Upload
hirsanhusairi
View
21
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat
2010 disebutkan arah pembangunan kesehatan ditujukan pada
upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat
yang dilaksanakan melalui program peningkatan hidup sehat,
pelayanan kesehatan masyarakat yang berhasil guna, berdaya
guna yang tersebar secara merata di seluruh Indonesia dan
pemberian pelayanan harus ditingkatkan melalui peningkatan
mutu dan profesionalisme sumber daya kesehatan.Dengan
adanya upaya tersebut diharapkan masyarakat dapat
meningkatkan taraf kesehatannya yang dilakukan melalui
penyuluhan kesehatan masyarakat yang diselenggarakan guna
meningkatkan pengetahuan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat dan aktif berperan serta
dalam upaya kesehatan ( Depkes RI, 1999 ).
Pergeseran struktur demografi dan peningkatan rata-
rata angka harapan hidup, tidak hanya membawa konsekwensi
bertambahnya penduduk lanjut usia ( 60 tahun ke atas ),
akan tetapi implikasinya lebih nyata berpengaruh pada
problematika sosial dan kesehatan yang ditimbulkan. Proses
memasuki usia lanjut menghadapkan setiap orang pada
kecenderungan alamiah menuju perubahan cara hidup,
berhubung faktor fisik, mental dan sosial pada diri lanjut
1
usia mulai mengalami penurunan. Kenyataan menunjukkan
bahwa banyak para lanjut usia potensi perlu mendapat
perhatian secara seksama dalam arti meskipun berusia
lanjut tetapi mampu berperan dan mempunyai kualitas dalam
pembangunan. ( Petunjuk Pelaksana Hari Usila 1997 ).
Berkaitan dengan adanya perubahan yang terjadi pada
usila yang mempunyai dampak terhadap tingkah laku,
perasaan memasuki usila dan perawatan diri serta
perubahan-perubahan yang terjadi. Perubaahan itu paling
banyak ditemukan lewat kemunduran yang ada pada diri usila
yang akhirnya menjadi sumber masalah bagi usila.
Kemunduran fisik yang terjadi pada usila biasanya
berdampak pada kecemasan akan dirinya, daya tarik diri,
kebersihan diri dan kesehatan diri yang berpengaruh pada
psikologik dan perawatan diri serta cara merawat diri usia
lanjut yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan,
kemampuan usila untuk melakukan perawatan diri, membantu
mempertahankan daya hidup atau semangat hidup usila
(Stevens, 1999 ).
Jumlah usia lanjut yang akan dilakukan penelitian
ini sebanyak 36 orang dan secara keseluruhan berada pada
panti sosial yang menjadi tempat penelitian ( Dinas
Kesejahteraan Sosial NTB, 2000 ) dan dari hasil data yang
diperoleh di tempat penelitian bahwa dalam hal memelihara
kesehatan dan merawat diri usila masih kurang, hal ini
terbukti dengan masih adanya penghuni panti yang masih
2
bergantung sungguh pada petugas panti. Dalam hal ini
petugas panti atau perawat kesehatan di samping tugasnya
sebagai pelaksana keperawatan diharapkan dapat memberikan
bimbingan langsung dan penyuluhan kesehatan kepada klien
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ). Penyuluhan
atau pendidikan kesehatan pada klien akan terlaksana
dengan baik jika sesuai dengan kebutuhan ( Nursalam, M.
Nurs, Hons 2000 ).
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut guna mengetahui seberapa besar pengaruh
penyuluhan tentang perawatan diri usia lanjut terhadap
cara merawat diri usia lanjut, sehingga penyuluhan dapat
diberikan langsung pada usia lanjut yang kurang mampu
melakukan perawatan diri dalam konteks perawatan kelompok
khusus.
3
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut
1. apakah ada pengaruh penyuluhan tentang perawatan diri
terhadap cara merawat diri usia lanjut “ ?
2. apakah usia lanjut daapat melakukan perawatan diri
sebelum dilakukan penyuluhan
3. apakah usia lanjut daapat melakukan perawatan diri
setelah dilakukan penyuluhan
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh penyuluhan tentang perawatan diri
terhadap cara merawat diri usia lanjut di Panti Sosial
Tresna Werda Meci Angi Kota Bima.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menilai cara merawat diri usia
lanjut sebelum diberikan penyuluhan.
b. Untuk menilai cara merawat diri usia
lanjut sesudah diberikan penyuluhan.
c. Untuk menganalisa cara merawat diri
usia lanjut sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan.
d. Untuk menilai keberhasilan penyuluhan
yang diberikan pada usia lanjut.
4
D. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan
informasi mengenai pengaruh penyuluhan tentang
perawatan diri terhadap cara merawat diri usia lanjut.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu bahan masukan bagi petugas panti
khususnya perawat panti, petugas kesehatan pada umumnya
serta masyarakat luas dalam upaya meningkatkan
pelayanan kesehatan dan perawatan usia lanjut.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan perawatam usia lanjut.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muhtar 2002 yang berjudul hubungan pengetahuan
keluarga tentang usia lanjut terhadap motivasi keluarga
dalam merawat diri di Desa Rade Kecamatan Mada Pangga
Kabupaten Bima dengan hasil ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuajn keluarga tentang usia lanjut dalam
merawat diri. Sedangkan penelitian sekarang lebih berfokus
pada penyuluhan tentang perawatan diri terhadap cara
merawat diri usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha
"Meci Angi" Kota Bima
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai
kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip
belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup
sehat, tahu bagaimana caranya melakukan apa yang bisa
dilakukan, secara perorangan maupun secara kelompok dan
meminta pertolongan bila perlu.( Depkes RI, 1991 )
Menurut Wood, mengemukakan bahwa penyuluhan
kesehatan ( pendidikan kesehatan ) adalah sebagai
sekumpulan pengalaman yang mendukung kebiasaan sikap dan
pengetahuan yang berhubungan dengan kesehatan individu,
masyarakat dan ras (Tafal, 1984).
Sementara itu Nywander (1974) yang dikutip dalam
Soekidjo Notoatmodjo (1997)menyatakan bahwa
penyuluhan/pendidikan kesehatan dengan pencapaian tujuan
kesehatan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan
pencapaian tujuan kesehatan individu dan masyarakat. Hal
ini tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang
lain, bukan seperangkat prosedur yang dilaksanakan atau
suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya suatu
6
proses perkembangan yang berubah secara dinamis yang
didalamnya seseorang menerima atau menolak sikap maupun
praktek baru yang berhubungan denga tujuan hidup sehat.
Lebih lanjut Notoatmodjo (1997), menjelaskan bahwa
penyuluhan/ pendidikan kesehatan adalah proses yang
menyembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan
praktek – praktek kesehatan, yang memotivasi seseorang
untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu sehingga
dapat menjaga dirinya menjadi lebih sehat dengan
menghindari kebiasaan yang buruk dan membentuk kebiasaan
yang menguntungkan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari setiap program. Setiap petugas yang
berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam hal ini
petugas Puskesmas, mempunyai tugas penyuluhan. Untuk dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik, setiap petugas
kesehatan/petugas panti harus memiliki pengetahuan dan
ketrampilan dibidang medis teknis serta di bidang
penyuluhan. Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan adalah
hal dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap obyek tertentu. Sedangkan pemahaman
adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui
7
1. Tinjauan tentang Persiapan Penyuluhan
Azwar (1996), mengatakan bahwa perencanaan
( persiapan ) adalah suatu proses menganalisis dan
memahami sistem yang dianut, merumuskan tujuan umum dan
tujuan khusus yang ingin dicapai, memperkirakan segala
kemampuan yang dimiliki, menguraikan segala kemungkinan
yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, menganalisis efektifitas dari berbagai
kemungkinan tersebut, menyusun perincian selengkapnya
serta mengikatnya dalam suatu sistem pengawasan yang terus
menerus sehingga dapat dicapai hubungan yang optimal
antara rencana yang dihasilkan dengan sistem yang dianut.
Dalam melakukan persiapan perlu diperhatikan hal –
hal sebagai berikut : (1) menentukan misi penyuluhan, (2)
menentukan tujuan umum/khusus, (3) menentukan rumusan
masalah, (4) menentukan strategi sasaran, waktu, (5)
menentukan rencana kerja, serta, (6) menentukan metode
penilaian dan kriteria keberhasilan.
Agar penyuluhan dapat mencapai hasil yang optimal,
perlu perencanaan yang jelas dan terarah. Dalam proses
perencanaan penyuluhan kesehatan masyarakat terdapat
langkah – langkah sebagai berikut :
8
1. Mengenal masalah, masyarakat, dan wilayahnya.
1) Mengenal masalah.
Dari segi program kesehatan petugas dapat mengambil
keputusan dalam menangani masalah kesehatan dan
program kesehatan.
Mengenal masyarakat.
Dari segi masyarakat perlu adanya analisa terhadap
faktor sosial budaya setempat yang menyangkut
kehidupan masyarakat, antara lain :
(1) Sistem Perekonomian dan mata pencaharian
(2) Sistem ilmu pengetahuan ( pendidikan )
(3) Sistem Kekerabatan
(4) Sistem bahasa dan kesenian
(5) Sistem norma dan kepercayaan serta agama
2) Mengenal Wilayah
Dalam perencanaan kegiatan penyuluhan kesehatan
juga di analisa wilayah sasaran, misalnya :
(1)Lokasi
(2)Sifat wilayah
2. Menentukan prioritas masalah
Penentuan masalah prioritas bisa berdasarkan
beberapa pertimbangan yaitu :
1) Berdasarkan besarnya akibat masalah tersebut
2) Berdasarkan pertimbangan politis
9
3) Berdasarkan tersedianya sumber daya
3. Menentukan tujuan penyuluhan
Tujuan yang diharapkan dalam penyuluhan kesehatan
adalah :
1) Jangka panjang
2) Tujuan jangka menengah
3) Tujuan jangka pendek
4. Menentukan sasaran penyuluhan
Dalam penyuluhan kesehatan yang dimaksud dengan
sasaran adalah individu, kelompok, masyarakat.
5. Menentukan isi penyuluhan tentang perawatan diri
Materi yang disampaikan adalah pengetahuan praktis
yang perlu diketahui sasaran dalam penyuluhan
kesehatan yang meliputi :
1) Pengertian perawatan diri
2) Tujuan Perawatan diri
3) Manfaat Perawatan diri
4) Cara merawat diri usia lanjut
6. Menentukan metode penyuluhan
Metode atau cara penyuluhan tergantung pada tujuan
penyuluhan yang ingin dicapai. Tujuan biasa
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Tujuan merubah pengetahuan
2) Tujuan merubah sikap
10
3) Tujuan merubah tindakan
Jika tujuan yang ingin dicapai tentang pengetahuan
sasaran, maka metode yang dipakai bisa ceramah,
tugas baca. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah
perubahan sikap yang positif dari sasaran, maka
metode yang dipakai pemutaran film, rool playing.
Sedangkan untuk mengembangkan suatu tindakan atau
ketrampilan yang positif dari sasaran, biasa dipakai
metode demonstrasi, latihan sendiri.
7. Menentukan media/alat bantu peragaan penyuluhan.
Dalam metode ceramah menggunakan alat bantu seperti
leafet, poster, booklet. Untuk metode demonstrasi
alat bantu peraga yang digunakan adalah gambar
(Poster), leaflet, alat – alat demonstrasi
(bahan – bahan peralatan).
8. Membuat perencanaan penilaian
Evaluasi yang dimaksud adalah :
1) Evaluasi kegiatan penyuluhan yakni : Menilai
langkah – langkah yang telah dijadwalkan dalam
perencanaan, apakah sesuai dengan atau terjadi
perubahan dalam pelaksanaan, misalnya : tentang
jadwal dan waktu, tempat dan alat bantu.
2) Evaluasi hasil kegiatan yakni sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai terhadap penyuluhan
11
yang dilaksanakan, misalnya terjadi perubahan
pengetahuan, sikap atau tindakannya.
9. Membuat jadwal rencana pelaksanaan
Pokok – pokok kegiatan sejak penentuan masalah,
tujuan, sasaran dll, kemudian dimasukan dalam suatu
matrix, agar lebih mudah melihatnya. Jadwal rencana
kegiatan penyuluhan ini merupakan pedoman rencana
kerja kurun waktu tertentu, misalnya 1 bulan, 6
bulan , 1 tahun dll.
2. Tinjauan tentang Pelaksanaan Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan/pelaksanaan penyuluhan adalah
merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk
membantu klien baik individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran ( Herawani, 2001).
Pelaksanaan penyuluhan merupakan operasional dari
pada perencanaan/persiapan yang telah ada. Faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan penyuluhan kesehatan adalah
faktor dari dalam/intern petugas dan faktor dari luar
serta berbagai faktor lain seperti : keadaan situasi
lingkungan, ketersediaan alat dan prasarana/ sarana yang
ada, situasi dan kondisi masyarakat sebagai sasaran
penerima penyuluhan.
Dalam pelaksanaan penyuluhan, setiap petugas
12
penyuluh harus menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
Langkah I :
Setiap petugas yang akan memberikan penyuluhan harus
mengetahui latar belakang permasalahan yang datanya
berasal dari data obyektif dan subyektif.
Langkah II :
Berdasarkan masalah tersebut, petugas merencanakan
penyuluhan kesehatan dengan menentukan materi penyuluhan
sesuai permasalahan.
Langkah III :
Petugas menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan, tempat
pelaksanaan, cara pelaksanaan (perorangan atau kelompok).
Langkah IV :
Petugas penyuluh mengevaluasi kegiatan penyuluhan yang
telah dilaksanakan dengan bertanya langsung terhadap
materi yang disampaikan terhadap subyek yang disuluh.
Langkah V :
Bila pasien dirasakan perlu informasi lebih lanjut secara
individual, maka dilakukan konseling.
3. Tinjauan tentang Evaluasi Kegiatan Penyuluhan
Notoatmodjo, (1997) mengemukakan bahwa evaluasi
adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana
materi penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh dapat
13
diterima dan diserap oleh sasaran/ penerima penyuluhan
sebagai subyek belajar.
Rusyam ( 1992 ) dikutip oleh petugas A. Azis Alimun
( 2001 ) mengatakan bahwa proses belajar merupakan proses
untuk mendapatkan informasi sehingga diharapkan akan dapat
merubah prilaku, prilaku yang diharapkan akan dapat
merubah prilaku – prilaku yang akan diubah berupa
ketrampilan, intelektual, ketrampilan kognitif, kemampuan
verbal, kemampuan motorik, sikap dan nilai yang
berhubungan dengan aspek emosional yang dimiliki oleh
seseorang.
Alimun 2001, mengemukakan bahwa belajar merupakan
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan karena dalam interaksi akan teruji
pengalaman belajar dan perubahan sikap dan tingkah laku .
Hasil evaluasi yang dinilai adalah : perubahan
pengetahuan, sikap dan prilaku sasaran sedangkan sikap dan
perbuatan seseorang /manusia banyak ditentukan oleh
pendidikan yang dituruninya (Kadir, 1984 )
Keberhasilan hasil penyuluhan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : Materi, lingkungan,
instrumental baik perangkat keras
( hard word ) seperti perlengkapan belajar dan alat peraga
serta perangkat lunak ( Soft word ) seperti fasilitator
belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya.
14
B. Konsep Dasar Lanjut Usia
1.Batasan-Batasan Usia Lanjut
Menurut WHO Lanjut usia meliputi :
a. Usia pertengahan (Middle age) ialah
kelompok usia 45 sampai 49 tahun.
b. Lanjut usia (elderly) kelompok usia antara
60 dan 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old) usia antara 75 dan
90 tahun.
d. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90
tahun.
Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikologi UI)
Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa,
kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian : (1) fase
infentus, antara 25 dan 40 tahun, (2) fase verilitas
antara 40 dan 50 tahun, (3) fase prasenium antara 55
dam 60 tahun dan (4) fase senium antara 65 hingga
tutup usia.
2. Perubahan-perubahan pada kulit menua, rambut dan kuku.
a. Kulit menua
15
(1) Penurunan epidermal serta percepatan
pergantian stratum korneum 2 kali lebih
lama dibandingkan orang muda.
(2) Menurunnya respon terhadap trauma.
(3) Mekanisme proteksi kulit menurun.
(4) Persepsi sensorik menurun.
(5) Respon vaskular menurun.
(6) Respon Imum menurun.
(7) Penurunan produksi vitamin D.
(8) Menurunnya kemampuan termoregulasi.
(9) Produksi kalenjar keringat menurun.
b. Rambut
(1) Pertumbuhan menjadi lambat, lebih halus dan
jumlahnya lebih sedikit.
(2) Rambut memutih.
(3) Rambut banyak yang rontok.
c. Kuku.
(1) Pertumbuhan kuku lebih lambat
(2) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya dan
rapuh.
(3) Warna kuku agak kekuningan.
(4) Kuku menjadi tebal dan keras.
3. Perubahan-Perubahan Psikis Pada Usia Lanjut
Dalam hal ini akan dibahas tentang perubahan
16
fungsi psikis secara keseluruhan yang meliputi :
pengalaman, daya ingat, memikirkan, perasaan serta
bergerak dan bertindak.
a. Pengamatan
Di samping berkurangnya fungsi panca indera,
terjadi juga perubahan dalam kemampuan panca
indera itu untuk menerima rangsangan. Dapat
dikatakan bahwa bidang pengamatannya menjadi
lebih kecil. Individu lansia memerlukan lebih
banyak waktu untuk dapat menyimak keadaan
sekelilingnya. Ini berarti jika tidak ada waktu
yang cukup untuk ini, maka seorang lansia tidak
akan memperoleh pengamatan yang lengkap, sehingga
tidak dapat memperoleh hasil yang konkrit dari
lingkungan sekelilingnya.
b. Kesadaran
kesadaran total dibentuk oleh kesadaran
jasmani (biologi) dan kesadaran rohani
(psikologis). Kesadaran jasmani ditentukan oleh
tingkat bagaimana rangsangan panca indera
meneruskan rangsangan ini ke otak. Dalam proses
penuaan kita dapat melihat bahwa konsentrasi
perhatian berkurang, lansia dalam banyak hal
hanya dapat mengkonsentrasikan dirinya pada
sebagian dari konsentrasi totalnya. Sebagian dari
17
segala kejadian yang terjadi tidak dapat diserap
oleh lansia.
c. Daya Ingat
Lansia memerlukan waktu yang lebih banyak
untuk dapat mencerna dan menerima hal yang baru.
Berkurangnya kemampuan pengamatan dan kemampuan
berkonsentrasi merupakan salah satu penyebabnya.
Lebih sulit menyerap sesuatu dapat berarti adanya
gangguan dalam daya ingat jangka pendek. Hal ini
menyebabkan lansia mengambil suatu kesimpulan
berdasarkan perbandingan keadaan yang pernah
dialaminya pada masa lampau.
d. Cara Berpikir
Fungsi berpikir dapat dibedakan dalam cara
berpikir dan bahan pikiran itu sendiri, perubahan
sebagai akibat proses penuaan antara lain tempo
berpikir menjadi lamban, cara mengembangkan ide-
ide dan pengembangan rencana-rencana baru lebih
banyak memakan waktu dan tenaga. Jika
membicarakan suatu hal individu akan memerlukan
waktu yang lebih banyak untuk mencerna informasi
itu dan kemudian mengeluarkan pendapatnya. Cara
berpikir lansia lebih banyak ditujukan pada diri
sendiri dari pada terhadap lingkungannya.
e. Perasaan
18
Dapat dikatakan bahwa perasaan manusia yang
mengalami proses penuaan juga berubah. Kita dapat
melihat bahwa individu lansia tidak begitu cepat
tersentuh perasaan emosinya. Mereka lebih mudah
menjaga jarak terhadap kejadian-kejadian yang
ada. Pengalaman-pengalaman emosional yang dialami
semasa hidup sering menyebabkan individu menjadi
lebih keras dan lebih sulit dimotivasi jika
dibandingkan sebelumnya.
f. Cara bergerak dan bertindak
Selain perubahan-perubahan jasmani dalam
cara bergerak dan bertindak terjadi juga
perubahan faktor psikis dalam fungsi ini.
Terutama dalam berbagai tindakan dalam saat yang
bersamaan akan mengakibatkan timbulnya masalah.
Dengan demikian berjalan dan berbicara yang
dilakukan secara bersama-sama dapat menimbulkan
kesulitan. Tindakan yang kompleks berjalan sulit
dan akan sulit juga membiasakan diri, dalam hal
ini seluruh pola geraknya seakan-akan menjadi
lamban.
4. Perubahan-Perubahan Sosial Usia Lanjut
a. Perpisahan
19
Lansia kadang-kadang mendapat perasaan bahwa
seakan-akan kehidupan dunia ini jauh mendahului
mereka, mereka kehilangan hubungan dengan segala
perkembangan yang baru, yang bergerak lebih maju
daripada sebelumnya. Waktu yang diperlukan untuk
menyesuaikan diri bagi lansia tidak secepat
perkembangan yang ada. Bagi banyak lansia seakan-
akan mereka hidup dalam fiksi ilmu pengetahuan.
Hal ini memberi mereka perasaan kesepian dan
dapat menjadi suatu isolasi sosial.
b. Masa Pensiun
Bekerja memainkan peranan penting dalam
kehidupan manusia. Bekerja berarti :
(1) Mempunyai teman sejawat.
(2) Mendapat penghargaan
(3) Memproduksi sesuatu demi kepentingan orang
banyak.
Dalam kehidupan manusia batas umur bagi
seseorang untuk tetap bekerja dan menerima gaji
adalah 65 tahun. Bagi setiap pekerja yang
berhenti bekerja akan berarti ia berpisah dengan
sebagian dari kehidupan aktifnya. Pada lansia dan
yang mengalami pensiun, mereka juga akan
mengalami isolasi sosial.
c. Hubungan
20
Orang yang menjadi lansia secara perlahan-
lahan akan kehilangan hubungan atau relasi dengan
keadaan sekitarnya. Di samping itu hanya sedikit
tambahan hubungan yang benar-benar baik karena
pada usia lanjut orang akan lebih lama dapat
menjadi teman yang baik. Persahabatan yang
terjadi sering kurang erat dibandingkan dengan
persahabatan yang sudah ada bertahun-tahun
lamanya.
Meninggalnya pasangan hidup dan orang-orang
yang telah bersama dengannya berbagi - bagi
pengalaman hidup sering mempunyai pengaruh yang
sangat besar. Dan ini dapat membangkitkan
perasaan bahwa semua orang-orang yang telah ia
percayai saat ini tidak ada lagi.
d. Posisi Finansial
posisi finansial (keuangan) dari banyak
lansia tidak baik. Banyak di antara mereka tidak
dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dalam
masyarakat karena kekurangan dana keuangan. Biaya
tinggi untuk perumahan, biaya-biaya hidup
lainnya, biasanya menjadi bagian terbesar dari
jumlah uang yang ia miliki. Keterbatasan secara
finansial dapat menimbulkan perasaan terisolasi
21
dari kehidupan bersama dan mengakibatkan
keterbatasan untuk dapat berkembang.
e. Isolasi Sosial
Perasaan kesepian dan isolasi sosial
merupakan akibat yang sering dialami lansia dalam
kehidupan bersama. Lansia adalah orang dari
generasi yang lalu dan orang-orang muda adalah
orang-orang yang memiliki hari depan, ini adalah
kata-kata yang membuktikan seberapa sedikitnya
penghargaan terhadap lansia yang diberikan oleh
masyarakat.
C. Perawatan Diri usia lanjut.
Perawatan diri adalah cara orang memelihara
kebersihan dan kesehatan untuk kesejahteraan fisik dan
mentalnya.
Adapun manfaat dari perawatan diri adalah untuk
meningkatkan dan mempertakankan kebersihan badan sehingga
badan terhindar dari masuknya kuman serta memberikan
kesegaran badan.
Pemberian perawatan pada usia lanjut berfokus pada 4
(empat) kegiatan utama yaitu : (1) Peningkatan kesehatan
(health promotion), (2) pencegahan penyakit (preventif),
(3) mengoptimalkan fungsi mental, (4) Mengatasi gangguan
kesehatan yang umum.
22
Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan
pada pemenuhan kebutuhan dasar, antara lain : (1)
Pemenuhan kebutuhan nutrisi (2) Peningkatan keamanan dan
keselamatan,(3) Memelihara kebersihan diri (4) Memelihara
keseimbangan istirahat dan tidur, (5) Meningkatkan
hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.
D. Kerangka Konsep Penelitian
kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau
kaitan antara konsep yang satu terhadap konsep yang lain
yang ingin diteliti (Notoatmojo, 1993).
23
Status KesehatanPelayanan KesehatanPerilaku Lingkungan Keturunan
UmurTingkat pendidikanJenis kelamin
Manusia
Lanjut Usia:Umur 60-90 tahun
Perawatan DiriSebelum Penyuluhan
Sesudah Penyuluhan
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1: Bagan Kerangka konsep pengaruh penyuluhan tentang perawatan diri usia lanjut di Panti Sosial Tresna Werdha "Meci Angi" Bima
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek penelitianSubjek penelitian pada penelitian ini adalah usia
lanjut yang ada dipanti Sosial Tresna Werdha Kota Bima
yang memenuhi criteria inklusif dan dilakukan observasi
sebelum dan setelah diberikan perlakuan
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang
menyatukan masalah yang diteliti (Nursalam, 2000).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua usia lanjut
yang tinggal di Panti Sosial yaitu 36 orang yang memenuhi
kriteria inklusi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo,
1993).
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi
dari populasi untuk dapat mewakili populasi, sampel
diambil secara total sampling yaitu pengambilan sampel
pada semua populasi yang ada. Adapun kriteria sampel yang
digunakan adalah :
25
a. Kriteria inklusi yang menjadi target dari
penelitian adalah :
1) Usia lanjut bersedia diteliti.
2) Usia lanjut yang masih mampu melakukan aktifitas
sendiri.
3) Usia lanjut yang masih bisa mendengar.
4) Usia lanjut yang masih tinggal di Panti.
b. Kriteria eklusi yang tidak termasuk target dari
penelitian adalah :
1) Usia lanjut tidak bersedia diteliti.
2) Usia lanjut tidak mampu melakukan aktifitas.
3) Usia lanjut yang tidak bisa mendengar.
4) Usia lanjut yang tidak tinggal di Panti.
c. Besarnya sampel.
Besarnya sampel atau subjek adalah 25 orang sesuai
dengan kriteria inklusi.
C. Rancangan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah maka akan dilakukan
penelitian secara kualitatif dengan menggunakan rancangan
penelitian eksperimen one group pre test – post test
design, peneliti ingin memberikan suatu perlakuan pada
usia lanjut sebelum diberikan intervensi kemuadian setelah
26
diberi intervensi selanjutnya dilakukan post test
(Hidayat, 2003).
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang dibutuihkan dalam penelitian
ini adalah lembaran observasi. Observasi merupakan metode
pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap
objek. Adapun pengamatan yang dilakukan adalah dengan cara
mengamati secara langsung tentang kondisi yang terjadi
dilapangan, baik yang berupa keadaan fisik maupun perilaku
terjadi selama berlangsungnya penelitian dengan tujuan
mendapatkan data yang diinginkan (Nasirin, 2005). Hal ini
dipertegas oleh Riyanto (2001) yang mengatakan observasi
partisipasi adalah observasi dimana orang yang melakukan
pengamatan berperan secara aktif dan ikut mengambil bagian
dalam kehidupan orang yang diobservasi.
2. Rencana Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakuakn setelah mendapatkan ijin
dari kepala Panti Sosial yang secara formal dengan
mengajukan surat permohonan secara tertulis yang telah di
ajukan oleh bagian pendidikan (Hidayat, 2003).
27
E. Identifikasi Variabel
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain (Notoatmodjo, 1993). Variabel dalam
penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a. Variabel Independen
Variabel independent adalah variable yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variable dependen
(terikat). Yang menjadi variable independent dalam
penelitian ini adalah penyuluhan (Hidayat, 2003).
b. Variabel Dependen
Variabel dalam penelitian ini adalah cara merawat diri usia lanjut
c. Definisi Operasional
Agar tidak ada makna ganda dari semua istilah
yang digunakan dalam penelitian maka definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
No Variabel Definisi Kriteria Skala Skor
28
Pengukuran
1 Independen Penyuluhan tentang perawatan diri adalah suatu kegiatan yang diberikan kepada usia lanjut guna untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pengetahuan serta pemahaman usia lanjut tentang perawatan diri.
-
Pengertian perawatan diri,
- Tujuan perawatan diri
- Manfaat Perawatan diri
- Hal-hal yang termasuk dalam perawatan diri.
Nominal Ya = 2Tidak = 1
2 Dependen Cara merawat diri usia lanjut adalah cara atau perbuatan yang dilakukan oleh usia lanjut dalam usaha menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya.
Interval Baik jika X > 18,93, cukup jika X =15,39 – 18,93, kurang jika X < 15,39.
F. Analisa data.
Analisa data dilakukan data dengan cara identifikasi
masalah penelitian kemudian untuk mengetahui adanya
pengaruh antara sampel yang diberikan penyuluhan dengan
yang tidak diberikan penyuluhan mana dilakukan uji
analisis statistik dengan menggunakan Rumus Chi –
Quadrat . Formulasi Chi – Quadrat adalah sebagai berikut
29
X 2 = Harga Chi Quadrat yang dihitung dan dibandingkan
dengan Chi – Quadrat tabel
Fo = Frekwensi yang diselidiki ( diobservasi ) atau
frekwensi empiris
Fe = Frekwensi yang diharapkan atau frkwensi teoritis
Rumus mencari frekwensi teoritis ( Fe )
Fe = Nilai frekwensi teoritis
fk = Jumlah frekwensi dalam kolom
fb = Jumlah frekwensi pada baris
T = Jumlah keseluruhan baris atau kolom
G. Kerangka Kerja Penelitian
Adapun kerangka penelitian dapat dilihat dari frame
work dengan memberikan pengukuran kepada usia lanjut
sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan yang meliputi
penyuluhan tentang perawatan diri.
30
H. Keterbatasan
Beberapa keterbatasan peneliti dalam melakukan
penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya berfokus pada penyuluhan
kesehatan usia lanjut, tidak dikembangkan ke aspek-
aspek yang lain.
2. Alat pengumpulan data terutama variabel independen
(penyuluhan), dependen (cara merawat diri) berupa
observasi.
3. Keterbatasan peneliti sendiri dalam hal pengetahuan
dan pengalaman penelitian masih sangat kurang.
31Sebelum Penyuluhan Setelah
Pengukuran
Variabel Dependen
Cara merawat diri usia lanjut.
Variabel Independen
Penyuluhan perawatan diriPengertian perawatan diriTujuanManfaatHal-hal yang termasuk perawatan diri
Variabel Dependen
Cara merawat diri usia lanjut.
KETERANGAN :
: Di teliti
: Tidak diteliti
I. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah bertempat di
Panti Sosial Tresna Werda Meci Angi di Kecamatan
Asakota Kota Bima – NTB.
32
DAFTAR PUSTAKA
A.Azis Alimun, S. Kep, Pengantar Pendidikan Keperawatan Penerbit Cv. Agung Seto Jakarta 2002.
Boedhi Darmojo, R H. hadi Martono, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Balai Penerbit FK-UI, Jakarta, 2000.
Departemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, 1999.
Departemen Kesehatan RI, Pertemuan Tentang Program Usia Lanjut, Bima, 2002.
Departemen Kesehatan RI, Undang-Undang Kesehatan, 1999.
Nursalam M. Nurs, Metodeologi Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
Ngalim Purwanto M. Drs, MP, Psikologis Pendidikan, PT Remaja Rosda Kerya, Bandung 1991.
Nazir, Moh. PHD, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988.
Petunjuk Pelaksanaan Peringatan Hari Lanjut Usia Nasional, 1997.
Stevens, P.J.M. dkk, Ilmu Keperawatan Jilid 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, jakarta, 1999.
Soekidjo Notoadmodjo, Dr, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta, 1993.
33
Sugiono, Metodeologi Penelitian Administrasi, Alphabeth, Jakarta, 1994.
Sondang P. Siagian, Prof Dr, MPA, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Bina Aksara Jakarta 1989
Siti Setiati dkk, Pedoman Praktis Keperawatan Kesehatan, Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2000.
Tri Rusmi Widayatun, Ilmu Perilaku M.A 104, Cv Agung Seto, Jakarta 1999.
Uha Suliha, Pendidikan Kesehatan Dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001
Wahyudi Nugroho, SKM, Keperawatan Gerontik, penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
Wahyudi Nugroho, SKM. Perawatan Lanjut Usia, Jakarta,
2000.
34
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yth. Bapak / Ibu / Saudara
Di Panti Sosial Tresna Werda
Meci Angi Bima
Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa Politehnik
Kesehatan Mataram Program Study Keperawatan Bima, saya
akan melakukan penelitian tentang “ Pengaruh Penyuluhan
Tentang Perawatan Diri Terhadap Cara Merawat Diri Usia
Lanjut “ untuk keperluan di atas saya mohon kesediaan
Bapak / Ibu / Saudara untuk dijadikan responden yang
nantinya akan dilakukan observasi oleh saya, selama
pelaksanaan observasi saya tidak akan mencantumkan nama
dan alamat sehingga kerahasiaan informasi yang Bapak / Ibu
/ Saudara berikan dijamin kerahasiaannya.
Demikian atas bantuan dan kerja sama yang baik saya
ucapkan terima kasih.
Bima, 2003
Peneliti,
( FIRDAUS )
35
Lampiran 4
INFORMED CONSENT
( PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN )
Setelah mendapat penjalasan mengenai penelitian tentang “
Pengaruh Penyuluhan Tentang Perawatan Diri Terhadap Cara
Merawat Diri Usia Lanjut Di Panti Tresna Werdha Meci Angi
Kecamatan Asakota Kota Bima. “
Bersedia :
Untuk berpartipasi dalam penelitian tersebut. Selama
pelaksanaan penelitian, saya boleh mengundurkan diri untuk
tidak melanjutkan menjadi responden dalam penelitian
tersebut di atas bila penelitian ini mengganggu rasa aman
dan ketenangan saya.
Bima, 2003
Peneliti, Responden,
( FIRDAUS ) ( ____________ )
36
Lampiran 5
LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PERAWATAN DIRI TERHADAP CARA
MERAWAT DIRI USIA LANJUT
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Umur
a. 60 – 74 tahun
b. 75 – 90 tahun
c. > 90 tahun
2. Tingkat Pendidikan
a. SD/SR
b. SMP
c. SMA
37
B. PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PERAWATAN DIRI TERHADAP
CARA MERAWAT DIRI USIA LANJUT
NoKELOMPOK RESPONDENSEBELUM PENYULUHAN
Cara Merawat Diri Ya Tidak
1. Usia lanjut selalu mandi 2 x
sehari
2. Bila mandi menggunakan sabun
3. Mencuci rambut 2 x seminggu
4. Menyisir rambut tiap kali
mandi
5. Selalu menggosok gigi 2 x
sehari
6. Bila menyikat gigi
menggunakan pasta gigi
7. Selalu mengganti pakaian 1 x
sehari.
8. Selalu memotong dan
membersihkan kuku
9. Bila badan dalam keadan kotor
selalu dibersihkan
10 Selalu memeriksakan
kesehatannya bila sakit.
38
39
C. PENGARUH PENYULUHAN TENTANG PERAWATAN DIRI TERHADAP
CARA MERAWAT DIRI USIA LANJUT
NoKELOMPOK RESPONDENSESUDAH PENYULUHAN
Cara Merawat Diri Ya Tidak
1. Usia lanjut selalu mandi 2 x
sehari
2. Bila mandi menggunakan sabun
3. Mencuci rambut 2 x seminggu
4. Menyisir rambut tiap kali
mandi
5. Selalu menggosok gigi 2 x
sehari
6. Bila menyikat gigi
menggunakan pasta gigi
7. Selalu mengganti pakaian 1 x
sehari.
8. Selalu memotong dan
membersihkan kuku
9. Bila badan dalam keadan kotor
selalu dibersihkan
40
10
.
Selalu memeriksakan
kesehatannya bila sakit.
41
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL.........................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...................................iii
ABSTRAK..............................................iv
KATA PENGANTAR........................................v
DAFTAR ISI..........................................vii
DAFTAR TABEL ........................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................x
BAB 1
PENDAHULUAN...........................................1
A. Latar Belakang.............................1
B. Perumusan Masalah..........................4
C. Tujuan Penelitian..........................4
D. Manfaat Penelitian.........................5
E. Keaslian Penelitian........................5
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS..............................6
A. Konsep Dasar Penyuluhan....................6
B. Konsep Dasar Lanjut Usia..................15
C. Perawatan Diri Usia Lanjut ...............22
D. Kerangka Konsepsional Penelitian..........23
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................25
A. Subjek Penelitian.........................25
42
B. Populasi dan Sampel Penelitian............25
C. Rancangan Penelitian.....................26
D. Teknik Pengumpulan Data...................27
E. Identifikasi Variabel....................278
F. Analisa Data..............................29
G. Kerangka Kerja Penelitian.................30
H. Keterbatasan..............................31
I. Lokasi Penelitian.........................32
J. Waktu dan Tempat.........................312
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..........................33
A. Hasil Penelitian.......................... 33
B. Pembahasan................................ 37
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..........................39
A. Kesimpulan.................................44
B. Saran......................................45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
43
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL INI TELAH DISETUJUI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN
PADA TANGGAL : APRIL 2003
Pembimbing I, Pembimbing II,
( H. AHMAD, S.Kep.Nurs, SH ) ( INDRA RAHMAT, SST ) NIP. 140 NIP. 140
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperaawatan Bima
Politeknik Kesehatan Mataram
( H. M. ALI ZAKARIAH, SKM )NIP. 140 046 468
44
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PENYULUHAN TENTANG POERAWATAN DIRI TERHADAP CARA
MERAWAT DIRI USIA LANJUT (USILA) DI PANTI SOSIAL TRESNA
WERDHA "MECI ANGI" KOTA BIMA
Disusun Oleh
FirdausP.06.01.0513
Telah disetujui Oleh :
Pembimbing Metodelogi Pembimbing Materi
( Chairun Nasirin, SS, M.Pd ) ( Syaiful, S.Pd, S.Kep. Ns )
Penguji
( R. Buyung Wijaya, S. Kep.Ns )
45