Upload
gayuh-candra-halfempty
View
117
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
seutuhnya, jasmani dan rohani yang dilaksanakan secara terarah, terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan di bidang kesehatan adalah
penyelenggaraan upaya kesehatan mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai barometer tingkat
kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa (Depkes RI, 1992).Hidup sehat pada
dasarnya adalah keadaan yang tidak hanya terhindar dari rasa sakit ataupun
penyakit, cacat dan kelemahan tetapi suatu keadaan yang meliputi sehat secara
fisik, mental dan sosial.
Upaya pelayanan kesehatan yang semula hanya mengutamakan aspek
pengobatan saja berangsur-angsur berkembang dan mencakup upaya peningkatan
(promotif), upaya pencegahan (preventif), upaya penyembuhan (kuratif) dan
upaya pemulihan (rehabilitatif). Salah satu tenaga kesehatan yang bertanggung
jawab atas upaya pelayanan kesehatan tersebut yaitu fisioterapi.
Dimana pengertian fisioterapi adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang
ditujukan kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara
dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan
menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (SK Menkes. No
376, 2007).
Ternyata kesalahan posisi atau sikap tubuh tidak hanya terjadi di
lingkungan pekerjaan saja melainkan dapat pula terjadi di lingkungan
rumah.Kurangnya kepedulian dan pemahaman masyarakat dalam melakukan
posisi tubuh yang benar dalam melakukan aktivitas, salah satunya posisi saat
tidur. Posisi tidur yang tepat seharusnya mengistirahatkan otot-otot seluruh tubuh
dimana posisi yang baik adalah dengan menggunakan punggung belakang. Selain
itu, penggunaan bantal harus sampai bahu sehingga posisi leher dalam keadaan
rileks sehingga otot-otot sekitar leher tidak teregang. Namun tak jarang,
kebanyakan masyarakat tidak memahami akan hal itu sehingga menjadi sebuah
kebiasaan dan terjadi secara terus-menerus dan berulang kali sehingga
mengakibatkan timbul keluhan-keluhan di tulang belakang terutama di leher
sehingga menyebabkan gangguan fungsi leher. Salah satu keluhan yang sering
terjadi pada leher adalah rasa kaku pada leher dan otot-otot di sekitar leher terasa
tegang sehingga menimbulkan rasa nyeri pada leher atau tengkuk, di dalam
bahasa medis disebut dengan cervical syndrome.
Di Indonesia, setiap tahun sekitar 16,6% populasi dewasa mengeluhkan
rasa tidak enak di leher, bahkan 0,6% bermula dari rasa tidak enak di leher
menjadi nyeri leher yang berat. Insidensi nyeri leher meningkat dengan
bertambahnya usia, dimana lebih sering mengenai wanita daripada laki-laki
Disini penulis memilih kasus Cervical Root Syndrome karena melihat tingkat
penderita Cervical Root Syndrome cukup tinggi yang terjadi di Indonesia saat ini.
Selain itu penulis ingin lebih memahami dan mendalami bentuk-bentuk
penanganan yang dapat diberikan pada kasus tersebut. Dengan keahlian penulis
sebagai fisioterapi, berharap dapat membantu dalam pemulihan bahkan
penyembuhan. Selain itu akan lebih maksimal apabila pasien Cervical Root
Syndrome tidak mempunyai penyakit penyerta yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan.
Pada kondisi Cervical Root Syndrome ini fisioterapis berperan dalam
mengurangi nyeri dan meningkatkan LGS dan mengembalikan aktivitas
fungsional pasien. Untuk mengatasinya banyak modalitas fisioterapi yang dapat
digunakan, disini penulis mengambil modalitas fisioterapi berupa penggunaan
Infra Merah (IR), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan
Terapi Latihan.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci
mengenai lingkup permasalahan yang akan ditulis antara lain:
1. Apakah modalitas IR, TENS & Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri
pada kondisi Cervical Root Syndrome?
2.Apakah modalitas IR, TENS & Terapi Latihan dapat meningkatkan
Lingkup Gerak Sendi (LGS) leher, pada kondisi Cervical Root Syndrome?
3. Apakah modalitas IR, TENS & Terapi Latihan dapat mengurangi spasme
otot leher pada kondisi Cervical Root Syndrome?
4. Apakah modalitas, IR, TENS & Terapi Latihan dapat meningkatkan
aktivitas fungsional?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,
mengidentifikasi masalah-masalah, menganalisa dan mengambil suatu
kesimpulan tentang kondisi Cervical Root Syndrome.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh IR,TENS & Terapi Latihan dalam mengurangi
nyeri akibat Cervical Root Syndrome.
b. Untuk mengetahui pengaruh IR,TENS & Terapi Latihan dalam
meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS) leher akibat Cervical Root
Syndrome.
c. Untuk mengetahui pengaruh IR,TENS & Terapi Latihan dalam mengurangi
spasme otot leher akibat Cervical Root Syndrome.
d. Untuk mengetahui modalitas, IR, TENS & Terapi Latihan dalam
meningkatkan aktivitas fungsional
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Menambah hasanah cakrawala fisioterapi yang dapat diimplementasikan
ada pelayanan.
b. Menambah pemahaman penulis tentang penatalaksanaan fisioterapi pada
cervical root syndrome.
c. Mengetahui manfaat yang dihasilkan dari modalitas IR, TENS dan terapi
latihan dalam menurunkan nyeri, keterbatasan gerak (LGS), dan mengurangi
spasme akibat cervical root syndrome.
d. Berguna dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam
mempelajari, mengidentifikasi masalah, menganalisa dan mengambil suatu
kesimpulan.
2. Bagi Institusi
Untuk dapat menambah wawasan dalam pemberian intervensi fisioterapi
dalam memilih modalitas yang paling efektif untuk mengurangi nyeri,
mengurangi spasme dan keterbatasan gerak (LGS) akibat cervical root syndrome.
3. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
tentang cervical root syndrome.