27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga dan penting bagi setiap insan manusia. Kesehatan tidak hanya meliputi kesehatan tubuh semata tetapi juga bagian tubuh lainnya seperti mata. Mata merupakan jendela dunia, kita dapat mengenal dunia dan megetahui berbagai hal dengan mata. Berawal dari melihat mata, kita akan berusaha memahami seluk beluk tentang suatu benda. Mata selain berperan sebagai jendela dunia juga berperan sebagai salah satu organ yang berperan sebagai indra penglihatan. Mata dapat digunakan untuk mengetahui seberapa berat suatu penyakit terjadi meskipun secara umum belun tampak tanda-tanda adanya komplikasi dari suatu penyakit. Mata merupakan organ yang penting bagi kita, menjaga dan merawat kesehatan mata merupakan salah satu bentuk rasa syukur kita pada Sang Pencipta. Namun tidak setiap orang sadar arti pentingnya menjaga kesehatan mata. Akibat dari kelalaian dalam menjaga kesehatan mata ini bisa menimbulkan berbagai penyakit mata dimulai dari kurangnya konsumsi vitamin A, kelainan pada organ-organ mata bawaan, kelainan refraksi dan yang lainnya. Diantara kelainan refraksi ini adalah hipermetropi. Hipermetropi dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan, dimana penglihatnya kesulitan melihat benda yang jaraknya dekat, kepala sering pusing, dimana hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari klien. Diharapkan dengan dibuatnya makalah asuhan keperawatan dengan klien dengan hipermetropi ini dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan benar bagi penderita hipermetropi dan dapat mengurangi keparahan berkelanjutan pada penderita. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Tujuan Umum 1

bab 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Gerontik Hipermetropik

Citation preview

Page 1: bab 1

BAB  IPENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang MasalahKesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga dan penting bagi setiap insan manusia. Kesehatan tidak hanya meliputi kesehatan tubuh semata tetapi juga bagian tubuh lainnya seperti mata. Mata merupakan jendela dunia, kita dapat mengenal dunia dan megetahui berbagai hal dengan mata. Berawal dari melihat mata, kita akan berusaha memahami seluk beluk tentang suatu benda. Mata selain berperan sebagai jendela dunia juga berperan sebagai salah satu organ yang berperan sebagai indra penglihatan. Mata dapat digunakan untuk mengetahui seberapa berat suatu penyakit terjadi meskipun secara umum belun tampak tanda-tanda adanya komplikasi dari suatu penyakit. Mata merupakan organ yang penting bagi kita, menjaga dan merawat kesehatan mata merupakan salah satu bentuk rasa syukur kita pada Sang Pencipta. Namun tidak setiap orang sadar arti pentingnya menjaga kesehatan mata. Akibat dari kelalaian dalam menjaga kesehatan mata ini bisa menimbulkan berbagai penyakit mata dimulai dari kurangnya konsumsi vitamin A, kelainan pada organ-organ mata bawaan, kelainan refraksi dan yang lainnya. Diantara kelainan refraksi ini adalah hipermetropi.Hipermetropi dapat menyebabkan gangguan pada penglihatan, dimana penglihatnya kesulitan melihat benda yang jaraknya dekat, kepala sering pusing, dimana hal ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari klien. Diharapkan dengan dibuatnya makalah asuhan keperawatan dengan klien dengan hipermetropi ini dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan benar bagi penderita hipermetropi dan dapat mengurangi keparahan berkelanjutan pada penderita.

1.2    Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:a.    Tujuan Umum1)    Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mata khususnya hipermetropib.    Tujuan Khusus1)    Memaparkan konsep penyakit yang meliputi anatomi fisiologi sistem persepsi sensori, definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan yang meliputi medis, keperawatan dan manajemen diet2)    Memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan mata (hipermetropi) menggunakan metodologi asuhan keperawatan yang benar

1

Page 2: bab 1

BAB II

TINJAUAN TEORI

I.         KONSEP MEDIS

A.    Pengertian

Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Gangguan ini terjadi pada diameter anteroposterior bola mata yang pendek sehingga jarak antara lensa dan retina juga pendek dan sinar difokuskan di belakang retina. Hal ini menyebabkan kesulitan melihat objek dekat dan disebut farsightedness atau hyperopia (Indriani Istiqomah, 2004 : 205).Hipermetropi adalah cacat mata yang disebabkan oleh lensa mata terlalu pipih sehingga bayangan dari benda yang dekat jatuh dibelakang retina. Hipermetropi disebut pula juga rabun dekat, karena tidak dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Penderita hipermetropi hanya mampu melihat jelas benda yang jauh. Untuk menolong penderita hipermetropi, dipakai kacamata lensa cembung (lensa positif). (Abdullah, Mikrajuddin, dkk, 2007. IPA Terpadu SMP dan MTS.Tanpa Kota. ESIS, 87-88).Hipermetropi atau rabun dekat merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak dibelakang retina. Pada hipermetropia sinar sejajar difokuskan di belakang makula lutea (Sidarta Ilyas, 2010 : 78).

B.     Etiologi

Hipermetropia dapat disebabkan :a.    Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek. b.    Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga bayangan difokuskan di belakang retina c.    Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias kurang pada sistem optik mata (Sidarta Ilyas, 2010 : 78).

Penyebab timbulnya hipermetropi ini diakibatkan oleh empat hal yaitu:

1.      Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek.

Hipermetropia jenis ini disebut juga Hipermetropi Axial. Hipermetropi Axial ini

dapat disebabkan oleh Mikropthalmia, Retinitis Sentralis, ataupun Ablasio Retina

(lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat

dibiaskan).

2.      Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah

Hipermetopia jenis ini disebut juga Hipermetropi Refraksi. Dimana dapat terjadi

gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreus

humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropia refraksi ini adalah

perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksinya

2

Page 3: bab 1

menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan vitreus humor( mis.

Pada penderita Diabetes Mellitus, hipermetropia dapat terjadi bila kadar gula

darah di bawah normal, yang juga dapat mempengaruhi komposisi aueus dan

vitreus humor tersebut)

3.      Kelengkungan Kornea dan Lensa tidak Adekuat

Hipermetropia jenis ini disebut juga hipermetropi kurvatura. Dimana

kelengkungan dari kornea ataupun lensa berkurang sehingga bayangan difokuskan

di belakang retina.

4.      Perubahan posisi lensa.

Dalam hal ini didapati pergeseran posisi lensa menjadi lebih posterior.tidak ada

lagi (afakia).

C.    Patofisiologi

Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang

terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi

lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina

sehingga penglihatan dekat jadi terganggu.

D.    Manifestasi klinis

Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur, sakit kepala, silau, dan kadang rasa juling atau lihat ganda. Pasien hipermetropia sering disebut sebagai pasien rabun dekat. Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut astenopia akomodatif. Akibat  terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama melakukan konvergasi dan mata akan seering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau juling ke dalam (Sidarta Ilyas, 2010 : 79).Gejala klinis hipermetropia :a.    subjektif :1)    kabur bila melihat dekat 2)    mata cepat lelah, berair, sering mengantuk dan sakit kepala (astenopia akomodatif).b.    objektif :1)    pupil agak miosis2)    bilik mata depan lebih dangkal (Indriani Istiqomah,  2004 : 206).

2.4 Klasifikasi HipermetropiaHipermetropi dikenal dalam bentuk :a.    hipermetropia manifes

3

Page 4: bab 1

ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia ini terdiri atas hipermetropia absolute ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Hipermetropia manifest didapatkan tanpa sikloplegik dan hipermetropia yang dapat dilihat dengan koreksi kacamata maksimal.  b.    hipermeropia absolutdimana kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif untuk melihat jauh. Biasanya hipermetropia laten yang ada berakhir dengan hipermetropia absolute ini. Hipermetropia manifes yang tidak memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia absolute, sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia absolute adalah hipermetropia manifes. c.    hipermetropia fakultatif dimana kelainan hipermetropia dengan diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kaca mata positif. Pasien yang hanya mempunyai hipermetropi fakultatif akan melihat normal tanpa kaca mata positif yang memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan mendapatkan istirahat. Hipermetropia manifest yang masih memakai tenaga akomodasi disebut sebagai hipermetropia fakultatif. d.    hipermetropia latendimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten seseorang. Makin tua seseorang akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat. e.    hipermetropia total hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia. (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79)

2.7 Penatalaksanaan Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi hipermetropia manifes dimana tanpa sikloplegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal yang memberikan tajaman penglihatan normal.Bila terdapat juling ke dalam atau esotropia diberikan kacamata koreksi hipermetropia total. Bila terdapat tanda atau bakat juling keluar (eksoforia) maka diberikan kacamata koreksi positif kurang.Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila pasien dengan + 3.0 ataupun dengan + 3.25 memberikan ketajaman penglihatan 6/6, maka diberikan kacamata + 3.25. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata. Pada pasien dimana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka sebaiknya pemeriksaan dilakukan dengan memberikan sikloplegik atau melumpuhkan otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamata dengan mata yang istirahat.

4

Page 5: bab 1

Pada pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena matanya masih masih mampu melalukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas. Pada pasien dengan banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada pasien yang telah lanjut, akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan. Pada pasien ini diberikan kacamata sferis positif terkuat yang memberikan penglihatan maksimal. Penyulit yang dapat terjadi pada pasien dengan hipermetropia adalah esotropia dan glaucoma. Estropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot silisr pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata. (Sidarta Ilyas, 2010 : 80-81).

G.    Komplikasi

Dapat terjadi kebutaan.

2.8 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang pada pasien hipermetropia adalah sebagai berikut :a.    refraksi subjektif, metode “trial and error” dengan menggunakan kartu snellen, mata diperiksa satu persatu, ditentukan visus masing-masing mata, pada dewasa dan visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif. Pada anak-anak dan remaja dengan dengan visus 6/6 dan keluhan astenopia akomodasi dikoreksi dengan sikloplegik. b.    Refraksi objektif, retinoskop dengan lensa kerja S +2.00 pemeriksa mengawasi reaksi fundus yang bergerak berlawanan dengan gerakan retinoskop (agains movement) kemudian dikoreksi dengan lensa sferis positif sampai tercapai netralisasi, autorefraktometer (computer). (Indriani Istiqomah, 2004 : 209).

4.1 Pengkajian Melakuakan pengkajian meliputi hal berikut :a.    Data demografiumur, pekerjaan perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak dengan cahaya yang terlalu lama, seperti operator komputer, reparasi jam.b.    Keluhan yang dirasakanpandangan atau penglihatan kabur, kesulitan memfokuskan pandangan, epifora, pusing, sering lelah dan mengantuk dan terjadi astenopia akomodasi yang menyebabkan klien lebih sering beristirahat.c.    Riwayat penyakit keluargaUmumnya didapatkan riwayat penyakit diabetes militusd.    Riwayat penyakit yang lalu. (Indriani N. Istiqomah, 2004 : 208)

4.2 Diagnosa KeperawatanDiagnosa yang dapat diambil pada kasus hipermetropia adalah sebagai berikut :a.    Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan pandangan

5

Page 6: bab 1

b.    Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retinac.    Risiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan (Indriani Istiqomah, 2004 : )

4.3 Intervensi Intervensi dari masing-masing diagnosa di atas adalah sebagai berikut :a.    Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan pandangan Tujuan : 1)    Rasa nyaman klien terpenuhiKriteria hasil :1)    Keluhan klien (pusing, mata lelah) berkurang atau hilang2)    Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan yang terjadi.Intervensi :1)    Jelaskan penyebab pusing, mata lelah. Rasional : mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.2)    Anjurkan klien agar pasien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus. Rasional : mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.3)    Gunakan lampu atau penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca. Rasional : mengurangi silau dan akomodasi berlebihan.4)    Kolaborasi : pemberiaan kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien. b.    Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan kemampuan memfokuskan sinar pada retinaTujuan :1)    Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat 2)    Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan Intervensi :1)    Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional : pengetahuan tentang penyebab mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.2)    Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan. 3)    Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak atau kacamata bantu atau operasi (keratotomy radikal).c.    Risiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatanTujuan :1)    Tidak terjadi cidera.Kriteria hasil :1)    Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cidera2)    Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkunganIntervensi :

6

Page 7: bab 1

1)    Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan. Rasional : perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan risiko cidera sampai klien belajar untukmengkompensasi.2)    Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas. 3)    Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari. Rasional : mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.4)    Gunakan kacamata koreksi atau pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk menghindari cidera (Indriani Istiqomah, 2004 : 208-211).

7

Page 8: bab 1

BAB IIITINJAUAN KASUS

A.    Pengkajian1.      Pengumpulan dataa.       Data Demografi

1)      Biodata

-          Nama : Mr. A

-          Usia : 30 Thn

-          Jenis kelamin : Laki - Laki

-          Alamat : Jln. Gatot Subroto

-          Suku / bangsa : Bugis,Muna/INA

-          Status pernikahan : Menikah

-          Agama / keyakinan : Islam

-          Pekerjaan : Wiraswasta

-          Diagnosa medik : Hipermetropi

-          No. medical record : -

-          Tanggal masuk : -

-          Tanggal pengkajian : -

2)      Penanggung jawab

-          Nama : Ny. H

-          Usia : 27 Thn

-          Jenis kelamin : Perempuan

-          Pekerjaan : Wiraswasta

-          Hubungan dengan klien : Istri

b.      Riwayat Kesehatan

1)      Riwayat kesehatan sekarang

-          Keluhan Utama

Klien mengeluh susah membaca pada jarak dekat.

-          Riwayat Keluhan Utama

Pada saat dilakukan pengkajian klien susah membaca pada jarak dekat, keluhan

ini dirasakan sudah lama, makin hari penglihatanya makin menurun, klien juga

tidak mengetahui penyebap matanya kabur. Dan Upaya yang dilakukan klien

untuk mengurangi keluhannya yaitu menjauhkan bahan bacaan, dan yang

memperberat yaitu ketika membaca dalam waktu yang lama klien mengalami

pusing dan sakit kepala, dengan skala 3 (0-5).

8

Page 9: bab 1

2)      Riwayat kesehatan lalu

-          Klien tidak ada riwayat alergi terjadap makanan dan obat - obatan.

-          Klien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan klien tidak merokok.

3)      Riwayat kesehatan keluarga

-          Menurut klien tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama

dengan klien.

c.       Pemeriksaan fisik

1)      Keadaan umum klien : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital :

Suhu : 37,50 c

Nadi : 100 X/Menit

Pernafasan : 20 X/Menit

Tekanan darah : 120/80 mmHg

2)      Sistem pernafasan

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat sekret, mukosa hidung kering, tidak ada

nyeri tekan pada hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung, bentuk leher

simetris, tidak ada benjolan atau massa, bentuk dada simetris, pernapasan 20

X/Menit, tidak terdengar suara napas tambahan, tidak ada retraksi otot - otot dada.

3)      Sistem kardiovaskuler

Bunyi jantung reguler, perkusi jantung pekak, palpasi denyut nadi terdengar atau

teraba jelas 100 X/Menit, tekanan darah 120/80 mmHg CRT<2 detik, tidak ada

pembesaran area jantung.

4)      Sistem perncernaan

Bentuk lembap, tidak ada stomatitis, jumlah gigi lengkap (32), lidah bebas

bergerak, refleks menelan baik, terdengar peristaltik usus 8x/menit, tidak ada

nyeri tekan pada abdomen, tidak teraba pembesaran hepar dan lien, terdengar

bunyi timpani.

5)      Sistem indra

Mata

9

Page 10: bab 1

Kesulitan membaca tulisan dengan huruf yang kecil, menjauhkan bacaan pada

saat membaca, mampu membedakan warna, bisa menggerakan bola mata

kesegala arah, mata tampak bersih, tidak ada nyeri tekan.

Hidung

-          Mampu membedakan berbagai macam aroma.

-          Tidak ada sekret.

Telinga

-          Tampak simetris, tidak terdapat udem telinga, tidak ada sekret dan bau pada

telinga, mampu membedakan bunyi, Telinga tampak bersih, tidak ada nyeri tekan

pada telinga.

6)      Sistem saraf

-          Nervus I (olvactorius) : Fungsi penciuman baik.

-          Nervus II ( Optikus ) : Penglihatan kabur saat melihat

dekat.

-          Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, troklearis, abdusen )

: fungsi kontraksi terhadap

cahaya baik.

-          Nervus V (Trigeminus) : Dapat merasakan usapan

-          Nervus VII (fasialis) : Mampu merasakan rasa asin,

manis dan pahit.

-          Nervus VIII (Auditorius) : Klien mengatakan tidak

bisa mendengar dengan baik.

-          Nervus IX (Glasofaringeus) : Mampu menelan

-          Nervus X (Vagus) : Mampu bersuara

-          Nervus XI (Assesorius) : Mampu menoleh dan

mengangkat bahu.

-          Nervus XII (Hipoglosus) : Mampu menggerakan lidah.

7)      Sistem muskuloskeletal

-          Ekstremitas Atas

Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4

-          Ekstremitas Bawah

Bentuk simetris kiri dan kanan, pergerakan bebas, kekuatan otot 4/4

10

Page 11: bab 1

8)      Sistem integumen

Warna rambut hitam, penyebaran merata, bersih, tidak mudah rontok, tidak ada

nyeri tekan, tidak ada udema, kuku bersih, suhu 37,5o c.

9)      Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, ginjal tidak teraba.

10)  Sistem perkemihan

Tidak teraba adanya pembesaran ginjal, tidak ada distensi kandung kemih.

d.      Aktivitas Sehari-Hari1)      Nutrisi

Pola makan teratur, frekuensi makan 3 kali sehari, tidak ada makanan pantang.2)      Cairan

Klien mengonsumsi air putih sebanyak 5 – 6 gelas/hari.

3)      Eliminasi ( BAB & BAK )

BAB 1-2X/hari dan BAK tidak menentu.4)      Istirahat Tidur

Klien cepat tidur dan rutin.

5)      Olahraga

Klien sering main bola tapi sejak sakit klien belum berolahraga lagi.

6)      Rokok / alkohol dan obat-obatan

Klien tidak merokok dan mengonsumi alkohol atau obat – obat terlarang lainya.

7)      Personal hygiene

Klien mandi teratur 2x sehari, gosok gigi setiap kali mandi dan keramas 3 kali

seminggu.

e.       Data psikososial

-          Klien hidup rukun dengan sesama anggota masyarakat di lingkunganya dan

saling membutuhkan satu sama yang lain.

f.       Data psikologis

Klien tampak cemas dan gelisah. Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

g.      Data spritual

Klien beragama Islam dan taat beribadah.

2.      Pengelompokan dataData subyektif :

11

Page 12: bab 1

-          Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat

-          Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala.

-          Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.

Data obyektif :

-          Klien tampak cemas dan gelisah

-          Gangguan nervus II (Optikus)

-          Kesulitan membaca huruf pada jarak dekat

-          Menjauhkan bacaan pada saat membaca

-          Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat

-          Skala nyeri 3 (0-5)

3.      Analisa data

No Problem Etilogi Simpton1 2 3 4

1. Nyeri Tidak bisa melihat pada jarak dekat

↓Lensa berakomodasi

terus menerus↓

Kelelahan otot-otot penggerak lensa

↓Nyeri

Ds :        Klien mengatakan

apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala.Do :

        Skala nyeri 3 (0-5)        Ekspresi wajah tampak

meringis

2 Gangguan persepsi sensori : penglihatan

Adanya faktor penyebap

(Sumbu utama bola mata yang terlalu

pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah,

kelengkungan kornea dan lensa tidak

adekuat perubahan posisi lensa)

↓Penurunan retraksi

lensa↓

Cahaya masuk yang melewati lensa jatuh

dibelakang retina↓

Ds :        Klien mengatakan susah

membaca huruf pada jarak dekatDo :

        Kerusakan nervus II (Optikus)

        Kesulitan mebaca tulisan        Menjauhkan bacaan pada

saat membaca        Fungsi penglihatan

menurun pada jarak dekat

12

Page 13: bab 1

Tidak bisa melihat dekat

↓Penurunan penglihatan

↓Gangguan persepsi

sensori : Penglihatan3 Ansietas Penurunan fungsi

penglihatan↓

Perubahan status kesehatan

↓Merupakan stresor

psikologis↓

Ansietas

Ds :        Klien sering menanyakan

tentang penyakitnyaDo :

        Klien tampak cemas dan gelisah

4.      Prioritas masalaha.       Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot

penggerak lensab.      Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan penurunan retraksi

lensac.       Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

B.     Diagnosa Keperawatan1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kelelahan otot – otot

penggerak lensa yang ditandai dengan :Ds :

-          Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit kepala Do :

-          Skala nyeri 3 (0-5)-          Ekspresi wajah tampak meringis.2.      Gangguan persepsi sensori : Penglihatan berhubungan dengan penurunan retraksi

lensa yang ditandai dengan :Ds :

-          Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekatDo :

-          Kerusakan nervus II (Optikus)-          Kesulitan mebaca tulisan-          Menjauhkan bacaan pada saat membaca-          Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat3.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan yang ditandai dengan :

Ds :

13

Page 14: bab 1

-          Klien sering menanyakan tentang penyakitnyaDo :

-          Klien tampak cemas dan gelisah

14

Page 15: bab 1

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa miopi adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di belakang retina. Terjadinya hipermetropia dapat disebabkan karena adanya kelainan pada bola mata yang terlalu pendek, indeks bias yang kurang dan kelengkungan kornea yang kurang. Pasien hipermetropia biasanya mengalami kekaburan jika melihat di jarak yang dekat dan jauh, sakit kepala, silau dan rasa juling.

4.2 Saran Disarankan penderita hipermetropia untuk selalu melakukan perbaikan gizi dengan memperhatikan konsumsi vitamin A, banyak beolahraga dan meminimalkan kerja mata agar tidak mengakomodasikan mata yang dapat memperburuk hipermetropia.

15

Page 16: bab 1

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, Sidarta. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUIIstiqomah, Indriani N. 2004. ASKEP Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC. Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT. Gramedia Vaughan dan Asbury. 2009. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC.

16

Page 17: bab 1

3.      PerencanaanNo. DX Tujuan Intervensi

1. 1 Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu minggu, Kelelahan otot – otot penggerak lensa berkurang.

Tupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, nyeri berangsur-angsur berkurang dengan criteria :

        Klien mengatakan nyeri berkurang        Ekspresi wajah tenang        Nyeri skala 2 (0-5

1.      Observasi keadaan, intensitas nyeri dan tanda-tanda vital

2.      Ajarkan Klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi yang seperti menarik nafas panjang.

3.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic

4.      Kolaborasi untuk pemeriksaan kemampuan otot - otot penggerak lensa.

1.      Dapat membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya

2.      Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien.

3.      Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam.

4.      Penyebap nyeri adalah kelelahan otot – otot penggerak lensa, dengan mengetahui kemampuanya dapat menentukan tindakan selanjutnya.

2 2 Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu minggu, penggunaan retraksi lensa dapat dimaksimalkanTupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, sedikit demi sedikit gangguan penglihatan klien teratasi, dengan kriteria :

        Klien bisa membaca lagi        Penglihatan Jelas

1.      Kaji kemampuan penglihatan dan jarak pandang klien

2.      Anjurkan klien untuk tidak membaca terlalu lama

3.      Berikan penerangan yang cukup

4.      Kolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamata

1.      Dapat membantu untuk menentukan intervensi selanjutnya.

2.      Membaca terlalu lama dapat menyakiti mata

3.      Membantu memperjelas objek

4.      Kacamata membantu memfokuskan bayangan obyek agar tepat jatuh di retina

3 3 Tupan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama dua hari, status kesehatan klien meningkatTupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu hari, ansietas berangsur-angsur berkurang dengan criteria :

        Klien dapat mengerti tentang penyakit yang dideritanya.

        Wajah klien tampak tenang        Klien tidak gelisah

1.      Observasi tingkat kecemasan klien

2.      Dengarkan dengan cermat apa yang di

katakan klien tentang penyakit dan

tindakanya.

3.      Berikan penyuluhan tentang penyakit

klien

1.      Dapat membantu dalam menentukan intervensi

selanjutnya

2.      Mendengar memungkinkan deteksi dan koreksi

mengenai kesalahpahaman dan kesalahan

informasi.

3.      Menambah pengetahuan klien tentang penyakit

yang dideritanya

4.      Implementasi Dan Evaluasi

17

Page 18: bab 1

No. Hari/Tgl

No. Dx

Jam Implementasi Paraf Hari/Tgl

Evaluasi

18

Page 19: bab 1

1 2 3 4 5 6 7 8

1 1 1.      Mengobservasi keadaan,

intensitas nyeri dan tanda-

tanda vital

Hasil : Skala nyeri 3 (0-5)

2.      Mengajarkan Klien untuk

mengalihkan suasana

dengan melakukan metode

relaksasi saat nyeri yang

teramat sangat muncul,

relaksasi yang seperti

menarik nafas panjang.

Hasil : Klien mau

melakukan saat nyeri

datang

3.      Kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian analgesic

Hasil : Paracetamol 500 mg

3 kali satu hari

4.      Kolaborasi dalam

pemeriksaan kemampuan

otot - otot penggerak lensa.

S :        Klien

mengatakan nyeri agak berkurangO :

        Ekspresi wajah tenang

        Nyeri skala 3 (0-5)A :

        Masalah belum teratasi tetapi ada kemajuanP :

        Lanjutkan semua intervensi 1,2,3, ,5

2 2 1.      Mengkaji kemampuan penglihatan dan jarak pandang klienHasil : klien tidak bisa membaca pada jarak dekat.

2.      Menganjurkan klien untuk tidak membaca terlalu lamaHasil : Klien mengerti

3.      Memberikan penerangan yang cukupHasi: menyediakan lampu khusus untuk klien membaca

S :        Klien

mengatakan bisa membaca dari jarak dekat saat memakai kacamataO :

        Bisa membaca pada jarak dekat setelah memakai

19

Page 20: bab 1

4.      Berkolaborasi untuk penggunaan alat bantu penglihatan seperti kacamataHasil : kacamata lensa Positif

kacamataA :

        Masalah teratasiP :

        Hentikan intervensi

3 3 1.      Mengobservasi tingkat kecemasan klienHasil :Cemas ringan

2.      Mendengarkan dengan cermat apa yang di katakan klien tentang penyakit dan tindakanya.Hasil :Klien bercerita tentang penyakitnya

3.      Memberikan penyuluhan tentang penyakit klienHasil : Klien mengerti dengan keadaanya dan mau menerima

S :        Klien

mengatakan sudah mengerti tentang penyakit yang dideritanyaO :

        Tidak gelisah        Ekspresi wajah

tenangA :

        Masalah teratasiP :

        Hentikan intervensi

20

Page 21: bab 1

21