Upload
marthanababan
View
216
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Gerontik Hipermetropik
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang MasalahKesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga dan penting bagi setiap insan manusia. Kesehatan tidak hanya meliputi kesehatan tubuh semata tetapi juga bagian tubuh lainnya seperti mata. Mata merupakan jendela dunia, kita dapat mengenal dunia dan megetahui berbagai hal dengan mata. Berawal dari melihat mata, kita akan berusaha memahami seluk beluk tentang suatu benda. Mata selain berperan sebagai jendela dunia juga berperan sebagai salah satu organ yang berperan sebagai indra penglihatan. Mata dapat digunakan untuk mengetahui seberapa berat suatu penyakit terjadi meskipun secara umum belun tampak tanda-tanda adanya komplikasi dari suatu penyakit. Mata merupakan organ yang penting bagi kita, menjaga dan merawat kesehatan mata merupakan salah satu bentuk rasa syukur kita pada Sang Pencipta. Namun tidak setiap orang sadar arti pentingnya menjaga kesehatan mata. Akibat dari kelalaian dalam menjaga kesehatan mata ini bisa menimbulkan berbagai penyakit mata dimulai dari kurangnya konsumsi vitamin A, kelainan pada organ-organ mata bawaan, kelainan refraksi dan yang lainnya. Diantara kelainan refraksi ini adalah hipermetropi.Hipermetropi dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan, dimana penglihatnya kesulitan melihat benda yang jaraknya dekat, kepala sering pusing, dimana hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari klien. Diharapkan dengan dibuatnya makalah asuhan keperawatan dengan klien dengan hipermetropi ini dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan benar bagi penderita hipermetropi dan dapat mengurangi keparahan berkelanjutan pada penderita.
1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:a. Tujuan Umum1) Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mata khususnya hipermetropib. Tujuan Khusus1) Memaparkan konsep penyakit yang meliputi anatomi fisiologi sistem persepsi sensori, definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan yang meliputi medis, keperawatan dan manajemen diet2) Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mata (hipermetropi) menggunakan metodologi asuhan keperawatan yang benar
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Gangguan ini terjadi pada diameter anteroposterior bola mata yang pendek sehingga jarak antara lensa dan retina juga pendek dan sinar difokuskan di belakang retina. Hal ini menyebabkan kesulitan melihat objek dekat dan disebut farsightedness atau hyperopia (Indriani Istiqomah, 2004 : 205).Hipermetropi adalah cacat mata yang disebabkan oleh lensa mata terlalu pipih sehingga bayangan dari benda yang dekat jatuh dibelakang retina. Hipermetropi disebut pula juga rabun dekat, karena tidak dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Penderita hipermetropi hanya mampu melihat jelas benda yang jauh. Untuk menolong penderita hipermetropi, dipakai kacamata lensa cembung (lensa positif). (Abdullah, Mikrajuddin, dkk, 2007. IPA Terpadu SMP dan MTS.Tanpa Kota. ESIS, 87-88).Hipermetropi atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea (Sidarta Ilyas, 2010 : 78).
B. Etiologi
Hipermetropia dapat disebabkan :a. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek. b. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina c. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias kurang pada sistem optik mata (Sidarta Ilyas, 2010 : 78).
Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:
1. Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.
Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini
dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina
(lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat
dibiaskan).
2. Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi
gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus
humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah
perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya
2
menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis.
Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula
darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan
vitreus humor tersebut)
3. Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat
Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana
kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan
di belakang retina.
4. Perubahan posisi lensa.
Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.tidak ada
lagi (afakia).
C. Patofisiologi
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang
terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi
lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina
sehingga penglihatan dekat jadi terganggu.
D. Manifestasi klinis
Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur, sakit kepala, silau, dan kadang rasa juling atau lihat ganda. Pasien hipermetropia sering disebut sebagai pasien rabun dekat. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergasi dan mata akan seering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke dalam (Sidarta Ilyas, 2010 : 79).Gejala klinis hipermetropia :a. subjektif :1) kabur bila melihat dekat 2) mata cepat lelah, berair, sering mengantuk dan sakit kepala (astenopia akomodatif).b. objektif :1) pupil agak miosis2) bilik mata depan lebih dangkal (Indriani Istiqomah, 2004 : 206).
2.4 Klasifikasi HipermetropiaHipermetropi dikenal dalam bentuk :a. hipermetropia manifes
3
ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolute ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifest didapatkan tanpa sikloplegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maksimal. b. hipermeropia absolutdimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolute ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia absolute, sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia absolute adalah hipermetropia manifes. c. hipermetropia fakultatif dimana kelainan hipermetropia dengan diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropi fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifest yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif. d. hipermetropia latendimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat. e. hipermetropia total hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia. (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79)
2.7 Penatalaksanaan Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajaman penglihatan normal.Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia diberikan kacamata koreksi hipermetropia total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka diberikan kacamata koreksi positif kurang.Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila pasien dengan + 3.0 ataupun dengan + 3.25 memberikan ketajaman penglihatan 6/6, maka diberikan kacamata + 3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata. Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau melumpuhkan otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamata dengan mata yang istirahat.
4
Pada pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih masih mampu melalukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien dengan banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada pasien yang telah lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan. Pada pasien ini diberikan kacamata sferis positif terkuat yang memberikan penglihatan maksimal. Penyulit yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah esotropia dan glaucoma. Estropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot silisr pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata. (Sidarta Ilyas, 2010 : 80-81).
G. Komplikasi
Dapat terjadi kebutaan.
2.8 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang pada pasien hipermetropia adalah sebagai berikut :a. refraksi subjektif, metode “trial and error” dengan menggunakan kartu snellen, mata diperiksa satu persatu, ditentukan visus masing-masing mata, pada dewasa dan visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif. Pada anak-anak dan remaja dengan dengan visus 6/6 dan keluhan astenopia akomodasi dikoreksi dengan sikloplegik. b. Refraksi objektif, retinoskop dengan lensa kerja S +2.00 pemeriksa mengawasi reaksi fundus yang bergerak berlawanan dengan gerakan retinoskop (agains movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis positif sampai tercapai netralisasi, autorefraktometer (computer). (Indriani Istiqomah, 2004 : 209).
4.1 Pengkajian Melakuakan pengkajian meliputi hal berikut :a. Data demografiumur, pekerjaan perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang terlalu lama, seperti operator komputer, reparasi jam.b. Keluhan yang dirasakanpandangan atau penglihatan kabur, kesulitan memfokuskan pandangan, epifora, pusing, sering lelah dan mengantuk dan terjadi astenopia akomodasi yang menyebabkan klien lebih sering beristirahat.c. Riwayat penyakit keluargaUmumnya didapatkan riwayat penyakit diabetes militusd. Riwayat penyakit yang lalu. (Indriani N. Istiqomah, 2004 : 208)
4.2 Diagnosa KeperawatanDiagnosa yang dapat diambil pada kasus hipermetropia adalah sebagai berikut :a. Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan pandangan
5
b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retinac. Risiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan (Indriani Istiqomah, 2004 : )
4.3 Intervensi Intervensi dari masing-masing diagnosa di atas adalah sebagai berikut :a. Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan pandangan Tujuan : 1) Rasa nyaman klien terpenuhiKriteria hasil :1) Keluhan klien (pusing, mata lelah) berkurang atau hilang2) Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan yang terjadi.Intervensi :1) Jelaskan penyebab pusing, mata lelah. Rasional : mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.2) Anjurkan klien agar pasien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus. Rasional : mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.3) Gunakan lampu atau penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca. Rasional : mengurangi silau dan akomodasi berlebihan.4) Kolaborasi : pemberiaan kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien. b. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retinaTujuan :1) Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat 2) Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan Intervensi :1) Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional : pengetahuan tentang penyebab mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.2) Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan. 3) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak atau kacamata bantu atau operasi (keratotomy radikal).c. Risiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatanTujuan :1) Tidak terjadi cidera.Kriteria hasil :1) Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cidera2) Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkunganIntervensi :
6
1) Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan. Rasional : perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan risiko cidera sampai klien belajar untukmengkompensasi.2) Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas. 3) Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari. Rasional : mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.4) Gunakan kacamata koreksi atau pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari cidera (Indriani Istiqomah, 2004 : 208-211).
7
BAB IIITINJAUAN KASUS
A. Pengkajian1. Pengumpulan dataa. Data Demografi
1) Biodata
- Nama : Mr. A
- Usia : 30 Thn
- Jenis kelamin : Laki - Laki
- Alamat : Jln. Gatot Subroto
- Suku / bangsa : Bugis,Muna/INA
- Status pernikahan : Menikah
- Agama / keyakinan : Islam
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Diagnosa medik : Hipermetropi
- No. medical record : -
- Tanggal masuk : -
- Tanggal pengkajian : -
2) Penanggung jawab
- Nama : Ny. H
- Usia : 27 Thn
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan : Wiraswasta
- Hubungan dengan klien : Istri
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan Utama
Klien mengeluh susah membaca pada jarak dekat.
- Riwayat Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian klien susah membaca pada jarak dekat, keluhan
ini dirasakan sudah lama, makin hari penglihatanya makin menurun, klien juga
tidak mengetahui penyebap matanya kabur. Dan Upaya yang dilakukan klien
untuk mengurangi keluhannya yaitu menjauhkan bahan bacaan, dan yang
memperberat yaitu ketika membaca dalam waktu yang lama klien mengalami
pusing dan sakit kepala, dengan skala 3 (0-5).
8
2) Riwayat kesehatan lalu
- Klien tidak ada riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan.
- Klien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan klien tidak merokok.
3) Riwayat kesehatan keluarga
- Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama
dengan klien.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital :
Suhu : 37,50 c
Nadi : 100 X/Menit
Pernafasan : 20 X/Menit
Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak ada
nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk leher
simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris, pernapasan 20
X/Menit, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ada retraksi otot - otot dada.
3) Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar atau
teraba jelas 100 X/Menit, tekanan darah 120/80 mmHg CRT<2 detik, tidak ada
pembesaran area jantung.
4) Sistem perncernaan
Bentuk lembap, tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap (32), lidah bebas
bergerak, refleks menelan baik, terdengar peristaltik usus 8x/menit, tidak ada
nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdengar
bunyi timpani.
5) Sistem indra
Mata
9
Kesulitan membaca tulisan dengan huruf yang kecil, menjauhkan bacaan pada
saat membaca, mampu membedakan warna, bisa menggerakan bola mata
kesegala arah, mata tampak bersih, tidak ada nyeri tekan.
Hidung
- Mampu membedakan berbagai macam aroma.
- Tidak ada sekret.
Telinga
- Tampak simetris, tidak terdapat udem telinga, tidak ada sekret dan bau pada
telinga, mampu membedakan bunyi, Telinga tampak bersih, tidak ada nyeri tekan
pada telinga.
6) Sistem saraf
- Nervus I (olvactorius) : Fungsi penciuman baik.
- Nervus II ( Optikus ) : Penglihatan kabur saat melihat
dekat.
- Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, troklearis, abdusen )
: fungsi kontraksi terhadap
cahaya baik.
- Nervus V (Trigeminus) : Dapat merasakan usapan
- Nervus VII (fasialis) : Mampu merasakan rasa asin,
manis dan pahit.
- Nervus VIII (Auditorius) : Klien mengatakan tidak
bisa mendengar dengan baik.
- Nervus IX (Glasofaringeus) : Mampu menelan
- Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara
- Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan
mengangkat bahu.
- Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah.
7) Sistem muskuloskeletal
- Ekstremitas Atas
Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4
- Ekstremitas Bawah
Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4
10
8) Sistem integumen
Warna rambut hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada udema, kuku bersih, suhu 37,5o c.
9) Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ginjal tidak teraba.
10) Sistem perkemihan
Tidak teraba adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung kemih.
d. Aktivitas Sehari-Hari1) Nutrisi
Pola makan teratur, frekuensi makan 3 kali sehari, tidak ada makanan pantang.2) Cairan
Klien mengonsumsi air putih sebanyak 5 – 6 gelas/hari.
3) Eliminasi ( BAB & BAK )
BAB 1-2X/hari dan BAK tidak menentu.4) Istirahat Tidur
Klien cepat tidur dan rutin.
5) Olahraga
Klien sering main bola tapi sejak sakit klien belum berolahraga lagi.
6) Rokok / alkohol dan obat-obatan
Klien tidak merokok dan mengonsumi alkohol atau obat – obat terlarang lainya.
7) Personal hygiene
Klien mandi teratur 2x sehari, gosok gigi setiap kali mandi dan keramas 3 kali
seminggu.
e. Data psikososial
- Klien hidup rukun dengan sesama anggota masyarakat di lingkunganya dan
saling membutuhkan satu sama yang lain.
f. Data psikologis
Klien tampak cemas dan gelisah. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
g. Data spritual
Klien beragama Islam dan taat beribadah.
2. Pengelompokan dataData subyektif :
11
- Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat
- Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala.
- Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
Data obyektif :
- Klien tampak cemas dan gelisah
- Gangguan nervus II (Optikus)
- Kesulitan membaca huruf pada jarak dekat
- Menjauhkan bacaan pada saat membaca
- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat
- Skala nyeri 3 (0-5)
3. Analisa data
No Problem Etilogi Simpton1 2 3 4
1. Nyeri Tidak bisa melihat pada jarak dekat
↓Lensa berakomodasi
terus menerus↓
Kelelahan otot-otot penggerak lensa
↓Nyeri
Ds : Klien mengatakan
apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala.Do :
Skala nyeri 3 (0-5) Ekspresi wajah tampak
meringis
2 Gangguan persepsi sensori : penglihatan
Adanya faktor penyebap
(Sumbu utama bola mata yang terlalu
pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah,
kelengkungan kornea dan lensa tidak
adekuat perubahan posisi lensa)
↓Penurunan retraksi
lensa↓
Cahaya masuk yang melewati lensa jatuh
dibelakang retina↓
Ds : Klien mengatakan susah
membaca huruf pada jarak dekatDo :
Kerusakan nervus II (Optikus)
Kesulitan mebaca tulisan Menjauhkan bacaan pada
saat membaca Fungsi penglihatan
menurun pada jarak dekat
12
Tidak bisa melihat dekat
↓Penurunan penglihatan
↓Gangguan persepsi
sensori : Penglihatan3 Ansietas Penurunan fungsi
penglihatan↓
Perubahan status kesehatan
↓Merupakan stresor
psikologis↓
Ansietas
Ds : Klien sering menanyakan
tentang penyakitnyaDo :
Klien tampak cemas dan gelisah
4. Prioritas masalaha. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot
penggerak lensab. Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penurunan retraksi
lensac. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
B. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot
penggerak lensa yang ditandai dengan :Ds :
- Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala Do :
- Skala nyeri 3 (0-5)- Ekspresi wajah tampak meringis.2. Gangguan persepsi sensori : Penglihatan berhubungan dengan penurunan retraksi
lensa yang ditandai dengan :Ds :
- Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekatDo :
- Kerusakan nervus II (Optikus)- Kesulitan mebaca tulisan- Menjauhkan bacaan pada saat membaca- Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai dengan :
Ds :
13
- Klien sering menanyakan tentang penyakitnyaDo :
- Klien tampak cemas dan gelisah
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa miopi adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Terjadinya hipermetropia dapat disebabkan karena adanya kelainan pada bola mata yang terlalu pendek, indeks bias yang kurang dan kelengkungan kornea yang kurang. Pasien hipermetropia biasanya mengalami kekaburan jika melihat di jarak yang dekat dan jauh, sakit kepala, silau dan rasa juling.
4.2 Saran Disarankan penderita hipermetropia untuk selalu melakukan perbaikan gizi dengan memperhatikan konsumsi vitamin A, banyak beolahraga dan meminimalkan kerja mata agar tidak mengakomodasikan mata yang dapat memperburuk hipermetropia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUIIstiqomah, Indriani N. 2004. ASKEP Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC. Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Vaughan dan Asbury. 2009. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC.
16
3. PerencanaanNo. DX Tujuan Intervensi
1. 1 Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu minggu, Kelelahan otot – otot penggerak lensa berkurang.
Tupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, nyeri berangsur-angsur berkurang dengan criteria :
Klien mengatakan nyeri berkurang Ekspresi wajah tenang Nyeri skala 2 (0-5
1. Observasi keadaan, intensitas nyeri dan tanda-tanda vital
2. Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
4. Kolaborasi untuk pemeriksaan kemampuan otot - otot penggerak lensa.
1. Dapat membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya
2. Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien.
3. Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam.
4. Penyebap nyeri adalah kelelahan otot – otot penggerak lensa, dengan mengetahui kemampuanya dapat menentukan tindakan selanjutnya.
2 2 Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu minggu, penggunaan retraksi lensa dapat dimaksimalkanTupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, sedikit demi sedikit gangguan penglihatan klien teratasi, dengan kriteria :
Klien bisa membaca lagi Penglihatan Jelas
1. Kaji kemampuan penglihatan dan jarak pandang klien
2. Anjurkan klien untuk tidak membaca terlalu lama
3. Berikan penerangan yang cukup
4. Kolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata
1. Dapat membantu untuk menentukan intervensi selanjutnya.
2. Membaca terlalu lama dapat menyakiti mata
3. Membantu memperjelas objek
4. Kacamata membantu memfokuskan bayangan obyek agar tepat jatuh di retina
3 3 Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua hari, status kesehatan klien meningkatTupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu hari, ansietas berangsur-angsur berkurang dengan criteria :
Klien dapat mengerti tentang penyakit yang dideritanya.
Wajah klien tampak tenang Klien tidak gelisah
1. Observasi tingkat kecemasan klien
2. Dengarkan dengan cermat apa yang di
katakan klien tentang penyakit dan
tindakanya.
3. Berikan penyuluhan tentang penyakit
klien
1. Dapat membantu dalam menentukan intervensi
selanjutnya
2. Mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi
mengenai kesalahpahaman dan kesalahan
informasi.
3. Menambah pengetahuan klien tentang penyakit
yang dideritanya
4. Implementasi Dan Evaluasi
17
No. Hari/Tgl
No. Dx
Jam Implementasi Paraf Hari/Tgl
Evaluasi
18
1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 1. Mengobservasi keadaan,
intensitas nyeri dan tanda-
tanda vital
Hasil : Skala nyeri 3 (0-5)
2. Mengajarkan Klien untuk
mengalihkan suasana
dengan melakukan metode
relaksasi saat nyeri yang
teramat sangat muncul,
relaksasi yang seperti
menarik nafas panjang.
Hasil : Klien mau
melakukan saat nyeri
datang
3. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesic
Hasil : Paracetamol 500 mg
3 kali satu hari
4. Kolaborasi dalam
pemeriksaan kemampuan
otot - otot penggerak lensa.
S : Klien
mengatakan nyeri agak berkurangO :
Ekspresi wajah tenang
Nyeri skala 3 (0-5)A :
Masalah belum teratasi tetapi ada kemajuanP :
Lanjutkan semua intervensi 1,2,3, ,5
2 2 1. Mengkaji kemampuan penglihatan dan jarak pandang klienHasil : klien tidak bisa membaca pada jarak dekat.
2. Menganjurkan klien untuk tidak membaca terlalu lamaHasil : Klien mengerti
3. Memberikan penerangan yang cukupHasi: menyediakan lampu khusus untuk klien membaca
S : Klien
mengatakan bisa membaca dari jarak dekat saat memakai kacamataO :
Bisa membaca pada jarak dekat setelah memakai
19
4. Berkolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamataHasil : kacamata lensa Positif
kacamataA :
Masalah teratasiP :
Hentikan intervensi
3 3 1. Mengobservasi tingkat kecemasan klienHasil :Cemas ringan
2. Mendengarkan dengan cermat apa yang di katakan klien tentang penyakit dan tindakanya.Hasil :Klien bercerita tentang penyakitnya
3. Memberikan penyuluhan tentang penyakit klienHasil : Klien mengerti dengan keadaanya dan mau menerima
S : Klien
mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanyaO :
Tidak gelisah Ekspresi wajah
tenangA :
Masalah teratasiP :
Hentikan intervensi
20
21