Upload
wisnu-wijayanto
View
219
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skizofrenia
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah gangguan psikiatri berat, dengan prevalensi seumur hidup
sekitar 1 % populasi dunia. Skizofrenia menunjukkan manifestasi gangguan fungsi
berfikir normal. Psikopatologi pada skizofrenia dapat digolongkan kedalam tiga
dimensi, yaitu gejala positif, gejala negative, dan disorganisasi. Gejala positif
meliputi halusinasi, waham, gaduh gelisah, sikap aneh, dan sikap bermusuhan.
Gajala-gejala ini cenderung menyebabkan perawatan dirumah sakit dan mengganggu
kehidupan pasien. Gejala negative meliputi afek tumpul atau datar, menarik diri,
berkurangnya motifasi, miskin kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif,
dan apatis. Gejala-gejala disorganisasi meliputi disorganisasi pembicaraan,
disorganisasi perilaku, serta gangguan dalam pemusatan perhatian dan pengolahan
informasi. Gejala ini dikaitkan dengan hendaya social dan pekerjaan pasien
skizofrenia.1
Beberapa faktor yang diduga berperan dalam etiologi skizofrenia yaitu
komplikasi obstetric, faktor prenatal spesifik (influenza, infeksi virus lain, nutrisi,
inkompatibilitas rhesus, dan stres pre natal), status sosioekonomi, usia orang tus saat
melahirkan penderita skizofrenia, penyalahgunaan zat, cedera otak traumatic, infeksi
virus, stres kehidupan.2
Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ
III), skizofrenia di golongkan menjadi skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik,
skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia
residual, skizofrenia simplek, skizofrenia yang lainnya dan skizofrenia yang tidak
tergolongkan.
1
B. Tujuan
Mengetahui perbedaan skizofrenia tak terinci dan skizofrenia yang laiinya
C. Manfaat
Sebagai informasi mengenai skizofrenia tak terinci dan skizofrenia yang
lainnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Epidemiologi
Skizofrenia adalah masalah kesehatan masyarakat diseluruh dunia
yang paling banyak menimbulkan beban personal ekonomi. Skizofrenia
diderita oleh kurang lebih 1 % populasi dunia. Jika spectrum skizofrenia
dimasukkan dalam perkiraan prevalensi, maka jumlah individu penderita
menjadi sekitar 5%.3
b. Etiologi
Belum diketahui penyebab pasti dan proses bagaimana penyebab
tersebut menyebabkan patofisiologi skizofrenia. Masalah konseptual
penting dalam etiologi skizofrenia adalah apakah merupakan gangguan
neurodevelopmental atau neurodegeneratif.4
c. Diagnosis
Subtype DSM IV
DSM IV menggunakan subtipe skizofrenia yang sama dengan yang
digunakan di dalam DSM III R: tipe paranoid, terdisorganisasi (kacau),
katatonik, tidak tergolongkan (undifferentiated), dan tipe residual. Skema
subtipe DSM IV didasarkan terutama pada presentasi klinis. Subtipe DSM
IV tidak berhubungan erat dengan perbedaan prognosis; perbedaan
prognosis tersebut paling baik dilakukan dengan melihat pada predictor
prognosis spesifik.
Tipe paranoid
Ditandai oleh keasikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau
halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang
mengarah pada tipe terdisorganisasi atau katatonik. Scara klasik,
3
skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham
persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Pasien skizofrenia
paranoid usianya lebih tua daripada pasien skizofrenia terdisorganisasi
atau katatonik jika mengalami periode pertma penyakitnya. Pasien yang
sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan
social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Selain itu,
kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik
dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenia katatonik menunjukkan regresi
yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional, dan
perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenia.
Pasien skizofrenia paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-
hati, dan tak ramah. Mereka juga bersikap bermusuhan atau agresif. Pasien
skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka
sendiri secara adekuat di dalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak
terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak
Tipe Disorganisasi
Tipe disorganisasi yang sebelumnya disebut skizofrenia hebefrenik,
ditandai oleh regresi yang nyata ke perilaku primitif, terdisinhibisi, dan
tidak teratur, dan oleh tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria untuk
katatonik. Onset biasa awal, sebelum usia 25 tahun. Pasien
terdisorganisasi biasanya aktif tetapi dengan cara yang tidak bertujuan dan
tidak konstruktif. Gangguan pikiran mereka adalah menonjol, dan
kontaknya dengan kenyataan adalah buruk. Penampilan pribadinya dan
perilaku sosialanya adalah rusak. Respon sosialnya adalah tidak sesuai,
dan merekasering kali meledak tertawanya tanpa alas an. Meringis dan
seringai wajah adah sering ditemukan pada pasien ini, perilaku tersebut
digambarkan perilaku yang kekanak-kanakan atau bodoh.
4
Tipe Katatonik
Walapun tipe katatonik sering ditemukan dalam bebrapa dekade yang
lalu, sekarang tipe ini jarang ditemukan di Amerika utara dan Eropa. Ciri
kasik dari tipe katatonik adalah gangguan nyata pada fungsi motorik,
yang mungkin berupa stupor, negativism, rigiditas, kegembiraan dan
stupor. Ciri penyerta adalah stereotipik, manerisme, dan flexibilitas lilin
(waxy flexibility). Mutisme sering ditemukan. Selama stupor atau
kegembiraan katatonik, pasien skizofrenia memerlukan pengawasan yang
ketat untuk menghindari perlukaan terhadap dirinya sendiri atau orang
lain. Perawatan medis mungkin diperlukan karena adanya malnutrisi,
kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.
Tipe Tidak Tergolongkan (Undifferentiated type)
Sering kali, pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat mudah
dimasukkan kedalam sub tipe. DSM IV mengklasifikasikan pasien
tersebut sebagai tipe tak tergolongkan.
Subtipe lain
Pembagian subtipe skizofrenia memiliki sejarah yang sangat panjang;
skema pembagian subtype yang lain terdapat dalam literature, khususnya
literature dari Negara selain Amerika Serikat
Bouffee Delirante ( psikosis delusional akut)
Konsep diagnostik prancis ini berbeda dengan diagnostic skizofrenia
terutama dengan dasar durasi gejala kurang dari 3 bulan. Diagnosis ini
sesuai dengan gangguan skizofrenia DSM-IV TR. Klinisi prancis
melaporkan bahwa kurang lebih 40 persen pasien dengan diagnosis
5
bouffee delirante mengalami progesi penyakit dan akhirnya
diklasifikasikan sebagai skizofrenia
Laten
Konsep skizofrenia laten muncul pada suatu waktuketika para teori
memahami gangguan tersebut dalam terminology diagnostic yang luas.
Saat ini, pasien harus mengalami penyakit mental yang sangat parah untuk
ditegakkan sebagai diagnosis skizofrenia. Sebagai contoh skizofrenia laten
merupakan diagnosis yang sering diberikan kepada pasien dengan yang
kini disebut sebagai gangguan kepribadian schizoid dan skizoatipal.
Pasien tersebut menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikir namun
tidak secara konsisten menunjukkan manifestasi gejala psikotik. Dahulu,
sindrom ini juga diistilahkan sebagai skizofrenia ambang.
Oneiroid
Keadaan oneiroid menunjukkan suatu keadaan menyerupai mimpi
ketika pasien mungkin menjadi sangat binggung dan tidak berorientasi
penuh terhadap waktu dan tempat.istilah skizofrenik oneroid digunakan
untuk pasien yang sangat dirasuki pengalaman halusinasi hingga mencapai
eksklusi keterlibatannya didunia nyata. Bila terjadi suatu keadaan oneroid,
klinis seyogjanya memeriksa pasien secara sesama terhadap kemungkinan
adanya kausa medid atau neurologis dari gejala tersebut.
Parafrenia
Istilah ini kadang-kadang digunakan sebagai sinonim skizofreniaq
paranoid atau perjalanan penyakit yang secara progresif memburuk
maupun adanya system waham yang tersistematik baik. Makna ganda
istilah ini membuatnya menjadi tidak efektif untuk mengkomunikasikan
informasi.
6
Skizofrenia pseudoneurotik
Ada kalanya, pasien yang mengalami gejala seperti ansietas, fobia,
obsesi, dan kompulsi, dikemudian hari menunjukkan gejala gangguan
piker dan psikosis. Pasien tersebut ditandai dengan gejala gangguan pikir
dan psikosis. Pasien tersebut ditandai dengan gejala panansietas, panfobia,
panambivalensi, dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tak seperti
orang gangguan ansietas, pasien pseudoneurotik mengalami ansietasyang
mengambang bebas yang jarang menghilang. Dalam deskripsi klinis,
pasien jarang menjadi psikotik secara nyata atau parah. Pasien semacam
ini dalam DSM IV TR kini didiagnosis mengalami gangguan kepribadian
ambang.
Gangguan Deterioratif Simplek (Skizofrenia Simplek)
Gangguan deterioratif simplek ditandai dengan hiking nya hasrat dan
ambisi secara perlahan dan bertahap. Pasien dengan gangguan ini biasanya
tidak menjadi sangat psikotik serta tidak mengalami halusinasi dan waham
persisten. Gejala primernya adalah penarikan diri dari situasi sosial dan
situasi terkait pekerjaan. Sindrom ini harus dibedakan dari depresi, fobis,
demensia, atau eksaserbasi cirri kepribadian. Klinisi sebaiknya
memastikan bahwa pasien benar-benar memenuhi kriteria diagnostik
skizofrenia sebelum menegakkan diagnosis ini. Ganggua deterioratif
simplek tampil sebagai kategori diagnostik pada apendiks DSM IV yang
mengindikasikan perlunya terapi lanjut.
Gangguan Depresi Pascapsikotik pada skizofrenia
Setelah episode skizofrenia akut, beberapa pasien menjadi depresi.
Gejala gangguan depresi pascapsikotik pada skizofrenia dapat sangat
7
menyerupai gejala skizofrenia fase residual dan efeksamping pengobatan
antipsikotik yang biasa digunakan. Diagnosis ini tidak boleh ditegakkan
bila diinduksi zat atau merupakan bagian gangguan mood akibat kondisi
medis umum. Keadaan depresi ini terjadi pada hingga 25% pasien
skizofrenia dan dikatkan dengan peningkatan resiko bunuh diri.
Skizofrenia Awitan Dini
Minoritas kecil pasien menunjukkan manifestasi skizofrenia pada
masa kanak-kanak. Anak semacam ini awalnya menimbulkan masalah
diagnostik, terutama deferensiasinya dari retardasi mental dan gangguan
autistik. Studi kini menetapkan bahwa diagnosis skizofrenia masa kanak-
kanak dapat didasarkan pada gejala yang sama yang digunakan skizofrenia
dewasa. Awitan biasanya perlahan, perjalanan penyakit cenderung kronik,
dan prognosis sebagian tidak begitu baik.
Skizofrenia awitan lambat.
Skizofrenia awitan lambat secara klinis tidak dapat dibedakan dari
skizofrenia, namun memiliki awitan setelah usia 45 tahun. Kondisi ini
cenderung lebih sering tampak pada wanita dan juga cenderung ditandai
dengan predominasi gejala paranoid. Prognosisnya baik, dan pasien
biasanya berespon baik terhadap pengobatan antipsikotik.
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Kirkpatrick B. & Tek C., 2005. Schizophrenia: Clinical Features and
Psychopatology in Kaplan & sadock (ed) Comprehensive Textbook of
Psychiatry, ighth Edition, Lippincott William & wilkins, New York
2. Brown A.S., Bresnahan M., Susser E. S., 2005. Schizophrenia: Environmental
Epidemiology, in Kaplan & sadock (ed) Comprehensive Textbook of
psychiatry, Eighth Edition, Lippincott William & Wilkins, New York.
3. Buchanan R.W. & Carpenter W.T., 2005 Concept of Schizophrenia, in Kaplan
& sadock (ed) Comprehensive Textbook of psychiatry, Eighth Edition,
Lippincott William & Wilkins, New York.
4. Murray R.M & Bramon E., 2005. Developmental Model of Skizophrenia, in
Kaplan & sadock (ed) Comprehensive Textbook of psychiatry, Eighth
Edition, Lippincott William & Wilkins, New York.
10