Upload
riasi-natalina-desi
View
22
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian
bahwa berbagai masalah gizi lebih banyak terjadi pada kelompok masyarakat di
daerah pedesaan atau masyarakat yang padat penduduk yang hanya
mengkonsumsi bahan pangan yang kurang baik dalam jumlah maupun mutunya.
Ditingkat rumah tangga (keluarga), keadaan gizi dipengaruhi oleh kemampuan
rumah tangga/keluarga menyediakan pangan di dalam jumlah dan jenis yang
cukup dan ada banyak keluarga yang menganggap bahwa makanan yang mahal
merupakan makanan yang mempunyai gizi tinggi dan sehat bagi anaknya serta
pola asuh yang sangat minim dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengetahuan,
penghasilan dan keadaan kesehatan rumah tangga (Soekirman, 2000).
Salah satunya di Posyandu Tulip wilayah Rindang Benua yang memiliki
banyak balita serta daerah yang padat penduduk dengan keterampilan dan pola
asuh orang tua bervariasi. Hasil survei dari 10 orang tua (ibu) yang memiliki
balita 70% orang ibu menganggap bahwa pola asuh terhadap balitanya merupakan
hal yang tidak ada pengaruhnya terhadap gizi balita, misalnya dalam hal memberi
makan balita ibu sangat jarang memperhatikan soal gizi yang terdapat dalam
makanan yang diberikan dan langsung memberikan makan yang seadanya kepada
balitanya serta tidak memperhatikan soal kebersihan dalam memberi makan balita
dan dari 70% orang ibu ada 10% ibu yang jarang membawa anaknya ke posyandu.
Oleh sebab itu, ada berbagai penyebab timbulnya masalah gizi pada anak balita
1
2
dan salah satunya adalah akibat pola asuh anak balita yang kurang memadai
(Soekirman, 2000).
Pola pengasuhan balita berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain
dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, perawatan, menjaga
kebersihan, memberi kasih sayang, rasa aman dan sebagainya (Wiku A, 2007).
Hal ini berhubungan dengan keadaan ibu tentang kesehatan (fisik dan mental),
status gizi, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, dan keterampilan tentang
pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau masyarakat dan
sebagainya dari si ibu dan pengasuhnya (Sunarti, 2000). Balita masih benar-benar
tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan kesehatan
dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk
perkembangan balita (Santoso, 2005).
Menurut Wiku (2007) berbagai penelitian membuktikan lebih dari separuh
kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi yang jelek. Riskesdas
(2010) prevalensi kekurangan gizi pada anak balita sebesar 17,9% dan kekurangan
gizi pada waktu lama juga menyebabkan kecenderungan tingginya prevalensi
anak balita yang pendek (stunting). Indonesia masih memiliki angka kematian
balita yang cukup tinggi terutama masalah gizi yang dapat mengakibatkan lebih
dari 80% kematian anak (WHO, 2002). Data Departemen Kesehatan Indonesia
tahun (2011) balita gizi kurang berjumlah 4,7 juta orang balita. Pada tahun 2009
tercatat di Kalimantan Tengah penderita gizi kurang sekitar 17,28 % dari jumlah
balita 55.145 dan pada tahun 2007 prevalensi gizi kurang meningkat dari 12,7 %
menjadi 13,9 % ditahun 2009 (Wirakencana, 2010). Oleh sebab itu, salah satu
3
perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan yaitu pada balita merupakan awal
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Syafiq, 2007).
Hasil survei yang didapat pada bulan Desember 2012 dari posyandu Tulip
wilayah Rindang Benua Kelurahan Pahandut Palangkaraya jumlah balita yang
dibawa untuk dilakukan penimbangan berjumlah 40 orang balita yang terdiri dari
gizi yang mendekati buruk 2,5%, gizi kurang 17,5%, gizi sedang 30%, gizi baik
42,5% dan gizi lebih 7,5%. Pola pengasuhan dalam menyediakan waktu,
perhatian, dan dukungan terhadap balita agar dapat bertumbuh dan berkembang
dengan baik sangat minim sekali karena kesibukan orang tua (ibu) balita dalam
bekerja dan juga kurangnya interaksi dengan balitanya. Wilayah Posyandu Tulip
merupakan daerah yang memiliki banyak balita. Masa balita adalah masa dimana
anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang
cukup dan memadai. Orang yang menganggap bahwa selama anak tidak sakit,
berarti anak tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting dilakukan
untuk mengetahui adanya gangguan pertumbuhan (growth faltering) secara dini
dan orang tua juga perlu menaruh perhatian pada aspek pertumbuhan balita bila
ingin mengetahui keadaan gizi mereka (Khomsan, 2002).
Kekurangan gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan tumbuh
kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan
terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi
dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi
keterlambatan perkembangan otak dapat pula terjadinya penurunan atau
rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Terjadinya kekurangan
4
gizi dalam hal ini gizi kurang dan gizi buruk lebih dipengaruhi oleh beberapa
faktor yakni, penyakit infeksi dan asupan makanan yang secara langsung
berpengaruh terhadap kejadian kekurangan gizi, pola asuh dan pengetahuan ibu
juga merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat berpengaruh
terhadap kekurangan gizi. Pada masa ini juga, balita masih benar-benar tergantung
pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan yang minim dalam
memberikan nutrisi yang adekuat dan seimbang, perawatan kesehatan dasar,
hygiene perorangan dan sanitasi lingkungan dapat mengakibat gangguannya gizi
pada balita. Pola pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama
kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan balita dan meningkatkan status
gizi masyarakat (Santoso, 2005).
Ibu sebagai primary care yang mempunyai keterlibatan langsung dalam
perawatan, pola asuh, dan pemberian nutrisi untuk balita serta mempunyai peran
yang sangat penting pada pemenuhan gizi balita. Sesuai dengan yang diungkapkan
Wong (1995), bahwa didalam memberikan nutrisi ibu yang mempunyai peran
untuk merencanakan variasi makanan, menyediakan daftar menu yang diperlukan
anak dan keluarga, mengidentifikasi kebutuhan nutrisi yang diperlukan anak maka
penelitian tentang pola asuh ibu terhadap pemenuhan nutrisi balitanya sangat
diperlukan. Meski terdapat beragam faktor langsung maupun tidak langsung yang
bisa berpengaruh terhadap status gizi, akan tetapi berdasarkan data dan teori
tersebut, peneliti memandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan pola asuh dengan status gizi balita 1-3 tahun di posyandu Tulip di
wilayah Rindang Benua Kelurahan Pahandut Palangkaraya”.
5
1.2 Identifikasi Masalah
Gambar 1.1 Identifikasi Masalah Hubungan Pola Asuh Dengan Status Gizi Balita 1-3 Tahun di Posyandu Tulip Wilayah Rindang Benua Kelurahan Pahandut Palangkaraya.
Masa balita sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka
mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada periode 5
tahun pertama merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan perkembangan otak
yang optimal. Kurangnya kemampuan orang tua dalam memberikan pengasuhan
kepada anaknya secara dini dapat berpotensi mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Berbagai faktor dapat mempengaruhi akan tumbuh kembang
bayi serta status gizi balita yaitu faktor pemungkin, faktor predisposisi, dan faktor
penguat.
Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua pada anaknya.
Pengasuhan anak didefinisikan sebagai perilaku yang dipraktikkan oleh pengasuh
(ibu, bapak, nenek atau orang lain) dalam memberikan makanan, dan
pemeliharaan kesehatan. Pola pengasuhan merupakan faktor kuat yang
menyebabkan gizi buruk selain faktor kesehatan. Dalam penelitian ini pola asuh
ibu terhadap balitanya terdiri dari nutrisi yang adekuat dan seimbang, perawatan
- Faktor pemungkin- Faktor predisposisi- Faktor penguat
Pola asuh orang tua:- Gizi- Perawatan kesehatan
dasar- Hygiene diri dan
sanitasi lingkungan
Status Gizi Balita
- Gizi lebih- Gizi baik- Gizi sedang- Gizi kurang- Gizi buruk
6
kesehatan dasar, kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Pola asuh tersebut
mempengaruhi keadaan tumbuh kembang balita dan status gizi balita.
1.3 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara pola asuh dengan status gizi balita 1-3 tahun di
Posyandu Tulip wilayah Rindang Benua Kelurahan Pahandut Palangkaraya?
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Bagaimana hubungan pola asuh dengan status gizi balita 1-3 tahun di
Posyandu Tulip wilayah Rindang Benua Kelurahan Pahandut Palangkaraya?
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pola asuh ibu terhadap balita 1-3 tahun
2. Mengidentifikasi status gizi balita 1-3 tahun
3. Menganalisis hubungan pola asuh dengan status gizi balita 1-3 tahun di
Posyandu Tulip wilayah Rindang Benua Palangkaraya.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
Segi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai kerangka dalam mengembangkan ilmu keperawatan anak khususnya
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak.
7
1.5.2 Praktis
1. Tenaga Keperawatan
Penilitian ini sebagai dasar pemikiran dalam peningkatan dan
pengembangan asuhan keperawatan anak balita 1-3 tahun terutama
dalam hal promotif dan preventif dalam hal yang berhubungan dengan
status gizi khususnya pola asuh ibu dengan status gizi balita.
2. Puskesmas
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi daerah penelitian yaitu bagi
Puskesmas terutama tenaga kesehatan dalam menerapkan pelayanan
kesehatan yang efektif dan partisipasi aktif masyarakat secara khusus
ibu balita dalam pelayanan KIA guna meningkatkan status gizi balita 1-
3 tahun dan untuk menghindari kasus gizi buruk di lingkungan
masyarakat yang ada di wilayah Rindang Benua Kelurahan Pahandut
Palangkaraya.
3. Orang tua (Ibu) Balita
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai metode yang afektif bagi
para orang tua dan masyarakat sekitar untuk lebih meningkatkan pola
asuh terhadap anak balitanya sehingga dapat meningkatkan gizi anak
balitanya menjadi baik.