22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien merupakan hal yang penting oleh para perawat yang bekerja di rumah sakit khususnya ruang rawat inap. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 80 % waktu yang digunakan untuk berkomunikasi, 16 % untuk membaca dan 4 % untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam komunikasi merupakan kiat yang sukses bagi tenaga kesehatan. Kecerdasan emosi seseorang berpengaruh besar terhadap komunikasi interpersonal seseorang. Orang yang cerdas akan mengendalikan emosinya, memotivasi diri, empati dan hubungan sosial dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Dengan adanya kemampuan memotivasi diri dan mengenali orang lain, sehingga mampu melakukan komunikasi interpersonal yang baik dengan keluarga pasien Komunikasi Interpersonal (komunikasi antarpribadi) mempunyai keunikan karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh

Bab 1-3makalah Komunikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

komunikasi keperawatan

Citation preview

Page 1: Bab 1-3makalah Komunikasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien

merupakan hal yang penting oleh para perawat yang bekerja di rumah sakit

khususnya ruang rawat inap. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 80

% waktu yang digunakan untuk berkomunikasi, 16 % untuk membaca dan

4 % untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam komunikasi

merupakan kiat yang sukses bagi tenaga kesehatan.

Kecerdasan emosi seseorang berpengaruh besar terhadap

komunikasi interpersonal seseorang. Orang yang cerdas akan

mengendalikan emosinya, memotivasi diri, empati dan hubungan sosial

dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Dengan adanya

kemampuan memotivasi diri dan mengenali orang lain, sehingga mampu

melakukan komunikasi interpersonal yang baik dengan keluarga pasien

Komunikasi Interpersonal (komunikasi antarpribadi) mempunyai keunikan

karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan

proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Komunikasi

antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima

oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Pada

hakekatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang

komunikator dengan komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap

paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau prilaku manusia

berhubung prosesnya yang dialogis.

Berdasarkan pengalaman dilapangan upaya komunikasi

interpersonal dapat memberikan kontribusi yang cukup bermakna bagi

peningkatan status kesehatan apabila dilakukan secara komprehensif pada

instansi yang terkait. Peningkatan kinerja dalam hal komunikasi

interpersonal akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara

keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan

perilaku yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas. Berdasarkan

Page 2: Bab 1-3makalah Komunikasi

latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam

bentuk makalah yang berjudul “Komunikasi Perawat dan Klien”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari makalah

Komunikasi Perawat-Klien yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?

2. Apa saja komponen dalam komunikasi ?

3. Bagaimana seorang perawat melakukan komunikasi dengan

pasiennya ?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari makalah

Komunikasi Perawat-Klien adalah :

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi.

2. Mengetahui apa saja komponen dalam komunikasi.

3. Mengetahui tatalaksana seorang perawat berkomunikasi dengan

pasien.

D. Manfaat

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Komunikasi Keperawatan pada STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya pada

khusus nya diharapkan dapat membantu pembaca dalam meningkatkan

pengetahuan tentang komunikasi perawat-klien pada umumnya.

Page 3: Bab 1-3makalah Komunikasi

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses

pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa

melalui simbol, tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua

arah

B. Komponen dalam komunikasi:

1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.

2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa

berbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah

diinterpretasikan.

3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan.

Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si

pengirim pesan.

4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan

cara ditulis, diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat

adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium),

dan lain-lain.

5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali

kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan

balik merupakan proses yang kontinyu karena memberikan respons

pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada

pengirim pesan.

C. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya

dua orang atau dalam kelompok kecil. Komunikasi interpersonal yang

sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan

keputusan, dan pertumbuhan personal.

Page 4: Bab 1-3makalah Komunikasi

1. model komunikasi interpersonal

Model komunikasi di atas dimulai dengan pikiran dan perasaan

pengirim pesan yaitu dunia intra-psikis dan pengetahuan bahwa pikiran

dan perasaan ini harus diubah menjadi sandi ke dalam perilaku (pesan)

jika mereka ingin dikeluarkan dari dunia internal dan berkomunikasi

deangan orang lain (penerima). Pesan dalam bentuk tanda-tanda dan

symbol verbal maupun non-verbal perlu disampaikan dalam berbagai

cara agar indra penerima dapat merasakannya. Dengan indra ini,

penerima mengubah sandi dan menafsirkan isi pesan. Pikiran dan

perasaanya belum tentu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan

pengirim. Pada interaksi manapun, penerima pesan mempunyai pikiran

dan perasaan yang akan diubah dalam bentuk sandi menurut caranya

sendiri dan dikirim kembali ke pengirim awal. Dengan demikian

terjadi komunikasi dua arah.

2. Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh

beberapa hal terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara

lain:

a. Perkembangan. Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu

diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam

berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan pesan harus

disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak, remaja,

dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi

b. Persepsi. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu

kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman.

Kadangkala persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam

berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu

sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.Nilai. Nilai adalah

standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi

pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.

c. Latar belakang budaya. Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi

oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara

bertindak dan berkomunikasi.

Page 5: Bab 1-3makalah Komunikasi

d. Emosi. Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa.

Dalam berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan

kita ajak berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan

salah tafsir atau pesan tidak sampai.

e. Pengetahuan. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang

kitan ajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang

berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai

dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara

f. Peran. Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang

sedang kita lakukan. Misalnya ketika kita berperan membantu

pasien akan berbeda ketika kita berperan atau berkomunikasi

dengan tenaga kesehatan yang lain.

g. Tatanan interaksi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika

dilakukan dalam lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya

bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat

mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.

3. komunikasi interpersonal dalam keperawatan

a. komunikasi verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam

pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi

secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.

Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata

adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide

atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau

menguraikan obyek, observasi dan ingatan.

Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi,

dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal

dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespo

secara langsung.

Komunikasi verbal yang efektif harus

1) Jelas dan ringkas

Page 6: Bab 1-3makalah Komunikasi

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan

langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara

lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh

bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang

bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan

pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa

dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang

mengekspresikan ide secara sederhana.

2) Perbendaharaan kata

Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan

kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat

menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau

mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah

yang dimengerti klien.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata

yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran,

perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Ketika

berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih

kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,

terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi

dan kondisi klien.

4) Selaan dan kesempatan bicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan

keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan

pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin

akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang

menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu

digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi

waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami

arti kata.. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar

Page 7: Bab 1-3makalah Komunikasi

apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu

untuk diulang.

5) Waktu dan relevansi

Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi

waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara

akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan

waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal

akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan

dengan minat dan kebutuhan klien.

6) Humor

Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu

pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh

stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam

memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan

Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi

catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat,

meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi

ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan

humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi

ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

b. komunikasi non-verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan

katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk

menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari

pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat

pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-

verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi

suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Komunikasi non-verbal teramati pada:

1) Metakomunikasi.

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada

hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya.

Page 8: Bab 1-3makalah Komunikasi

Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan

dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam

pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap

pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

2) Penampilan Personal.

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama

yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan

pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan

puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan

penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry,

1993).

Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan

kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep

diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat

menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan

fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap

pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien

mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang

perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan

kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat

untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak

memenuhi citra klien.

3) Intonasi (Nada Suara).

Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap

arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara

langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari

emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud

untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat

terhalangi oleh nada suara perawat.

4) Ekspresi wajah.

Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama

yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik,

Page 9: Bab 1-3makalah Komunikasi

bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar

penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata

sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang

mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan

sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk

menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak

memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh

karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat

tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan

dalam keadaan sejajar.

5) Sikap tubuh dan langkah.

Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep

diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi

yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah

klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa

sakit, obat, atau fraktur.

6) Sentuhan

Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan

perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial.

Sentuhan dengan berjabat tangan ketika berkenalan dapat

mendekatkan diri kita kepada pasien. Konsep sentuhan yang

terapeutik adalah dengan menggunakan sikap terbuka dalam

membatu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan bantuan.

c. Hubungan perawat pasien

Empat phase hubungan perawat pasien yang berkatian dengan

tanggungjawab dan tugas perawat kesehatan terhadap pasien adalah :

1) Orientasi ( orientation ), pada phase ini seorang perawat harus

mampu menangkap bahwa pasien ingin mencari kesembuhan

penyakitnya dan dia mempercayakan dirinya dirawat oleh

perawat. Dengan pengenalan.

Page 10: Bab 1-3makalah Komunikasi

2) Indetifikasi ( identification ),  interaksi perawat – pasien

hendaknya berbasis pada kepercayaan, penerimaan, pengertian,

relasi yang saling membantu.

3) Eksploitasi ( exploitation ), interrrelasi perawat – pasien, akan

menumbuhkan pengertian pasien terhadap proses system asuhan,

sehingga pasien mempunyai keterlibatan aktif yang muncul dari

dirinya karena ingin cepat sembuh dari sakitnya. Aspek lain

pasien dapat ditimbulkan pengertian, dan kesadaran self – care,

sehingga peran perawat dan pasien dalam proses keperawatan

untuk mencapai penyembuhan terjadi dengan baik ( kolaborasi ).

4) Resolusi ( resolution ). Harapan, kebutuhan pasien dapat

diketahui melalui hubungan kesetaraan perawat – pasien dengan

menggunakan komunikasi efektif. Harapan, kebutuhan pasien 

merupakan data yang menjadi arah tindakan apa yang perlu

dilakukan terhadap pasiennya Phase yang keempat ini sering kali

disebut dengan phase terminasi.

Faktor yang mempengaruhi hubungan perawat-pasien yang berkualitas

1) Kehangatan dan ketulusan

Bersikap hangat dan tulus bukanlah suatu keterampilan praktis

tetapi suatu kerangka pikiran yang di dalamnya terdapat

penerimaan dan penghargaan pada keunikan setiap pribadi.

Untuk mencapainya, diperlukan penciptaan suatu kondisi

dimana pasien merasa aman, terjadi saling pemahaman dalam

pendapat serta pikiran. Penerimaan pada pasien dapat

dilakukan dengan mendengarkan keluh kesahnya secara penuh.

Ini adalah karakteristik dari situasi pasien yang dating untuk

meminta tolong, menjadi sadar bahwa perawat memahami

perasaannya dan siap untuk membantunya.

2) Pemahaman yang empatik

Empati adalah merasakan perasaan orang lain, tetapi tidak sama

dengan mengalami pengalaman itu sendiri. Dalam

keperawatan, empati dapat berarti mempersepsikan dunia

Page 11: Bab 1-3makalah Komunikasi

sebagaimana pasien mempersepsikannya. Empati bukanlah

simpati untuk situasi atau dilemma seseorang tetapi sebuah

kemampuan untuk merefleksikan sebuah objektif perasaan dari

pasien, yang tidak diungkapkan secara lisan

3) Perhatian positif yang tak bersyarat

Perawat harus berfokus pada pemahaman mereka tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan pasien, bukan

hanya pada persepsi dari dirinya sendiri atau dari orang lain.

Memiliki perhatian positif yang tidak bersyarat terhadap

pasien, termasuk di dalamnya mengakui suatu kebaikan pada

diri pasien tersebut

4) Sifat konkrit

Konsep tentang sifat konkrit berhubungan dengan pengertian

yang saling menguntungkan dan akurat tentang perbendaharaan

kata yang digunakan oleh pasien, terutama dalam

menggambarkan emosinya. Misal : Kata ‘sedih’ dan ‘senang’

bersifat subjektif. Perawat perlu memperjelas arti kata itu

secara perseorangan dengan si pasien untuk dapat menangkap

isi pembicaraan.

5) Kesegeraan

Sifat segera mengacu pada situasi yang sedang terjadi, bukan

pada masa lalu atau masa datang. Misal : ketika pasien

mengungkapkan perasaan tentang pemeriksaan terakhir, kita

perlu menanggapinya tentang hasil pemeriksaan saat itu, bukan

pada perasaannya sebelum pemeriksaan dilakukan.

6) Konfrontasi

Konfrontasi berarti perlawanan/pertentangan terhadap suatu

hal. Terkadang orang membuat generalisasi tentang kejadian,

orang, dan perasaan. Untuk membantu pasien, mungkin kita

perlu meng-konfrontasi mereka, mengajak mereka untuk

menemukan kebenaran. Misal : Kasus dimana lansia yang sakit

dibawa ke RS, beliau berpendapat bahwa RS adalah tempat

Page 12: Bab 1-3makalah Komunikasi

dimana orang meninggal dan bukan untuk membaik. Untuk

meningkatkan motivasi pasien, perawat memberikan ke-

optimisan pada pasien bahwa mereka akan sembuh. Hal itu

melalui konfrontasi.

Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor yang dilakukan

perawat kepada pasien :

1) Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan

ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.

2) Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang

perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien.

3) Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri

dan kliennya.

4) Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun

psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki

makna (Barbara, 1994)

5) Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan

keperawatannya

6) Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain

memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan

derajat kesehatannya.

7) Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan

diri dan keterampilannya.

8) Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan

penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan

klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.

9) Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya

10) Doing artinya melakukan pengkajian dan intervensi

keperawatan serta mendokumentasikannya

11) Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan

memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa puas klien.

12) Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya

sendiri sebelum menerima orang lain

Page 13: Bab 1-3makalah Komunikasi

BAB III

KESIMPULAN

Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses

pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa

melalui simbol, tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua

arah. Komponen yang terdapat didalamnya, meliputi : sender, receiver,

pesan, media, dan umpan balik.

Sebagai penatalaksanaannya perawat dapat berkomunikasi dengan

klien nya dengan menggunakan komunikasi interpersonal, dimulai dengan

pikiran dan perasaan pengirim pesan yaitu dunia intra-psikis dan

pengetahuan bahwa pikiran dan perasaan ini harus diubah menjadi sandi

ke dalam perilaku (pesan) jika mereka ingin dikeluarkan dari dunia

internal dan berkomunikasi deangan orang lain (penerima). Pesan dalam

bentuk tanda-tanda dan symbol verbal maupun non-verbal perlu

disampaikan dalam berbagai cara agar indra penerima dapat

merasakannya.

Page 14: Bab 1-3makalah Komunikasi

DAFTAR PUSTAKA

Pramawaty, 2010, Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan,

https://nishapramawaty.wordpress.com/, diakses 28 Oktober 2015.

Rossi, 2012, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas PKMRS terhadap

Kepuasan Pasien Rawat Inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

Aceh, http://repository.usu.ac.id/ diakses 1 November 2015.