6
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini para pelajar diharapkan lebih berhasil dalam bidang akademik dan non-akademik di sekolah. Hal ini ditujukan untuk memperoleh generasi penerus  bangsa yang benar-benar mempunyai prestasi yang baik di segala bidang. Tentu saja hal ini juga menjadi tugas guru pembimbing sekolah untuk membimbing dan mengarahkan para pelajar atau siswa-siswi agar bisa mencapai keberhasilan yang mereka inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu membimbing siswa- siswi asuhnya agar lebih bersemangat dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Bimbingan yang diberikan tidak hanya dalam bidang belajar, tetapi juga dalam  bidang pribadi dan lainnya. Da la m Ku rik ul um 1994 (da lam Nu rs ali m 20 02 :1) yang dis ebut gu ru  pe mbimbi ng di se kolah adala h gu ru bi mb ing an kons el ing (BK ). Da n ya ng dimaksud dengan bimbingan adalah “bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.” Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar siswa- siswi mengenal kekuatan dan kelema han dirinya sendiri. Sehingga siswa-sisw i dapat berkembang optimal sesuai tugas perkembangannya.  Namun ken yata anny a, keb era daan gur u BK jus tru dit aku ti ole h sis wa di se ko lah . Se pe rti yan g di sam pa ian ol eh Pr ayi tno (20 04 :12 2) bah wa per anan ko ns el or dise kolah adala h se bag ai po lis i se kola h ya ng ha rus menj ag a da n me mper tah ankan tata te rti b, dis ipl in, da n ke amana n se ko lah . Angg apa n ini mengatakan “barangsiapa di antara siswa-siswi melanggar peraturan dan disiplin sekolah harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula konselor sekolah dis era hi tug as men gus ut perk elah ian atau pun pen curi an. Kon sel or ditu gas kan mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi siswa-siswi yang bersalah itu. Konselor didorong untuk mencari bukti-bukti atau  be rusa ha aga r sis wa men gak u bah wa ia telah ber bua t ses uat u yan g tida k pad a tempat nya atau kur ang waja r, atau mer ugi kan . Ak hirn ya sos ok gu ru BK yang 1

Bab 1

  • Upload
    eugene

  • View
    81

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 1/6

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini para pelajar diharapkan lebih berhasil dalam bidang akademik dan

non-akademik di sekolah. Hal ini ditujukan untuk memperoleh generasi penerus

 bangsa yang benar-benar mempunyai prestasi yang baik di segala bidang. Tentu

saja hal ini juga menjadi tugas guru pembimbing sekolah untuk membimbing dan

mengarahkan para pelajar atau siswa-siswi agar bisa mencapai keberhasilan yang

mereka inginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membantu membimbing siswa-

siswi asuhnya agar lebih bersemangat dalam belajar di sekolah maupun di rumah.

Bimbingan yang diberikan tidak hanya dalam bidang belajar, tetapi juga dalam

 bidang pribadi dan lainnya.

Dalam Kurikulum 1994 (dalam Nursalim 2002:1) yang disebut guru

  pembimbing di sekolah adalah guru bimbingan konseling (BK). Dan yang

dimaksud dengan bimbingan adalah “bantuan yang diberikan kepada siswa dalam

rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa

depan.” Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar siswa-

siswi mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Sehingga siswa-siswi

dapat berkembang optimal sesuai tugas perkembangannya.

  Namun kenyataannya, keberadaan guru BK justru ditakuti oleh siswa di

sekolah. Seperti yang disampaian oleh Prayitno (2004:122) bahwa peranan

konselor disekolah adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan

mempertahankan tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Anggapan ini

mengatakan “barangsiapa di antara siswa-siswi melanggar peraturan dan disiplinsekolah harus berurusan dengan konselor”. Tidak jarang pula konselor sekolah

diserahi tugas mengusut perkelahian ataupun pencurian. Konselor ditugaskan

mencari siswa yang bersalah dan diberi wewenang untuk mengambil tindakan bagi

siswa-siswi yang bersalah itu. Konselor didorong untuk mencari bukti-bukti atau

 berusaha agar siswa mengaku bahwa ia telah berbuat sesuatu yang tidak pada

tempatnya atau kurang wajar, atau merugikan. Akhirnya sosok guru BK yang

1

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 2/6

 

seharusnya memiliki kedekatan personal dengan para siswa agar lebih mudah

dalam membimbing, justru menjadi sosok yang ditakuti serta jauh dengan siswa.

Hal ini hampir sama dengan fenomena yang terjadi di Kecamatan Bandar,

Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Yaitu seorang guru BK yang memukul

siswanya pada saat upacara Hari Pahlawan 10 November. Lima siswanya yang

dipukul adalah siswa kelas IX, yang tidak mengenakan atribut sekolah pada saat

upacara berlangsung. Guru BK tersebut memberikan hukuman berupa pukulan dan

tamparan pada siswa-siswa itu (http://seputar-indonesia.com).

Di tempat lain dilaporkan ada keluhan salah satu wali murid, karena guru BK 

sudah keterlaluan memperlakukan anaknya dan siswa lainnya dengan

memprogramkan pembinaan kedisiplinan seperti pihak militer. Bahkan berkata

kasar dan memberikan hukuman fisik yang mayoritas 90% siswanya adalah wanita.

(http://edukasi.kompasiana.com)

Begitu juga hasil observasi awal peneliti di SMPN 20 Surabaya dengan guru

BK bahwa, beberapa siswa ada yang takut datang kepada guru BK. Sosok guru

BK yang menakutkan sudah melekat kuat dipikiran mereka. Mereka menganggap

guru BK itu adalah sosok yang menakutkan yang selalu menghukum dan memarahi

siswa. Cara pandang yang salah pada guru BK ini, membuat mereka enggan

 berkonsultasi dan berhubungan dengan guru BK. Hal ini dapat menyebabkan

terhambatnya kelancaran pelaksanaan kegiatan BK. Pada hakikatnya usia remaja

adalah usia saat anak sekolah banyak mengalami gejolak. Dalam masa ini, remaja

merupakan sosok yang tidak bisa dikatakan anak-anak dan belum bisa dikatakan

dewasa. Artinya remaja sudah mulai harus belajar bertanggung jawab atas segala

apa yang dilakukan dan tidak bergantung pada orang lain. Namun dalam setiap

tindakannya, remaja masih memerlukan bimbingan dan tuntunan dari orang yanglebih tua, misalnya orang tua, guru, atau orang yang dianggap lebih dewasa yang

dapat membimbingnya agar tidak terjerumus pada hal-hal yang berdampak negatif 

 pada dirinya. Oleh karena itu, peran guru BK sebagai pembimbing sangat penting

dalam membimbing siswa usia remaja agar siswa dapat melaksanakan tugas-tugas

  perkembangannya dengan baik dan dapat tumbuh serta berkembang menjadi

 pribadi yang baik pula.

2

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 3/6

 

Menurut Piaget (dalam Hurlock 1980:206) masa remaja secara psikologis

adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana

anak tidak lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang lebih tua melainkan

 berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

Sedangkan menurut Mulia (2009: 30) takut merupakan emosi yang biasa

muncul pada waktu seseorang merasa, entah nyata atau hanya bayangan,

 berhadapan dengan hal yang berbahaya atau ada dalam situasi bahaya. Dalam hal

ini, rasa takut yang dialami siswa adalah terhadap guru BK. Tanda-tanda seseorang

mengalami rasa takut adalah nafas memburu, meningkatnya debar jantung, muka

 pucat, hasrat ingin ke toilet, berkeringat dan meningkatnya suhu tubuh. Apabila

gejala-gejala ini berlangsung terus-menerus, maka hal ini akan menghambat siswa

dalam penerimaan bimbingan dari guru BK. Dari ciri-ciri yang dialami oleh siswa

tersebut, rasa takut itu dapat diatasi dengan strategi konseling. Strategi konseling

adalah rencana tindakan yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu

dari masing-masing konseli menurut Hackey dan Cormier (dalam Nursalim,

2005:13). Strategi yang dimaksud adalah strategi reframing .

Menurut Cormier (1985 : 417) “reframing (sometimes also called relabeling)

is an approach that modifies or structures a client’s perceptions or views of a

 problem or a behavior.” Reframing (kadang-kadang disebut juga pelebelan ulang)

adalah suatu pendekatan yang merubah atau menyusun kembali persepsi konseli

atau cara pandang terhadap masalah atau tingkah laku). Sedangkan menurut

Menurut Watzlawick, Weakland and Fisch (1974) describe the 'gentle art of 

reframing' thus:

To reframe, then, means to change the conceptual and/or emotional setting 

or viewpoint in relation to which a situation is experienced and to place it inanother frame which fits the 'facts' of the same concrete situation equally well 

or even better, and thereby changing its entire meaning.

  reframing  dimaksudkan untuk mengubah konsepsi dan/ atau pengaturan

emosi atau sudut pandang dalam hubungannya terhadap situasi yang sudah

 pernah dialami dan meletakannya di bingkai lain yang sesuai dengan ‘fakta-

fakta’ dari situasi konkrit yang sama baik atau lebih baik, dan dengan demikian

merubah artinya secara keseluruhan.

3

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 4/6

 

Menurut Cormier (1985: 418), konselor melakukan strategi reframing setiap

kali mereka diminta atau mendorong konseli untuk melihat masalah dari sudut

  pandang yang berbeda. Strategi reframing  membantu konseli dengan

menyediakan alternatif-alternatif dalam memandang suatu masalah tingkah laku.

Dengan demikian strategi reframing  dapat digunakan untuk membantu siswa

mengurangi rasa takut pada guru BK. Untuk meyakinkan pernyataan tersebut,

 bahwa   strategi reframing  dapat digunakan untuk membantu siswa yang

mengalami rasa takut pada guru BK, maka perlu dilakukan penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut “Apakah strategi reframing efektif untuk siswa yang mengalami

rasa takut terhadap guru BK antara sebelum dan sesudah diberi perlakuan?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian yang ingin

dicapai adalah untuk menguji apakah strategi reframing efektif untuk siswa yang

mengalami rasa takut terhadap guru BK.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai penerapan strategi reframing  untuk membantu

mengurangi rasa takut pada sosok guru BK ini memiliki manfaaat teori maupun

 praktik.

1. Manfaat teoritik 

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan

ilmu bimbingan dan konseling, khususnya tentang hasil penelitian penerapan

strategi reframing untuk membantu mengurangi rasa takut pada sosok guru BK.

Penelitian ini juga memiliki kemungkinan untuk mendukung teori-teori dalam

strategi reframing.

2. Manfaat praktis

1) Manfaat bagi peneliti

4

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 5/6

 

Mendapat pemahaman tentang keefektifan strategi reframing  untuk 

membantu mengurangi rasa takut siswa terhadap guru BK serta menjadi bekal

ilmu ketika menjadi konselor sekolah dalam menangani permasalahan yang

sama.

2) Manfaat bagi guru pembimbing

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru pembimbing di

sekolah dalam memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami masalah

tentang rasa takut terhadap guru BK.

3) Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk 

meningkatkan dan mengembangkan penelitian lebih lanjut bagi peneliti lain

untuk meneliti hal yang sama dalam menyempurnakan hasil penelitian.

E. Definisi Istilah, Asumsi dan Keterbatasan

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan judul penelitian,

maka diberikan definisi istilah, variabel, asumsi, dan keterbatasan tentang judul

 penelitian ini.

1. Definisi istilah

Berdasarkan judul penelitian ini maka dapat diungkapkan bahwa terdapat dua

variabel, strategi reframing  sebagai variabel bebas (X), rasa takut pada sosok 

guru BK sebagai variabel terikat (Y).

a) Reframing

 Reframing  yang disebut juga pelabelan ulang adalah suatu pendekatan

yang mengubah atau menyusun kembali persepsi konseli atau cara pandang

terhadap masalah atau tingkah laku. Jadi  Reframing  bisa disebut suatu strategiyang mengubah cara pandang suatu masalah yang pernah dialami dan

mengubah cara pandang tadi menjadi cara pandang yang lebih baik yang

sesuai dengan fakta-fakta yang ada.

5

5/14/2018 Bab 1 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-55a92ee18732d 6/6

 

 b) Rasa takut

Berasal dari kata takut yang berarati merasa gentar atau ngeri. Rasa takut

ini merupakan mekanisme seseorang saat menghadapi bahaya. Sedangkan rasa

takut adalah keadaan tidak nyaman terhadap suatu benda atau sesuatu yang

nyata.

c) Guru BK 

Guru BK adalah guru pembimbing yang ada di sekolah-sekolah, bertugas

membimbing dan membantu siswa-siswi agar dapat menyelesaikan

masalahnya dan dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan dengan baik.

2. Asumsi

Dalam penelitian ini dapat dikemukakan beberapa asumsi, yaitu :

a) strategi reframing  adalah salah satu strategi yang ada di dalam bimbingan

dan konseling.

 b) Rasa takut pada guru BK dapat dikurangi.

c) Siswa SMP dapat melaksanakan tahapan-tahapan untuk melakukan

strategi reframing. 

3. Keterbatasan

Untuk menghindari kesalahpahaman maka penulis memberikan batasan

untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Penelitian ini hanya terbatas pada strategi reframing  untuk membantu

mengurangi rasa takut siswa terhadap guru BK.

 b) Penerapan strategi ini hanya kepada siswa yang memiliki rasa takut kepada

guru BK.

c) Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 20

Surabaya.

6