Upload
andi-cubi
View
25
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penerapan metode value engineering pada green building...
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Green building atau yang dikenal sebagai sustainable building merupakan
bangunan yang dikenal ramah terhadap lingkungan dan efisien terhadap sumber
daya. Dimana efisiensi ini melalui siklus hidup bangunan (building’s life cycle)
mulai dari desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan pembongkaran
(Fincher,2010). Penerapan Konsep Green building pada sebuah bangunan
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan. Hal
ini disebabkan bangunan tersebut menggunakan lahan, mengkonsumsi energi dan
air, serta merubah udara dan atmosfer dalam jumlah yang besar. Selain itu,
menurut press release yang dikeluarkan oleh GBCI (Green Building Counsil
Indonesia) pada tanggal 30 September 2010, bangunan gedung, baik dalam proses
pembangunan dan pengoperasiannya menimbulkan dampak terhadap lingkungan
alami. Dampak dari bangunan gedung rata-rata mengeluarkan 30% emisi CO2
(penyebab utama perubahan iklim), 17% air bersih, 25% kayu, 40-50% bahan
mentah lainnya dan 20-40% penggunaan energi (Juan, Gao, Wang, 2010). Adopsi
green building meningkatkan secara global karena kebutuhan untuk mengurangi
konsumsi sumber daya dan kontaminasi selama umur bangunan (Korkmaz, Riley,
Horman, 2010).
Konsep green building seharusnya diintegrasikan dengan proyek sejak awal
sehingga diperoleh hasil yang maksimal dengan biaya yang seefisien mungkin.
Green building dapat diterapkan pada bangunan baru maupun renovasi bangunan
lama. Konsep green building ini merupakan bagian dari respon global untuk
meningkatnya kesadaran manusia atas peran aktivitasnya dalam menyebabkan
perubahan iklim global. ‘Bangunan hijau’ ini mempromosikan bahwa perbaikan
perilaku (dan teknologi) terhadap bangunan dapat banyak berperan dalam
mengatasi pemanasan global. Bangunan menyumbang lebih dari 40% dari seluruh
emisi karbon, yang merupakan salah satu penyebab terjadinya pemanasan global
(Yudelson, 2007).
1
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
2
Saat ini negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, Kanada, dan
Jepang memiliki konstribusi yang sangat besar dalam emisi gas rumah kaca.
Situasi tersebut akan berubah secara drastis dalam waktu dekat. Pertumbuhan
penduduk di China, India, sebagian Asia, Brazil, dan Rusia menyebabkan
pertumbuhan emisi CO2 bertambah dengan cepat. Hal inilah yang membuatnya
sangat penting bahwa seluruh dunia berpartisipasi dalam mengurangi “carbon
footprint” (dampak terhadap lingkungan yang berhubungan dengan jumlah
produksi gas rumah kaca, ukuran dalam unit karbon dioksida) peradaban kota
lebih dari 30 tahun ke depan (Yudelson, 2007). Jika kita tidak fokus pada green
building, maka kita tidak akan memiliki kesempatan untuk mencegah terjadinya
perubahan iklim global.
Konsep green building didorong menjadi trend dunia bagi pengembang
properti saat ini. Bangunan ramah lingkungan menjadi keharusan di dunia properti
saat ini. Hal ini dikarenakan bangunan ramah lingkungan mempunyai konstribusi
menahan laju pemasanan global dengan membenahi iklim mikro (Feriadi, 2008).
Poin terbesar dalam konsep ini adalah penghematan air dan energi serta
penggunaan sumberdaya terbarukan. Bangunan “hijau” dengan kinerja bagus
(high performance green building) mempunyai kinerja lingkungan, ekonomi dan
energi yang lebih baik dari pada bangunan standar (Komrkmaz, Messner, Riley,
Magent, 2010).
Di Amerika Serikat terdapat banyak perusahaan penyuplai energi listrik
dengan berbagai pilihan bahan bakar, termasuk bahan bakar terbarukan.
Pengembang yang memilih energi listrik dari sumber terbarukan akan
memperoleh poin terbesar dalam konsep green building (Yudelson, 2007). Di
banyak negara penerapan konsep green building terbukti menambah nilai jual.
Implementasi konsep green building (yang menghemat energi, air, lahan, material
serta menjaga kesehatan udara dalam ruangan dan mengelola lingkungan secara
bijak) diyakini dapat memberikan konstribusi yang nyata pada fisik dan
lingkungan perkotaan. Kecuali dampak positif pada fisik dan lingkungan
perkotaan, penerapan konsep bangunan hijau juga membumikan prinsip hemat
untuk diterapkan oleh pemilik, penghuni dan pengguna bangunan.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
3
Konsep green building juga mulai diterapkan di Indonesia. Namun
demikian, di Indonesia masih membutuhkan edukasi panjang mengenai konsep
ini. Di Indonesia bahkan muncul anggapan bahwa proyek bangunan ramah
lingkungan itu mahal, sulit, dan tidak feasible secara bisnis (Bangunan, 2008).
Untuk menanggapi hal ini maka suatu proyek bangunan ramah lingkungan harus
direncanakan dengan efisien dan optimal.
Dalam manajemen konstruksi (MK) terdapat suatu disiplin ilmu teknik sipil
yang dapat digunakan untuk mengefisienkan dan mengefektifkan biaya. Ilmu
tersebut dikenal dengan nama value engineering/ rekayasa nilai. Value
engineering pertama kali muncul pada saat Perang Dunia tahun 1939-1945 (Elias,
1998). Pada masa ini, terjadi peningkatan kebutuhan yang tidak diimbangi dengan
persediaan sumber daya yang cukup, baik sumber daya alam maupun sumber daya
manusia (Elias, 1998). Di Indonesia, value engineering merupakan ilmu baru
dalam dunia MK, karena masuk mulai tahun 1980-an. Ilmu ini baru digunakan di
Indonesia pada tahun 1990-an dan baru digunakan pada proyek-proyek tertentu
saja (Ustoyo, 2007).
Value Engineering (VE) merupakan sebuah kreatif, pendekatan yang
terorganisir yang sasarannya adalah untuk mengoptimalkan biaya dan/atau kinerja
dari sebuah fasilitas atau sistem (Dell’Isola, 1974). Pendekatan yang digunakan
diarahkan ke analisis fungsi. Apabila tidak mempunyai sifat-sifat menguntungkan
untuk keperluan tersebut, biaya tersebut dikeluarkan tanpa mengurangi mutu dan
tetap menjaga lindungan lingkungan serta mengutamakan keselamatan
(Dell’Isola, 1974). VE digunakan untuk mencari suatu alternatif-alternatif atau
ide-ide yang bertujuan untuk menghasilkan biaya yang lebih baik/lebih rendah
dari harga yang telah direncanakan sebelumnya dengan batasan fungsional dan
mutu pekerjaan (Dell’Isola, 1974). Selain itu, VE juga dapat digunakan untuk
meningkatkan kinerja, kualitas, dan life cycle cost. Dalam perencanaan VE
biasanya melibatkan pemilik proyek, perencana, para ahli yang berpengalaman
dibidangnya masing-masing, dan konsultan VE (LEED Green Associate Study
Guide, 2011).
LEED Green Associate Study Guide (2011), VE dan Life-Cycle Cost
AnalysIs dapat mendukung perkembangan berkelanjutan yang seharusnya
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
4
digunakan selama perencanaan konseptual, desain, dan konstruksi untuk
mengevaluasi pilihan-pilihan yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan.
Meskipun demikian melakukan VE dan menggunakan Life-Cycle Cost Analysis
selama perencanaan konseptual bukanlah yang biasa dilakukan. Bagaimanapun,
selama fase awal dari sebuah proyek, keputusan memiliki dampak yang sangat
besar pada biaya dan keberlanjutan dari sebuah fasilitas yang dibuat, meliputi
keputusan yang mempengaruhi operasi, perawatan, dan pembuangan. Penerapan
VE ini akan memiliki potensi yang sangat besar dalam perkembangan
berkelanjutan dan penghematan biaya proyek.
Analisis VE dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara
bangunan konvensional dengan bangunan green building. Setelah melakukan
analisis diharapkan dapat mengetahui bahwa penerapan VE pada bangunan green
building akan memberikan evalusi yang tepat mengenai pilihan-pilihan berkaitan
dengan green building.
1.2 PERUMUSAN PERMASALAHAN
Perumusahan masalah merupakan inti dari suatu penelitian. Dari uraian latar
belakang maka dihasilkan rumusan masalah yang akan diketahui penyelesaiannya
pada penelitian ini.
1.2.1 Deskripsi Permasalahan
Menurut Lacouture, Sefair, Florez, Medaglia, (2009), bangunan memiliki
dampak yang terus meningkat dan signifikan terhadap lingkungan. Dalam skala
global, bangunan berkonstribusi terhadap masalah lingkungan melalui penipisan
sumberdaya, konsumsi energi dan air, dan menciptakan sampah. Selain itu,
operasional dari bangunan juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
misalnya konstribusi terhadap pemanasan global dan penipisan lapisan ozon. Oleh
karena itu hendaknya manusia mulai mempertimbangkan untuk membuat
bangunan yang ramah lingkungan atau yang juga dikenal dengan Green Building.
Green building muncul sebagai filosofi baru yang mendorong penggunaan
material ramah lingkungan, implementasi teknik untuk menghemat sumberdaya
dan mengurangi sampah dan meningkatkan kualitas lingkungan indoor. Namun
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
5
demikian, masih banyak orang yang menganggap bangunan ramah lingkungan
lebih mahal jika dibandingan dengan bangunan konvensional. Berdasarkan
deskripsi masalah ini, akan dilakukan identifikasi mengenai komponen-komponen
biaya proyek yang dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode VE.
1.2.2 Signifikansi Masalah
Bangunan memiliki dampak negatif yang sangat besar terhadap lingkungan
misalnya penipisan ozon, pemanasan global, menghasilkan sampah, penipisan air,
konsumsi energi dan lain-lain. Untuk merespon kondisi ini, muncullah konsep
green building. Tetapi banyak pihak yang menganggap bahwa bangunan
berkonsep green building lebih mahal jika dibandingkan dengan bangunan
konvensional menyebabkan banyaknya owner yang masih enggan menerapkan
konsep ini pada bangunan mereka. Oleh karena itu, akan dilakukan studi VE
untuk mengetahui komponen biaya apa yang dapat dioptimalkan dari komponen
biaya green building sehingga diperoleh bangunan yang lebih ramah lingkungan
dengan biaya yang optimal.
1.2.3 Rumusan Masalah
Maka rumusan masalah yang harus dijawab pada penelitian ini adalah
1. Apa saja komponen-komponen biaya pada berpontensi dihemat/
diefisiensikan dengan menggunakan metode value engineering pada proyek
berkonsep green building sehingga diperoleh biaya yang paling efisien.
2. Sejauh mana efisiensi ini bisa diterapkan pada proyek gedung berkonsep
green building.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui komponen-komponen yang berpotensi dihemat/ diefisiensikan
dengan menggunakan metode value engineering pada proyek bangunan
yang menerapkan konsep green building sehingga diperoleh biaya yang
paling efisien.
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
6
2. Mengetahui sejauh mana efisiensi ini bisa diterapkan pada proyek gedung
berkonsep green building.
1.4 BATASAN PENELITIAN
Mengingat luasnya cakupan VE dan untuk tujuan penelitian ini, maka
masalah yang ditinjau dalam penelitian ini adalah bagaimana membuat bangunan
menjadi lebih ramah lingkungan dengan biaya yang seefisien mungkin. Dimana
peninjauan biaya dilakukan menggunaka Life Cycle Cost (LCC). Peninjauan pada
bangunan green building ini dilakukan karena masih jarang ditemui bangunan
berkonsep green building. Padahal jika dilihat kondisi lingkungan saat, penerapan
konsep green building akan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan
akibat pembangunan gedung.
1.5 MANFAAT DAN KONSTRIBUSI
Berdasarkan tujuan penelitian, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan konstribusi, antara lain:
1. Membantu mengidentifikasi komponen-komponen biaya yang dapat
dioptimalkan pada proyek gedung berkonsep green building yang diketahui
lebih ramah terhadap lingkungan sehingga dapat memperkecil terjadinya
pencemaran.
2. Memberikan masukan pada perusahaan konstruksi untuk dapat
mengendalikan biaya pada pelaksanaan proyek yang ramah lingkungan
sehingga termotifasi untuk lebih mengenalkan bangunan yang ramah
lingkungan kepada owner.
1.6 KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian serupa mengenai value engineering telah dilakukan sebelumnya
oleh beberapa peneliti di Indonesia antara lain:
1. Togar P.T Sagala, dalam skripsinya untuk mencapai gelar Sarjana S-1
Taknik Sipil pada Universitas Indonesia tahun 1999, dengan judul
“Tinjauan Penerapan Metoda Value Engineering Pada Pemilihan Jenis
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
7
Pondasi “. Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk menggunakan
metode VE dalam menentukan jenis pondasi dengan menggunakan tabel
perbandingan alternatif yang telah diberi bobot berdasarkan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan sebelumnya dan meletakkan alternatif pilihan sesuai
dengan urutan rangking.
2. Zakki Waston Nusantara, dalam skripsinya untuk mencapai gelar sarjana
S-1 Teknik Sipil Universitas Indonesia tahun 2000, dengan judul “ Optimasi
Biaya Struktur Pelat Lantai Dengan Metode Value Engineering (Studi
Kasus: Proyek Asrama Mahasiswa)”. Dalam skripsi ini dijelaskan bahwa
optimasi biaya berdasarkan studi kasus pada proyek Asrama Mahasiswa UI
adalah dengan menggunakan metode value engineering dengan tujuan
untuk memberikan rekomendasi jenis struktur pelat lantai mana yang
memberikan nilai terbaik antara cast in situ (pelat beton bertulang) dengan
Hollow Core Slab (HCS) untuk digunakan pada proyek ini.
3. Harry S. Tambunan dalam tesisnya untuk mencapai gelar Master pada
Universitas Indonesia tahun 2002, dengan judul “Pengaruh Penerapan
Metode Value Engineering oleh Pihak Kontraktor terhadap Kinerja Biaya
Proyek Konstruksi Bangunan Industri di Wilayah Jabodetabek”. Dimana
dari penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan/keahlian tim value
engineering merupakan salah satu kunci keberhasilan penerapan VE.
4. Reza Mahendra dalam skripsinya untuk meraih gelar sarjana pada
Universitas Indonesia tahun 2003, yang berjudul “Identifikasi komponen
biaya proyek bangunan gedung yang berpotensi untuk dihemat sesuai
hukum Pareto dengan metode value engineering. (Studi kasus: proyek
bangunan gedung Bank BNI)” Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan
bahwa faktor dan langkah-langkah value engineering sebagai cost control
adalah analisis pareto, pemilihan aktifitas kajian, pembuatan model biaya
yang salah satu bentuknya adalah initial cost model, pembuatan diagram
FAST dari aktifitas yang dipilih untuk dikaji; dan pencarian alternatif ide-
ide yang kreatif terhadap aktifitas. Komponen biaya proyek konstruksi
bangunan gedung Bank BNI yang dapat dihemat antara lain pekerjaan
struktur dan pekerjaan elektrikal. Dari pengaturan komponen-komponen
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
8
biaya tersebut, proyek konstruksi bangunan gedung Bank BNI, tidak
sepenuhnya sesuai dengan hukum pareto, dimana biaya kumulatif dari 20%
aktifitas termahal tidak menunjukkan 80% biaya total proyek, melainkan
hanya berkisar 43% - 59% saja.
5. I Wayan Soasti Mantra Yasa dalam skripsi berjudul untuk memperoleh
gelar sarjana pada Universitas Indonesia tahun 2006, dengan judul
“Penghematan biaya pada pekerjaan struktur proyek konstruksi bangunan
bertingkat tinggi dengan metode value engineering. (Studi Kasus: Proyek
Pembangunan Gedung Telekomunikasi Telkomsel)”. Dari penelitian ini
diperoleh kesimpulan bahwa kostruksi beton proyek gedung
Telekomunikasi Telkomsel merupakan item pada pekerjaan struktur yang
berpotensi dilakukan penghematan karena memiliki bobot 74,82% dari total
pekerjaan struktur. Biaya yang berpotensi dihemat adalah sekurang-
kurangnya 18,52% dari desain awal pekerjaan konstruksi beton.
Penghematan biaya tersebut masih berpotensi bertambah karena masih
terdapat biaya-biaya di luar usulan pengganti material, seperti meredesain
struktur karena pengurangan muatan-muatan tetap dari pelat yang diusulkan
sebagai pengganti pelat konvensional. Dan secara keseluruhan
bertambahnya penghematan karena kondisi ekspos dari pelat HCS kepada
pekerjaan finishing dan ME.
6. Tanzil Maharsi dalam skripsinya untuk meraih gelar sarjana S-1 Teknik
Sipil Universitas Indonesia tahun 2008, dengan judul “Studi Value
Engineering Pekerjaan Arsitektur Pada Proyek Rusunami Pulogebang
Dengan Pendekatan Pasar”. Skripsi ini bertujuan untuk melakukan studi
VE pada proyek rusunami dengan menggunakan pendekatan pasar sehingga
diperoleh optimasi anggaran biaya proyek untuk pekerjaan arsitektur
(seperti pekerjaan pinti, jendela, dll).
7. Vincentius Untoro Kurniawan, dalam tesisnya untuk mencapai gelar Master
pada Universitas Inonesia tahun 2009, dengan judul ”Penerapan Value
Engineering dalam Penyelanggaraan Infrastruktur Bidang Ke-PU-an di
Lingkungan Departemen Pekerjaan Umum dalam Usaha Meningkatkan
Efektifitas Penggunaan Anggaran”. Penelitian ini dilakukan dengan
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
9
menggumpulkan data, baik data primer maupun data sekunder dengan
metode pengumpulan data kuesioner, wawancara, pengamatan di lapangan,
dan studi literatur dengan respondennya adalah pengguna jasa (Kepala
Satker, Kepala Balai, PPK) yang melakukan kegiatan fisik di lingkungan
Departemen PU yang tersebar diseluruh Indonesia, yang diambil secara
sampling. Hasil penelitian ini adalah penerapan VE di Lingkungan
Departemen PU masih mengalami beberapa kendala, antara lain
ketersediaan regulasi penerapan VE, jumlah personil yang berkompeten
tentang teknik dan manajemen VE, serta tingkat pendidikan dan komposisi
personil satuan kerja ditinjau dari sebaran disiplin ilmu di bidang jasa
konstruksi, yaitu memenuhi bidang arsitektur, sipil, mekanikal elektrikal,
dan tata lingkungan.
8. Diaz Aszwita, dalam skripsinya untuk mencapai gelar Sarjana S- 1 Teknik
Sipil Universitas Indonesia tahun 2009, dengan judul ´Penerapan Value
Engineering Pada Tahap Desain Arsitektur”. Dalam skripsi ini dilakukan
penelitian besar penghematan yang terjadi, bila VE diterapkan pada awal
desain arsitektur. Penelitian ini merupakan gabungan antara pendekatan
kualitatif dan kuantitatif dengan studi kasus proyek Gedung Sekretariat
Negara, Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VE pada pekerjaan
eksterior, dinding, lantai dan platfon menghasilkan penghematan sebesar
19,11% dari total biaya konstruksi.
9. Leonard Hasudungan dalam skipsinya untuk meraih gela sarjana S-1 Teknik
Sipil Universitas Indonesia tahun 2009, dengan judul “Identifikasi Kegiatan
Pekerjaan Arsitektur Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Yang
Berpotensi Untuk Dihemat Dengan Metode Value Engineering: (Studi
Kasus: Proyek Gedung Gramedia Majalah Kebun Jeruk Dan Proyek
Gedung Telkomsel Buaran)”. Dalam skripsi ini rencana kerja VE dapat
digunakan sebagai cost control bagi pemilik proyek maupun bagi kontraktor
walaupun studi VE dilakukan pada tahap pelaksanaan. Indikasi kegiatan
proyek yang dapat dihemat pada pekerjaan arsitektur adalah pekerjaan
dinding , pekerjaan kusen pintu dan jendela, serta pekerjaan lantai. Dari
peraturan komponen biaya proyek pada pekerjaan arsitektur, biaya
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
10
kumulatif dari 20% aktifitas termahal menunjukkan 56%-60%. Alternatif
pengganti pekerjaan dinding adalah pekerjaan dinding bata+plesteran dan
aci adukan 1:4 dengan tetap mempertahankan fungsi dasar. Pekerjaan ini
dapat digunakan pada proyek Gedung Gramedia Kebun Jeruk maupun pada
proyek Gedung Telkomsel Buaran. Alternatif pengganti pekerjaan lantai
adalah lantai keramik dengan tetap mempertahankan fungsi dasar dapat
digunakan pada proyek Gedung Gramedia Kebun Jeruk maupun proyek
Gedung Telkomsel Buaran. Persentase penghematan akibat perubahan
desain pekerjaan arsitektur pada proyek Gedung Gramedia Kebun Jeruk
adalah 5,58% dan penghematan pada proyek Gedung Telkomsel Buaran
14,51% dari total biaya pekerjaan arsitektur.
10. Herry Priyatno dalam tesisnya untuk mencapai gelar master pada
Universitas Indonesia tahun 2010, dengan judul “Pengoptimalan Penerapan
Value Engineering pada Tahap Desain Bangunan Gedung di Indonesia”
Dari penelitian ini diketahuai bahwa penerapan VE pada tahap desain
bangunan gedung di Indonesia masih belum optimal diman VE belum
dipahami dengan benar dan diterapkan sesuai dengan standar internasional.
Sebagian stakeholder di Indonesia hanya memahami 2 manfaat dari
penerapan VE pada tahap desain bangunan gedung di Indonesia, yaitu
‘meningkatkan efisiensi’ dan ‘nilai proyek yang lebih baik’, dan hanya
memahami 1 faktor kunci sukses penerapan VE yaitu “perencanaan yang
matang dan terstruktur”.
11. Ari Ahmad Affandi dalam skripsinya untuk meraih gelar sarjana S1 pada
Universitas Indonesia tahun 2010, dengan judul “Optimasi Pemanfaatan
Jalan Margonda Raya Depok Dengan Metode Value Engineering”. Dari
penelitian ini, diperoleh kesimpilan berkaitan dengan upaya untuk
mengoptimasi pemanfaatan Jalan Margonda Raya guna mengurangi
kemacetan yang terjadi. Selain itu, dari penelitian ini diketahui bahwa
pendakatan value engineering untuk mengatasi masalah yang ada
menghasilkan dua skenario utama untuk mengatasi permasalahan kejenuhan
yang terjadi yaitu dengan penambahan kapasitas jalan melalui perubahan
geometri jalan dan pengurangan volume lalu lintas dengan menggunakan
Universitas Indonesia
Penerapan value ..., Sri Puji Lestari, FT UI, 2011
11
kendaraan umum berupa busway. Berdasarkan analisa lebih lanjut dengan
VE direkomendasikan bahwa skenario perubahan geometri jalan merupakan
alternatif yang lebih baik.
1.7 KESIMPULAN
Dalam pelaksanaan sebuah proyek, masalah yang berkaitan dengan biaya
sering kali ditemui, apalagi untuk proyek berkonsep green building yang memang
memerlukan biaya yang lebih besar daripada pekerjaan proyek konvensional.
Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik agar dalam pelaksanaan
pekerjaan proyek, peningkatan biaya selama pelaksanaan pekerjaan dapat
diminimalisir. Salah satu caranya ialah dengan mengidentifikasi komponen-
komponen yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya proyek sehingga dapat
dihasilkan penghematan anggaran proyek.