70
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan kesehatan pernafasan merupakan penyakit yang sering di derita oleh semua umur dari anak kecil sampai lansia, mulai dari penyumbatan pernafasan (pilek) sampai penyakit yang menganggu pernapasan misalnya, bronkitis, pneumonia, asma, penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), bahkan Ca bronkogenik, dan lain-lain. Polusi mengganggu sistem pernapasan bila terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran pernapasan merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh sering di sebabkan oleh polusi udara yang mengandung karbondioksida (CO2) dan polutan-polutan lain dengan partikel besar ataupun kecil merupakan zat yang bisa sangat berpotensi menganggu sistem pernapasan. (Napitupulu dan Resosudarmo, 2004) Polusi udara yang sumbernya paling banyak dari kendaraan bermotor dapat menimbulkan reaksi

BAB 1-3 siap.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

143

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan kesehatan pernafasan merupakan penyakit yang sering di derita oleh semua umur dari anak kecil sampai lansia, mulai dari penyumbatan pernafasan (pilek) sampai penyakit yang menganggu pernapasan misalnya, bronkitis, pneumonia, asma, penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), bahkan Ca bronkogenik, dan lain-lain. Polusi mengganggu sistem pernapasan bila terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran pernapasan merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh sering di sebabkan oleh polusi udara yang mengandung karbondioksida (CO2) dan polutan-polutan lain dengan partikel besar ataupun kecil merupakan zat yang bisa sangat berpotensi menganggu sistem pernapasan. (Napitupulu dan Resosudarmo, 2004)

Polusi udara yang sumbernya paling banyak dari kendaraan bermotor dapat menimbulkan reaksi radang atau inflamasi, sesak napas, kekambuhan asma, menurunnya sistem pertahanan tubuh (menekan fungsi alveolar makrofag pada paru), bahkan sampai pada Ca bronkogenik. Gangguan pernapasan yang di akibatkan oleh partikel substansi fisik, kimia, atau biologis di udara yang mengganggu sistem pernapasan. Jika partikulat besar, maka penetrasinya hanya sampai saluran penapasan atas, sedangkan partikulat yang lebih kecil penetrasinya sampai pada paru-paru dan di serap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa zat pencemar di kategorikan toksik dan karsinogenik. Sedangkan kekabuhan penyakit asma semakin besar potensinya bila terpapar langsung dengan asap kendaraan polusi udara. (sudrajad, 2006)

Dari data epidemologis menunjukkan peningkatan kematian serta eksaserbasi atau serangan yang membutuhkan perawatan rumah sakit pada pasien dengan gangguan pernapasan yang meliputi asma (sesak napas), bronkhitis, pneumonia, penyakit paru obstruksi menahun (PPOM). Pada anak-anak dan orang tua rentan terhadap terserang penyakit tersebut jika sering berkontak langsung polusi udara. (www/http:avaaila-shop.blogspot.com).

Statistik badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2004, penyandang asma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu orang per tahun. Dari tahun 2008 diperkirakan 1,3 juta penduduk kota meninggal lebih dini akibat penyakit yang di timbulkan polusi udara. Seandainya peraturan ketat WHO mengenai ambang batas kadar udara bersih diterapkan, hampir 1,1 juta kematian dapat dihindari. Suatu jumlah yang sangat signifikan dari sudut pandang kesehatan masyarakat. Menurut WHO di Indonesia merupakan salah satu negara dengan polusi tertinggi di dunia dengan kadar 111 mikrogram per kubik di kota besar, jauh dari peraturan yang di tetapakan WHO yaitu 20 mikrogram per meter kubik.

Pada tahun 2003 di Indonesia terjadi 31 juta gejala penyakit saluran pernapasan terdiri dari : 1400 kasus kematian bayi premature, 2000 kasus rawat di RS, 49.000 kunjungan ke gawat darurat, 600.000 serangan asma, 124.000 kasus bronchitis pada anak dan lain-lain. Kota-kota di Indonesia yang mengandung polusi udara sangat tinggi yaitu : Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung, Pekanbaru. Polusi terbesar di sumbangkan dari emisi gas buang kendaraan bermesin, asap pabrik dan lain-lain. Jawa timur menempati urutan ke-2 kematian terbesar akibat polusi udara setelah Medan dan Jakarta belum di ketahui pasti jumlah angka kematiannya, namun jika di hitung dari angka kunjungan ke RS, sekitar 2,5% dari penduduk jawa timur meninggal setiap tahunnya. (Redaksi Hijauku.com)

Setelah mencari informasi dari narasumber yang kehidupan sehari-harinya berkontak langsung dengan polusi asap kendaraan, hampir 65% pernah bahkan sering mengalami kekambuhan penyakit asma (sesak napas) walaupun sebelumnya tidak pernah ada riwayat penyakit asma. Dari keterangan mereka, gejala yang sering muncul yaitu : sering mengalami asma (sesak nafas), batuk (batuk kering), dan ada yang menderita penyakit paru-paru.

Di kota-kota di Indonesia tingkat polusi PM10 rata-rata per tahun jauh melebihi batas aman yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO). PM10 adalah benda-benda partikulat yang ukurannya kurang dari 10 mikron. Benda-benda partikulat inilah yang mengakibatkan berbagai masalah kesehatan di masyarakat seperti asma, bronkitis, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kanker paru-paru hingga menurunnya kecerdasan anak. Karena polusi udara mengandung banyak Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). PAH merupakan suatu zat kimia yang terdapat di dalam udara akibat proses pembakaran, diesel, oli, gas, dan benda-benda lain yang mengandung karbon. (www/http:alamendah.wordpress.com/2009/tingkat-pencemaran-udara-di-indonesia) Di perlukan kesadaran yang tinggi bagi masyarakat yang terbiasa hidup kontak dengan polusi untuk menjaga ataupun mencegah dengan menggunakan masker atau pelindung lain ataupun melakukan pemeriksaan kesehatan pernapasan secara rutin. Pelayanan kesehatan adalah pendekatan yang paling tepat dalam penanganan penyakit asma. Hal ini meliputi aspek promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan) dan rehabilitative (pemulihan).

Agar asma terkontrol dengan baik dukungan dari tenaga kesehatan untuk memberikan pengetahuan tentang bahaya polusi udara terhadap kesehatan pernapasan dan mengurangi penderita penyakit pernapasan sangat di perlukan guna mencegah penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh polusi udara. Dengan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui pengaruh polusi udara terhadap kesehatan pernapasan. 1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan kontak langsung dengan polutan (sisa emisi gas buang kendaraan bermotor) terhadap tingkat kejadian asma di Gunung Gumitir Kalibaru tahun 2012 ?1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kontak langsung denagn polutan dengan tingkat kejadian asma di Gunung Gumitir Kalibaru tahun 2012.1.3.2 Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi kontak langsung dengan polutan di gunung gumitir.

b. Teridentifikasi tingkat kejadian asma di gunung gumitir.

c. Teridentifikasi hubungan kontak langsung dengan polutan terhadap tingkat kejadian asma di gunung gumitir.

1.4 Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak-pihak di bawah ini :

1.4.1 Bagi STIKes Banyuwangi

Sebagai masukan untuk menjadikan penelitian yang berkualitas dan bermanfaat bagi semua mahasiswa STIKes Banyuwangi.

1.4.2 Manfaat Bagi Responden

Hasil penelitian dapat meningkatkan kesadaran masyarakat yang terbiasa hidup kontak dengan polusi untuk menjaga ataupun mencegah beberapa penyakit yang penyebab utamanya adalah polusi udara.

1.4.3 Manfaat Bagi Profesi Kesehatan

Di harapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam memberikan pengetahuan tentang bahaya polutan terhadap kesehatan sistem pernapasan.

1.5 Relevansi

Pengetahuan tentang hubungan kontak langsung dengan polutan terhadap tingkat terjadinya asma merupakan sesuatu yang harus di ketahui oleh masyarakat. Efek yang ditimbulkan oleh polutan tergantung dari besarnya pajanan (terkait dosis/kadarnya di udara dan lama/waktu pajanan) dan juga faktor kerentanan host (individu) yang bersangkutan (misal: efek buruk lebih mudah terjadi pada anak, individu pengidap penyakit jantung-pembuluh darah dan pernapasan, serta penderita diabetes melitus).

Pajanan polutan udara dapat mengenai bagian tubuh manapun, dan tidak terbatas pada inhalasi ke saluran pernapasan saja. Sebagai contoh, pengaruh polutan udara juga dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan mata. Namun demikian, sebagian besar penelitian polusi udara terfokus pada efek akibat inhalasi/terhirup melalui saluran pernapasan mengingat saluran napas merupakan pintu utama masuknya polutan udara kedalam tubuh. Selain faktor zat aktif yang dibawa oleh polutan tersebut, ukuran polutan juga menentukan lokasi anatomis terjadinya deposit polutan dan juga efeknya terhadap jaringan sekitar.

Penelitian yang akan di alksanakan ini tidak menutup kemungkinan menemukan beberapa hal-hal yang berkaitan erat dengan kemajuan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Polutan

2.1.1 Pengertian

Polutan adalah suatu zat yang di hasilkan oleh sisa pembakaran emisi gas buang sumbernya paling banyak dari kendaraan bermotor yang dapat menimbulkan reaksi radang atau inflamasi, sesak napas, penyakit asma (kekambuhan asma), menurunnya sistem pertahanan tubuh (menekan fungsi alveolar makrofag pada paru), bahkan sampai pada Ca bronkogenik. Substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah banyak tidak hanya berbahaya bagi manusia tetapi dapat berpengaruh pada hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan. (Lippmann, 2007)

Menurut lippman, 2007 : bebarapa contoh sederhana polutan yaitu :a. Pembakaran mesin diesel yang dapat menghasilkan partikulat (PM10), nitrogen oksida, dan precursor ozon yang semuanya merupakan polutan berbahaya. b. Polutan yang ada diudara dapat berupa gas (misal SO2, NOx, CO, Volatile Organic Compounds) ataupun partikulat. c. Polutan berupa partikulat tersuspensi, disebut juga PM (Particulate Matter) merupakan salah satu komponen penting terkait dengan pengaruhnya terhadap kesehatan. PM dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :a. Coarse PM (PM kasar atau PM2,5-10) berukuran 2,5-10 m, bersumber dari abrasi tanah, debu jalan (debu dari ban atau kampas rem), ataupun akibat agregasi partikel sisa pembakaran. b. Fine PM (8 jam perhari= 3Terkena polutan < 4 jam perhari = 2

Setiap Seminggu 2x = 1a. Asma berat = 4b. Asma sedang =3c. Asma berat =2d. Asma intermiten = 1

3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data3.7.1 Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data sesuai dengan macam dan tujuan peneliti (Notoatmodjo, 2010 : 152).Instrumen penelitian untuk mengukur hubungan kontak dengan polutan dengan menggunakan kuesioner atau pertanyaan-pertanyaan informatif. Sedangkan instrumen penelitian untuk mengukur tingkat terjadinya asma dengan menggunakan lembar kuesioner.3.7.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan cara peneliti untukmengumpulkan data yang akan di lakukan dalam penelitian. (Aziz, 2011)

Pengumpulan data dilakukan melalui proses perijinan studi pendahuluan dari puskesmas Kalibaru, sebagian besar dari populasi di Gunung Gumitir adalah orang yang berasal dari kalibaru wilayah kerja dari puskesmas Kalibaru. Kemudian saat penelitian pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang diisi oleh klien.Sebagai kelengkapan data peneliti melihat buku catatan dan data dari puskesmas Kalibaru.3.7.3 Analisa DataAnalisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Moh.Nazir, 2005:346).Dalam penelitian kuantitatif, perlu di tuliskan tentang jenis statistik yang di pergunakan dalam pengolahan data. Alasan penggunaan statistik yang di pilih, sumber rujukan yang di pergunakan. (Aziz, 2011)

Dalam penelitian ini peneliti memilih uji statistik chi square1. Coding

Memberikan kode pada setiap responden pertanyaan-pertanyaan dan segala hal yang dianggap perlu

2. EditingSebelum data diolah, data tersebut perlu diedit terlebih dahulu. Dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam daftar pertanyaan perlu dibaca sekali lagi dan diperbaiki, jika di sana sini masih terdapat hal-hal yang salah atau yang masih meragukan. (Moh. Nazir, 2005:346).3. ScoringPenentuan skor atau nilai untuk tiap item dalam penemuan skor atau nilai ditentukan berdasarkan subyektifitas responden.

a. Kontak dengan polutan

Penilaian skor pada kontak langsung dengan polutan:

1. Setiap hari >8 jam = 32. Setiap hari 8 jam perhariTerkena polutan < 4 jam perhari

Setiap Seminggu 2x

Total

Asma beratO1.1(eij)O1.2(eij)O1.3(eij)N1

Asma sedangO2.1(eij)O2.2(eij)O2.3(eij)N2

Asma ringanO3.1(eij)O3.2(eij)O3.3(eij)N3

Asma intermitenO4.1(eij)O4.2(eij)O4.3(eij)N4

TotalN1N2N3Grand Total

Tabel 3.3: Tabel kontingensi hubungan kontak langsung dengan polutan terhadap tingkat kejadian asma. b. Kemudian dilakukan penghitungan uji chi square X2= i. j (oij-eij)2 , Dimana rumus eij = (n.i - n.j)2

eij

n

Keterangan :

eij : nilai yang diharapkan

Oij : nilai yang diobservasi

ni : jumlah n barisnj : jumlah n kolom

X2 : koefisien chi squarec. Hitung atau lakukan uji koefisien kontingensi

Dengan rumus :

C = N + X2

X2

Keterangan :

C : koefisien kontingensi

sX2 : hasil chi square

N : populasi

d. Untuk menguji signifikasi koefisien, dapat dilakukan dengan membandingkan harga chi square hitung yang ditemukan dengan chi square tabel pada taraf kesalahan (df) tertentu. Harga (df) = (b-1) (k-1) dimana b= jumlah baris, k= jumlah kolom, a= 0,05e. Perumusan hipotesis

Ho : tidak berpengaruh alternatif pada baris dan kolomHa : ada pengaruh antara alternatif pada baris dan kolom daerah penolakan hipotesis.Daerah penolakan

Ho ditolak, Ha diterima bila x2> x2 , df = (k-1)(b-1)

Ha ditolak, Ho diterima bila x2 > x2 , df = (k-1)(b-1)3.8 Etika Penelitian3.8.1Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent) merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. (Aziz, 2011)Tujuan informed consent:

a. Agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian.

b. Jika subjek bersedia maka media harus menandatangani lembar persetujuan.

c. Jika responden tidak tersedia maka peneliti harus menghormati hak responden dan tidak memaksakan keputusan responden.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain:

a. Partisipasi responden

b. Tujuan dilakukannya tindakan

c. Jenis data yang dibutuhkan

d. Komitmen

e. Prosedur pelaksanaan

f. Potensial masalah yang terjadi

g. Manfaat

h. Kerahasiaan

i. Informasi yang mudah di hubungi (Aziz, 2011)3.8.2AnonimityMasalah ini merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Aziz, 2011)3.8.3ConfidentialityMasalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang yelah di kumpulkan di jamin kerahasiaanya oleh peneliti. Penyajian data atau riset hanya dilampirkan dalam forum akademik (Aziz, 2011).

Laporan penelitian

Hasil penelitian

Analisa data: Analisa data: coding, editing, scoring, tabulating, uji statistik uji chi square

Pengumpulan Data : Kuesioner & observasi

Desain Penelitian : Korelatif

Sampling: Purposive sampling

Sampel: Sebagian orang yang ada di Gunung Gumitir yang berasal dari wilayah Kalibaru sesuai kriteria inklusi

Populasi: Semua orang yang ada di Gunung Gumitir Kalibaru sebanyak 65 orang