscositas dari sampel tersebut pada suhu tertentu. Sedangkan Viscositas kinematik dinyatakan oleh waktu yang dibutuhkan oleh aspal cair dengan suhu 60°C untuk mengisi penuhnya labu gelas.

Selanjutnya pada modul ini, uraian mengenai teknis pengujian kedua jenis viscositas di atas akan disajikan secara terpisah.

A. Pemeriksaan Viscositas Aspal dengan Alat

Saybolt

Prosedur Pengujian (AASHTO T 72 – 90)

Peralatan yang Digunakan

Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Saybolt viscosimeter dan bak perendam, seperti yang terlihat pada Gambar 1;

Penyumbat lubang tabung viscosimeter;

Dudukan atau penyangga termometer;

Termometer untuk viscositas Saybolt (Lihat Tabel 1);

Termometer untuk bak perendam;

Saringan dengan ukuran saringan no.100;

Labu penampung;

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 26

Page 27: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Alat pencatat waktu dengan interval 0.1 detik dan mempunyai ketinggian hingga 0.1% bila diuji dengan menggunakan interval 60 menit;

Lubang universal, digunakan untuk bahan yang mempunyai kekuatan (32 – 1000) detik;

Lubang furol, digunakan untuk bahan yang mempunyai kekentalan yang lebih besar dari 25 detik.

Kalibrasi dan Standarisasi Alat

Untuk Saybolt Universal viscosimeter :

Kalibrasi viscosimeter dalam periode waktu yang tidak lebih dari 3 tahun sekali dengan mengukur waktu alir pada suhu 37,8°C (100°F) sesuai prosedur kalibrasi standard dengan menggunakan oli standard, sesuai dengan Tabel 1

Tabel 1

Termometer Kekentalan Saybolt ASTM

Suhu PengujianStandar

ASTM Termometer

No.

TermometerBatas (°C)

Ketelitian ©

21.1125.037.8

50.0154.460.082.298.9

17 C17 C18 C19 C19 C20 C21 C22 C

19 – 2719 – 2734 – 4249 – 5749 – 5757 – 6579 – 8795 – 103

0.10.10.10.10.10.10.10.1

Tabel 2

Termometer Kekentalan Saybolt ASTM

Kekentalan Oli

Standar

SUS padaSuhu 37.8C

SUS padaSuhu 98.9°C

SFS padaSuhu 50°C

S3S6

3646

--

--

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 27

Page 28: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

S20S60

S200S600

100290930

-

---

150

---

120SUS = Saybolt Universal Seconds, SFS = Saybolt Furol

Seconds

Waktu alir dari viscositas oli standar seharusnya sama dengan waktu alir dari viscositas Syabolt. Jiwa waktu alir tersebut berbeda lebih dari -.2% hitung faktor koreksi, F, dengan cara sebagai berikut:

F = V/t

Di mana : F = faktor koreksi

V = kekentalan standard

t = waktu alir pada 37.8°C (dalam

detik)

menggunakan faktor koreksi untuk kekentalan pada berbagai suhu apabila kalibrasi alat viscositas menggunakan oli standard yang mempunyai waktu alir antara 200 – 600 detik;

Untuk Saybolt Furol Viscosimeter:

Kalibrasi viscosimeter dalam periode waktu yang tidak lebih dari 3 tahun sekali dengan mengukur waktu alir pada suhu 50°C (122°F) dengan cara yang sama dengan prosedur yang digunakan pada Saybolt Universal viscosimeter, dengan menggunakan viscositas oli standard yang mempunyai waktu alir minimum 90 detik.

Faktor koreksi diberlakukan bila waktu alir dari viscositas oli standard berbeda 0.1% dari waktu alir viscositas Saybolt.

Penyiapan Alat

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 28

Page 29: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

menggunakan ujung lubang universal untuk oli dan contoh yang mempunyai waktu alir lebih besar dari 32 detik. Cairan dengan waktu alir yang lebih besar dari 1000 detik tidak cocok diuji dengan menggunakan lubang ini;

menggunakan ujung lubang furol untuk oli dan contoh yang mempunyai waktu alir lebih besar dari 25 detik;

membersihkan seluruh viscosimeter dengan cairan pelarut seperti premium, kemudian buang dan keringkan viscosimeter sampai semua cairan pelarut tidak ada di dalam viscosimeter;

dengan cara yang sama, bersihkan labu penampung;

menempatkan viscosimeter dan bak perendam di tempat yang perubahan suhu ruangnya kecil dan yang bebas dari uap air atau debu;

menyumbat bagian bawah viscosimeter dengan rapat dan kuat menggunakan gabus penutup;

menempatkan labu penampung (lihat Gambar 5) tepat di bawah tengah-tengah viscosimeter dengan jarak ±100 – 130 mm sehingga aliran contoh tepat masuk melalui tengah-tengah leher labu;

meletakkan saringan ni.100 di atas viscosimeter;

menuangkan media ke dalam bak paling sedikit 6 mm di atas garis batas bagian atas cairan (over flow);

mengatur pengontrol suhu dalam bak perendam sehingga suhu dari contoh didalam viscosimeter tidak berubah-ubah lebih besar

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 29

Page 30: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

dari ± 0.05° C (±0.10°F) sesudah mencapai suhu pengujian;

memasang termometer pada tabung viscosimeter.

Penyiapan Sampel

Sampel adalah contoh uji sebanyak 120 ml;

memanaskan contoh, yang kental dan sulit untuk dituangkan pada suhu ruangan, pada suhu 50°C beberapa menit sampai dapat dituang;

perlu diperhatikan, jangan memanaskan bahan yang cepat menguap atau sedang menguap pada wadah yang terbuka;

Apabila suhu pengujian di atas suhu ruang, panaskan contoh uji tidak lebih dari 37°C di atas suhu penguapan.

Prosedur Pelaksanaan

menyiapkan bak perendam dengan memilih suhu pengujian tertentu;

Suhu pengujian standard untuk mengukur viskositas Saybolt Universal adalah 21.1°C, 37.8°C, 54.4°C, dan 98.9°C.

Jika suhu pengujian standard untuk mengukur viskositas Saybolt Furol adalah 25.0°C, 37.8°C, 50.0°C dan 98.9°C.

Jika suhu pengujian yang dipilih berada di atas suhu kamar, pengujian bisa dipercepat dengan cara pemanasan contoh sampai mencapai suhu yang tidak lebih dari 1.7°C di atas suhu pengujian;

mengaduk contoh hingga merata kemudian saring contoh melalui saringan dan langsung

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 30

Page 31: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

masukkan ke tabung viskosimeter sampai pinggir atas tabung viskosimeter.

mengaduk contoh dalam viskosimeter dengan viskosimeter yang telah dilengkapi penyangga dengan kecepatan 30 – 50 putaran per menit. Apabila suhu contoh tetap konstan dengan toleransi 0.05°C dari suhu pengujian selama pengadukan 1 menit, angkat termometernya;

mengambil contoh yang berlebihan dengan penyedot sampai batas over flow;

cabut gabus dari viskosimeter dan mulai nyalakan pencatat waktu saat contoh menyentuh dasar labu;

lalu matikan pencatat waktu apabila contoh tepat pada batas 60 ml labu viskosimeter.

mencatat waktu alir (t) dalam detik sampai 0.1 detik terdekat.

menutup lubang viskosimeter dengan alat penyumbat.

Perhitungan

Kekentalan : SFS = t x Ff atau SUS = t x Fu

Di mana :

SFS = kekentalan Saybolt Furol yang telah dikoreksi dalam detik;

SUS = kekentalan Saybolt Universal yang telah dikoreksi dalam detik;

t = waktu alir contoh dalam detik;

Ff = faktor koreksi untuk kekentalan Saybolt Furol;

Fu = faktor koreksi kekentalan Saybolt universal.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 31

Page 32: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pemeriksaan Viskositas Kinematik Aspal Cair

Prosedur Pengujian (AASHTO T 54-61)

Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Engler viskositas (Lihat gambar 2)

Tabung/labu gelas

Termometer

Energi regulator

Stop watch

Prosedur Pelaksanaan

Sampel diambil kira-kira lebih dari yang ditentukan ukuran labu gelas;

Viskositas dipanaskan (bahan air) untuk mengatur pemanasan.

Viskositas diteliti setelah suhunya mencapai seperti yang telah ditentukan (60°C).

Pengamatan viskositas dilakukan beberapa detik sampai labu gelas terisi sebatasnya (hasil pengamatan dinyatakan dalam detik).

G. PENGUJIAN KADAR AIR DAN FRAKSI ASPAL CAIR DENGAN CARA PENYULINGAN

(Distillation of Cut-Back Asphaltic (Bituminous) product)

Pengujian ini dilaksanakan untuk dapat menentukan kadar air dan fraksi aspal dalam aspal cair dengan cara penyulingan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 32

Page 33: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair sesuai dengan pertambahan suhu. Namun demikian untuk kemudahan dalam melakukan pekerjaan (workability) yang melibatkan material ini, atau kepentingan lain, material aspal dapat dicampur kembali (cut back) dengan unsur-unsur dalam keluarga minyak bumi. Dengan pencampuran ini aspal, yang semula bersifat sangat kental sampai padat (solid), pada kondisi suhu ruangan, kemudian bersifat cair dengan tingkat kecairan yang dapat disesuaikan, sesuai dengan komposisi unsur pencampur.

AASHTO mengklasifikasikan jenis-jenis aspal cair ini menjadi 3 bagian yaitu:

1. Aspal cair cepat (Rapid Curing=RC), dengan unsur pencampur bensin.

2. Aspal cair sedang (Medium Curing=RC), dengan unsur pencampur minyak tanah.

3. Aspal cair lambat (Slow Curing=RC), dengan unsur pencampur solar/diesel.

Dengan sifat yang khusus tersebut (cair), maka untuk jenis aspal ini perlu dilakukan pengujian terhadap kandungan beberapa unsur, yang signifikan dalam menentukan kinerja material aspal setelah kembali pada sifat asalnya, pada saat selesai dihampar dan melayani beban lalu lintas di atasnya.

Unsur-unsur tersebut antara adalah air dan fraksi aspal. Kandungan kedua unsur ini dianggap penting untuk diketahui, mengingat hubungan proporsinya (air dan fraksi) dalam material aspal yang sangat menentukan kinerja material aspal, terutama yang berhubungan karakteristik daya ikat aspal dengan bahan agregat atau bahan lain dalam campuran aspal.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 33

Page 34: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Prosedur Pengujian (AASHTO T 78-90:1990)Peralatan yang Digunakan

1. Labu berkapasitas 500 ml sesuai gambar 1.

2. Pelindung angin dari besi berlapis asbes 3 mm, yang dilengkapi kaca mika untuk melindungi labu terhadap angin. Penutup atas terbuat dari besi berlapis asbes 3 mm terdiri dari 2 bagian.

3. Alat penyuling adalah sesuai dengan gambar 3. terdiri dari:

i. Tabung pendingin

ii. Tabung pengarah

iii. Tabung penerima (gelas ukur 100 ml)

4. Penampung timah berkapasitas 160 gram dengan diameter (76±4) mm dan tinggi bagian dalam (54±4) mm.

5. Termometer

6. Pembakar (kompor) gas

7. 2 buah saringan kaca nomor 20 berukur (10x15) cm2.

Penyiapan Sampel

Mengambil 200 cm3 sampel aspal cair.

Pengukuran volume dilakukan dengan menggunakan gelas ukur.

Sampel harus bebas air, artinya pada saat sebelum melakukan percobaan, di atas permukaan sampel tidak terdapat gumpalan air.

Pengujian Kadar Air

Persiapan Alat

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 34

Page 35: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Meletakkan labu di atas kasa, di atas kaki tiga atau gelang, pembakar diletakkan di bawah labu dan dilindungi dengan pelindung angin.

Memasukkan termometer kedalam labu sampai ujung termometer berjarak 6,5 mm dari dasar labu.

Memasang tabung pengarah pada ujung tabung pendingin supaya cairan masuk ke dalam tabung pertama, dan tutup tabung penerima dengan sehelai kertas isap.

Mengatur jarak antara leher labu sampai ujung tabung pengaruh hingga mencapai 600 sampai 700 mm. Memutar tabung pengarah sehingga ujungnya masuk sekurang-kurangnya 25,4 mm (1 inch), dalam tabung penerima, tetapi tidak melebihi garis skala 100 ml dari tabung penerima.

Memasukkan tabung penerima dalam bak perendam berisi air pada suhu 12,8°C sampai 18,3°C hingga garis skala 100 ml.

Pemanasan Benda Uji

Memasukkan 200 cm3 benda uji yang bersuhu 15,5OC ke dalam labu. Atur nyala pembakar gas hingga tetes pertama keluar dalam waktu 5 sampai 15 menit. Perhatikan apakah tetes pertama yang keluar ada air atau minyak, atur pemanasan sehingga tetes-tetes berikutnya keluar waktu-waktu sebagai berikut:

- Analisis 25°, 60° sampai 70° tetes permenit

- Antara 260°C sampai 316,20° sampai 70

tetes permenit.

- Antara 316°C sampai 360°C kurang dari 10

tetes per menit

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 35

Page 36: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Apabila benda uji membusa, kenaikan suhu pemanasan dikurangi dan secepat mungkin dikembalikan.

Pencatatan

Catat isi hasil suling pada suhu-suhu yang ditetapkan.

Apabila sisa dalam labu dibutuhkan untuk pemeriksaan lain maka lepaskan alat-alat secepat mungkin dan tuangkan sisa ke dalam penampung timah.

Jumlah waktu setelah pekerjaan dihentikan sampai penuangan tidak boleh lebih dari 10 detik.

Pada saat penuangan dijaga agar sisa dalam tabung tidak ikut serta. Koreksi suhu yang dibaca untuk tekanan barometer lebih atau kurang dari 760 mm Hg sesuai dengan daftar.

Pembacaan suhu dengan koreksi-koreksi:

Celcius Farenheit

Koreksi setiap perbedaan

10 mm tekanan°C °F

10 sampai 30 50 sampai 86 0.35 0.6330 sampai 50 86 sampai 122 0.38 0.6850 sampai 70 122 sampai

1580.40 0.72

70 sampai 90 158 sampai 194

0.42 0.76

90 sampai 110 194 sampai 230

0.45 0.81

110 sampai 130 230 sampai 266

0.47 0.85

130 sampai 150 266 sampai 302

0.50 0.89

150 sampai 170 302 sampai 338

0.52 0.94

170 sampai 190 338 sampai 0.54 0.98

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 36

Page 37: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Celcius Farenheit

Koreksi setiap perbedaan

10 mm tekanan°C °F

374190 sampai 210 374 sampai

4100.57 1.02

210 sampai 230 410 sampai 446

0.59 1.06

230 sampai 250 446 sampai 482

0.62 1.11

250 sampai 270 482 sampai 518

0.64 1.15

270 sampai 290 518 sampai 554

0.66 1.19

290 sampai 310 554 sampai 590

0.69 1.24

310 sampai 330 590 sampai 626

0.71 1.28

330 sampai 350 626 sampai 662

0.74 1.32

350 sampai 370 662 sampai 698

0.76 1.37

370 sampai 390 698 sampai 734

0.78 1.41

390 sampai 410 734 sampai 770

0.81 1.45

Catatan: Koreksi ditambah bila tekanan barometer kurang dari 760 mm Hg dan dikurangi bila tekanan barometer lebih dari 760 mm Hg

Perhitungan dan Pelaporan

Kadar airMelaporkan hasil suling akumulatif dalam persen terhadap isi semula sebagai berikut:

Sampai 225°C hasil suling ……. % Sampai 260°C hasil suling ……. % Sampai 316°C hasil suling ……. %

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 37

Page 38: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Apabila pemeriksaan diulangi oleh orang dan peralatan yang sama hasilnya tidak boleh berbeda lebih dari 1%.

Apabila pemeriksaan diulangi oleh orang dan peralatan yang berbeda hasilnya tidak boleh lebih besar sampai:

3% untuk penyulingan sampai suhu 175°C 2% untuk penyulingan sampai suhu 173°C

Fraksi Aspal Terdapat beberapa besaran yang dapat diketahui dari percobaan ini, yaitu:

Persentase Residu Aspal :

R = [(A-TD)/A] x 100

A = volume benda uji pada awal percobaan

TD = total hasil penyulingan, yaitu volume

(ml) hasil penyulingan pada suhu

360°C.

Persentase total fraksi hasil penyulingan

T = (TD/A) x 100

Persentase masing-masing fraksi hasil

penyulingan:

- Terhadap volume awal

- Terhadap volume total fraksi hasil

penyulingan

Melaporkan hasil suling akumulatif dalam persen

terhadap isi semula sebagai berikut:

Sampai 225°C hasil suling ……. %

Sampai 260°C hasil suling ……. %

Sampai 316°C hasil suling ……. %

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 38

Page 39: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

H. PEMERIKSAAN PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN(Penetrasi of Bituminous Materials)

Pengujian ini dilakukan untuk dapat menentukan nilai penetrasi aspal sebagai salah satu parameter karakteristik utama aspal.

Aspal adalah material thermoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun demikian perilaku/respon material aspal tersebut terhadap suhu pada prinsipnya membentuk suatu spektrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunannya.

Dari sudut pandang rekayasa (engineering), ragam dari komposisi unsur penyusun aspal biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon material aspal tersebut diperkenalkan beberapa parameter, yang salah satunya adalah nilai PEN (Penetrasi). Nilai ini menggambarkan kekerasan aspal pada suhu standar standar 25°C, yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi jarum standar, dengan beban standar (50 gr/100gr) dalam rentang waktu yang juga standar (5 detik).

British Standar Institute (BSI) membagi nilai penetrasi tersebut menajadi 10 macam, dengan rentang nilai PEN 15 s/d 450, sedangkan AASHTO mendefinisikan nilai PEN 40 – 50 sebagai nilai PEN untuk material aspal terkeras dan PEN 200–300 untuk material aspal terlembek/terlembut.

Prosedur Pengujian (AASHTO T49 – 89:1990)

Peralatan yang Digunakan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 39

Page 40: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

1. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm.

2. Pemegang jarum seberat (47,5±0,05) gr yang dapat dilepas dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.

3. Pemberat sebesar (50±0,05) gr dan (100±0,05) gr masing-masing dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gr dan 200 gr.

4. Jarum penetrasi dibuat dari stainles steel mutu 44°C, atau HRC 54 sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung.

5. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk

silinder dengan dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut:

Penetrasi Diameter Dalam

Di bawah 200200 sampai 300

55 mm70 mm

35 mm45 mm

6. Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan ketelitian lebih kurang 0,1°C. Bejana dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di atas dasar bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.

7. Tempat air untuk benda uji ditempatkan dibawah alat penetrasi.

8. Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml, dan tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa bergerak.

9. Pengukur waktu.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 40

Page 41: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

10. Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang dan kesalahan tertinggi 0,1 detik per detik. Untuk pengukuran penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik.

11. Termometer.

Penyiapan Sampel

memanaskan contoh perlahan-lahan serta diaduk hingga cukup cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak lebih dari 60°C di atas titik lembek, dan untuk bitumen tidak lebih dari 90°C di atas titik lembek. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30 menit. Aduk perlahan-lahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh.

setelah contoh cair merata, dituangkan ke dalam tempat contoh dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm. Buat dua benda uji (duplo).

menutup benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk yang besar.

Pengujian Penetrasi

letakkan uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan tempat air tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada pada suhu yang ditentukan. Diamkan dalam bak tersebut selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai 2 jam untuk benda uji besar.

periksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 41

Page 42: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

penetrasi dengan toluene atau pelarut lain kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap bersih dan pasang jarum pada pemegang jarum.

meletakkan pemberat 50 gram di atas jarum untuk memperoleh beban sebesar (100±0,1) gram.

memindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat penetrasi.

menurunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda uji. Kemudian atur angka 0 di arloji penetrometer sehingga jarum penunjuk berimpit dengannya.

melepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch selama jangka waktu (5±0,1) detik.

memutar arloji penetrometer dan baca angka penetrasi yang berimpit dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat.

melepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk pekerjaan berikutnya.

melakukan pekerjaan di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda uji yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan tepi dinding berjarak lebih dari 1 cm.

Perhitungan dan Pelaporan

Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata dari sekurang-kurangnya dari 3 pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil-hasil pembacaan tidak melampaui ketentuan di bawah ini:

Hasil penetrasi

0 – 49 50 – 149 150 – 199

200

Toleransi 2 4 6 8

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 42

Page 43: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Apabila perbedaan antara masing-masing pembacaan melebihi toleransi, pemeriksaan harus diulangi.

I. PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL DAN TER(Softening Point of Asphalt and Tar in

Ethylene Glycol Ring and Ball)

Pengujian ini dilakukan untuk dapat menentukan

nilai/suhu titik lembek aspal.

Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun demikian perilaku/respon material aspal tersebut terhadap suhu pada prinsipnya membentuk suatu spektrum/beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunannya.

Percobaan ini diciptakan karena pelembekan (softening) bahan-bahan aspal dan ter, tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tapi lebih merupakan perubahan gradual seiring penambahan suhu. Oleh sebab itu, setiap prosedur yang dipergunakan untuk menentukan titik lembek aspal atau ter, hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut, artinya penambahan suhu pada percobaan hendaknya berlangsung secara gradual dalam jenjang yang halus.

Metode Ring and Ball yang umumnya diterapkan pada bahan aspal dan ter ini, dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai solid.

Prosedur Pengujian (AASHTO T53 – 89:1990)Peralatan yang Digunakan Cincin kuningan Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gr

sampai 3,55 gr.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 43

Page 44: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Dudukan benda uji, lengkap dengan pengaruh bola baja dan plat dasar yang mempunyai jarak tertentu.

Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi dan tinggi ± 12 cm.

Thermometer. Penjepit Alat pengarah bola

Penyiapan Sampel

memanaskan contoh aspal perlahan-lahan

serta diaduk hingga merata. Pemanasan dan

pengadukan dilakukan perlahan-lahan agar

gelembung-gelembung udara cepat keluar.

setelah cair merata tuang contoh ke dalam dua

buah cincin. Suhu pemanasan aspal tidak

melebihi 56°C di atas titik lembeknya dan

untuk aspal tidak melebihi 111°C di atas titik

lembeknya.

memanaskan 2 buah cincin sampai mencapai

suhu tuang contoh, dan letakkan kedua cincin

di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan

dari campuran talk dan sabun.

menuang contoh ke dalam 2 buah cincin,

diamkan pada suhu sekurang-kurangnya 8°C di

bawah titik lembeknya sekurang-kurangnya 30

menit.

setelah dingin, ratakan permukaan contoh

dalam cincin dengan pisau yang telah

dipanaskan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 44

Page 45: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pengujian Titik Lembek

Memasang dan atur kedua benda uji di atas

kedudukan dan letakkan pengarah bola di

atasnya. Kemudian masukkan seluruh

peralatan tersebut ke dalam bejana gelas.

Isi bejana dengan air suling baru, dengan suhu

(5±1)°C sehingga tinggi permukaan air

berkisar antara 101,6 sampai 108 mm.

meletakkan termometer yang sesuai untuk

pekerjaan ini di antara kedua benda uji (kurang

lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin).

memeriksa dan atur jarak antara permukaan

pelat dasar benda uji sehingga menjadi 24,5

mm.

meletakkan bola-bola baja yang bersuhu 5°C di

atas dan ditengah permukaan masing-masing

benda uji yang bersuhu 5°C menggunakan

penjepit dengan memasang kembali pengarah

bola.

memanaskan bejana sehingga kenaikan suhu

menjadi 5°C per menit. Kecepatan pemanasan

rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan ini.

Untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan

pemanasan tidak boleh melebihi 0,5OC.

Perhitungan dan Pelaporan

Melaporkan suhu pada saat setiap bola

menyentuh pelat dasar. Laporkan suhu titik

lembek bahan bersangkutan dari hasil

pengamatan rata-rata dan bulatkan sampai 0,5°C

terdekat untuk tiap percobaan ganda (duplo).

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 45

Page 46: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Catatan:

Apabila kecepatan pemanasan melebihi

ketentuan maka pekerjaan diulangi.

Apabila dari suatu pekerjaan duplo perbedaan

suhu dalam 6 melebihi 1°C maka pekerjaan

diulangi.

VI.2.2 PERANCANGAN CAMPURAN ASPAL PANAS

Diagram alir proses perancangan campuran aspal (terlampir).

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL DAN AGREGAT

Perancangan campuran adalah untuk dapat menentukan komposisi yang tepat antara agregat, aspal, dan material pengisi (filler) dalam campuran aspal dan agregat.

Terminologi

Stabilitas : Kemampuan suatu campuran aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam kilogram atau pound.

Flow : (Kelelehan); perubahan bentuk plastis suatu campuran aspal yang terjadi akibat beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam nn atau 0,01”.

VIM : Voids in Mixture (Rongga di dalam Campuran); volume rongga yang berisi udara di dalam campuran aspal, dinyatakan dalam % volume.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 46

Page 47: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

VMA : Voids in Mineral Aggregate (Rongga didalam Agregat); volume rongga yang terdapat di antara butir-butir agregat dari suatu campuran aspal yang telah dipadatkan, termasuk di dalamnya adalah rongga udara dan rongga yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % volume.

VFB : Volas Filled with Bitumen (Rongga terisi Aspal); Bagian dari volume rongga didalam agregat (VMA) yang terisi aspal efektif, dinyatakan dalam % VMA.

Aspal Efektif : Total kandungan aspal dari suatu campuran dikurangi bagian aspal yang hilang karena penyerapan oleh agregat, dinyatakan dalam %.

Dasar.

Terdapat bermacam-macam tipe campuran aspal dan agregat, yang paling umum adalah campuran Aspal Beton (Asphaltic Concretel AC) yang lebih dikenal dengan AC atau LASTON dan campuran Hot Rolled Asphalt (HRA). Perbedaan mendasar dari kedua tipe campuran ini adalah pada gradasi agregat pembentukannya. Campuran tipe AC menggunakan agregat bergradasi menerus (continuous graded) sedangkan campuran tipe HRA menggunakan agregat bergradasi senjang (gap graded).

Sifat-sifat penting yang harus dimiliki oleh suatu campuran aspal dan agregat diantaranya:

Stabilitas

Campuran harus memiliki ketahanan terhadap deformasi permanen yang disebabkan oleh beban lalu lintas. Stabilitas suatu campuran

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 47

Page 48: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

dapat diperoleh dari adanya interlocking agregat dalam campuran ataupun dengan menggunakan aspal berpenetrasi rendah.

Fleksibilitas

Campuran harus dapat menahan defleksi dan momen tanpa timbul retak pada campuran tersebut yang diakibatkan oleh perubahan jangka panjang pada daya dukung tanah atau lapis pondasi, lendutan yang berulang akibat beban lalu lintas, perubahan volume campuran akibat perubahan suhu. Fleksibilitas suatu campuran dapat diperoleh dengan cara meninggikan kadar aspal dalam campuran, menggunakan aspal berpenetrasi tinggi, dan juga dengan menggunakan agregat bergradasi terbua (open graded).

Durabilitas

Durabilitas berkaitan dengan keawetan suatu campuran terhadap beban lalu lintas dan pengaruh cuaca. Campuran harus tahan terhadap air dan perubahan sifat aspal karena penguapan dan oksidasi. Durabilitas dapat ditingkatkan dengan cara membuat campuran yang padat dan kedap air, yang dapat diperoleh dari penggunaan agregat bergradasi rapat (dense graded) dan kadar aspal yang tinggi.

Workabilitas

Workabilitas berarti kemudahan suatu campuran untuk dihamparkan dan dipadatkan untuk mencapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Hal ini dapat tercapai jika viskositas campuran pada suhu pencampuran dan pemadatan cukup rendah.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 48

Page 49: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Ekonomis

Campuran harus direncanakan dengan menggunakan jenis dan kombinasi material yang menghasilkan biaya termurah tetapi memenuhi persyaratan stabilitas, flexibilitas, durabilitas dan workabilitas.

Perencanaan suatu campuran agregat dan aspal terutama ditujukan agar campuran tersebut dapat memiliki sifat-sifat seperti yang tersebut di atas. Tujuan akhir dari perencanaan tersebut adalah menentukan suatu kadar aspal optimum yang akan memberikan keseimbangan dari semua sifat campuran tersebut, karena tidak ada aspal pun yang akan dapat memaksimalkan semua sifat campuran.

Perencanaan Campuran Aspal dan Agregat

Ada bermacam-macam metoda perencanaan campuran, yang paling dikenal adalah metoda Marshall dan metoda Hveem. Secara umum metoda itu terdiri dari proses-proses:

Persiapan benda uji

Pemadatan

Perhitungan rongga dan tes stabilitas dan kadar rongga

Analisis

Persiapan benda uji terdiri dari penyiapan agregat dan aspal serta pembuatan benda uji sesuai aspek yang direncanakan.

Pemadatan benda uji dilakukan untuk mensimulasikan kepadatan campuran tersebut di lapangan setelah beban lalu lintas tertentu. Metoda pemadatan yang umum adalah:

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 49

Page 50: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Impact Compaction, yang digunakan pada

metoda Marshall.

Kneading Compaction, yang digunakan pada

metoda Hveem.

Gyratory Compation

Setelah pemadatan selesai, proses selanjutnya adalah pengujian berat jenis benda uji untuk menghitung kandungan rongga didalam campuran dan kemudian diikuti dengan pengujian stabilitas.

Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk suatu kadar aspal tertentu adalah tiga buah, agar hasil pengujian terjamin secata statistik. Umumnya kadar aspal divariasikan dengan kenaikan 0,5% atau 1%. Banyaknya kadar aspal yang divariasikan tergantung dari jenis campurannya, umumnya pada setiap pengujian cukup dibuat lima kadar aspal.

Teori Rongga

Jenis-jenis rongga didalam suatu campuran aspal dan agregat dibedakan menjadi VIM (rongga didalam campuran), VMA (rongga didalam agregat) dan VFA (rongga terisi aspal).

Vma : volume rongga didalam agregat (VMA)

Vmb : volume bulk dari campuran padat

Vmm : volume campuran yang tidak berongga

Vfa : volume rongga yang terisi aspal (VFB)

Va : volume rongga di dalam campuran (VIM)

Vb : volume aspal di dalam campuran

Vba : volume aspal yang terserap ke dalam

agregat

Vsb : volume agregat (untuk menghitung berat

jenis bulk)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 50

Page 51: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Vse : volume agregat (untuk menghitung berat

jenis efektif)

Modul perencanaan campuran aspal dan agregat ini akan terkait dengan modul perhitungan berat jenis dan penyerapan untuk agregat serta modul perhitungan berat jenis aspal.

Prosedur Pengujian

Secara umum, prosedur perencanaan dan pengujian campuran aspal dan agregat dengan menggunakan metoda Marshall dapat dilihat pada bagan alir berikut ini:

Bagan Alir Perencanaan dan Pengujian Campuran

Prosedur perencanaan yang diterangkan di sini adalah perencanaan campuran dengan menggunakan Uji Marshall.

Proses perencanaan dimulai dengan memilih spesifikasi (spek) campuran tertentu. Dari spesifikasi ini akan diperoleh keterangan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 51

Agregat

Aspal

Spek campuran Pembuatan Benda uji pemadatan

Pengujian Berat jenis CampuranUji Marshall

Pengujian Berat jenis Campuran

Pengujian Berat jenis Campuran

KriteriaPerencanaan

Page 52: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

mengenai komposisi campuran, yaitu gradasi agregat yang harus digunakan serta jenis aspal yang boleh digunakan.

Proses selanjutnya adalah pembuatan benda uji campuran yang diikuti oleh pemadatan. Disarankan paling sedikit dibuat 5 variasi kadar aspal, dan untuk setiap kadar aspal tersebut dibuat 3 benda uji.

Pemadatan benda uji, dalam hal ini menggunakan metoda Marshall, dinyatakan dalam jumlah tumbukan yang dikenakan pada benda uji tersebut. Jumlah tumbukan ini didasarkan pada jenis lalu lintas rencana (dapat dilihat pada kriteria perencanaan).

Sebelum melakukan uji Marshall terlebih dahulu dilakukan pengujian berat isi dan berat jenis untuk dapat menghitung kandungan rongga didalam campuran. Setelah semua perhitungan selesai dilakukan, dapat ditentukan kadar aspal optimum berdasarkan kriteria perencanaan yang diambil.

Peralatan

Peralatan yang digunakan terdiri dari:

1. Tiga buah cetakan benda uji dari logam yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.

2. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan:

a. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.

b. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran 20,32 x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 52

Page 53: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

berukuran 30,48 x 30,48 x 2,54 dan dijangkarkan pada lantai beton di keempat bagian sudutnya.

c. Pemegang cetakan benda uji.

3. Alat pengeluar benda uji

Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat ekstruder yang berdiameter 10 cm.

4. Alat Marshall lengkap dengan:

a. Kepala penekan (breaking head) berbentuk lengkung.

b. Cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm.

c. Arloji pengukur pelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta perlengkapannya.

5. Oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200°C (± 3°C).

6. Bak perendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 – 60°C (±1°C).

7. Timbangan yang dilengakpi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram.

8. Pengukur suhu dari logam (Metal thermometer) berkapasitas 250°C dan 100°C dengan ketelitian 1% dari kapasitas.

9. Perlengkapan lain:

a. Panci-panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.

b. Sendok pengaduk dan spatula.

c. Kompor dan pemanas (hot plate)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 53

Page 54: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

d. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung pernapasan atau masker.

e. Kantor plastik kapasitas 2 kg.

f. Kompor gas elpiji atau minyak tanah.

Pembuatan Benda Uji

1. Mengeringkan agregat pada suhu 105 – 110°C

minimum selama 2 jam, keluarkan dari alat

pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya

tetap.

2. memisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi

yang dikehendaki (sesuai aspek) dengan cara

penyaringan.

3. memanaskan aspal sampai mencapai tingkat

kekentalan (viskositas) yang disyaratkan baik

untuk pekerjaan pencampuran maupun

pemadatan seperti Tabel berikut.

Tingkat kekentalan (viskositas) aspal untuk aspal padat dan

aspal cair

AlatPencampuran Pemadatan

AspalPadat

AspalCair

Satuan

AspalPadat

AspalCair

Satuan

KinematikViscosimeter

170±20

170±20

C.ST180±

30180±

30C.ST

Syabolt FurolViscometer

85±1085±1

0DET.S.F

140±15

140±15

DET.S.F

4. Proses pencampuran dilakukan sebagai

berikut:

a. Menyiapkan bahan untuk setiap benda uji yang diperlukan yaitu agregat sebanyak ±1200 gram sehingga menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ±1,27mm.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 54

Page 55: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pencampuran agregat agar sesuai dengan gradasi yang diinginkan dilakukan dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spek. Untuk memperoleh berat agregat yang diperlukan masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan mengalikan nilai tengah tersebut terhadap total berat agregat.

b. memanaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 28°C di atas suhu pencampuran untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair pemanasan sampai 14°C di atas suhu pencampuran.

c. menuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 1 di atas sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut kemudian, aduklah dengan cepat pada suhu sesuai Butir 4.2.4. b sampai agregat terselimuti aspal secara merata.

5. Proses pemadatan dilakukan sebagai berikut:

a. membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,3 – 148,9°C.

b. meletakkan cetakan di atas landasan pemadata dan tanah dengan pemegang cetakan.

c. meletakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.

d. memasukkan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 55

Page 56: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

sebanyak 15 kali keliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.

e. melakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :

- 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat

- 50 kali tumbukan untuk lalu lintas berat

- 35 kali tumbukan untuk lalu lintas berat

Dengan tinggi jatuh 457,2 mm selama

pemadatan harus diperhatikan agar

kedudukan sumbu palu pemadatan selalu

tegak lurus pada alas cetakan.

f. melepaskan pelat alas berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alat berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.

g. menumbuk dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai Butir 4.2.5.e terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini.

h. melepaskan keping alas dan pasang alat pengeluar benda uji pada permukaan ujung ini.

i. mengeluarkan dengan hati-hati dan letakkan benda uji di atas permukaan yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada suhu ruang.

j. mendinginkan dengan kipas angin meja bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat.

Prosedur Pengujian

Pengujian berat jenis campuran (ASTM D

2726 – 73)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 56

Page 57: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Cara pengujiannya:

a. Timbang benda uji kering sehingga didapat berat benda uji kering.

b. Rendam benda uji didalam bak perendam pada 25°C selama 3 sampai 5 menit dan timbang didalam air, akan didapat berat benda uji didalam air.

c. Keringkan permukaan benda uji dengan lap kering kemudian ditimbang, akan didapat berat kering permukaan jenuh (SSD).

d. Catat hasil pengujian pada formulir yang telah disediakan dan hitung berat jenis campuran sesuai dengan rumus yang disediakan.

Pengujian Campuran Aspal Metoda Marshall

(SNI 06 – 2489)

Cara pengujian adalah sebagai berikut:

a. Timbang benda uji dalam

bak perendam selama 30 – 40 menit dengan

suhu tetap 60°C (±1°C) untuk benda uji yang

menggunakan aspal padat, untuk benda uji

yang menggunakan aspal cair masukkan benda

uji ke dala oven selama minimum 2 jam

dengan suhu tetap 25°C (±1°C).

b. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke dalam segmen bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendaman atau oven sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 57

Page 58: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

c. Pasang segmen di atas benda uji dan letakkan keseluruhannya dalam mesin penguji.

d. Pasang arloji pengukur pelelehan (flow) pada kedudukannya di atas salah satu barang penuntun dan diatur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan.

e. Naikkan kepala penekan beserta bendaujinya dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji, sebelum pembebanan diberikan.

f. Atur jarum arloji tekan pada kedudukan angka nol.

g. Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50 mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai, atau pembebanan menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan dan catat pembebanan maksimum atau stabilitas (stability) yang dicapai, koreksi bebannya dengan menggunakan faktor perkalian yang bersangkutan dari tabel 2 bila benda uji tebalnya kurang atau lebih besar dari 63,5 mm.

h. Catat nilai pelelahan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan pada saat pembebanan maksimum tercapai.

Analisis Data dan Pelaporan

Perhitungan berat jenis dan rongga campuran

Berat jenis curah campuran (bulk specific gravity)

Berat benda uji kering

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 58

Page 59: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Berat benda uji kering permukaan jenuh – berat benda uji

dalam air

Berat jenis maksimum campuran teoriris (max. theoretical

specific gravity)

100

% Agregat dalam campuran % aspal dalam campuran +

BJ efektif agregat BJ aspal

Berat jenis efektif agregat:

Berat jenis agregat bulk + berat jenis agregat semu

2 Persentase aspal terhadap campuran (%)

% aspal terhadap berat agregat x 100(% aspal terhadap berat agregat + 100)

Berat benda uji Berat isi (unit weight, t/m3) =

Volume B.Uji

B. Isi benda uji

Person rongga terhadap agregat (Void in Mineral

Aggregate, VMA,%) = 100 – vol. Agregat.

Persentase rongga terisi aspal (voids filled with bitumen,

VFB,%) =

100 x volume aspal Persentase rongga thd. Agregat

Persentase rongga terhadap campuran (voids in

Mixture/VIM) =

100 x berat isi campuran

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 59

Page 60: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

100 - Bj teoritis

Penentuan Kadar Aspal Optimum

Buat grafik yang menyatakan :

- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VIM (%)

- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VMA (%)

- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VFB (%)

- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Berat isi

- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Stabilitas

- Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%)

dengan flow

Cari nilai-nilai VIM, VMA, VFB, stabilitas yang memenuhi syarat dengan menggabungkan grafik di atas dengan kriteria perencanaan.

Kadar aspal optimum ditentukan dengan cara menggabungkan nilai-nilai VIM, VMA, VFB dan stabilitas tersebut sehingga didapat suatu range kadar aspal yang memenuhi keempat syarat tersebut. Kadar aspal optimum dapat diambil sebagai nilai tengah dari range tersebut. Nilai ini kemudian di cek terhadap kriteria perencanaan untuk flow.

Pelaporan

a. Laporkan kondisi pengukuran dalam Form Hasil Pengujian Campuran dengan alat Marshall:

Kadar aspal dilaporkan dalam bilangan desimal satu angka dibelakang koma.

Berat isi dilaporkan dalam ton/m3 dua angka dibelakang koma.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 60

Page 61: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Persentase rongga terhadap agregat dilaporkan dalam bilangan desimal satu angka di belakang koma.

Persentase rongga terisi aspal dilaporkan dalam bilangan bulat.

Stabilitas dilaporkan dalam bilangan bulat.

b. Laporkan hasil-hasil percobaan dalam bentuk grafis untuk:

Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VIM (%)

Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VMA (%)

Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan VFB (%)

Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Berat isi

Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan Stabilitas

Hubungan kadar aspal terhadap campuran (%) dengan flow

VI.2.3 PEMERIKSAAN KUALITAS HASIL PEKERJAAN

Pemeriksaan ini meliputi pengujian kepadatan dan kadar aspal campuran serta pemeriksaan dengan metode marshal pada hasil cordrill lapisan aspal. Disamping itu dilakukan pula pemeriksaan kekesatan permukaan aspal.

A. PEMERIKSAAN KADAR ASPAL

Extraction Test (AASHO T 164-70)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 61

Page 62: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui

kadar aspal dari campuran aspal panas.

Prosedur Pengujian (AASHO T 164 – 70)

- Pengambilan sample dengan cara quartering.

- Contoh ditimbang, beratnya dicatat (=Agr), kemudian dimasukkan ke dalam bowl extractor, diberi kertas filter. Kertas filter terlebih dahulu ditimbang dalam keadaan kering sebelum digunakan, beratnya dicatat (=D gr).

- Masukkan cairan Tetrachlorida kedalamnya, ditutup kemudian diputar. Cairan akan melarutkan aspal dan keluar dengan warna hitam yang ditampung pada wadah kosong dimana nantinya akan digunakan untuk menghitung ash correction.

- Setelah cairan yang keluar sudah cukup jernih, dapat dianggap bahwa ekstraksi sudah cukup sempurna dan dapat bowl dengan filternya dikeluarkan. Material dalam bowl dan pada kertas saring dikeringkan, kemudian ditimbang (=Bgram). Pekerjaan ini harus dilakukan secara hati-hati sehingga tidak satu butirpun material yang hilang.

- Persentase kandungan aspal dihitung dengan rumus :(A – B) – (E – D)--------------------- x 100 %

A

B. PEMERIKSAAN MARSHALL

Pemeriksaan Marshall dari hasil corrdrill pada

lapisan aspal dilakukan dengan prosedur seperti

pada uraian mengenai rancangan campuran

aspal.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 62

Page 63: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

C. PEMERIKSAAN KEKESATAN

Locked Wheel Tester

Metode yang kerap digunakan untuk pengujian

kekesatan menggunakan beberapa bentuk

penguji roda terkunci (lihat gambar).  Pada

dasarnya, metode ini mengunakan roda yang

terkunci sepanjang permukaan yang diuji untuk

mengukur tahanan. 

Gambar alat Mu-Meter untuk pengujian Kekesatan

Permukaan

Sistem pengukuran roda terkunci harus memenuhi

syarat berikut:

Kendaraan penguji dengan satu atau lebih roda

penguji yang dikaitkan ke bagian atau sebagai

bagian gandengan kendaraan.

Ban standard yang digunakan pada roda

penguji.  Ban uji kekesatan yang terstandard,

tubeless, berlapis G78x15 dengan tujuh alur

tertentu, ditentukan oleh standard AASHTO M

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 63

Page 64: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

261 atau ASTM E 501.  Ban yang lebih baru,

satu yang tanpa alur, nampaknya dapat pula

digunakan dengan baik.  Dengan menentukan

ban pengujian standard, tipe dan desain ban

dapat digunakan sebagai variable dalam

pengukuran kekesatan.

Peralatan yang digunakan dengan roda

pengujian yang memantau tekanan yang

terjadi antara roda penguji kekesatan dengan

jalan.

Sinyal elektronik yang dapat digunakan untuk

menerima sinyal output dan mengubahnya

sesuai kebutuhan.

Peralatan output baik analog maupun digital

yang sesuai untuk merekam baik besaran dari

tekanan yang ditimbulkan ataupun menghitung

nilai kekesatan.

Untuk melakukan pengukuran, kendaraan/trailer

dibawa ke lokasi pengujian pada kecepatan

tertentu, biasanya 64 km/jam (40 mph) dan air

disemprotkan di depan ban uji untuk menciptakan

permukaan jalan yang basah. Sistem pengereman

ban uji selanjutnya diaktifkan untuk mengunci ban

uji. Peralatan pengukuran mengukur tekanan yang

dihasilkan antara ban uji dan jalan lalu

menampilkannya sebagai nilai kekesatan.

Standard pengujian ban-terkunci adalah:

AASHTO T 242 : Frictional Properties dari

Permukaan Jalan dengan menggunakan ban

skala penuh.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 64

Page 65: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

ASTM E 274 : Kekesatan pada permukaan jalan

dengan menggunakan ban skala penuh.

Pengujian Putar

Pengujian Putar memiliki sistem yang relatif sama

seperti pengujian di atas namun beroperasi

dengan cara terbalik. Pada Pengujian Putar,

kendaraan/trailer dibawa pada kecepatan tertentu

sekitar 64 km/jam atau 40 mph dan roda uji

terkunci diturunkan hingga ke permukaan

jalan. Selanjutnya sistem pengereman roda

dilepaskan dan roda uji dibiarkan ‘berputar’

hingga mencapai putaran normal selama kontak

dengan jalan. Secara matematis, tekanan yang

timbul pada roda atau permukaan jalan pada

beberapa saat yang berhubungan dengan itu

dapat diwakili oleh ban terkunci bila ditarik

sepanjang jalan pada kecepatan uji (Wambold et

al., 1990). Pengujian Putar menawarkan dua

keuntungan dibandingkan Pengujian Terkunci:

Tidak ada pengukuran tekanan diperlukan,

tekanan tersebut dapat dihitung dengan

mengetahui momen inersia (momen kelembaman)

roda uji dan percepatan rotasionalnya (Wambold

et al., 1990). Alat pengukuran tekanan untuk

pengujian terkunci membutuhkan biaya yang

lebih besar.

Karena ban uji terhubung dengan jalan ketika

terkunci untuk waktu yang lebih singkat

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 65

Page 66: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

dibandingkan dengan pengujian ban terputar, hal

ini secara signifikan mengurangi penggunaan ban

uji.

Pengukuran Tekstur Permukaan

Karena pengujian kekesatan dilakukan terhadap

permukaan macrotexture, beberapa metode

digunakan untuk mengukur macrotexture

permukaan, dan berhubungan dengan pengujian

kekesatan sebagaimana yang terukur dengan

metode tradisional.  Pengukuran tekstur

permukaan yang paling sederhana adalah sand

patch test (ASTM E 965).  Pengujian dilakukan

terhadap permukaan kering dengan menaburkan

sejumlah pasir di atasnya dan ditebarkan dengan

cara melingkar. Begitu pasir ditaburkan, ia akan

mengisi titik-titik kosong di permukaan. Ketika

pasir sudah tidak dapat ditaburkan, selanjutnya

diameter lingkaran yang dihasilkan diukur. 

Diameter ini dihubungkan dengan rata-rata

kedalaman tekstur, di mana dapat dihubungkan

pula dengan kekesatan. Kedalaman tekstur

sekitar 1.5 mm (0.06 inches) biasanya dibutuhkan

untuk area yang memiliki lalu lintas padat/ramai.

Laser atau peralatan pengolahan citra dapat

menentukan macrotexture permukaan dari

kendaraan yang bergerak pada kecepatan

normal. Satu peralatan tertentu, disebut Road

Surface Analyzer (ROSAN), adalah sejumlah

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 66

Page 67: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

peralatan yang tidak memiliki kontak dengan

permukaan, yang dikembangkan oleh FHWA's

Turner Fairbanks Research Center Pavement

Surface Analysis Laboratory. ROSAN (gambar di

bawah) dapat digunakan untuk mengukur tekstur,

pemisahan agregat, alur, gerigi, sambungan, dan

faulting (FHWA, 2001). 

Prototype ROSAN Device (circa 1998)

Satu kelemahan metode ini adalah macrotexture

permukaan tidak seluruhnya dapat digunakan

untuk menentukan kekesatan.

VI.2 PEMAHAMAN DAN PENDEKATAN TERHADAP PEKERJAAN PENGAWASAN OVERLAY

VI.2.1 TUGAS-TUGAS PENGAWASAN SECARA UMUM

Selama tahap pelaksanaan tugas-tugas pengawas secara umum ada!ah mencakup:

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 67

Page 68: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Review terhadap program/rencana kerja Kontraktor.

lnspeksi pekerjaan Kontraktor pada saat dikerjakan.

Melakukan pengawasan terhadap penerapa dokumen Kontrak yang berlaku.

Melakukan sertifikasi terhadap pelaksanaan pembayaran kepada Kontraktor.

Dalam menjalankan tugas pengawas ini pada hakekatnya selalu ditunjang oleh kepribadian daripada masing-masing pengawas. Umpamanya, temperamen seseorang yang berhubungan erat dengan faktor psikologis, biologis dan latar belakang etnis daripada orang tersebut.

Memang dapat diharapkan untuk mengubah sedikit demi sedikit setiap seseorang dalam menghadapi tugasnya sebagai pengawas di lapangan, tetapi hal ini tentu sangat terbatas, karena wataknya sudah terbentuk sejak dulu, dan pengaruh lingkungan turut berperan membantunya.

Dalam suatu team ( Organisasi ) pengawas tapangan, keragaman daripada watak, sifat dan sikap setiap individu harus disatukan untuk suatu tujuan yang sama, sedangkan prepesi masing-masing individu dapat berlainan.

Tugas dan kewajiban yang berbeda-beda dan beragam inilah harus disatukan oleh pimpinan pengawas di lapangan, untuk mendapatkan suatu organisasi team pengawas lapangan yang “Solid”. Hal ini perlu, karena dalam menghadapi pihak-pihak lain, terutama Kontraktor, kesatuan dalam tindakan sangat diperlukan. Karena kalau sampai terjadi perbedaan persepsi, yang sangat tidak diharapkan adalah timbulnya konflik-konflik yang dapat berkepanjangan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 68

Page 69: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Dengan adanya tugas yang bertujuan sama, menyebabkan team pengawas lapangan merasakan adanya kekeluargaan atau kesatuan oleh ikatan dalam menghadapi pihak pihak lain yang bukan tidak mungkin mempunyai taktik untuk memecah-belah organisasi team pengawas lapangan yang sudah cukup “solid” tadi.

A. Maksud Dan Tujuan Pengawasan Dan Pengendalian Proyek

Sesuai dengan uraian di atas, pengawasan yang dilakukan pada saat pelaksanaan suatu proyek adalah kegiatan yang bersifat monitoring, controlling dan evaluasi daripada semua pekerjaan selama proses pelaksanaan proyek tersebut berlangsung, dengan tujuan untuk memperoleh hasil pelaksanaan yang sesuai dengan rencana yang dibuat, ketentuan-ketentuan yang ditetapkan pihak, pemberi tugas dan kontraktor.

Di saat persiapan pekerjaan sampai selanjutnya pelaksanaan pekerjaan tersebut, pengawas wajib selalu memonitor, mengontrol dan mengevaluasi setiap tahapan kegiatan, baik itu menyangkut mutu, maupun kualitas serta kuantitas (jumlah, volume).

Sudah jelas apabila dilakukan langkah-langkah yang disebutkan di muka tadi, tujuan yang paling utama daripada pengawasan, yaitu menghasilkan suatu produk akhir proyek yang baik, mutu sesuai dengan standar/spesifikasi, waktunya tepat seperti yang direncanakan dan pemakaian/pengeluaran dana yang efisien, akan dapat dicapai semaksimal mungkin.

B. Prinsip-Prinsip Pengawasan Dan Pengendalian Proyek

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 69

Page 70: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pada dasarnya, prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam pengawasan dan pengendalian proyek adalah sebagai berikut:

a. Harus objektif

b. Harus preventif

c. Berdasarkan pedoman-pedoman yang ada, antara lain

o Rencana/Program yang ditetapkan

o Gambar-gambar & spesifikasi (Dokumen

kontrak)

d. Berpengetahuan & ketrampiian dalam

o Administrasi

o Cara memberikan instruksi

o Leadership

Yang dimaksudkan sebagal objektif ialah sikap seorang pengawas yang bijaksana dalam pengambilan suatu keputusan tidak semata-mata berpikiran bahwa pendapatnya sendiri yang benar. Objektif berarti harus berdasarkan pendapat umum (orang banyak), yang berlaku dan diterima orang banyak. Di sini pengawas dituntut untuk berjiwa besar dapat menerima pendapat orang lain, yang memang logis dan masuk akal (reasonable).

Pemaksaan kehendak tidak dapat ditolelir bagi seorang pengawas, karena tidak akan objektif lagi, tapi sudah cenderung subjektif. Karena pengalaman seseorang dapat terbatas, maka perlu untuk mencoba menerima/ menyerap pengalaman orang lain.

Sikap prefentif lebih dianjurkan. Mencegah adalah lebih baik daripada memperbaiki. Membesi pekeijaan yang salah tapi diteruskan dan mengakibatkan kerugian salah satu pihak, akhimya juga merupakan kerugian bersama.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 70

Page 71: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Karena tujuan bersama (pemilik proyek, pengawas lapangan dan Kontraktor) adalah menghasilkan suatu yang terbaik. Jadi dalam hal ini setiap langkah pekerjaan harus dideteksi secara mendalam sebelum melakukan kesalahan, agar sebelum melakukan kesalahan yang lebih fatal dapat dicegah terlebih dulu sehingga jangan sampai fatal akhirnya.

C. Pedoman-Pedoman Yang Menjadi Dasar

Rencana/program kerja yang telah ditetapkan, direncanakan oleh kontraktor, disetujui bersama dengan pemilik dan pengawas lapangan, setelah dievaluasi dan di check. Pengecekan bersama-sama (joint check), baik di kantor maupun di lapangan kalau diperlukan dapat diadakan karena pada umumnya program kerja yang dibuat kontraktor belum tentu dilakukan sempurna, karena keterlibatan waktu personil dan pengetahuan/ pengalaman.

Selain itu, yang menjadi pedoman dalam melakukan pengawasan dan pengendalian adalah Dokumen Kontrak beserta Gambar-Gambar & Spesifikasi. Dokumen kontrak merupakan suatu kesatuan yang sating merigikat, dan menjadi pegangan ketiga pihak (pemilik proyek, Pengawas lapangan dan Kontraktor) dalam melaksanakan proyek di lapangan.

Dengan menanda-tangani kontrak pelaksanaan proyek, dengan sendirinya kontraktor sudah mengikatkan dirinya untuk metaksanakan proyek sebaik-baiknya sampai selesal berpedoman kepada dokumen kontrak yang juga menjadi kesatuan dengan kontrak yang sudah ditanda-tangani tersebut.

Biasanya Dokurnen Kontrak terbagi menjadi 6 Volume, yaitu:

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 71

Page 72: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Volume I : Intruction to Bidders yang berisi antara lain: scope of work, syarat-syarat dan cara melakukan bidding”, “Opening of bids”, keputusan pemenang (Award and Signing of Contract) dan lain- lain yang diperlukan dalam pelelangan.

Volume II : General Condition of Contract (uraian dan syarat-syarat umum). Biasanya General Condition of Contract mengatur wewenang dan tanggung jawab pengawas, ketentuan-ketentuan tentang penggunaan sub kontraktor, superintenden dan kontraktor yang bertanggung jawab di site, asuransi, perburuhan dan syarat-syarat pembayaran (kepada kontraktor) serta hubungan dengan pihak luar.

Volume III : General Spesification, yang mengatur mengenai semua pekerjaan, dan saat mobilisasi sampai selesainya proyek, termasuk jenis bahan dan cara-cara pengukuran volume dan pembayaran setiap item pekerjaan.

Volume IV : Drawings (gambar-gambar), yang terdiri dan peta lokasi, situasi, gambar standar (typical drawing), lay-out dan lain-lain.

Volume VI : From of bid shcedule, merupakan bentuk (form) penawaran, bid-bond, quantity yang ditentukan, dan bentuk “Bill of quantities” setiap item pekerjaan, peralatan, upah pekerjanya.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 72

Page 73: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Kecuali pedoman-pedoman di atas tidak kalah pentingnya adalah pedoman administratif yang diperlukan untuk pengawasan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Pedoman pedoman administralif ini perlu diketahui dan dipahami seluruh jajaran pengawas, mulai dan tingkat paling bawah sekalipun.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan administrasi ini antara lain:

Tata cara/Prosedur Pelaporan, yang berhubungan erat dengan sistem organisasi intern team pengawas, maupun organisasi pengelolaan proyek secara keseluruhan. Termasuk dalam pedoman administratif adalah:

Tata cara/Prosedur dalam surat menyurat (Korespondensi), baik dengan pihak pihak yang terkait di dalam proyek, maupun dengan pihak di luar proyek.

Batas-batas kewenangan, kewajiban dan tanggung jawab secara administratif.

D. Pengetahuan & Keterampilan

Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, seorang pengawas lapangan harus mempunyai pengetahuan yang luas mengenai proyek yang sedang atau akan diawasi.

Seorang pengawas harus lebih banyak mengetahui tentang pelaksanaan proyek daripada kontraktornya, sehingga dapat dan mampu mengatakan suatu pelaksanaan yang disodorkan kurang baik. Pengalaman juga menupakan kesatuan daripada pengetahuan, karena seseorang harus menghadapi suatu masalah, dan mengalaminya, baru memperoleh pengetahuan tentang sesuatu hal.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 73

Page 74: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Jadi perlunya pengalaman untuk pekerjaan yang sedang/akan dihadapi, membantu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang timbul di lapangan. Lingkup pengalaman ini hampir tidak terbatas, karena luasnya dan berrnacam-macamnya pekerjaan yang diawasi dan beragamnya kondisi lapangan yang diawasi.

Namun secara umum pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki sudah dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan pengawasan secara konvensional.

Kemampuan pengawas lapangan dapat ditingkatkan dengan mengikuti perkembangan pertimbangan yang selalu dengan cepat bertambah baik dan maju. Pengetahuan akan perkembangan-perkembangan baru ini dapat ditambah dengan aktif melalui membaca terbitan-terbitan, journal-journal dan mengikuti seminar-seminar.

Ketrampilan dan kemampuan perlu dipraktekkan atau ditunjukan di lapangan. Pada prakteknya, banyak sekali justru ketrampilan yang dimiliki, membantu terlaksananya suatu pelaksanaan pekerjaan. Dengan dimilikinya keterampilan seorang pengawas, kontraktor yang diawasi akan menaruh respeknya kepada si pengawas tadi.

Tidak kalah pentingnya adalah ketrampilan dalam memberikan instruksi, menegur dan mengkritik karena dalam kenyataannya di lapangan, banyak sekali ditemul saat-saat seorang pengawas harus melakukan tindakan-tindakan tersebut kepada pihak Kontraktor. Hal tersebut merupakan hak dan kewajiban pengawas di lapangan dalam mewujudkan tugas yang diberikan kepadanya.

Seperti dikatakan di muka, cara pendekatan dalam melakukan hal-hal ini harus secara

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 74

Page 75: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

persuasif, harus sating menghargai dan menghormatl kepribadian setiap orang (Kontraktor) karena pada hakekatnya, seseorang tidak senang blia diperintah dan ditegur, serta dikritik tindakannya.

Memperlakukan sesama manusia tentu harus menjaga norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat, terutama apabila kita bertugas mengawasi suatu pelaksanaan peketjaan di suatu daerah yang orang-orangnya mudah terpancing emosinya dan biasa melakukan tindakan “pembalasan” yang juga tidak sesual norma-norma yang berlaku.

Dalam memberikan instruksi, perlu diyakini bahwa instruksi yang diberikan tersebut memang benar. Dan sudah tidak ada hambatan dan pihak-pihak lain dalam pelaksanaan instruksi tersebut. Artinya instruksi untuk melaksanakan suatu pekerjaan itu tidak merugikan suatu pihak, apalagi pihak di luar proyek. Pengawas harus mengetahui dan cukup paham akan persoalan/pekerjaän yang diinstruksikan serta sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang bertaku (spesifikasi, gambar dan lain-lain).

Dalam memberikan instruksi itu, harus disertai dengan penjelasan selengkap-lengkapnya, baik mengenai scope pekerjaan, maupun dengan cara bagaimana melakukannya, sehingga yang diberi instruksi dapat mengerti akan instruksinya. Misalnya diperintahkan kepada kontraktor untuk membuang tanah akibat longsor tebing, pengawas harus memberikan penjelasan juga kemana harus dibuang tanah longsoran tersebut.

Paling tidak hal-hal berikut harus diperhatikan dalam memberikan instruksi:

Sopan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 75

Page 76: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Tegas

Saling menghargai

Berani mempertahankan pendapat

Tidak angkuh (snob)

Tidak bersuara keras (seperti membentak)

Bersifat terbuka terhadap pikiran-pikiran baru

Diplomatis

Bagaimana bila menerima teguran atau kritik? Suatu hal yang tak menyenangkan adalah mendapat teguran atau kritikan dari orang lain. Karena teguran atau kritlkan adalah cermin dan ketidakberesan dalam tindakan seseorang, atau hasil pekerjaannya.

Sejauh itu merupakan suatu kritikan yang membangun, dalam arti bahwa kritikan tersebut adalah untuk kebaikan bersama dalam mencapai tujuan, suatu pihak tidak perlu berkecil hati mendapat kritikan. Justru dengan kritikan, kita dapat mempunyai kesempatan untuk mernperbaikan kesalahan yang dilakukan.

Selain kritikan, tentu secara “fair” kita harus mau memberikan pujian suatu pekerjaan yang baik, yang telah dilaksanakan. Jadi alangkah baiknya, jika kita tidak hanya melontarkan kritikan dan teguran saja sebagai pengawas, tapi memberikan pujian pada suatu hasil yang pantas, juga harus dilakukan di lapangan.

Dalam melakukan teguran, kesempatan untuk membela diri juga harus diberikan kepada yang bersangkutan, mengingat prinsip saling menghargai di lapangan. Seperti juga dalam memberikan perintah/instruksi, menegur dan mengkritik juga harus memperhatikan kriteria-kriteria yang telah disebut sebelumnya.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 76

Page 77: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

E. Fungsi-Fungsi Seorang Pengawas

Sejak pekerjaan masuk dafam pelaksanaan, sudah dapat ditunjuk siapa akan menjadi pelaksana dan siapa menjadi pengatur. Pekerjaan pengatur telah dikenal sebagai: koordinasi, mengatur, memberi perintah memimpin dan mengorganisasikan. Sedangkan pelaksana adalah yang melakukan kegiatan untuk mewujutkan rencana menjadi kenyataan di lapangan. Selanjutnya, diperlukan lagi seseorang, atau sekelompok orang, yang menjaga apakah yang dilakukan oleh pelaksana mengikuti apa-apa yang dikehendaki dan direncanakan oleh pengatur.

Dengan demikian pengawas itu melakukan perencanaan bagaimana pelaksanaan akan dilakukan dan melakukan pengawasan/kontrol atas pelaksanaan perencanaan dibagi menjadi: membuat perkiraan, menetapkan tujuan-tujuan, membuat kebijaksanaan dan lain-lain.

Yang harus dikerjakan pengawas tergantung dan cara bagaimana memperinci pekerjaan pengawas menjadi bagan-bagan sesuai dengan batasan mengenal pekerjaan.

Cara yang paling sederhana pekerjaan pengawas yaitu pekerjaan dalam kerangka:

1. Menetapkan tujuan-tujuan - menentukan apa yang harus dikerjakan dan tujuan tujuan yang harus dicapai.

2. Merencanakan-menentukan bagaimana dan kapan tahap/langkah yang penting harus diambil untukmencapai tujuan-tujuan itu.

3. Mengorganisasikan-menentukan orang-orang macam apa yang diperlukan untuk mencapal tujuan-tujuan dan mengatur mereka agar tersedia waktunya.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 77

Page 78: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

4. Memberikan motivasi - meyakinkan pada mereka bahwa mereka harus mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan dan akan mencapainya.

5. Melakukan kontrol - meyakinkan apa yang telah direncanakan telah dilaksanakan dan apakah tujuannya telah tercapai.

6. Innovasi - Secara berkesinambungan memperbaiki setiap aspek perusahaan, termasuk memimpin.

Pekerjaan pengawas yang berpikiran modern adalah memeriksa setiap masalah/aspek yang disebutkan di atas.

VI.3.2 EVALUASI DOKUMEN KONTRAK PADA AWAL PELAKSANAAN

A. EVALUASI GAMBAR-GAMBAR (DRAWINGS)

Biasanya berkas dokumen gambar (drawings) dibuat dalam urutan sebagai berikut.

Lembar paling depan berisi daftar gambar yang menjadi bagian dan berkas tersebut.

Setelah daftar gambar yang termuat, hal selanjutnya memuat lay-out (peta) dan pada proyek.

Bila perlu juga ditunjukkan kota-kota (kecamatan, kabupaten, kotip), sungai-sungai, pulau-pulau (kalau di dekat pantai), gunung-gunung dan identitas lain diperlihatkan pada sekitar lokasi proyek tersebut.

Halaman selanjutnya memperlihatkan “Keterangan Umum”/General Notes mengenai gambar.

Keterangan Umum ini berisi antara lain:

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 78

Page 79: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Keterangan yang menerangkan bahwa Design proyek tersebut mungkin berdasarkan suatu “Study” yang sudah cukup lama, sehingga diperlukan tinjauan kembali (Revising) terhadap adanya perbedaan kondisi lapangan pada saat dilaksanakan.

Lokasi semua pekerjaan harus sesuai petunjuk pengawas, yaitu batas-batas yang sebelumnya disurvey oleh team pengawas, yang begitu tiba di lapangan, langsung mengadakan survey.

Gambar-gambar yang disajikan tidak perlu memperlihatkan gambar sebenamya pekerjaan yang dibutuhkan sesuai lapangan, oleh sebab itu dilapangan diperukan lagi suatu gambar keterangan (shop-drawing), yang memperlihatkan gambar sebenamya sesuai kebutuhan lapangan.

Pengawas berhak untuk memperbaiki kesalahan yang ditemui, ketidakcocokan dan kelalaian yang terdapat dalam gambar dan membuat interpretasi yang dianggap perlu untuk memenuhi pelaksanaan pekerjaan.

Kilometer yang digunakan dalam gambar, didasarkan kepada patok km di lapangan, jarak antara setiap patok tidak selalu berarti 1.000 meter, karena adanya kemungkinan kesalahan dalam memasang patok.

Kwantitas yang tertera dalam gambar hanya merupakan estimasi saja, sehingga kwantitas sebenamya di lapangan bisa lebih, bisa juga kurang dan kwantitas yang tertera tersebut.

Kontraktor harus memeriksa semua dimensi dan elevasi yang tertera dalam gambar, dan segera memberitahukan pengawas apabila ada penyimpangan sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 79

Page 80: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

B. Evaluasi Spesifikasi Umum Pada Awal Proyek

Bab dan pasal-pasal penting untuk disimak dan dimengerti pada saat awal proyek adalah mengenai ringkasan pekerjaan, mobilisasi, kantor lapangan (dan base-camp) dan gudang, aboratorium. Lapangan, pengangkutan bahan dan peralatan, matrial dan penyimpannya dan jadwal pelaksanaan.

Bab Ringkasan Pekerjaan biasanya meliputi lingkup pekerjaan (scope of work) yang akan dilaksanakan.

Yang tercakup dalam pekerjaan mobilisasi adalah pekerjaan persiapan yang diperlukan untuk memungkinkan terselenggaranya pelaksana pekerajaan, yang antara lain meliputi:

Pengadaan tanah untuk Base-Camp, kantor dan sebagainya.

Mobilisasi peralatan dan tenaga yang peiiukan untuk pekerjaan pelaksanaan, dan proyek sebelumnya dan pelabuhan terdekat ke tokasi pekerjaan.

Pemasangan alat-alat produksi (Plants), pengadaan kantor lapangan, akomondasi untuk team supervisi, gedung dan bangunan Iainya, yang dibutuhkan kontraktor, termasuk pemeliharaannya setiap saat, sampai berakhimya proyek.

Pengadaan pemeliharaan dan pengujian (laboratorium).

Pembuatan jalan kerja dan perkuatan jembatan yang diperlukan, termasuk pemelihaannya setiap saat, sampai berakhirnya proyek.

Pekerjaan mobilisasi ini mencakup juga pekerjaan pembongkaran bangunan-bangunan,

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 80

Page 81: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

mengembalikan tanah seperti keadaan semula, dan demobilisasi peralatannya.

Jika penetapan pelaksana/kontraktor melalui lelang, segera setelah penetapan pemenang, atau maksimum 7 hari setelah tanggal penetapannya, kontraktor bersangkutan harus membahas rencana pelaksanaan mobilisasi bersama Pengelola proyek dan pengawas lapangan, mencakup semua hal yang telah disebut di atas, termasuk rencana lengkap pelaksanaan pekerjaan.

Pada saat pembahasan tersebut kontraktor harus telah mempersiapkan secara tertulis beserta table-tabel semua persiapan untuk mobilisasi, dan pelaksanaan pekerjaan.

Rencana (Program) mobilisasi tersebut, meliputi hal-hal sebagai berikut:

Lokasi pusat-pusat kegiatan seperti, Base-Camp, tempat produksi bahan, kantor lapangan, worshop, gedung/ laboratorium dan lain-lain yang dianggap dipeilukan.

Rencana pengangkutan (mobilisasi) alat, sesuai daftarnya, dan ke mana, jadwal mobilisasi, dan tahapan pengirimannya sesuai pnioritas, dan cara pengiriman

Perubahan-perubahan peralatan dan staf yang diusulkan semula (waktu tender), yang mana diperlukan persetujuan dari pengawas.

Rencana pekerjaan sementara, menyangkut pembuatan jalan kerja dan perkuatan jembatan bila diperlukan.

Setelah pembahasan rencana (program tersebut), dengan beberapa catatan dan Pengelola proyek dan pengawas lapangan, dalam waktu 0 hari setelah penetapan pemenang, kontraktor harus

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 81

Page 82: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

menyerahkan program mobilisasi yang sudah dibuat rapi dan meminta pengesahan (tanda tangan) dan Pengelola proyek dan Pengawas lapangan.

Program yang sudah ditandatangani oleh 3 pihak ini menjadi dasar pegangan untuk ke 3 pihak di lapangan.

Kecuali sudah ditetapkan lain dalam dokumen kontrak yang ada, pekerjaan mobilisasi dapat dibayar dengan cara (syarat) pembayaran sebagai berikut:

30% (tiga puluh persen), pada saat mobilisasi selesai 50%.

40% (empat puluh persen) lagi, pada saat mobilisasi telah selesai 100%

30% (tiga puluh persen) sisanya, pada saat selesainya demobilisasi.

Kantor Lapangan dan Gudang biasanya juga disiapkan spesifikasinya dalam dokuimen kontrak. Pada dasamya pekerjaan m merupakan penyediaan lahan (penyewaan) untuk mendirikan kantor lapangan (semi permanen) akomodasi bagi pengawas lapangan, pusat pengolah tetap (Plants), gudang, dan laboratorium, dan sekaligus mendirikan bangunan-bangunan tersebut di atas.

Syarat-syarat:

Syarat-syarat (spesifikasi) bangunan-bangunan ml merupakan spesifikasi standar untuk seluruh proyek.

Yang merupakan syarat utama adalah bahwa kantor lapangan ml sedapat dapatnya berdekatan dengan pusat kegiatan atau paling jauh 5 km dan pusat kegiatan tersebut.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 82

Page 83: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Laboratorium, bila ada harus berada dalam satu lokasi dengan pusat keglatan m

Drainase pada komplek ini harus berfungsi dengan baik dan tidak mencemarkan lingkungan sekitamya.

Semua bangunan permanen maupun sementara harus sedemikian rupa sehingga kuat dan aman. Pada setiap pintu keluar/masuk kompleks harus ditempatkan penjagaan (keamanan).

Kontraktor harus mengambil tindakan pengamanan yang memadai, untuk pencegahan kebakaran selama melaksanakan tugasnya. Kontraktor harus menyediakan perlengkapan pemadam kebakaran di semua bangunan selama bedangsung pelaksanaan proyek (Fire Extinguisher).

Bangunan-bangunan harus ditempatkan yang disediakan kontraktor untuk kantor lapangan dan tempat tinggal (akomodasi) adalah antara lain:

o Meja, meja gambar dan kursi-kursi

o Kabinet untuk file

o Leman kabinet dan aluminium

o Rak buku

o Tempat sampah

o Papan tulis dan papan temple (untuk

gambar)

o Peti uang (Cash-box)

o Perlengkapan dapur untuk pengawas

lapangan

o Tempat tidur dan meja + kursinya.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 83

Page 84: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Selama masa pembangunan kantor lapangan dan tempat tinggal, kontraktor harus menyediakan ruang kantor sementara, dengan menyewa di tempat lain, sampai selesainya kantor lapangan tersebut.

Kecuali ditetapkan lain dalam dokumen kontrak, Kontraktor harus memiliki bengkel yang pantas, perlengkapan yang cukup, dan tenaga listiik untuk memungkinkan peralatan yang dipakal untuk melaksanakan pekerjaan. Kontraktor harus menyediakan tenaga mekanik yang mampu dan cukup jumlahnya untuk mengatasi, apabila terjadi kerusakan kerusakan peralatan, untuk tidak mengganggu jalannya pekerjaan.

Selain itu bila perlu Kontraktor harus menyediakan peralatan, bahan dan fasilitas laboratorium untuk pengujian mutu bahan hasil pelaksanaan lapangan. Pengujian dilakukan kontraktor di bawah pengawasan Pengawas lapangan. Pekerjaan pengangkutan tanah dan bahan lainnya harus memenuhi persyaratan yang berlaku serta persyaratan kelestarian lingkungan hidup.

Kontraktor dapat menyerahkan sebagian atau seluruh pekerjaan angkutan kepada sub kontraktor atau perusahaan jasa angkutan lainya, apabila dipandang perlu.

VI.3.3 TUGAS DAN KEWAJIBAN PENGAWAS LAPANGAN PADA TAHAP PEKERJAAN PERSIAPAN

A. TUGAS PENGAWAS LAPANGAN SEBELUM MOBILISASI KE LAPANGAN

Sebelum datang ke lapangan Pengawas lapangan seharusnya sudah membuka-buka dokumen kontrak, térutama gambar-gambar dan spesifikasi

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 84

Page 85: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

yang akan digunakan dalam pelaksanaan proyek yang akan diawasinya kelak.

Adalah lebih baik pula bila dia dapat berbincang dan berdiskusi dengan perencanaanya, yang biasanya sulit untuk dapat dilakuakan, karena design biasanya dilakukan oleh konsultan lain.

Data-data yang dapat menunjang dalam pekerjaan pengawasan seperti data penyelidikan tanah, level, data curah hujan, Ran-off suatu sungai atau catchmcnt areanya, kalau dapat dikumpulkan, dibuat suatu file yang kemudian dibawa ke lapangan. Informasi tentang nama pejabat-pejabat setempat (sekitar daerah lokasi proyek).

Suatu hal yang tidak kalah pentingnya, adalah peta sumber-sumber material yang dapat dijadikan “Quarry” oleh kontraktor di sekitar proyek/paket yang dilaksanakan. Dan perhitungkan kebutuhan akan bahan dasar (raw-material) yang akan digunakan di lapangan nanti dan membandingkan dengan data dan sumber material (Peta Quarry) nya, apakah cukup depositnya atau harus diambil dari beberapa lokasi sumber.

B. TUGAS PENGAWAS LAPANGAN SETELAH TIBA DI LAPANGAN

Pada saat Pengawas Lapangan tiba di lapangan, salah satu hal yang harus dipikirkan seorang Pengawas Lapangan adalah memutuskan (bersama-sama dengan kontraktor dan wakil Pemberi Tugas) lokasi Sarana Penunjang Proyek antara lain untuk Base-Camp. Sebelumnya Pengawas Lapangan sudah harus melaporkan diri kepada atasannya atau yang memberi tugas.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 85

Page 86: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pemilihan lokasi Base-Camp ini adakalanya dan sering dikaitkan dengan pertimbangan agar dapat mudah mengawasi aktivitas-aktivitas utama yang dilakukan kontraktor. Biasanya di dalam spesifikasi sudah dijelaskan secara standar, bagaimana bentuk denah dan pembagian ruang, serta jumlah orang kerja konsultan dan pemberi tugas maupun mess (akomodasi) bagi seluruh staf pengawas lapangan.

Peralatan komunikasi juga merupakan pekerjaan sementara yang perlu disiapkan kontraktor, apakah telepon kalau memungkinkan, atau radio S.S.B. yang setiap saat dapat menghubungkan lapangan ke kantor Pusat kontraktor, dan atau ke Kantor Perwakilan di kota terdekat dengan lokasi proyek.

Penyediaan air, untuk keperluan sehari-sehari di Base Camp, untuk laboratorium dan untuk kebutuhan bekerja bagi kontraktor perlu diadakan. Mungkin dengan sumber pompa atau pengaliran dan sungai terdekat.

Perlu dipikirkan juga adalah bagaimana menjaga kelestarian lingkungan sekitar Base Camp, merancang sanitasi dan drainase yang baik, agar tidak menggangu kesehatan dan kenyamanan produk setempat beserta lingkungannya. Pembuangan bahan bakar atau pelumas tidak secara sembarangan, penyiapan nya yang cukup aman, pengamanan daerah kerja yang terorganisasi baik harus menjadi pertimbangan.

Pada saat pelaksanaan awal proyek (pekerjaan sementara) pengawas lapangan seharusnya sudah mengenal proyek. Seperti diuraikan di muka, seorang Pengawas Lapangan sudah mempunyai bayangan mengenai keadaan proyek pada saat di kantor pusat dengan mempelajari peta, gambar-gambar, spesifikasi dan data-data

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 86

Page 87: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Lain. Selanjutnya, setelah tiba di lapangan dan selesai sebagian besar pelaksanaan pekerjaan sarana penunjang proyek, Pengawas lapangan akan melengkapi stafnya tahap demi tahap, sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

Biasanya Supervisor, Quantity Surveyor, Soil/Material Engineer, dan seorang Soil Technician didatangkan lebih dulu untuk mengawasi pekerjaan awal (pekerjaan sementara).

Bersama-sama dengan stafnya dan wakil pemberi tugas, Pengawas Lapangan melakukan survey pendahuluan untuk pengenalan situasi jalan yang akan ditingkatkan. Selama diadakan survey, catatan-catatan mengenai kemungkinan perubahan letak, jumlah dan quantity setiap jenis sistem pekerjaan dibuat serapi mungkin. Hal ini biasa terjadi, karena pada saat Design dilaksanakan, waktu yang tersedia sangat singkat sehingga kemungkinan kekeliruan di dalam Design biasa terjadi, dan juga dengan jarak waktu yang cukup lama antara Design dan masa pelaksanaan membawa perubahan kondisi lapangan cukup banyak. Dalam survey ini juga diminta pendapat dan permintaan dari pemberi tugas. Misalnya untuk daerah urban, yang merupakan tingkat kecamatan atau kota Administratip diperlukan saluran Drainage/selokan yang terbuat dan beton, diberi penutup pelat beton pula, dan mungkin pula untuk daerah perhentian bis/kendaraan umum atau di daerah toko-toko perlu dibuat “Parking-Bay”, perkerasan trotoar beton dan dari jenis tertentu.

Mengenal lebar jalan juga mungkin terjadi perubahan pada daerah-daerah untuk kepentingan daerah setempat, mengikuti lebar jalan yang ada.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 87

Page 88: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

C. PER PELAKSANAAN PEKERJAAN (field engineering)

Dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan kontraktor harus menempatkan tenaga yang cakap dan mampu, berpengalaman dan memahami permasalahan teknis.

Tidak jarang kontraktor menempatkan seorang tenaga lapangan yang masih minim pengalamannya. Hal ini kadang-kadang sulit dihadiri, karena mencari tenaga berpengalaman yang bersedia ditempatkan di lapangan yang cukup terpencil bukan merupakan suatu hal yang mudah, apalagi jika imbalan gajinya relatif kecil.

Mendapatkan tenaga professional dalam bidangnya tidaklah gampang, karena kendala kendala yang disebutkan tadi, apalagi jika dikaitkan dengan harga kontrak yang tidak mernadai dibandingkan dengan sifat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Pada saat persiapan ini, dilakukan pengukuran untuk menentukan titik-titik tetap pada staking-out, pengujian bahan, dan menggambar gambar kerja.

Untuk mengimbangi tenaga kontraktor yang kurang berpengalaman, diperlukan tenaga pengawas lapangan yang cukup berpengalaman, sehingga pekerjaan di lapangan menjadi lancar dan bermutu sesuai spesifikasi.

Data-data yang telah didapat pada pengukuran harus disimpan dalam buku ukur standar, yang tidak boleh terlepas dan hilang, sehingga menyulitkan apabila di kemudian hari diperlukan pemeriksaan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 88

Page 89: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

D. MATERIAL DAN PENYIMPANANNYA

Untuk kepentingan pengendalian mutu bahan, semua peralatan yang digunakan perlu ditera dan dikalibrasikan.

Material yang akan digunakan harus memenuhi standar, baik spesifikasi maupun gambar, serta persetujuan tertulis dan pengawasan, sebelum eksploitasi harus disetujui lebih dulu oleh pengawas.

Jika memerlukan pengambilan tanah (borrowpit), perlu mendapat persetujuan dan pengawas, sebelum diadakan pengambilannya. Begitu juga bahan-bahan lain beserta contohnya harus ada keterangan dan pabrik pembuatnya dan disetujui pengawas.

Lokasi sumber material yang ditunjukkan dalam dokumen, atau informasi dan pengelola proyek hanya dianggap sebagai petunjuk, yang tidak mengikat. Kontraktor dapat saja memilih lokasi sendiri asal mendapat persetujuan dan pengawas.

Tempat penyimpanan material harus dijaga sedemikian rupa sehingga material tidak mudah rusak, mutunya terjaga, dan penumpukannya mudah diamati pengawas. Penumpukan (penyimpanan) di tempat pnibadi harus mendapat persetujuan tertulis dan pengawas.

VI.2.4 TUGAS DAN KEGIATAN PENGAWAS LAPANGAN PADA TAHAP AKHIR PEKERJAAN

Tugas-tugas dan kegiatan pada akhir peketjaan meliputi 2 tahap, yaitu pada tahap Provisional Hand Over (PHO) untuk pekerjaan yang selesai dilaksanakan dan tahap Final Hand Over (FHO), setelah masa pemeliharaan selesai.

A. UNITAN/PROSEDUR TAHAP PHO

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 89

Page 90: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Umumnya Kontraktor akan memberitahukan secara tertulis kepada pengawas, pada saat pekerjaan telah mencapai progress 97%, dengan memperkirakan kapan proyek selesai 100%.

Setelah diterimanya surat tersebut, paling lambat 10 han kemudian, pengawas akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, baik terhadap dokumen-dokumen/data-data yang ada maupun di lapangan, untuk menetapkan hasil penyelesaian pekerjaan tersebut. Pengawas akan memberikan. laporan tertulis kepada Pengelola proyek mengenai tanggal pekerjaan selesai 100 %, dan sekaligus memberikan daftar kerusakan dan kekurangan yang dijumpai selama pemeriksaan.

Dalam waktu 10 hari setelah diterimanya laporan tertulis dan pengawas, Pengelola proyek membentuk panitia yang tugasnya menilai hasil pekerjaan yang diselesaikan di lapangan untuk keperluan penyerahan sementara pekerjaan (P.H.O) dan penyerahan akhir (F.H.O).

Tugas-tugas tersebut meliputi: Pengamatan visual (Visual Observation), pemeriksaan mutu (quality Control), pemeriksaan Administrasi (office Examination).

Paling lambat 30 hari setelah pembentukan panitia, panitia datang ke lapangan (kunjungan pertama), dan apabila masih terdapat kekurangan, panitia menetapkan masa tenggang (Grace Period) untuk memberi kekurangan-kekurangan yang terjadi.

Setelah habis masa tenggang tersebut, panitia mengadakan pemeriksaan lagi (kunjungan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 90

Page 91: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

akhir), untuk menetapkan tanggal dimulainya masa pemeliharaan.

Pemimpin Proyek akan menerbitkan sertifikat Penyelesaian Sementara dalam 21 hari setelah Panitia menyatakan persetujuan selesainya pada tahap P.H.O.

B. KEGIATAN PANITIA DAN PENGAWAS LAPANGAN PADA SAAT PHO DILAKSANAKAN

Panitia ini dibagi menjadi 3 grup, yang masing-masing memeriksa:

Administrasi, 1 grup

Pengendalian mutu (Quality Control), 1 grup.

Dan Pengamat Visual di lapangan, 1 grup

Semua data-data Administrasi akan diperiksa oleh panitia, seperti Request of Inspections, Certificate of Change Order, Price Escalation Cartifucate. Addendum-addendum, Shop- drawing, Monthly Certificate, lengkap dengan Back-Up data dan pertimbangan pertimbangan Quantity-nya, data hasil pengukuran (Survey), photo-photo pada saat 0% sampai dengan 100%, dan data-data serta surat-surat yang dibuat di lapangan.

Grup yang memeriksa Quality Control, memeriksa hasil-hasil pemeriksaan di laboratorium dan lapangan, terhadap semua jenis pekerjaan.

Laporan-laporan hasil pemeriksaan laboratorium yang ada di lapangan (proyek) diteliti satu persatu dan ditanyakan kepada pengawas dan Kontraktor apabila ada yang kurang memenuhi persyaratan dan menyimpang.

Selain pemeriksaan laporan-laporan, bila dianggap perlu, untuk proyek jalan diadakan pemeriksaan lubang percobaan (test Pit) sampel ke tanah

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 91

Page 92: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

dasar, dan diambil contohnya (sample) untuk diperiksa di laboratorium.

Pengamatan visual di lapangan dilakukan oleh group pengamat visual. Grup ini berjalan bersama-sama untuk memeriksa secara visual, terhadap semua hasil pelaksanaan pekerjaan, sambil membawa gambar-gambar dan data-data yang diperlukan.

Pengawas dan kontraktor biasanya ikut mendampingi. Dan memberikan penjelasan apabila ada pertanyan-pertanyan dan panitia terhadap semua pekerjaan yang dilaksanakan, sambil mencatat kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan yang nantinya harus diperbaiki.

C. KEGIATAN PADA TAHAP FHO

Kontraktor akan melaporkan secara tertulis, sekurang-kurangnya 21 hari sebelum berakhirnya masa pemeliharaan konstuksi, setelah diperkirakan bahwa pekerjaan telah selesai, dan semua kewajiban dalam masa jaminan (Warranty Period) dipenuhi.

Laporan tersebut antara lain berisi:

o Keterangan bahwa Dokumen Kontrak telah

dievaluasi.

o Pekerjaan telah diperiksa dan sesuai

Dokumen Kontrak.

o Pekerjaan telah diselesaikan secara

Dokumen Kontrak.

o Telah dilakukan pengkajian tipis permukaan

dengan disaksikan pengawas.

o Pekerjaan telah selesai dan siap dilakukan

pemeriksaan akhir (Final Hand Over /F.H.O.).

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 92

Page 93: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Dalam waktu 7 han setelah menerima laporan tersebut, pengawas melakukan pemeriksaan untuk mengevaluasi hasil penyerahan pekerjaan akhir tersebut, kemudian memberikan persyaratan masa pemeliharaan telah terpenuhi dan dapat diserahkan pada akhir pekerjaan.

Panitia akan datang ke lapangan sebelum berkhirnya masa pemehiharaan untuk mengadakan pemeriksaan pertama. -

Pemimpin Proyek akan memberitahukan secara tertulis tentang pekerjaan yang harus diperbaiki atau disempurnakan atas rekomendasi panitia, setelah itu kontraktor secara tertulis memberitahukan bahwa pekerjaan telah selesai diperbaiki dan siap dilakukan pemeriksaan (F.H.O).

Apabila atas dasar laporan panitia, Pemimpin Proyek menganggap bahwa pekerjaan telah dapat diterima, setelah 21 hari dan pemeriksaan akhir, Pemimpin Proyek akan menerbitkan sertifikat Penyerahan Pekerjaan Akhir (F.H.O.).

VI.3.5 PROSEDUR ADMINISTRASI PENGAWASAN DAN PELAPORAN

A. PROSEDUR ADMINISTRASI PENGAWASAN

Fungsi administrasi pengawasan di dalam proses kegiatan pelaksanaan merupakan sarana komunikasi antar unsur-unsur yang telibat dalam pelaksanaan, serta merupakan sarana kontrol yang efektif dalam proses pengendalian kegiatan pelaksanaan di lapangan (proyek).

Tujuan administrasi pengawasan sebetulnya identik dengan tujuan pelaksanaan proyek

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 93

Page 94: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

tersebut, yaitu untuk mewujudkan basil pelaksanaan proyek sebaik-baiknya, sesuai persyaratan teknis (spek) yang ditetapkan, sesuai dengan persyaratan waktu dan biaya yang telah ditetapkan.

Untuk mencapai tujuan itu, administrasi pengawasan harus berdasarkan prosedur (tata cara) yang dapat dipertanggung jawabkan, dan dipakai semua anggota team pengawas, mulai dan tingkat (strata) terbawah sample pimpinannya.

Kewenangan petugas pengawasan lapangan terbatas dalam hal-hal yang sudah jelas di dalam dokumen kontrak (General Condition of Contract), gambar kerja yang digunakan dan spesifikasi (Spedfication). Pengawas tidak diperkenankan membuat penafsiran sendiri, yang mengakibatkan timbulnya perubahan atas segala sesuatu yang tercantum dalam dokumen kontrak, gambar kerja dan spesifikasi. Pengawas juga tidak boleh menghambat pekerjaan sehingga menghentikan pekerjaan tanpa alasan-alasan yang kuat, kecuali pekerjaan yang dapat menimbulkan bahaya, tidak sesuai dokumen dan sangat merugikan pemilik proyek.

Permohonan (Request) Pelaksanaan Pekerjaan

Sebelum memulai pelaksanaan setiap Item pekerjaan, Kontraktor wajib mengajukan (request) pelaksanaan, sekaligus sebagai pemberitahuan kepada Pengawas lapangan untuk melakukan pengawasan (Inspection) terhadap pekerjaan yang akan dilaksanakan itu.

Pada umumnya permohonan (request) itu mencakup data-data yang diperlukan:

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 94

Page 95: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Macam pekerjaan (kind of work)

Tanggal pelaksanaan yang direncanakan

Pay item no (Nomor Pembayaran)

Perkiraan Volume (Estimated Quality)

Lokasi/seksi (Location/section)

Kolom keterangan (remarks) bagi comment Pengawas lapangan dan pemilik Proyek

Kolom-kolom tanda tangan ketiga pihak, yaitu kontraktor mengajukan, pengawas lapangan dan pemilik proyek menyetujui.

Urutan-urutan permohonan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Seteiah from request of inspecton diisi oteh Kontraktor dan ditanda-tangani (Superintendent) dikirimkan (diserahkan) kepada Pengawas lapangan

b. Pengawas lapangan memeriksa melalui stafnya apakah gambar kerjanya sudah jelas sesuai dengan kondisi di lapangan.

c. Selanjutnya Pengawas lapangan memerintahkan stafnya melakukan pengecekan ke lapangan, untuk memastikan kesiapan di lapangan, meliputi lokasi pekerjaan, apakah sudah layak untuk dilaksanakan pekerjaan tersebut, material yang akan digunakan sudah memenuhi persyaratan atau belum, sampai ke peralatan (jumlah & jenisnya) dan alat untuk mengambil sample, apabila diperlukan (pek. Beton)

d. Setelah semua persyaratan sudah dipenuhi, pengawas lapangan dan pemilik Proyek membubuhkan tanda-tangan pada form request tersebut, dan pekerjaan dapat dimulai.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 95

Page 96: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Field/Site Instruction

Site instruction merupakan instruksi yang ditujukan kepada kontraktor, dengan maksud dan tujuan, supaya kontraktor memperhatikan dan melaksanakan pekerjaan perbaikan, pembongkaran dan atau segera melaksanakan suatu pekerjaan.

Bentuk dan isi Form tersebut antara lain mencakup:

Judul Form

Nama Proyek

Ditujukan kepada (kontraktor)

Nomor Surat Tanggal

Pokok Instruksi (Subject)

Kolom Uraian (Description)

Kolom Keterangan

Kolom tanda-tangan nama jelas pemberi instruksi dan penerima instruksi, beserta tanggalnya.

Laporan Harian (Daily Report)

Laporan harian (Daily Report) merupakan alat kontrol yang penting untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan di lapangan setiap han.

Laporan harian ini antara lain mencakup:

Tanggal Laporan

Nama Pengawas lapangan dan Kontraktor

Nama Proyek

Jenis pekerjaan volume dan lokasi

Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 96

Page 97: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Personil pemilik proyek, Konsultan dan Kontraktor, termasuk tenaga buruh (pekerja)

Keadaan cuaca

Dan pengajuan saran, instruksi, kesepakatan yang dilakukan

Selain Daily Report ini, tentunya dapat juga dilengkapi dengan weekly Report bila dikehendaki.

B. KEGUNAAN DAN RUANG LINGKUP LAPORAN KEMAJUAN (PROGRESS REPORT)

Laporan kemajuan atau progress Reports dibutuhkan untuk memenuhi kontrak supervisi pelaksanaan pekerjaan supaya pemilik proyek memperoleh informasi mengenal kemajuan pekerjaan dan program-programnya, sehingga dapat memberi isyarat apabila terjadi kesulitan yang dapat mengganggu jadwal penyelesaian pekerjaan atau memerlukan tindakan turun tangan dari atasan proyek.

Untuk memenuhi hal tersebut, laporan harus:

a. Dibuat secara berkala

b. Dibuat dengan format standar

c. Berisi data kemajuan proyek, baik fisik maupun keuangan, yang dapat mempermudah evaluasi kemajuan proyek tersebut

d. Berisi tentang hal-hal yang penting atau persoalan di lapangan, yang dapat berpengaruh pada biaya, kwalitas ataupun waktu penyelesaian proyek

Laporan kemajuan ini terdiri dari:

Laporan Bulanan, dan

Laporan Pertama dan Laporan enam bulanan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 97

Page 98: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

C. JADWAL DAN ISI LAPORAN

Pada setiap laporan pertama (Laporan No. 1) untuk setiap kontrak, harus menjelaskan kemajuan atau kegiatan dalam bulan pada saat SPK (Notice to Proceed) diterbitkan bagi Kontraktor.

Laporan khusus yang bersifat tambahan juga harus diserahkan pada waktu serah tenma sementara pekerjaan (Provisional Hand Over), selama masa pemeliharaan dan pada waktu serah terima akhir. Sebagian besar informasi harus dituliskan dalam bentuk standar dengan ukuran yang tepat, sesuai dengan susunan sebagai berikut:

a. Laporan Bulanan

(Diserahkan sebelum tanggal 10 tiap bulan)

No ISI LAPORAN

1 Monthly Certificate

2 Monthly Invoice

3 Price Escalation Certificate

4 Contractor’s Actual and Schedule Progress

b. Laporan Pertama

(Diserahkan segera pada akhir bulan yang bersangkutan)

No ISI LAPORAN

1 Halaman Judul

2 Surat Pengantar

3 Daftar

4 Data Proyek

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 98

Page 99: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

5 Peta Sketsa

6 Laporan Mobilisasi dan Demobilisasi

7 Peralatan Kantor

8 Personal Proyek

9 Sertifikat Pembayaran Bulanan dan Eskalasi Harga

10 Rencana dan Reaftsasi Kemajuan Fisik Kontraktor

11 Status Perubah Pekerjaan

12 Ringkasan Tuntutan Kontrak

13 Penjelasan Umum

14 Ringkasan Status Konstruksi I Struktur

15 Laporan Konstultan Supervisi

c. Laporan Khusus

No ISI LAPORAN

1 Serah Terima Sementara (Pada bulan yang bersangkutan

2 Masa Pemeitharaan Tengah-tengah di masa Jaminan

3 Serah Terima Akhir (FHO) Pada bulan yang bersangkutan

D. PENYERAHAN LAPORAN

Laporan harus disiapkan untuk pengawasan setiap kontrak, sesuai jadwal yang telah ditentukan. Tiga salinan (Copy) laporan (Bulanan/6 bulanan) harus dikirimkan ke pihak pihak yang memerlukan sesuai yang ditetapkan dalam dokumen kontrak.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 99

Page 100: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

E. SISTEM PELAPORAN PENGAWAS

Sebagai tambahan kelengkapan proposal ini, akan diuraikan sistem pelaporan pelaksanaan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh Tim Pengawas/Konsultan Supervisi.

Pada Kontrak Supervisi antara Pengelola Proyek dan Pengawas/Konsultan Supervisi biasanya tercantum tugas-tugas dari Tim Pengawas/Konsultan Supervisi di antaranya menyajikan laporan-laporan yaitu:

Laporan Kemajuan Bulanan (Monthly Progress Report)

Laporan Triwulanan (Quaterly Report)

Laporan Akhir (Final Report)

Pada prinsipnya Laporan Kemajuan Bulanan melaporkan kepada Kuasa Bangunan hal-hal penting yang perlu dicatat dan diketahui oleh Kuasa Bangunan mengenai kemajuan pekerjaan.

Laporan meliputi:

Kemajuan Pekerjaan

Permasalahan di lapangan

Penyelesaian masalah di lapangan

Perkiraan kemajuan pekerjaan bulan berikutnya

Perkiraan masalah yang akan timbul

Perintah Perubahan yang dikeluarkan

Laporan adanya dokumen penting yang dikeluarkan seperti Amandemen Kontrak,

Surat Perjanjian (Letter of agreement)

Ringkasan Pembayaran kepada Kontraktor sampai saat ini

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 100

Page 101: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Laporan keadaan hari hujan

Laporan tenaga kerja Kontraktor

Laporan Pengendalian Kualitas (Quality Control)

Ringkasan penggunaan bulan - orang (man-month) tenaga supervisi.

Pada laporan ini perlu direkatkan foto-foto kemajuan proyek. Laporan Triwulan (Quarterly Report) merupakan gabungan dan 3 buah Laporan Bulanan. Tentunya ringkasan hal-hal yang penting dan Laporan Bulanan.

Laporan Akhir (Final Report) dibuat setelah seluruh proyek selesai, segera sesudah Penyerahan Pertama (Provisional Handover) mencakup segera aspek yang perlu dilaporkan mengenal proyek. Laporan akhir terdiri dari:

Laporan Akhir

Laporan Kualitas Akhir

Laporan Kuantitas Akhir

Gambar Jadi-Bangun (as-built drawing)

Pada dasarnya suatu Laporan Harian harus dapat menjawab 5 hal di bawah ini:

Apa (What)

Dimana (Where)

Siapa (Who)

Mengapa (Why)

Kapan (When)

Laporan Harian harus jelas dan sistematis, laporan harian bukanlah catatan pribadi jadi laporan harian harus komunikatif.

Progres harian berupa kuantitas (mungkin berupa angka kira-kira berdasarkan asumsi) harus

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 101

Page 102: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

tercantum pada laporan harian. Jumlah peralatan dan tenaga keija juga merupakan hal yang perlu.

Tim Pengawas Konsultan Supervisi

Pada dasarnya Tim Pengawas/Konsultan Supervisi terdin dan 2 team yaitu:

Team Manajemen Proyek (Project Management Team)

Team Manajemen Konstruksi (Construction Management Team)

Team manajemen Proyek tidak berkonsentrasi secara detail terhadap pelaksanaan konstruksi tetapi lebih terkonsentrasi pada Dokumen Kontrak, pengendalian biaya dan waktu dan penyajian laporan eksternal.

Team manajemen Konstruksi harus menguasai secara detail pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Team Manajemen Konstruksi penlu menginformasikan secara global kejadian di lapangan berupa Laporan Harian Inspector (Daily Report) dan Laporan Pengendalian Kualitas.

Penting diketahui bahwa cara yang satu pada suatu aplikasi tertentu dapat lebih unggul dad pada cara yang lain. Tidak selalu CPM mutlak selalu lebih unggul danpada cara yang lainnya.

Suatu RWP tidak mungkin dapat seluruhnya terlaksana, untuk itu diperlukan suatu monitoring dan pengendalian sedemikian sehingga RWP yang menyimpang dapat di kembalikan pada jalur semula dari waktu ke waktu revisi RWP (rescheduling) adalah mutlak dilakukan sehingga ketentuan waktu pelaksanaan proyek yang ditentukan pada kontrak tetap dapat di penuhi.

Suatu pemberhentian pekerjaan oleh pihak Direksi I Kuasa bangunan oleh karena sesuatu hal, tambahan pekerjaan, perintah perubahan,

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 102

Page 103: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

perbedaan perbedaan lapangan, kekosongan material, ketiadaan tenaga kerja dan lain-lain yang dapat di golongkan sebagai gangguan (disturbance) terhadap proyek akan menyebabkan gangguan pula terhadap suatu RWP yang akhimya mungkin perpanjangan waktu pelaksanaan proyek menjadi hal yang tidak dihindarkan.

Pada akhimya kesuksesan pelaksanaan suatu RWP sangat tergantung pada tingkat kemampuan manajerial dan pihak-pihak yang terkait pada suatu proyek.

Sering terjadi baik kontraktor baik konsultan maupun pihak Kuasa bangunan sendiri tidak memiliki kemampuan manajerial yang memadai untuk melaksanakan suatu RWP, yang akhimya RWP yang disusun hanya merupakan dokumen tanpa arti yang akhirnya proyek dilaksanakan tanpa pengendalian waktu.

VI.3.6 PENYUSUNAN RENCANA WAKTU PELAKSANAAN

Umumnya pada pelelangan suatu proyek, waktu pelaksanaan proyek sudah ditentukan pihak Kuasa Bangunan. Kontraktor pada pengajuan harga penawarannya harus sudah memperhatikan batasan waktu penyelesaian yang ditentukan.

Perlu dimaklumi bahwa, adalah sesuatu yang tidak mungkin jika Kontraktor diharuskan mengajukan rencana waktu pelaksanaan saat penawaran, akan tetapi seandainya Kontraktor yang memperkirakan bahwa waktu yang ditentukan tidak mungkin dapat dipenuhi secara profesional, Kontraktor harus menyampaikan pada Rapat Awal Penawaran (pie-bid meeting), apabila kuasa Bangunan tidak mau mengerti dan tidak meninjau kembati batasan waktu pelaksanaan bagi Kontraktor yang profesional, yang

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 103

Page 104: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

demikian adalah lebih baik tidak mengikuti telang dan pada mengharapkan perpanjangan waktu pelaksanaan dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal.

Jadi pada saat penawaran, batasan waktu pelaksanaan yang diberikan harus sudah di perhatikan dan dipertimbangkan oleh pihak Kontraktor. Di pihak lain, perencana berkewajiban secara profesional memperhitungkan waktu pelaksanaan yang wajar bagi suatu proyek.

Banyak proyek waktu pelaksanaannya hanya diperkirakan secara kasar saja tanpa analisa yang wajar. Jadi sebenarnya rencana waktu pelaksanaan sudah harus dimulai pada saat perencanaan proyek. Perlu dimengerti bahwa biaya adalah fungsi dan waktu.

Penyusunan RWP adalah bukan suatu pekerjaan yang mudah. Pada pekerjaan ini dibutuhkan adanya kemampuan analisa ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dan kuantitas dari masing-masing kegiatan (bukan kwantitas dan masing-masing mata pembiayaan), kapasitas sumber daya (resources), keberadaan (availability) sumber daya, data cuaca, ketentuan- ketentuan kontrak mengenal pekerjaan kertas (paper work) seperti: pengajuan gambar ke perhitungan konstruksi sementara, ketentuan-ketentuan kontrak mengenai pengetesan material dan lain sebagainya.

Jadi perlu dimengerti bahwa penyusunan RWP sebenarnya adalah suatu pekerjaan yang rumit. Terlepas dan cara apa yang ditentukan pada kontrak, suatu Rencana Waktu Pelaksanaan memerlukan data antara lain:

Ketergantungan dan satu aktivitas dengan aktivitas yang lain.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 104

Page 105: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pengenalan alokasi waktu (durasi) suatu kegiatan dengan memperhatikan sumber daya yang ada dan penambahannya serta seluruh. Aspek-aspek yang terkait dengan suatu aktivitas yang bersangkutan. Kompromi antara sumber daya dan batasan waktu pelaksanaan perlu dilakukan sehingga dicapai keadaan yang optimum. Pada dasarnya pnnsip trial and error untuk mencapai keadaan optimum akan dilakukan oleh kontraktor pada penyusunan RWP.

Selanjutnya karena terbatasnya sumber daya (tenaga kerja biaya dan peralatan) perlu di adakan perataan (leveling) sumber daya tanpa memperpanjang waktu dilaksanakan proyek.

Kontraktor adalah pihak yang paling harus bertanggung jawab terhadap RWP karena sebenarnya Kontraktor yang memegang kendali waktu (sepanjang tidak ada faktor lain yang mengganggu RWP).

Kontraktor perlu diberi keleluasaan pada Penyusunan RWP tentunya dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam kontrak mengenal waktu penyelesaian bagian proyek.

Suatu RWP didasari pada asumsi-asumsi dan untuk keperluan monitoring dan pengendalian, asumsi-asumsi tersebut harus disertakan (walaupun tidak disebutkan di dalam kontrak) pada pengajuan persetujuan RWP kepada Direksi/Kuasa Bangunan.

Untuk selanjutnya Direksi/Kuasa Bangunan hanya memeriksa kelogisan ketergantungan aktivitas dan kewajaran asumsi-asumsi yang dibuat.

Perlu dipertanyakan bila pada suatu proyek tidak ditemukan asumsi-asumsi perhitungan analisa RWP.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 105

Page 106: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pada monitoring dan pengendalian yang dilakukan Direksi/Kuasa Bangunan pada hakekatnya adalah monitoring dan pengendalian asumsi-asumsi yang dipakai pada penyusunan suatu RWP.

Lazimnya pada ketentuan kontrak penyajian RWP ditentukan harus dengan Metode Jalur Kritis (Critical Path method/CPM). Harus diakui bahwa suatu CPM baru akan sukses dilaksanakan jika semua pihak yang terlibat di dalam proyek (Kontraktor, Direksi, dan Kuasa Bangunan) menguasai secara menyeluruh aspek-aspek CPM sebagal alat yang sangat penting pada manajemen Proyek (Prospect Management)

Pada banyak proyek, waktu pelaksanaan sering sekali tidak banyak diperhatikan. Kontraktor maupun Direksi langsung di lapangan lebih banyak terpaku pada mutu.

Akhirnya setelah terjadi keterlambatan proyek, kepanikan mulai terjadi pada pencarian penyebabnya, di lain pihak data penyebab sudah hilang ataupun tidak terekam/ tercatat. Di sinilah letak letak titik lemah manajemen Proyek konstruksi.

Pihak kontraktor perlu menyadari pentingnya waktu pelaksanaan lebih lama proyek itu dilaksanakan makin besar biaya overhead-nya.

Hal ini tidak berarti bahwa lebih cepat proyek itu diselesaikan dengan cara menambah peralatan dan tenaga kerja (akselerasi/acceleration, crash pro biaya total (biaya langsung dan biaya tidak langsung), ada suatu titik optimumnya seperti diperhatikan pada Diagram-fl.

Hal inl sangat perlu dimengerti oleh pihak Direksi dan kuasa bangunan sehingga segala usaha dan keputusan perlu mengingat ketiga hal pada diagram di bawah ini

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 106

Page 107: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Langkah-langkah yang dianjurkan pada perencanaan waktu dengan Metoda Jalur Kritis:

Persiapkan daftar kegiatan-kegiatan proyek.

Perkirakan durasi (duration) dan masing-masing kegiatan.

Tentukan kegiatan mana yang mendahului dan mengikuti suatu kegiatan.

Gambarkan jaringan kerja (network), dimulai dengan sket-sket kasar yang kemudian diperhalus.

Tentukan nomor

Siapkan Label kegiatan yang memuat kolom-kolom kejadiari, durasi mulai dan paling awal (earliest start-ES), selesai paling awal (earliest finish mulai paling lambat (Latest start - LS) selesal paling lambat (latest finish-LF) , total I lambat (total float, -TF), bebas lambat (free float FF).

Tentukan aktivitas kritis.

Periksa ketentuan-ketentuan lain pada dokunien kontrak.

Periksa ketentuan waktu pelaksanaan kontrak apakah teniampaui, kalau ya, adakan perataan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 107

Page 108: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

sumber daya pada jalur kritis agar durasi dapat dipersingkat.

Penting diperhatikan bahwa pada penentuan durasi kegiatan di samping sumber daya (resource) yang ada dan kemungkinan perataannya, ketentuan-ketentuan lain pada kontrak perlu diperhatikan misalnya waktu untuk penetesan material, pengajuan dan persetujuan gambar kerja, gambar kontruksi pelengkap dsb. Bila RWP sudah disetujui semua pihak, Direksi terikat untuk ikut mematuhi RWP, misalnya mengenai jadwal persetujuan material, persetujuan gambar kerja, pengeluaran gambar kontruksi tambahan/pelengkap dsb

Ada 2 cara yang lazim disajikan sebagai diagram-Metoda Jalur Kritis yaitu:

POM (precedence diagram method).

ADM (arrow diagram method).

Direksi karena lebih tertarik pada kejadian daripada kegiatan biasanya lebih condong pada PDM, sedangkan Kontraktor untuk mencapai suatu kejadian lebih berkonsentrasi pada kegiatan, jadi ADM lebih cocok untuk Kontraktor.

Terjemahan CPI pada suatu bagan grafik batang (barchart) dengan menggunakan cara diagram kisi waktu (Time Grid Diagram) bagi Manajer. Adalah lebih baik dan cara di atas yaitu untuk mendapatkan gambaran secara cepat walaupun tidak rinci tapi menyeluruh.

Suatu kurva yang biasanya dikenal dengan nama Kurva—S, hasil penerapan (plotting) antara waktu dan kemajuan pembayaran tetap merupakan penyajian yang penting untuk mengetahui kemajuan pekerjaan secara sekilas.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 108

Page 109: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

VI.3.7 MONITORING

A. UMUM

Menurut ketentuan kontrak biasanya Direksi mempunyai kewajiban melakukan monitoring kemajuan pekerjaan Kontraktor, ternyata kemajuan pekerjaan adalah sedemikian sehingga diperkirakan proyek tidak akan selesai pada waktu yang ditetapkan pada kontrak, Direksi wajib menegur/mengingatkan Kontraktor untuk segera melakukan langkah-Langkah koreksi agar penyimpangan RWP dapat di kembalikan pada jalurnya semula.

Sangat disayangkan kebanyakan Direksi hanya melaksanakan kewajibannya untuk menegur/ mengingatkan Kontraktor saja tanpa mencari penyebab terjadinya keterlambatan. Mengenai sebab-sebab keterlambatan akan dibahas pada bagian lain.

Penting diketahui bahwa keterlambatan tidak selalu diakibatkan oleh kesalahan Kontraktor Direksi dan Kuasa Bangunan sering menyumbang terjadinya suatu ke terlambatan

Di lain pihak Kontraktor pun harus melaksanakan monitoring terutama sebab-sebab keterlambatan. Mungkin saja terJadi semuanya beres tetapi target yang diharapkan tidak tercapai, hal ini mungkin disebabkan asumsi yang keliru pada penyusunan RWP semula. Jad perlu dimengerti bahwa RWP yang diajukan pada waktu sebelum pelaksanaan bukan suatu RWP yang sempurna, keleluasaan untuk mengkoreksi mutlak diperlukan asalkan kesalahan yang dilakukan Kontraktor saat pengajuan RWP masih dapat diterima kewajarannya.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 109

Page 110: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Sering sekali terjadi bahwa karena dikejar waktu Kontraktor mengajukan RWP tanpa dasar asumsi yang wajar. Tetapi di lain pihak Direksi/Kuasa Bangunan menyetujui RWP tersebut.

B. MONITORING LAPANGAN

Waktu pelaksanaan proyek di lapangan perlu dimonitor dengan cara sebagai berikut:

Pencatatan kegiatan-kegiatan di lapangan secara terinci dan sistematis pada suatu format tertentu untuk memungkinkan proses pengolahan data selanjutnya.

Pencatatan data mentah untuk perhitungan hasil kerja lapangan (site output) baik peralatan ataupun tenaga kerja.

Yang dimaksud data mentah di sini adalah perkiraan kemajuan pekerjaan harian (dalam suatu quantity tertentu) jumlah peralatan dan tenaga kerja.

Faktor luar lainnya, rnisalnya cuaca, keadaan lapangan dsb. Ini merupakan butir-butir penting yang wajib dan perlu tercantum pada laporan keuangan.

Data dan lapangan perlu diolah di kantor dan dicocokkan dengan asumsi - asumsi pada penyusunan RWP untuk selanjutnya dilakukan produksi dalam kemungkinan terjadinya keterlambatan

Banyak sekali inspector di lapangan lebih tertarik untuk mengawasi Kontraktor pada segi mutu pekerjaan saja, tanpa mengiraukan laporan yang menjadi salah satu tanggung jawabnya.

Sistim pelaporan yang baik dan sistematika adalah kunci kesuksesan monitoring waktu. Laporan TM akan menyebabkan prediksi keliru pada monitoring waktu. Monitoring juga harus

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 110

Page 111: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

menyiapkan laporan harian, mingguan dan bulanan, untuk keperluan monitoring waktu dan kemajuan pekerjaan.

Idealnya di setiap lokasi tertentu di foto untuk rekaman visual karena gambar bisa lebih banyak berbicara daripada laporan. Foto harus dapat memuat catatan tanggal pengambilan dan lokasi, penanggalan otomatis pada pengambilan foto sangat disarankan.

Prediksi dari keterlambatan adalah lebih baik daripada mencari sumber keterlambatan setelah keterlambatan itu terjadi. Dan pada hakekatnya adalah salah satu tugas Direksi/Supervisi.

VI.3.8 PENGENDALIAN

A. UMUM

Seperti sudah dijelaskan pada butir 2 di atas, keterlambatan suatu kegiatan proyek tidak selalu diakibatkan karena kesalahan pihak Kontraktor. Pihak Direksi/Kuasa Bangunan juga sering menjadi penyumbang terjadinya keterlambatan di samping faktor-faktor lain yang berada di luar kekuasaan pihak-pihak yang terlibat pada suatu proyek.

Memperhatikan keadaan tersebut di atas mestinya pengendalian dilakukan ke dalam dan keluar. Sering terjadi pihak Direksi/Kuasa Bangunan hanya melakukan pengendalian keluar saja yaitu yang bersangkutan dengan Kontraktor, tanpa menghiraukan bahwa keterlambatan sebenarnya dikarenakan keterlambatan yang dilakukan pihak Direksi/Kuasa Bangunan sendiri.

B. PENGENDALIAN KELUAR

Pengendalian keluar oleh pihak Direksi/Kuasa Bangunan dilaksanakan dengan mengolah data hasil monitoring lapangan yang menghasilkan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 111

Page 112: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

prediksi-prediksi adanya keterambatan karena faktor luar:

Menurunnya hasil kerja lapangan (site output)

Kurangnya peralatan

Kurangnya tenaga kerja

Kesulitan mendapatkan material yang dispesifikasikan.

Kesulitan keuangan Kontraktor karena misalnya keterambatan pembayaran.

Perbedaan keadaan lapangan dan asumsi perencanaan

Kesulitan pengerjaan

Bila setelah diteliti dengan seksama keterlambatan disebabkan kesalahan Kontraktor, biasanya di dalam kontrak ada pasal.yang mengharuskan Direksi untuk menegur Kontraktor. Pada teguran seharusnya disebutkan sumber-sumber keterlambatan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk diambil langkah-langkah reaksi agar rencana waktu dapat dikembalikan pada jalurnya semula.

Bila terjadi kesulitan pengerjaan konstruksi, Direksi berkewajiban mencarikan jalan keluar pemecahan masalahnya, mungkin dengan menginstruksikan perubahan desain melalui Perintah Perubahan (Contract Change Order).

Sering terjadi pihak Direksi yang hanya menjadi penonton terjadinya keterlambatan tanpa ada penyelesaian. Halini terjadi karena personil Direksi tidak/kurang pengalaman atau salah persepsi bahwa begitu Kontrak ditandatangani segala beban penyelesaian konstruksi adalah tanggung jawab Kontraktor.

C. PENGENDALIAN KE DALAM

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 112

Page 113: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pengendalian ke dalam melputi pengendalian personil dan manajemen dan team Supervisi/Direksi/Kuasa Bangunan sendiri. Tugas team Supervisi/Direksi yang berhubungan dengan kemajuan pekerjaan meliputi:

Menyetujui bahan yang akan dipakai pada konstruksi

Menyetujui gambar kerja yang diajukan Kontraktor

Menyetujui hasil pekerjaan Kontraktor untuk dibayar

Mengeluarkan gambar konstruksi tambahan

Menerbitkan Sertifikat pembayaran

Keterlambatan karena faktor dalam lebih banyak disebabkan oleh faktor personil dan manajemen team sendirl

Keterlambatan bisa terjadi karena beberapa hal, misalnya pemogokan buruh (jarang terjadi di Indonesia) kelangkaan bahan/material konstruksi, perintah perubahan, suspensi/pemberhentian kerja sementara (suspension), cuaca buruk, perbedaan konsidi lapangan (differing site condition), dll.

VI.3.9 KETERLAMBATAN

Sangat sering terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan sehingga perlu dilakukan perpanjangan waktu pelaksanaan. Keterlambatan bisa terjadi karena beberapa hal misalnya pemogokan buruh (jarang terjadi di Indonesia ), kelangkaan-kelangkaan bahan/material konstruksi, perintah perubahan, suspense pemberhentian kerja sementara (Suspension), cuaca buruk, perbedaan kondisi lapangan (Differing Site condition) dll.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 113

Page 114: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Biasanya keterlambatan karena beberapa faktor penyebab terjadinya berbarengan, biasanya disebut keterlambatan konkuren (concurrent delay). Mengingat hal ini klaim mengenali perpanjangan waktu menjadi sulit dianalisa karena seperti akan dibahas di bawah ini ada beberapa keterlambatan yang dapat memperoleh kompensasi biaya dan perpanjangan waktu. Ada keterlambatan yang tidak menghasilkan dan perpanjangan waktu maupun kompensasi biaya pada penyelesaian klaim perpanjangan waktu, pemisahan penyebab keterlambatan adalah bagian yang paling rumit perselisihan akan siapa yang harus bertanggung jawab atas terjadinya suatu keterlambatan biasanya akan terjadi.

Untuk mencegah hal itu sebaiknya menyimak hal pencegahannya:

a. pengertian dokumen Kontrak secara keseluruhan.

b. pencatatan secara teliti semua kejadian.

Hal ini harus dilakukan oleh pihak Direksi/Kuasa Bangunan ataupun pihak Kontraktor. Perintah-perintah Direksi semestinya dilaksanakan secara tertulis. Surat menyurat sangat penting artinya pada penyelesaian klaim perpanjangan waktu. Catatan mengenai rapat juga banyak membantu penyelesaian.

Hal yang harus diingat bahwa ingatan manusia sangat terbatas, maka buatlah catatan yang dapat berupa konfirmasi notulen rapat korespondensi, laporan harian. Adalah prinsip yang keliru jika mengabaikan hal-hal di atas.

VI.2.10KONSEP KETERLAMBATAN

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 114

Page 115: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Prinsipnya ada 2 macam keterlambat yaitu beralasan (excusable) dan tidak beralasan (non excusable). Keterlambatan beralasan adalah jika keterlambatan terjadi dikarenakan faktor di luar tanggung jawab/kontrol Kontraktor. Sedangkan keterlambatan tidak beralasan jika keterlambatan yang terjadi dikarenakan faktor yang merupakan tanggung jawab/kontrol Kontraktor.

Pada keterlambatan beralasan (excusable delay) kontraktor tidak bersalah. Kemudian akan timbul pertanyaan jadi siapakah yang bersalah?

Ada dua kemungkinan yaitu pihak Direksi /Kuasa Bangunan atau pihak ketiga. Perlu dicatat di sini bahwa kesalahan direksi adalah kesalahan Kuasa Bangunan menurut kontrak Kontraktor/Kuasa Bangunan, tetapi berdasarkan Kontrak Direksi (konsultan Supervisi) Kuasa Bangunan, penalti atas kesalahan Direksi yang tidak profesional semestinya diatur sendiri.

Pada keadaan kesalahan ada di pihak Kuasa Bangunan, maka Kontraktor berhak atas perpanjangan waktu dan kompensasi biaya. Bila Kuasa Bangunan memutuskan untuk tidak memberikan perpanjangan waktu maka Kontraktor berhak atas biaya akselerasi (acceleration cost) dan kompensasi biaya.

Pada keadaan kesalahan ada di pihak ketiga, Kontraktor hanya berhak atas perpanjangan waktu tanpa kompensasi biaya. Bila Kuasa Bangunan memutuskan untuk tidak memberikan perpanjangan waktu maka biaya akselerasi menjadi tanggungan Kuasa Bangunan.

Selanjutnya karena pada keterlambatan tidak beralasan (non excusable delay) Kontraktor tidak berhak atas perpanjangan waktu maupun biaya, Kontraktor harus melakukan percepatan

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 115

Page 116: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

(acceleration) pelaksanaan pekerjaan atas biayanya sendiri.

Jadi keterlambatan mempunyai dua sisi yaitu sisi waktu dan sisi uang/biaya. Prinsipnya waktu dapat diganti uang tapi uang tidak bisa diganti waktu.

Untuk selanjutnya hal keterlambatan dapat digambarkan sebagai berikut. (lihat juga diagram aliran perpanjangan waktu terlampir)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 116

Page 117: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 117

Page 118: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

VI.3.11 PERPANJANGAN WAKTU

Bila terjadi keterlambatan yang beralasan (excusable), maka Kontraktor berhak atas perpanjangan waktu, namun Jika sesuatu hal Kuasa Bangunan tidak dapat memberikan perpanjangan waktu, maka pada keadaan ini Kontraktor harus dapat melakukan akselerasi (acceleration) di mana Kontraktor berhak atas biaya akselerasi.

Jadi tahapan evaluasi ada sebagai berikut (diagram aliran terlampir).

a. Tentukan jenis keterlambatan apakah beralasan (excusable).

b. Kalau beralasan Kontraktor berhak atas perpanjangan waktu. Kalau tidak beralasan Kontrator tidak berhak atas perpanjangan waktu. Selanjutnya Kontraktor harus akselerasi pekerjaannya atas biayanya sendiri.

c. Pada kasus beralasan, Kuasa Bangunan mempunyal 2 alternatif yang harus dipilihnya:

Alternatif 1 : Tidak memberikan perpanjangan waktu, berarti Kontraktor diperintahkan untuk melakukan akselerasi. Biaya akselelasi menjadi tanggungan Kuasa Bangunan, langkah selanjutnya adalah negosiasi biaya akselerasi.

Alternatif 2 : Memberikan perpanjangan waktu sesuai hak Kontraktor.

d. Bila kasusnya beralasan dan dapat dikompensasikan, ada atau tidaknya perpanjangan waktu maka Kontraktor tetap berhak atas kompensasi.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 118

Page 119: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Tentang prosedur permohonan perpanjangan waktu perhatikan pasal 44 fidic

44. Should the amount of extra or additional work of any kind or any cause of delay referred to in these onditions, or exceptional adverse dimatic conditions, or other special circumtances of any kind whatsoever which may occur, other than through a default of the contractor, be such fairly entitle the contractor to an extension of time for completion of the Works, the Engineer shall determine the amount of such extension and shall notify the employer and contractor accordingly provided that the Engineer is not hound to take into account any extra or additloal work or other special circumstances unless the contractor has within twenty-eight days after such work or other special circumstances have arisen, or as soon thereaftep as is practicable, submitted to the Engineer’s Representative full and detailed particulars of any extension of time to which he may himself entitled in order that such submission may be investigated at the time.

Jadi penting diperhatikan tenggang waktu yang ditentukan pada kontrak untuk suatu perpanjangan waktu. Sebaiknya segera setelah terjadi keterlambatan, keterlambatan itu harus segera diproses untuk menentukan jenisnya apakah “excusable” atau “non- excusable.” Banyak Kontraktor yang menggunakan alasan curah hujan sebagai alasan untuk perpanjangan waktu, secara kontraktual hal ini tidak dapat diterima dan dikategorikan “non-excusable delay”, kecuali bisa dibuktikan dengan data bahwa curah hujan tersebut

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 119

Page 120: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

adalah sangat tidak normal, jika hal ini dapat dibuktikan, dapat menjadi excusable non-compesable delay”.

II.2.12 SERTIFIKASI PEMBAYARAN DAN PENGUKURAN HASIL KERJA

A. SERTIFIKASI PEMBAYARAN

Pada kontrak International dan kontrak Domestik sudah lazim pembayaran kepada Kontraktor dilaksanakan secara bulanan Sertifikat Pembayaran Bulanan (Monthly Payment Certificate) yang disiapkan oleh kontraktor diperiksa dan disertifikasi benar oleh Direksi (Engineer). Pembayaran bulanan sangat membantu Kontraktor dalam hal ‘cash flow” pembiayaan pekerjaan.

Hasil kerja (progress) yang disertifikatkan adalah hasil kerja (yang memenuhi syarat bayar) sesuai sampai dengan tanggal dan bulan yang bersangkutan. Pada kontrak ditentukan kapan paling lambat suatu sertifikasi pembayaran harus sudah diterima oleh pihak Kuasa Bangunan untuk proses selanjutnya, dan kewajiban Supervisi sebagai Direksi berakhir hanya sampai di situ saja, penagihan dan pengurusan lainnya adalah tugas Kuasa Bangunan dan Kontraktor sendiri.

Untuk pengeluaran Sertifikat pembayaran Kontraktor harus menyerahkan Data pendukung (Back-up data) dan perhitungan Kuantitas tagihannya berdasarkan data pengukuran bersama antara Direksi/Kuasa Bangunan dan Kontraktor.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 120

Page 121: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Hal-hal yang terlibat dalam Sertifikasi Pembayaran adalah:

a. Pembayaran Progres bulan ini.

b. Angsuran Pengembalian Uang Muka.

c. Pemotongan Uang Jaminan (Retention Money).

d. Pelepasan Uang Jaminan (Relase of Retention Money).

e. Pembayaran Material Masuk lapangan (Material on Site).

f. Pembayaran Eskalasi Harga.

g. Pemotongan Biaya Kelalaian Kontraktor.

h. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Pernbayaran Uang Muka (Advance Payment) biasanya tidak melalui Sertifikat Pembayaran Bulanan.

Pada akhir proyek jumlah “Material On Site” harus nihil.

Ada kontrak yang menentukan Perhitungan Eskalasi Harga (jika ada eskalasi harga) dibayarkan melalui Sertifikat yang terpisah dan Sertifikat Pembayaran Bulanan, karena perhitungannya harus dievaluasi oleh suatu Komite Khusus yang dibentuk oleh Kuasa Bangunan.

Kerumitan penyajian Sertifikat Pembayaran Bulanan berbeda dan proyek yang satu ke proyek yang lain. Ada Kuasa Bangunan yang menentukan bahwa coretan/revisi angka pada Sertifikat Bulanan sama sekali tidak boleh, kekeliruan kecil pada perkalian atau penjumlahan juga tidak boleh ada: Tetapi ada Kuasa Bangunan yang mentolerir kesalahan kecil pada Sertifikat Pembayaran Bulanan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 121

Page 122: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Sebenarnya kesatahan perhitungan pada Sertitikat Bulanan (kecuali pada Sertifikat Akhir) masih dapat dikoreksi pada bulan berikutnya tanpa menimbulkan akumulasi kesalahan, asalkan prinsip perhitungannya adalah: progress bulan ini didapat dan progress sampai saat dikurangi progress bulan lain atau dikenal dengan istilah “to date basis”.

B. PENGUKURAN HASIL KER3A

Pengukuran Kuantitas hasil kerja pada prinsipnya ada 2 macam:

a. Berdasarkan gambar dan

b. Berdasarkan data lapangan.

Cara pengukuran setiap mata pembiayaan tercantum pada Spesifikasi Teknisnya yang harus diikuti oleh semua pihak yang terlibat pada proyek dengan catatan sepanjang itu logis dan praktis untuk dilaksanakan.

Walaupun sudah dicantumkan pada Spesifikasi Teknis tetapi dalam kenyataannya cara pengukuran yang diatur tidak logis dan tidak praktis perlu diadakan revisi sehingga di dapat cara yang lebih logis dan praktis.

Misalnya pada suatu spesifikasi teknis ditentukan bahwa pembayaran pada berat baja tulangan adalah berdasarkan data pengukuran di lapangan, hal ini adalah tidak logis dan tidak praktis. Cara yang lebih logis adalah berdasarkan gambar kerja yang sudah disetujui (panjang teoritis dikalikan berat baja tulangan berdasarkan spesifikasi pabrik pembuat).

Adalah sesuatu yang lazim bila pada penentuan kuantitas akhir terjadi perbedaan pendapat dari pihak Kontraktor dan pihak Direksi, untuk itu

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 122

Page 123: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

biasanya ditentukan pada Syarat-syarat Umum bahwa bila terjadi perselisihan maka keputusan akhir ada di tangan Direksi.

Pada keadaan ini tentunya perlu diingat bahwa Direksi harus bijaksana melihat permasalahan tidak diperbolehkan semaunya sendiri, kemufakatan adalah lebih baik daripada perselisihan. Jika Kontraktor tetap tidak setuju maka Kontraktor dapat mengajukan klaim di bawah pasal lain dari kontrak.

Prosedur pengukuran biasanya ditentukan pada Kontrak, ada 2 cara yang umum dilakukan yaitu:

Diukur oleh Direksi disaksikan oleh Kontraktor.

Diukur oleh Kontraktor disaksikan oleh Direksi.

Terlepas dari cara apa yang ditentukan di dalam kontrak, petugas pengukuran harus paham akan ketentuan cara pengukuran di dalam kontrak. Pengarahan dan masing-masing pihak kepada wakilnya pada pengukuran harus selalu dilakukan untuk menghindari pengukuran ulang.

Banyak terjadi bahwa petugas ukur hanya mengukur berdasarkan kepada kebiasaan berdasarkan pengalaman, padahal besar kemungkinan ketentuan kontrak mengatakan lain.

VI.2.13ASPEK-ASPEK KONTRAKTUAL PENGAWASAN

A. DOKUMEN KONTRAK

Resiko dalam industri konstruksi pada pada prinsipnya terdiri dari 3 macam:

a. Risiko Biaya

b. Risiko Waktu

c. Risiko Kualitas

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 123

Page 124: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Dokumen Kontrak mengatur pembagian (alokasi) risiko-risiko tersebut, biaya dan waktu ditentukan dalam Syarat-syarat Umum sedangkan Kualitas dituangkan dalam spesifikasi Teknis dan Gambar. Jadi suatu dokumen kontrak pada dasarnya adalah pengalokasian ketiga risiko diatas secara tertulis.

Klaim Pelaksanaan Pekerjaan terjadi karena:

Adanya alokasi risiko yang tidak wajar pada Dokumen kontrak.

Adanya pengalihan/perubahan alokasi risiko dan pihak yang satu ke pada pihak yang lain.

Sebenamya tidak selalu Klaim itu dilakukan oleh pihak Kontraktor, pihak direksi/kuasa bangunan seting melakukan Klaim kepada kontraktor.

Klaim dan Direksi/Kuasa Bangunan MW1J

Klaim dan Kontraktor Biaya dan Waktu

Yang sering dihebohkan adalah Klaim dan Kontraktor kepada Kuasa Bangunan, tetapi sebaliknya Klaim dari Kuasa Bangunan kepada Kontraktor dianggap hal yang wajar. Pada Kontrak Internasional, klaim diatur suatu pasal, berikut prosedur penyelesaiannya.

Perlu diketahui bahwa pengalokasian resiko dapat secara eksplisit (tersurat) dan secara implisit (tersirat). Alokasi implisit sering menimbulkan perbedaan interpretasi, baik antara Direksi (Konsultan Supervisi) dengan kuasa bangunan/Direksi. Jadi idealnya, dalam penyusunan suatu dokumen kontrak alokasi tersirat harus dikurangi sedapat mungkin untuk mencegah terjadinya klaim atau ketidakpuasan dan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek.

Pemahaman pasal-pasal Dokumen Kontrak adalah mutlak diperlukan dalam pelaksanaan suatu proyek. Sering terjadi syarat-syarat Umum

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 124

Page 125: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

terabaikan begitu saja karena terlalu berkonsentrasi pada Spesifikasi Teknis dan Gambar.

Kesalahan umum yang sering terjadi pada interpretasi dan/atau penerapan pasal-pasal Kontrak adalah pembacaan secara per pasal tanpa usaha mengaitkan rincian Pasal yang lain

Dokumen Kontrak adalah dokumen yang kompleks, suatu pasal sering terkait dengan pasal yang lain dan sangat jarang suatu pasal berdiri sendiri.

B. KONFLIK ANTAR PASAL-PASAL

Sering terdapat dalam surat dokumen kontrak ketidakcocokan/konflik antara pasal yang satu dengan pasal yang lain atau ketentuan yang satu dengan ketentuan yang lain, karena dokumen kontrak itu disusun dengan metoda “cut and paste” atau karena si “drafter” adalah bukan orang yang ahli.

C. DERAJAT DOKUMEN KONTRAK

Pencegahan masalah perselisihan/konflik pasal-pasal pada dokumen Kontrak adalah dengan mencantumkan derajat dokumen Kontrak bila terjadi perselisihan, sebagai berikut (berurut dari yang paling tinggi ke yang paling rendah):

1) Amandemen/Addendum Kontrak

2) Surat Perjanjian

3) Kontrak

4) Notulen Rapat Pra Pra-Lelang

5) Addenda & Suplemen

6) Syarat-syarat (teknis) Umum

7) Spesifikasi (teknis) Khusus

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 125

Page 126: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

8) Spesifikasi (teknis) Umum

9) Dokumen penawaran

10) Pernyataan metoda Pelaksanaan (Method of Statement)

Addenda dan Supplement (Addendum and Supplements) dibuat menjelang lelang, yang merevisi beberapa pasal pada Syarat-syarat Umum, Spesifikasi Khusus, Spesifikasi Umum dan mungkin gambar.

Surat per lazimnya ditempuh bila ada perjanjian khusus mengenal perubahan dokumen kontrak sebelum diterbitkannya Amandemen/Addendum Kontrak (Contract Amendment /Addendum).

Prinsip “apa yang tergambar adalah lebih rendah daripada apa yang tertulis” penting diperhatikan oleh Perencana. Dalam keadaan konflik, dokumen apa yang tergambar menjadi gugur jika ditentukan lain pada dokumen tertulis.

Pertanyaan mendasar adalah bagaimana bila terjadi konflik antara pasal-pasal di dalam suatu derajat yang sama. Jawabannya adalah harus dipilih mana vana lebih wajar secara kontekstual dan tidak meruciikan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak, setidaknya tidak merupikan pihak yang tidak menvusun dokumen kontrak (dalam hat ini kontraktor) Adalah sesuatu yang mungkin bahwa pasal-pasal yang konflik itu terpaksa dianggap gugur (Not valid) bila pasal-pasal yang konflik tersebut sama-sama wajar ataupun sama sama tidak wajar.

D. PASAL-PASAL RAWAN

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 126

Page 127: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Pasal-pasal yang menyangkut hal-hal di bawah ini dikenal sebagal pasal-pasal yang rawan dalam persoalan Klaim. Sebelum atau sesudah tender pasal-pasal tersebut sangat disarankan untuk disimak secara menyeluruh. Pasal-pasal yang dimaksud adalah pasal pasal yang terdapat dalam Syarat-syarat Umum.

1) PERPANJANGAN WAKTU (Time Extension)

Hal-hal apa saja yang dapat dipandang sebagai hal yang dapat diterima (excusable) dan apa yang tidak dapat diterima (non-excusable) untuk suatu perpanjangan waktu pelaksanaan Kontrak. Bagaimana prosedur pengajuan suatu perpanjangan waktu.

2) ESKALASI HARGA

Masalah pasal yang menyebutkan mengenal eskatasi harga dan bagaimana cara menghitung eskalasi.

Eskalasi menyangkut 3 hal pokok

Sumber Indeks Harga

Mata Uang Pembayaran

Metoda Perhitungan

3) PERBEDAAN KONDISI

Pasal ini adalah pasal yang penting bila berhubungan dengan pekerjaan bawah tanah (subsurface). Apakah ada pasal mengenai perbedaan kondisi (differing site condition) yaitu adanya perbedaan dan apa yang di informasikan gambar atau dokumen kontrak dengan kenyataannya. Klaim umumnya terjadi pada kasus yang menyangkut hal ini.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 127

Page 128: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Ada kontrak yang menyebutkan bahwa resiko yang berhubungan dengan perbedaan informasi yang diberikan dalam dokumen tender dengan kenyataan adalah resiko Kontraktor. Inilah contoh alokasi risiko yang tidak wajar seperti dimaksud pada butir 2 di atas.

4) VARIASI KUANTITAS

Pada waktu tender Kontraktor diminta untuk menawar mata pembiayaan yang kuantitasnya sudah ditentukan oleh Kuasa Bangunan/Perencana.

Kontraktor menghitung harga satuan dengan asumsi bahwa kuantitas yang diberikan adalah cukup akurat dan dapat dipertanggung jawabkan kemelesetannya.

Perlu diingat bahwa harga adalah merupakan fungsi waktu dan kuantitas.

5) PEKERJAAN TAMBAH DAN PERUBAHAN PEKERJAAN

Bagaimana konsep Perintah Perubahan atau Pekerjaan Tambahan telah dituangkan dalam ketentuan Kontrak dan bagaimana suatu perintah Perubahan akan dinilai (valuation of variation).

6) RISIKO KHUSUS

Hal-hal apa yang dianggap sebagai Risiko khusus (Special Risk) di mana kerugian akibat hal tersebut menjadi tanggung bersama antara kontraktor dan Kuasa Bangunan atau Kuasa Bangunan saja.

7) PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Hukum mana yang akan dipakal bila terjadi perselisihan? Bagaimana prosedure

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 128

Page 129: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

penyelesaian perselisihan harus ditempuh sebelum ke pengadilan.

8) PERSELISIHAN ANTARA PASAL DOKUMEN KONTRAK

Bagaimana urut-urutan derajat dokumen kontrak.

VI.2.14 PERINTAH PERUBAHAN

Pada kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract). umumnya terdapat pasal mengenai Perintah Perubahan (variation order/change order). Tanpa adanya ketentuan ini, maka Kontrak menjadi kaku. Jarang sekali pekerjaan sipil dapat dilaksanakan tanpa adanya suatu perubahan pada rencana semula, terlebih-lebih bila berhubungan dengan pekerjaan tanah.

Perintah perubahan menyangkut:

perubahan elevasi

perubahan mutu

perubahan bentuk

pengurangan volume dan penambahan volume pekerjaan

dan lain-lain

Contoh pada kontrak FIDIC pasal 51 adalah sebagai berikut (garis bawah diberikan untuk perhatian):

51. (1) The Engineer shall make any variation of the from, quality or quantity of the works or any part there of that may, in his opinion, be necessary and for that purpose, or if for any other reason shall, in his opinion, be desirable, he shall have power to order the contractor to do and the contractor shall do any of the following

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 129

Page 130: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

a. increase or decrease the quantity of any work induded in the contact

b. omit any such work,

c. change the character or quality or kind of any such work,

d. change the levels, lines, position and dimension of any part of the works, and

e. execute additional work of any kind necessary for completional of the work of any kind necessary for completion of the works and on such variation shall in any way vitiate or Invalidate the contract, but the value If any of all such vanantion shall be taken into account in ascertaining the amaount of the contract Price.

f. No such variation shall be made by the contractor without an order in writing of the Engineer. Provided that on order in writing shall be required for increase or decrease or decrease is not the result of an order given under this clause, but is the result of the quantities excceding or being less than those stated in the bill of Quantity Provided also that if for any reason the engineer shall consider it desirable to give any such order verbally, the Contractor shall comply with such order and any confirmation in writing of such verbal order given by the Engineer, wheter before or after the carrying out of the order, shall be deemed to be an order in writing within the meaning of this douse. Provided further that if the Contractor shall within seven days confirm in writing to the Engineer and such confirmation shall not be contradicted in

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 130

Page 131: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

writing within fourteen days the Engineer, it shall be deemed to be an order in writing by the Engineer.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa suatu perintah perubahan haruslah dilakukan secara tertulis. Kadang-kadang Direksi mengeluarkan petintah perubahan secara lisan, untuk selanjutnya dikonfirmasikan secara tertulis oleh Direksi kepada Kontraktor atau sebaliknya.

Untuk variasi (penambahan dan pengurangan) kuantitas yang bukan diaklbatkan oleh adanya Perintah perubahan hanya karena perbedaan kuantitas actual dengan kuantitas tender, boleh tidak dikeluarkan Perintah Perubahannya.

VI.3.15 EVALUASI PERINTAH PERUBAHAN

Ada 2 aspek yang perlu ditinjau pada setiap perintah perubahan yaitu aspek biaya dan aspek waktu. Aspek kualitas biasanya sudah dikeluarkan bersamaan dengan Perintah Perubahan tersebut.

Perlu selalu dipertanyakan baik oleh pihak Direksi (Eligineer)/Kuasa Bangunan maupun Kontraktor pada setiap pengeluaran atau penerimaan suatu Perintah Perubahan adalah bagaimana Perintah Perubahan akan dibayar dan apakah waktu pelaksanaan kontrak/proyek perlu diperpanjang?

Kedua hal di atas harus segera diselesaikan, jangan dibiarkan berakumulasi di mana penyelesaiannya akan lebih rumit terutama mengenai aspek waktu. Jika Direksi (Engineer) bersikap pasif sebaiknya Kontraktor mengambil inisiatif dengan mempertanyakannya, sebaiknya sebelum pekerjaan dimulai.

Segera setelah dikeluarkannya suatu Perintah Perubahan, Kontraktor dan Direksi/Kuasa Bangunan melakukan langkah peninjauan valuasi Perintah

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 131

Page 132: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Perubahan yang mungkin melalui proses negoisasi. Pada tahap negoisasi sangat diharapkan semua pihak berpandiri. Argumentasi harus kuat dan dapat didukung oleh bukti, asumsi dan perhitungan berdasarkan kewajaran.

Pada proses negoisasi diperlukan negotiator yang paham mengenai seluruh aspek biaya dan paham secara menyeluruh dokumen kontrak.

Sering sekali negoisasi berlangsung sangat lambat karena negotiator tidak diberikan wewenang penuh untuk memutuskan atau pihak-pihak yang hadir pada perundingan tidak cukup siap untuk apa yang harus dinegoisasikan.

Kadang kala negoitator bersikap seolah-olah dia tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan, agar ia mempunyai cukup waktu untuk peninjauan kembali.

Kontrak FIDIC menyiapkan pasal 52 untuk evaluasi Perintah Perubahan:

52. (1) AH extra or additional work done or work omitted by order of the Engineer shall be valued at the rates and prices set out in the contract if, in the opinion of the engineer the same shall be applicable. If the contract does not contain any rates or prices applicable to the extra or additional work, then suitable rates or prices shall be agreed upon the Engineer and the Contractor. In the event of disagreement the Engineer shall fix such rates or prices as shall, in his opinion, be reasonable and proper.

(2) Provide that if the nature or amaunt of any omission or addition relative to the nature or amount of the whole of the works or to any part there of shall be such that, in the opinion of the Engineer, the rate or pace contained In the contract for any item of the

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 132

Page 133: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Works Is, by reason of such omission or addition, rendered unreasonable or inapplicable, then a suitable rate or price shall be agreed upon between the Engineer and the Contractor. In the event of further disagreement the Engineer shall fix such other rate or price as shall, in his opinion, be reasonable and proper having regard to the drcumstances.

Provided also that no increase or decrease under sub-clause (1) of this Clause or variation of rate or price under sub-dause (2) of this Clause shall be made unites, as soon after the date of the order as is practicable and, in the case of extra or additional work, before the commencement of the work or as soon there after as is praticable, notice shall be given in writing:

(a) by the contractor to the Engineer of his intetion daim extra payment or varied rate or price, or

(b) by the Engineer to the Contractor of his intetion to vary a rate or price.

Jadi yang penting diperlihatkan disini adalah bahwa Harga Satuan Tender belum tentu dapat digunakan untuk suatu Perintah Perubahan tergantung pada macam pekerjaannya dan kewajaran dan harga Satuan Tender yang. ditinjau.

Karena kesalahan estimasi pada waktu tender, dapat terjadi bahwa suatu Harga Satuan Tender adalah tidak realistic (terlalu tinggi atau terlalu rendah). Hal ini dapat juga terjadi karena kesengajaan pihak Kontraktor pada waktu penawaran sebagai taktik untuk menolong “cash-flow”nya. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi bila suatu mata pembayaran yang harganya rendah tidak wajar karena Perintah

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 133

Page 134: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

Perubahan kuantitasnya naik, atau suatu math pembayaran yang harganya tinggi tidak wajar karena Perintah Perubahan kuantitasnya naik. Pada dasarnya untuk suatu Harga Satuan Tender perlu ditinjau kecocokannya (applications) untuk suatu Perintah Perubahan.

VI.3.16 PENETAPAN HARGA

Seperti pada pasal Kontrak FIDIC di atas, Direksi (Engineer) berhak menetapkan fixing rate jika terjadi ketidakcocokan harga pada waktu negoisasi. Kehatannya pasal ini sangat ampuh bagi Direksi untuk mendikte harga pada kontraktor.

VI.3.17 PERPANJANGAN WAKTU KONTRAK

Karena suatu Perintah Perubahan merupakan “gangguan” terhadap rencana Waktu Pelaksanaan, maka evaluasi terhadap Waktu Pelaksanaan perlu ditinjau. Sebenarnya hal ini adalah merupakan tugas Direksi (Engineer) untuk memberitahukan Kontraktor ada atau tidaknya Perpanjangan Waktu Kontrak Karena Perintah Perubahan.

Bila ternyata Direksi (Engineer) lalai melaksanakan tugasnya, jika memang diperlukan sebaliknya Kontraktor segera mengambil inisiatif mengajukan permohonan perpanjangan waktu kontrak, karena biasanya menurut ketentuan Kontrak, perpanjangan waktu Kontrak hanya akan dilayani bila memenuhi suatu syarat tenggang waktu tertentu (FIDIC menentukan 28 hari) setelah terjadinya kejadian. Pembuktian dengan CPM (Critical Path Method) sangat disarankan.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 134

Page 135: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

VI.3.18 DIAGRAM ALIR PEKERJAAN

Untuk memperjelas dan melengkapi suatu gambaran dari tugas dan kewajiban supervisi sehubungan dengan aktivitas dari proyek ini, maka dibuat suatu bagan alir (diagram alir) pelaksanaan pengawasan beberapa pekerjaan, sebagai berikut :

Bagan alir pelaksanaan pekerjaan struktur Bagan alir pengendalian pekerjaan tanah Bagan alir pelaksanaan pekerjaan sub base course Bagan alir pelaksanaan pekerjaan tack coat / prime

coat Bagan alir pelaksanaan pekerjaan AC Base Bagan alir pelaksanaan pekerjaan saluran samping

Bagan alir tersebut, disajikan dalam Gambar.

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 135

Page 136: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

BAGAN ALIR PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR

Persiapan

Pemasangan form work Campuran material betonyang telah disetujui

Pemasangan Mengaduk bahantulangan

PerbaikanSlump test komposisi

Tindakan Corperbaikan beton

Test kuat tekan BuangPemeliharaan

Bongkar form work

Analisis Hasil testteknis kuat tekan

Finishing

Stop

Tidak

Tidak

Ya Tidak

Ya

Tidak

Ya

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 136

Page 137: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

BAGAN ALIR PENGENDALIAN PEKERJAAN TANAH

Pembersihanlahan

Pemeriksaan kondisi Galian dan buangtanah asli s/d subgrade

BaikMencari lokasi Kontrol Perbaikanpengambilan kualitas tanah

bahan timbunanDaerah DaerahTimbunan Galian

Diratakan,Pemeriksaan dipadatkan

bahan

Baik

Percobaan Penghamparan lapisanpemadatan lapangan bahan timbunan

Peralatan Pemadatanlapisan

Pemeriksaankadar air

Ya

Pemeriksaankepadatan

Ya

Kontrolelevasi

Ya

Stop

Jelek

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 137

Page 138: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

BAGAN ALIR PELAKSANAAN SUB BASE

Pematokan, Pencampuranpengukuran material

Persiapan Pemeriksaan Penyempurnaan camp.lapangan kualitas atau rejected

Penyiapan Pengangkutanmaterial kelapangan

Penyebaran dan Pemeriksaan Rejectedperataan kualitas

Pemeriksaan kerataandan ketebalan

Pemadatan

Pemeriksaan Pemeriksaan Perbaikankepadatan lapangan permukaan

Pekerjaan sub baseselesai

Tidak Ya Tidak

Ya

Ya Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Ya

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 138

Page 139: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

BAGAN ALIR PELAKSANAAN TACK COAT / PRIME COAT

Pencampuran asphalt Penyiapan peralatan :Tack Coat / Prime Coat - Asphalt sprayer

- Compressor

Perbaikankomposisicampuran

Check mutu Pengisian kecampuran asphalt sprayer

Tidak sesuai

Persiapan, pembersihan Pemanasan dan pengangkutanlapangan ke lapangan

Check permukaan Kalibrasilapangan Tidak volume

Ya

PenyemprotanTinggi datang nozle,Pengaturan nozle, Tidak sesuai Perbaikan

Tek. sprayer. dengan percobaan

Pengaturan kecepatan Yakendaraan penggerak

asphalt sprayer

Check PengaturanTemperature temperature pemanasansesuai spec.

Check mutu Perbaikan tinggi datang(paper test) nozle, kecepatan

kendaraan penggerak

Ya

Pekerjaan Tack Coat / PekerjaanPrime Coat selesai hotmix

SesuaiSpec.

Tidak sesuaispesifikasi

Tidak sesuaispesifikasi

BAGAN ALIR PELAKSANAAN AC BASE

Pengukuran Mencampur materialpermukaan di AMP

Persiapan Pemeriksaanlapangan kualitas spec.

Penyiapan Pengangkutan Dibuang/asphalt finisher kelapangan rejected

Penyebaran dan Ya Pemeriksaan Tidak sesuaiperataan kualitas spec.

Pemeriksaan kerataandan ketebalan

Ya Breakdown rolling

Pemadatan Intermidiate rolling

Finishing rolling

Pemeriksaan Pemeriksaan Perbaikankepadatan lapangan permukaan

Pekerjaan AC Baseselesai

Ya

Tidak

Ya

Tidak sesuai

Tidak Ya Tidak

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 139

Page 140: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

BAGAN ALIR PELAKSANAAN SALURAN SAMPING

Gambar kerja

Check dan penyesuaiandengan lapangan Perubahan

Pengukuran danpematokan

Penentuan titik Penentuan daerah aliranelevasi tetap pada arah badan jalan

Pekerjaan Checkpenggalian elevasi

YaCheck elevasidasar saluran

Check dimensisaluran

Perbaikan

Check kemiringandasar saluran

Check mutu hasilkerja keseluruhan

Stop

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 140

Page 141: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 141

Page 142: Bab 06 Pendekatan Dan Metodologi Ok

PROPOSAL TEKNISPaket 13. Pengawasan Teknik Berkala Jalan

Mengwitani –Bts. Kota Denpasar (5,90 Km)

BAB VIPendekatan dan Metodologi VI - 142