5
FENOMENA BULLYING PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Permasalahan perilaku bullying pada siswa semakin memprihatinkan karena lembaga pendidikan yang seharusnya mencetak individu-individu terdidik, justru menjadi pelaku bullying. Bullying yang dimaksud yaitu salah satu bentuk usaha berperilaku untuk menyakiti yang dilakukan oleh sebuah kelompok atau seseorang. Bulllying sebagai sebuah perilaku didefiniskan sebagai interaksi antara individu yang lebih dominan yang sering kali berbentuk tindakan agresif kepada individu lain yang kurang dominan (korban) dengan tujuan menyusahkan si korban (Olweus, 1991; Smith and Thompson,1991 dalam Craig dkk, 2000). Seorang anak dapat dikatakan sebagai korban perilaku bullying jika ia sering dan terus menerus diperlakukan buruk oleh murid yang lain. Perilaku buruk yang dimaksud adalah jika seseorang secara dengan sengaja menimbulkan ataupun berusaha menimbulkan ketidaknyamanan kepada orang lain.

bab 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perilaku

Citation preview

FENOMENA BULLYING PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANGPermasalahan perilaku bullying pada siswa semakin memprihatinkan karena lembaga pendidikan yang seharusnya mencetak individu-individu terdidik, justru menjadi pelaku bullying. Bullying yang dimaksud yaitu salah satu bentuk usaha berperilaku untuk menyakiti yang dilakukan oleh sebuah kelompok atau seseorang. Bulllying sebagai sebuah perilaku didefiniskan sebagai interaksi antara individu yang lebih dominan yang sering kali berbentuk tindakan agresif kepada individu lain yang kurang dominan (korban) dengan tujuan menyusahkan si korban (Olweus, 1991; Smith and Thompson,1991 dalam Craig dkk, 2000). Seorang anak dapat dikatakan sebagai korban perilaku bullying jika ia sering dan terus menerus diperlakukan buruk oleh murid yang lain. Perilaku buruk yang dimaksud adalah jika seseorang secara dengan sengaja menimbulkan ataupun berusaha menimbulkan ketidaknyamanan kepada orang lain. Bentuk perilaku buruk ini bisa secara verbal, fisik, ataupun psikologis.Pada Dasarnya Bullying memiliki dampak yang negatif bagi anak-anak yang menjadi korban. Dampak tersebut dapat bersifat fisik maupun psikologis. Bullying yang dilakukan secara fisik bisa berdampak pada kondisi fisik anak yang menurun, terkadang merasa sakit pada bagian tubuh tertentu dan mengalami luka secara fisik. Dampak lain yang tidak terlihat akan tetapi memiliki efek jangka panjang adalah penyesuaian sosial yang buruk pada anak. Korban bullying akan merasakan emosi yang negatif dalam dirinya seperti perasaan dendam, marah, hina, kecemasan, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman dan terancam serta merasa tidak mampu untuk mengatasi permasalahan yang dialaminya. Dalam jangka waktu yang cukup panjang, emosi tersebut akan menimbulkan perasaan rendah diri karena merasa dirinya tidak berharga di lingkungan.

Penelitian tentang perilaku bullying memang belum banyak dilakukan, meskipun hal tersebut merebak di media massa akhir-akhir ini. Studi yang dilakukan oleh akademisi dan pekerja sosial juga menunjukkan signifikansi masalah bullying di dunia pendidikan. Survei Plan Indonesia dan Sejiwa dengan melibatkan 1500 pelajar SMP dan SMA di tiga kota besar yaitu Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta pada tahun 2008 memperoleh hasil bahwa 67% pelajar SMP dan SMA menyatakan tindak bullying pernah terjadi di sekolah mereka. http://www.riliskan.com/anak-indonesia-bangkit-melawan-bullying.html. Dalam konteks sekolah, perilaku ini lebih banyak ditemukan di tempat bermain (seperti halaman) daripada di dalam kelas. Bentuk bullying di dua tempat inipun berbeda. Di dalam kelas lebih banyak ditemukan bullying tidak langsung daripada di tempat bermain dan sebaliknya. Anak-anak yang agresif cenderung memunculkan perilakunya di dalam kelas, sedang anak yang tidak agresif lebih banyak memunculkan perilaku bullying di tempat bermain (Bauman & Del Rio, 2005). Bullying yang terjadi tidak hanya terbatas pada masyarakat atau institusi pendidikan seperti sekolah umum, namun juga terjadi di pondok pesantren. Siswa yang bermukim di pondok pesantren atau kita kenal dengan sebutan santri, biasanya dipisahkan dari keluarga terutama orang tua mereka serta disekolahkan di pesantren dan ditempatkan pada sebuah asrama. Hal ini dilakukan agar dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan, selain untuk melatih mereka agar dapat belajar dengan baik, hidup mandiri dan sederhana. Dalam kehidupan berkelompok dipondok pesantren seringkali kita temukan berbagai permasalahan di kalangan santri baik di asrama, sekolah maupun lingkungan bermain misalnya masalah yang berhubungan dengan perilaku bullying.

Banyak kejadian yang berhubungan dengan bullying di institusi pendidikan pesantren yang tidak terekspos, sehingga tidak diketahui oleh kalangan luas dan mungkin masih terdengar asing ditelinga kita. Berdasarkan wawancara awal dengan Wakil Kepala Sekolah MTs TMI Putra Al-Amien Prenduan Ustadz Agus Salim banyak ditemukan permasalahan para santri yang memiliki kecendrungan perilaku bullying salah satunya seperti mengejek teman secara terus-menerus sehingga pihak sekolah memberikan hukuman kepada pelaku. Hal tersebut menyebabkan beberapa santri melaporkan permasalahannya kepada guru dan orangtua mereka sehingga berdampak banyak santri yang tidak betah karena sering diejek oleh temannya. B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana bentuk-bentuk perilaku bullying di pondok pesantren?2. Faktor apa saja yang menjadi penyebab perilaku bullying dan dampak perilaku bullying tersebut

C. Tujuan1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk bullying di pondok Pesantren, 2. Untuk mengetahui faktor- faktor penyebab terjadinya perilaku bullying dan dampak bullying, bagi korban dan lingkungan pondok pesantren, maupun usaha pencegahan bullying.