Upload
dwi-mulia-atikah
View
212
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
NAKES IGD
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arus globalisasi menuntut adanya percepatan pembangunan. Hal ini berakibat
pada besarnya peran kesehatan penduduk untuk mendukungnya. Di lain pihak, berbagai
kondisi masyarakat, termasuk kondisi perekonomian telah menyebabkan tingkat
kesehatan penduduk yang masih rendah. Pada tahun 2010 indeks kesehatan masyarakat
Indonesia menduduki peringkat ke 110 dari 172 negara di dunia. Kondisi kesehatan
masyarakat yang masih rendah merupakan indikasi bahwa rumah sakit masih belum
berfungsi sebagaimana mestinya (Ratnamiasih, 2012).
Rumah Sakit merupakan salah satu sarana upaya kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran strategis
dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai tujuan
pembangunan kesehatan, oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk memberikan
pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan (Wahyuni, 2007).
Rendahnya kualitas SDM kesehatan berimplikasi pada rendahnya kualitas
layanan yang diberikan dan lemahnya daya saing bangsa (Kurniati, 2012).
Menurut Misnaniarti (2010), Sumber Daya Manusia (SDM) dalam sektor
kesehatan merupakan aspek penting karena merupakan input dalam pelaksanaan
program pelayanan kesehatan sebagai bagian dari upaya meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Peranan SDM sebagai input juga sangat menentukan
derajat kesehatan suatu bangsa, yang dapat dilihat dari indikator-indikator
kesehatan. Untuk meningkatkan mutu layanan, maka rumah sakit seharusnya
1
meninjau kembali bagaimana kualitas tenaga kesehatan sebagai sumber daya
penggerak di dalamnya.
Tenaga kesehatan yang memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan
jobdesk-nya tidak dapat menjamin mutu suatu organisasi. Salah satu kultur negatif
yang ada di Indonesia adalah kebiasaan mengagung-agungkan gelar. Orang
bersekolah untuk mendapatkan gelar, bukan untuk mendapatkan kemampuan.
Akibatnya banyak lulusan perguruan tinggi yang asal lulus. Selain itu ada juga
usaha untuk jual beli gelar. Ini semua memperkeruh situasi Sumber Daya Manusia
(SDM) di Indonesia karena menjadi tidak jelas siapa yang sebenarnya memiliki
kompetensi (Yani, 2012).
Kompetensi tenaga kesehatan yang kurang akhirnya menjadi salah satu
penyebab timbulnya kejadian kasus malpraktek medik. Sejak 2006 hingga 2012,
tercatat oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran (MKDKI) sebanyak 182
kasus malpraktek yang terbukti dilakukan dokter di seluruh Indonesia (Wibisono,
2013). Menurut National Health Service (NHS), satu saja kelalaian medik yang
dilaporkan, diperkirakan telah terjadi 25 kelalaian medik yang lain (Chandawila S,
2001). Kelalaian tersebut kemungkinan tidak hanya dilakukan oleh dokter, namun
dapat juga dilakukan oleh tenaga kesehatan lainnya.
Suatu pelayanan kesehatan, sekalipun dinilai dapat memuaskan pasien,
tetapi apabila penyelenggaraannya tidak sesuai dengan kode etik serta standar
pelayanan profesi, bukanlah pelayanan kesehatan yang bermutu. Dengan
perkataan lain, dalam pengertian mutu pelayanan kesehatan tercakup pula
kesempurnaan tata cara penyelenggaraan pelayanan kesehatan tersebut. Mutu
2
suatu pelayanan kesehatan dinilai baik apabila tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang diinginkan (Azwar,
2010).
Untuk menjamin mutu lulusan setiap tenaga kesehatan yang sesuai kode
etik dan standar profesi, pemerintah secara tegas menetapkan peraturan
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun
2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan, bahwa setiap tenaga kesehatan yang
akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki
Surat Tanda Registrasi (STR). Dalam peraturan menteri ini yang dimaksud
dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan
di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan. Menurut Undang-Undang Republlik Indonesia
Nomor 36 pasal 11 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan, yang termasuk tenaga
kesehatan yaitu tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga
kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga
keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga
kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Menurut Kurniati (2012), sertifikasi profesi merupakan sarana peningkatan
kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) demi penguatan daya saing nasional
menciptakan kerangka kerja yang memberikan pengakuan pada keterampilan
kerja individu. Namun kenyataannya dalam penelitian yang dilakukan oleh
Darmayanti (2012) menunjukkan hasil bahwa kompetensi perawat ICU RSU
3
Tabanan dalam kompetensi pengetahuan, kompetensi teknikal dan kompetensi
komunikasi masih kurang.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi kompetensi
tenaga kesehaan di Rumah Sakit Umum Pesawaran Lampung khususnya tenaga
kesehatan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pelayanan pada instalasi atau
unit gawat darurat (IGD) seringkali menunjukkan pamor atau muka rumah sakit,
karena mempunyai sifat yang darurat apalagi termasuk didalamnya kegawatan dan
kedaruratan, sehingga menuntut penyelesaian masalah dan pengambilan
keputusan secara cepat (Sabarguna, 2008). Artinya semakin baik pelayanan di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) maka citra rumah sakit tersebut juga akan semakin
baik. Kabupaten Pesawaran Lampung merupakan daerah pemekaran sehingga
penting melakukan upaya-upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sehingga
tercipta suatu kesejahteraan masyarakat untuk mendukung percepatan
pembangunan di daerah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Arus globalisasi menuntut adanya percepatan pembangunan. Hal ini
berakibat pada besarnya peran kesehatan penduduk untuk mendukungnya. Untuk
menciptakan kesehatan penduduk dibutuhkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
Mutu suatu pelayanan kesehatan dinilai baik apabila tata cara penyelenggaraan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di dalamnya telah sesuai dengan kode etik
serta standar pelayanan profesi yang diinginkan. Keluaran (output) tenaga
kesehatan yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) seharusnya telah
memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah
4
kompetensi tenaga kesehaan di Rumah Sakit Umum Pesawaran Lampung
khususnya tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) telah sesuai
dengan keluaran (output) yang diharapkan. Kabupaten Pesawaran Lampung
merupakan daerah pemekaran sehingga penting melakukan upaya-upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan sehingga tercipta suatu kesejahteraan
masyarakat untuk mendukung percepatan pembangunan di daerah tersebut.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui apakah kompetensi tenaga kesehaan di Rumah Sakit Umum
Pesawaran Lampung khususnya tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) telah sesuai dengan keluaran (output) yang diharapkan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui motif tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Umum Pesawaran Lampung dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
2. Mengetahui sifat tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit Umum Pesawaran Lampung dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
3. Mengetahui konsep pribadi tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pesawaran Lampung dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.
5
4. Mengetahui pengetahuan tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pesawaran Lampung dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.
5. Mengetahui keterampilan tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat
Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pesawaran Lampung dalam
memberikan pelayanan kepada pasien.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ilmu yang diperoleh di bangku
perkuliahan dapat diaplikasikan di lapangan sehingga peneliti mendapatkan
manfaat bukan hanya pengetahuan tetapi di bidang ilmu administrasi kebijakan
kesehatan, terutama mengenai evaluasi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
suatu organisasi.
1.4.2 Manfaat bagi Fakultas
Adapun manfaat yang dapat diterima oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya dari penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan
mengenai ilmu administrasi kebijakan kesehatan, terutama mengenai
evaluasi Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu organisasi.
2. Menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya di masa mendatang.
1.4.3 Manfaat bagi Instansi
Manfaat penelitian bagi instansi (Rumah Sakit Umum Pesawaran
Lampung) adalah pihak instansi memperoleh gambaran dan informasi mengenai
6
kompetensi tenaga kesehatan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) sehingga
instansi dapat melakukan upaya pengembangan pada tenaga kesehatan di
dalamnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1 Ruang Lingkup Lokasi
Penelitian akan dilaksanakan di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Rumah Sakit Umum Pesawaran Lampung.
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret 2015
1.5.3 Ruang Lingkup Materi
Lingkup materi penelitian ini yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
hal ini adalah tenaga kesehatan dan standar kompetensi yang diukur melalui
indikator keluaran (output) dari penyelengaraan uji kompetensi tenaga kesehatan.
7
Ratnamiasih, Ina. 2012, ‘Kompetensi SDM dan Kualitas Pelayanan Rumah Sakit’,
Jurnal Trikonomika [on line], Vol. 11, No. 1, pp 49-57. Dari :
http://download.portalgaruda.org [18 Februari 2015]
Misnaniarti. 2010, ‘Aspek Penting Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia (Sdm) Kesehatan Di Era Desentralisasi’, Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat, [on line] Vol. 1, No.1, pp 12-19. Dari :
http://www.jikm.unsri.ac.id [18 Februari 2015]
Yani, M. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Chandawila, Wila. 2001. Hukum Kedokteran. Bandung: Bandar maju.
Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Bina Rupa
Aksara.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Jakarta:
Menkes RI.
Presiden RI. 2014. Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 36 pasal 11 tahun
2014 tentang tenaga kesehatan. Jakarta: Presiden RI.
8
Yahya, Amiruddin. 2014. Evaluasi kompetensi tenaga keperawatan di rumah sakit
Islam Bogor. [on line] Dari : http://lib.ui.ac.id [18 Februari 2015]
Wibisono, SG. 2013. Sampai Akhir 2012, Terjadi 182 Kasus Malpraktek. Tempo.
25 Maret 2013
Sabarguna, Boy S. 2009. Enterprise Resource Planning di Rumah Sakit. Jakarta:
Sagung Seto.
Wahyuni, Sri. 2007. Analisis Kompetensi Kepala Ruang Dalam Pelaksanaan
Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Perawat Dalam Mengimplementasikan Model Praktik
Keperawatan Profesional Di Instalasi Rawat Inap Brsud Banjarnegara.
[on line] Dari: http://eprints.undip.ac.id [27 Februari 2015]
Darmayanti, Ni Nyoman Tri dan Puput Oktamianti. 2013. Analisis Kompetensi
Perawat Ruang Intensif (Intensive Care Unit) Rumah Sakit Umum Tabanan
Tahun 2013. [on line] Dari : http://jurnalsdmk.observatorisdmkindonesia.org
[27 Februari 2015]
Kurniati, Anna dan Feriy Efendi. 2012. Kajian SDM Kesehatan di Indonesia. Jakarta:
Salemba Medika.
9