Upload
vunhi
View
226
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan
Dengan jumlah pelanggan mencapai 5 milyar di seluruh dunia
telekomunikasi seluler sudah menjadi kebutuhan oleh semua orang. Di Indonesia
sendiri telekomunikasi seluler adalah bisnis yang sangat menjanjikan. Paling tidak
sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia hampir semuanya sudah menggunakan
ponsel.
Di industri telekomunikasi terdapat dua kelompok perusahaan besar yaitu
sekelompok perusahaan yang berfokus pada produksi telepon seluler seperti
Nokia, BlackBerry, Apple dan Samsung. Di sisi lainnya terdapat sekelompok
perusahaan yang berfokus pada penyediaan infrastruktur jaringan. Gambar 1.1
menunjukkan ada tiga kelompok besar penyedia infrastruktur jaringan yaitu
vendor, operator dan subkontraktor.
Vendor adalah perusahaan penyedia produk-produk jaringan
telekomunikasi dan juga layanan-layanan untuk pemeliharaan jaringan. Operator
memiliki lisensi frekuensi dan menjual layanan telekomunikasi (suara, SMS dan
data) kepada masyarakat. Subkontraktor bertugas membantu vendor dan operator
untuk memperlancar operasionalnya. Pemerintah bertindak sebagai regulator yang
bertugas mengatur alokasi frekuensi bagi tiap-tiap operator, memastikan bahwa
setiap operator memberikan layanan terbaiknya bagi masyarakat dan
mengeluarkan regulasi yang mendukung perkembangan usaha di bidang
2
telekomunikasi juga melakukan test dan ujicoba bagi produk-produk
telekomunikasi yang masuk ke Indonesia (Wardhana, 2011).
Gambar 1.1 Kelompok penyedia infrastruktur jaringan
1.1.1 Operator Telekomunikasi Seluler
Telekomunikasi seluler di Indonesia dirintis pada tahun 1984, teknologi
seluler yang digunakan saat itu adalah NMT (Nordic Mobile Telephone).
Beberapa saat kemudian muncul teknologi seluler generasi pertama (1G) yang
dikenal dengan nama AMPS (Advanced Mobile Phone System).
Proyek awal untuk GSM dilakukan pada tahun 1993 oleh PT Telkom
Indonesia. Pada tahun 1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul
sebagai operator GSM pertama di Indonesia. Setahun kemudian didirikan
Telkomsel sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia dan dua tahun
kemudian didirikan PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata)
yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga.
3
1984 Teknologi NMT-450 (Nordic Mobile Telephone) yang menggunakan frekuensi 450 MHz oleh PT Telkom Indonesia & PT Rajasa Hazanah Perkasa 1985 1G : Teknologi AMPS (Advanced
Mobile Phone System, mempergunakan frekuensi 800 MHz) dioperasikan oleh empat operator: PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo Panca Sakti, dan PT Telekomindo Prima Bakti, serta PT Telkom Indonesia
1967 PT Indonesian Satellite Corporation Tbk (Indosat, sekarang PT. Indosat Tbk) didirikan memulai usahanya pada 1969 dalam bidang layanan telekomunikasi antarnegara
1993 2G : Pilot-project 2G (GSM) oleh PT Telkom Indonesia. On-air 3 BTS (Base Transceiver Station), yaitu satu di Batam dan dua di Bintan
1994 PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) muncul sebagai operator GSM pertama di Indonesia
1995 Telkomsel didirikan sebagai operator GSM nasional kedua di Indonesia
1996 PT Excelcomindo Pratama (Excelcom, sekarang XL Axiata) yang berbasis GSM muncul sebagai operator seluler nasional ketiga
1997
Produk prabayar pertama oleh Simpati (Telkomsel)
2001
Layanan SMS diperkenalkan
2.5G : Indosat mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (Indosat-M3), yang kemudian menjadi pelopor layanan GPRS (General Packet Radio Service) dan MMS (Multimedia Messaging Service) di Indonesia. 2002
Pemerintah Indonesia melepas 41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (SingTel).
Flexi hadir sebagai operator CDMA pertama di Indonesia, di bawah pengawasan PT Telkom Indonesia, menggunakan frekuensi 1.900 MHz dengan lisensi FWA (Fixed Wireless Access)
2003 PT Radio dan Telepon Indonesia (Ratelindo) berubah nama menjadi PT Bakrie Telecom dan meluncurkan produk esia sebagai operator CDMA kedua berbasis FWA, yang kemudian diikuti dengan kehadiran Fren sebagai merek dagang PT Mobile-8 Telecom.
2004 Telkomsel meluncurkan layanan EDGE (Enhanced Data Rates for GSM Evolution) yang sanggup melakukan transfer data dengan kecepatan sekitar 126 kbps (kilobit per detik) 2006
3G : Tiga operator telepon seluler ditetapkan sebagai pemenang untuk memperoleh lisensi layanan 3G Telkomsel, XL dan Indosat. Dan pada akhir tahun yang sama, ketiganya meluncurkan layanan 3G secara komersial. 2008
4G : Dirjen Postel menetapkan frekuensi 2.3 Ghz, sebagai frekuensi yang akan ditempati WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) di Indonesia. 2009
2010 Lima operator mengantongi lisensi 4G WiMAX yaitu : Telkom, Indosat Mega Media, Berca, Jasnita dan First Media
Telkomsel memperoleh second carrier untuk jaringan 3G nya dan mengimplementasi High Speed Packet Access (HSPA+) yang sanggup melakukan transfer data dengan kecepatan sampai 21 Mbps.
Gambar 1.2 Perkembangan operator telekomunikasi seluler di Indonesia
4
Sampai saat ini teknologi telekomunikasi seluler sudah sampai pada
generasi keempat (4G). Gambar 1.2 menjelaskan bagaimana perkembangan
operator telekomunikasi seluler di Indonesia.
Di indonesia sampai saat ini telah beroperasi 10 operator seluler. Beberapa
operator menggunakan teknologi jaringan GSM dan beberapa operator lain
menggunakan jaringan CDMA. Tabel 1.1 menunjukkan operator-operator seluler
di Indonesia dan teknologi seluler yang digunakan.
Tabel 1.1 Operator telekomunikasi di Indonesia sampai tahun 2013
Operator Produk Jaringan Bakrie Telecom Esia CDMA 800MHz Hutchison 3 GSM
Indosat
IM3, Indosat Matrix, Indosat Mentari GSM StarOne CDMA 800MHz
Mobile-8 Fren, Mobi dan Hepi CDMA 800MHz Natrindo Axis GSM Sampoerna Telekom Ceria CDMA 450MHz Smart Telecom Smart CDMA 1.900MHz Telkom Flexi CDMA 800MHz
Telkomsel Kartu AS, Kartu HALO dan Simpati GSM
XL Axiata XL GSM Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Telekomunikasi_seluler_di_Indonesia
Sampai tahun 2013 operator dengan teknologi GSM lebih menguasai pasar
dibandingkan operator dengan teknologi CDMA. Pangsa pasar terbesar dikuasai
oleh tiga operator dengan teknologi GSM yaitu Telkomsel, Indosat dan XL
Axiata.
Penetrasi pelanggan seluler terus naik dari tahun 2007 sebesar 37,16 %
sehingga menjadi 83,23% pada tahun 2011. Penetrasi pelanggan ini dihitung dari
5
jumlah pelanggan dari ketiga operator besar di Indonesia dibandingkan dengan
jumlah penduduk di Indonesia. Tabel 1.2 menunjukkan jumlah pelanggan tiga
operator seluler terbesar di Indonesia. Tabel 1.3 menunjukkan besarnya penetrasi
pelanggan dari tiga operator besar di Indonesia.
Tabel 1.2 Jumlah pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia
Operator Jumlah Subscriber (dalam jutaan) 2007 2008 2009 2010 2011 Telkomsel 47,8 65,3 81,6 94,0 107 Indosat 23,9 36,5 33,1 43,2 51,7 XL 15,4 26,0 31,4 40,4 46,3 Total Susbcriber 87,1 127,8 146,1 177,6 205,0 Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
Tabel 1.3 Penetrasi pelanggan tiga operator seluler terbesar di Indonesia
Operator Subscriber Penetration (dalam jutaan kecuali presentase)
2007 2008 2009 2010 2011 Populasi Penduduk Indonesia (dalam juta) 234,4 237,5 240,4 243,3 246,3 Pengguna Telepon Seluler (dalam juta) 87,1 127,8 146,1 177,6 205,0 Penetrasi Pelanggan 37,16% 53,81% 60,77% 72,98% 83,23%
Dari laporan keuangan tiga operator besar di Indonesia ketiga operator
besar Indonesia terus mengalami kenaikan pendapatan tiap tahunnya. Tabel 1.4
memperlihatkan di tahun 2011 Telkomsel sebagai operator terbesar di Indonesia
mampu meraup pendapatan sebesar 48,7 trilyun rupiah, Indosat memperoleh
pendapatan 20,5 trilyun rupiah dan XL memperoleh pendapatan 18,9 trilyun
rupiah. Dari sisi efisiensi operasional XL termasuk operator yang berhasil dimana
memperoleh keuntungan bersih (pendapatan setelah dikurangi beban operasional,
pajak, bunga dan depresiasi) lebih besar daripada Indosat meskipun
6
pendapatannya lebih kecil seperti terlihat pada Tabel 1.5. Dari data-data tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebenarnya bisnis telekomunikasi masih sangat besar
kesempatannya.
Tabel 1.4 Revenue tiga operator besar Indonesia tahun 2007 - 2011
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
Tabel 1.5 Net margin tiga operator besar Indonesia tahun 2007 - 2011
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
1.1.2 Arsitektur Jaringan Operator Seluler
Jaringan operator seluler terdiri dari elemen-elemen rumit yang
memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi secara bergerak. Gambar 1.3
berikut menjelaskan elemen-elemen jaringan pada operator seluler.
Operator Revenue (dalam milyar rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 Telkomsel 39.171 40.291 44.443 45.567 48.733 Indosat 16.873 19.211 18.842 19.796 20.576 XL 8.365 12.156 13.880 17.637 18.921
Operator Net Margin (dalam milyar rupiah) 2007 2008 2009 2010 2011 Telkomsel 13.624 11.422 13.16 12.362 12.824 Indosat 2.042 1.878 1.498 647 835 XL 251 -15 1.709 2.891 2.830
7
Gambar 1.3 Arsitektur jaringan seluler
Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network
Elemen jaringan operator seluler terdiri dari tiga bagian besar yaitu Base
Station System (BSS), Network Switching System (NSS), Operation &
Maintenance System (OMS). Setiap bagian besar tersebut akan terbagi lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil lagi.
1. Base Station System (BSS) merupakan bagian dari jaringan yang
menyediakan interkoneksi dari MS ke peralatan dasar switching. Tabel 1.6
dibawah menjelaskan bagian-bagian dari BSS.
8
Tabel 1.6 Bagian-bagian dari Base Station System (BSS)
Elemen Jaringan Fungsi
Base Station Controller (BSC)
BSC membawahi satu atau lebih BTS serta mengatur trafik yang datang dan pergi dari BSC menuju MSC atau BTS. BSC juga mengatur manajemen sumber radio dalam pemberian frekuensi untuk setiap BTS dan mengatur handover.
Base Transceiver Station (BTS)
BTS merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada MS. Dalam BTS terdapat kanal trafik yang digunakan untuk komunikasi.
Transcoder Transcoder berfungsi untuk translasi MSC dari 64 Kbps menjadi 16 Kbps dan juga untuk efisiensi kanal trafik.
Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network
2. Network Switching System (NSS) berfungsi sebagai switching pada
jaringan GSM, manajemen jaringan dan sebagai antarmuka antara jaringan
GSM dengan jaringan lainnya. Tabel 1.7 dibawah menjelaskan bagian-
bagian dari NSS.
Tabel 1.7 Bagian-Bagian dari Network Switching System (NSS)
Elemen Jaringan Fungsi
Mobile Switching Center (MSC)
MSC didesain sebagai switch ISDN (Integrated Service Digital Network) yang dimodifikasi agar berfungsi untuk jaringan seluler. MSC juga dapat menghubungkan jaringan seluler dengan jaringan fixed phone.
Home Location Register (HLR)
HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain: layanan pelanggan, service tambahan, serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir.
9
Visitor Location Register (VLR)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.
Authentication Center (AuC)
AuC berisi database yang menyimpan informasi rahasia yang disimpan dalam bentuk format kode. AuC digunakan untuk mengontrol penggunaan jaringan yang sah dan mencegah pelanggan yang melakukan kecurangan.
Equipment Identity Register (EIR)
Merupakan database terpusat yang berfungsi untuk validasi International Mobile Equipment Identity (IMEI).
Inter Working Function
Berfungsi sebagai interface antara jaringan GSM dengan jaringan ISDN.
Echo Canceller Digunakan untuk sambungan dengan PSTN, berfungsi untuk mengurangi echo (gema).
Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network
3. Operation & Maintenance System (OMS) bagian ini mengizinkan network
provider untuk membentuk dan memelihara jaringan dari lokasi sentral.
Tabel 1.8 dibawah menjelaskan bagian-bagian dari OMS.
Tabel 1.8 Bagian-bagian dari Operation & Maintenance System (OMS)
Elemen Jaringan Fungsi
Operation and Maintenance Centre
(OMC)
OMC sebagai pusat pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan. Fungsi utamanya mengawasi alarm perangkat dan perbaikan terhadap kesalahan operasi.
Network Management Centre
(NMC)
Berfungsi untuk pengontrolan operasi dan pemeliharaan jaringan yang lebih besar dari OMC.
Sumber : Siemens GSM Public Land Mobile Network
10
1.1.3 Pertumbuhan Jaringan Operator
Data pertumbuhan BTS menunjukkan besarnya kebutuhan akan teknisi
profesional untuk mendukung terus berkembangnya layanan operator. Menurut
data yang diambil dari laporan tahunan tiga operator terbesar di Indonesia (PT
Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk) seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1.9 jumlah total BTS terus bertambah setiap tahunnya
dari total sejumlah 42.139 BTS pada tahun 2007 menjadi 90.149 BTS pada tahun
2011. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat mencapai 110.738 BTS di
akhir tahun 2013. Jumlah ini belum termasuk BTS dari operator lainnya seperti
PT Hutchison Charoen Pokphand Telecom (HCPT) yang mengoperasikan
jaringan Tri, PT AXIS Telekom Indonesia, PT Bakrie Telecom Tbk dan PT
Smartfren Telecom Tbk.
Tabel 1.9 Jumlah BTS tiga operator seluler terbesar di Indonesia
Operator Jumlah BTS 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Telkomsel 20858 26872 30992 36557 42623 47545 52811 Indosat 10124 13662 16353 18108 19253 22253 23887 XL 11157 16729 19349 22191 28273 30787 34040 Jumlah BTS 42139 57263 66694 76856 90149 100585 110738
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
Pertumbuhan BTS per tahun bervariasi di setiap operator. Pertumbuhan
terbesar dilakukan oleh PT Telkomsel Seluler dengan rata-rata pertambahan
sekitar 5441 BTS per tahunnya. Di tahun 2011 penambahan besar-besaran
dilakukan oleh PT XL Axiata Tbk sebesar 6082 BTS seperti terlihat pada tabel
1.10. Dengan jumlah pertumbuhan yang besar setiap tahunnya dan juga proses
yang panjang dari kegiatan survey awal sampai BTS Acceptance, RF Engineer
11
bertindak sebagai Planner dan juga Optimizer. Planner bertugas untuk
menentukan titik lokasi mana saja yang perlu dibangun BTS dan Optimizer
bertanggungjawab untuk mengoptimalisasikan BTS agar bisa menyediakan
layanan yang memuaskan bagi pelanggan.
Tabel 1.10 Jumlah pertambahan BTS tiga operator seluler terbesar di Indonesia
Operator Pertambahan BTS per tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata 2008 - 2011
Telkomsel 6014 4120 5565 6066 4922 5266 5441 Indosat 3538 2691 1755 1145 3000 1634 2282 XL 5572 2620 2842 6082 2514 3252 4279 Jumlah Pertambahan BTS 15124 9431 10162 13293 10436 10152 12003
Sumber : Laporan Tahunan PT. Telekomunikasi Seluler, PT Indosat Tbk, PT XL Axiata Tbk
12
Gambar 1.4 Bermacam-macam jenis Base Transceiver Station (BTS) sebagai salah satu bagian dari BSS. 1. BTS Greenfield dengan struktur berkaki empat,
biasanya untuk BTS dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah rural 2. BTS Greenfield dengan struktur berkaki tiga, lebih hemat tempat dan cocok untuk daerah perkotaan 3. BTS kamuflase yang menyerupai pohon untuk keindahan
estetika 4. BTS monopole 5. Ericsson Tower Tube, tower yang ramah lingkungan. 6. BTS yang difungsikan juga sebagai lampu penerangan
13
1.1.4 Vendor Telekomunikasi Seluler
Ada tiga vendor besar dunia yang menguasai pabrikasi untuk peralatan-
peralatan jaringan seluler termasuk didalamnya adalah BTS. Ketiga vendor
tersebut adalah Ericsson, NSN (Nokia Siemens Networks) dan Huawei.
Dibandingkan dengan operator Indonesia, vendor penyedia peralatan
telekomunikasi pendapatannya jauh lebih besar karena cakupan pasar yang
menjangkau sampai seluruh dunia. Tabel 1.11 dan tabel 1.12 menunjukkan
laporan keuangan yang dikumpulkan dari tiga vendor besar Ericsson masih
memimpin berpendapatan terbesar pada tahun 2011 diikuti oleh Huawei dan
Nokia Siemens Networks. Huawei melaju sangat cepat dan hampir mengalahkan
perusahaan-perusahaan dari Eropa yang sudah lama mengusai teknologi
telekomunikasi. Nokia Siemens Networks yang berawal dari merger dua divisi
besar yaitu Nokia Networks dan Siemens Communication ternyata tidak dapat
menghasilkan keuntungan yang signifikan dan terus merugi semenjak 2007.
Tabel 1.11 Revenue tiga vendor besar dunia tahun 2007 - 2011
Vendor
Revenue (dalam juta dollar) 2007 2008 2009 2010 2011
Ericsson 28.167,00 31.339,50 30.971,55 30.502,20 34.038,15 NSN 17.812,69 20.360,97 16.723,42 16.839,13 18.674,53 Huawei 14.744,80 19.692,80 23.457,12 29.207,68 32.628,64
Sumber : Annual Report Ericsson (Telefonaktiebolaget L. M. Ericsson), Huawei Technologies Co. Ltd., Nokia Corporation.
14
Tabel 1.12 Rugi / laba tiga vendor besar dunia tahun 2007 - 2011
Vendor
Rugi/Laba (dalam juta dollar)
2007 2008 2009 2010 2011
Ericsson 3320,25 1750,05 619,05 1685,25 1885,35 Nokia Siemens Networks -1739,64 -400,33 -2179,87 -912,38 -399 Huawei 2022,56 1262,56 3040,16 3954,56 1863,52
Sumber : Annual Report Ericsson (Telefonaktiebolaget L. M. Ericsson), Huawei Technologies Co. Ltd., Nokia Corporation.
Selain menjual produk yang berhubungan dengan jaringan seluler ketiga
vendor tersebut juga memberikan jasa kepada operator-operator yang membeli
produknya antara lain adalah jasa konsultan RF Planning and Optimization.
Dengan semakin berkembangnya dan rumitnya jaringan maka jasa pelatihan dan
training untuk RF Planning and Optimization-pun semakin dibutuhkan baik oleh
vendor maupun oleh operator. PT Floatway Systems menangkap peluang ini
dengan mendirikan pusat pelatihan yang berfokus pada teknologi jaringan seluler.
1.1.5 Perusahaan Penyedia Jasa Training di Industri Telekomunikasi
Seluler
Masih sedikit sekali perusahaan yang berasal dari Indonesia yang
menggeluti jasa training di bidang teknik telekomunikasi seluler. Berikut beberapa
perusahaan yang bergerak dalam bidang training atau pengembangan kompetensi
di bidang teknik telekomunikasi seluler baik dari luar maupun dalam negeri (lihat
Tabel 1.13).
15
Tabel 1.13 Perusahaan yang bergerak di jasa training teknik telekomunikasi
No Nama Perusahaan Layanan Training
Kantor Pusat
1 Aircom International
GSM, GPRS, UMTS, HSPA+ dan LTE Inggris
2 Award Solutions, Inc
4G, HSPA+, LTE, EPC, LTE-Advanced, TD-LTE, VoLTE, Cloud Computing, M2M, UCC, IP Convergence, IPv6, MPLS dan IMS
Amerika Serikat
3 Telecoms Academy
Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi Inggris
4 Pinnacle Learning Center
Manajemen Proyek, Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi
Indonesia, Malaysia, Singapura
5 TECHCOM Consulting GmbH
Bisnis dan Teknik di bidang Telekomunikasi Jerman
6 COMMTECH Training Center
IT dan Telekomunikasi Indonesia
7 Think Corp GSM, CDMA, WCDMA Indonesia 8 PT. Bandung
TalentSource IP Network, Blended English, Mobile Communication, Multimedia Training, Project Management, Telecom Mini MBA
Indonesia
Sumber : Diolah dari penulis
1.2 Lingkungan Internal Perusahaan
1.2.1 Cikal Bakal Berdirinya Perusahaan
Perusahaan PT. Floatway Systems (www.floatway.com) didirikan pada
bulan Juni 2010 oleh empat pendiri yang memiliki latar belakang sama yaitu
lulusan Teknik Elektro. Pada awalnya floatway didirikan atas dasar keinginan
para pendirinya agar riset yang telah dilakukan di bangku perkuliahan (khususnya
di bidang teknik elektro) berkelanjutan menjadi sebuah produk jadi yang dapat
dikomersialkan dan bermanfaat bagi masyarakat. Beberapa hasil riset pendiri
floatway telah memenangkan penghargaan inovasi produk baik secara nasional
dan internasional, salah satunya memenangkan kompetisi Indosat Telco Project
16
Competition 2005 dan Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC 2007). Tetapi
keberlanjutan ide dalam kompetisi tersebut akhirnya punah begitu saja. Disinilah
tujuan floatway didirikan, diharapkan dapat menjadi wadah yang menampung
kreatifitas-kreatifitas generasi muda di Indonesia.
Gambar 1.5 Para pendiri PT. Floatway Systems kiri ke kanan : Lingga Wardhana, Deni Rosiska, Rakhmad Fajar, Chairil Wahyana
PT. Floatway Systems didirikan Juni 17 Mei 2010 di Bekasi berdasarkan
akta notaris nomor 39.- oleh notaris Hj. Tuti Alawiyah,SH yang terletak di Ruko
Naga Swalayan Blok A No.2 Jl. Raya Sultan Agung KM. 27 Medan Satria,
Bekasi kode pos 17132. Kantor dan workshop PT. Floatway Systems terletak di
Cipinang Elok Blok BJ No 2C Cipinang Jakarta Timur. Bagi para pendiri bulan-
bulan awal mendirikan perusahaan adalah hal yang sulit. Meskipun dengan
semangat tinggi sama seperti yang lainnya rata-rata entrepreneur yang baru
memasuki dunia bisnis para pendiri tidak memiliki strategi untuk berbisnis.
Ditambah lagi latar belakang yang sama bukanlah sesuatu yang bagus bagi sebuah
organisasi. Keberagaman kadang lebih baik dalam sebuah organisasi. Karena
17
sebuah organisasi meskipun kecil membutuhkan bagian keuangan, marketing,
sales dan pengetahuan mengenai manajemen Pembagian kerja pun dilakukan
diantara pendiri ada yang mengurusi bagian teknis dan ada yang mengurusi
manajemen.
Pada awalnya para pendiri antusias bahwa penjualan produk hasil riset
bisa menjadi sumber penghasilan perusahaan. Ternyata riset membutuhkan biaya
yang besar dan waktu yang lama untuk memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu
diputuskan untuk menambah pemasukan perusahaan dengan meluncurkan jasa
training teknik telekomunikasi dimana sebagian pendiri sudah berpengalaman di
bidang telekomunikasi lebih dari lima tahun. Solusi dari permasalahan tersebut
adalah kedua kegiatan berjalan seiringan sehingga ada dua divisi yang berjalan di
floatway yaitu divisi produk dan divisi training teknik telekomunikasi.
1.2.2 Divisi Produk
Kebetulan salah satu pendiri yang berfokus di solusi hardware mendapat
proyek sebuah produk instrumentasi industri. Proyek yang sebelum floatway
didirikan sudah sering ditanganinya. Proyek ini memberikan kesempatan bagi
floatway untuk melangkah. Meskipun banyak kendala terjadi saat melakukan
project delivery, proyek ini menghubungkan floatway ke proyek-proyek
selanjutnya selama tahun 2011. Banyak riset yang dilakukan di divisi ini terutama
dalam pembuatan dan pengembangan produk. Produk yang dibuat adalah alat
untuk tes kualitas kabel di produksi sepeda motor. Target pasar utama produk ini
adalah perusahaan subkontraktor penyedia kabel bagi perusahaan motor seperti
Honda, Kawasaki, Suzuki dan Yamaha. Produk ini menjadi produk utama
18
floatway di bidang solusi hardware. Di pasaran sudah terdapat produk sejenis
yang dibuat oleh negara Jepang dan Taiwan. Harga yang lebih ekonomis dengan
fungsionalitas yang lebih unggul diharapkan menjadi brand equity produk
floatway dibandingkan produk-produk lainnya. Sebelum PO (Project Order)
dikeluarkan oleh customer, diskusi yang intensif dengan customer sangat
diwajibkan. Dalam pemasaran produk B2B komunikasi intensif ke customer
adalah sangat penting untuk bisa sukses memenangkan hati customer. Dengan
pertemuan yang insentif akhirnya perusahaan dapat menciptakan produk yang
dapat menghemat proses produksi customer sehingga customer pun terbantu
dengan waktu pengechekan yang menjadi lebih cepat. Produk circuit checker
ditunjukkan pada gambar 1.6 dibawah ini.
Gambar 1.6 Produk utama PT. Floatway Systems Streamline circuit tester dan bulb tester yang berfungsi sebagai alat untuk tes kualitas kabel di produksi
sepeda motor
19
1.2.3 Divisi Training Telekomunikasi
Divisi lain adalah divisi training yang ditujukan bagi engineer
telekomunikasi. Pasar ini dikerjakan oleh perusahaan karena tiga dari empat
pendiri perusahaan berpengalaman di bidang telekomunikasi. Materi training
yang utama adalah 2G/3G/4G RF Planning and Optimization. Kegiatan training
ini sangat spesifik tetapi peminatnya cukup banyak. Pasar ini berkembang
dikarenakan telekomunikasi berkembang sangat pesat dalam satu dekade ini. Di
sisi lain belum ada lembaga yang menyediakan jasa training bersertifikasi.
Padahal kebutuhan engineer yang memiliki pemahaman konsep sangat dibutuhkan
di industri telekomunikasi seiring dengan bertambah besarnya jaringan operator
seluler. Pemasaran produk disampaikan melalui media internet khususnya mailing
list dan facebook. Pemasaran ini terbukti cukup efektif menjaring peserta training
meskipun dengan biaya yang minim. Memang ada persaingan dalam bidang ini
tetapi brand produk tetap terjaga dengan memberikan materi training yang benar-
benar dibutuhkan oleh konsumen. Metode pengajarannya pun dibuat secara dua
arah. Dimana peserta training secara bebas dan langsung dapat menceritakan
pengalamannya kedalam forum training. Selain itu banyak sekali dilakukan
praktek-praktek yang berhubungan dengan materi training sehingga peserta
paham apa yang sedang dipelajari dalam training.
20
Gambar 1.7 Program training telekomunikasi
Sampai saat ini ada dua bisnis unit yang berjalan di perusahaan yaitu divisi
produk instrumentasi industri dan divisi training telekomunikasi. Keduanya terus
dikembangkan pasarnya dan dijaga kualitasnya. Strategipun terus dipikirkan oleh
pemilik perusahaan untuk mencapai sustainability. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kemajuan secara umum ke perusahaan dan secara khusus ke divisi
training telekomunikasi.
21
1.3 Kebutuhan-kebutuhan Perusahaan
Tingkat penetrasi telekomunikasi di Indonesia masih tergolong rendah,
menjadikan peluang bisnis di sektor telekomunikasi memiliki prospek yang bagus
di masa mendatang, sehingga industri telekomunikasi di Indonesia masih
memiliki kesempatan untuk bertumbuh dalam beberapa tahun mendatang.
Persaingan operator seluler tidak hanya terjadi dalam batasan tarif, namun juga
area cakupan (coverage) dan layanan kepada pelanggan. Tarif menjadi alasan
utama pada lapisan menengah ke bawah, sementara coverage juga menjadi
pertimbangan. Saat ini kompetisi Industri telekomunikasi selular di Indonesia
telah memasuki sebuah babak baru, bukan saja layanan telepon dan SMS, tetapi
sekarang ini sudah memasuki persaingan layanan data.
Meningkatnya persaingan di operator telekomunikasi inilah yang
menyebabkan operator berlomba-lomba untuk memberikan layanan yang baik
dengan harga yang murah dan tetap mengikuti perkembangan trend teknologi.
Salah satunya berimplikasi pada orang-orang teknik yang bekerja didalamnya.
Pada awal jaringan seluler berdiri, fokus operator hanya pada coverage dan juga
availability. Availability menggambarkan bahwa jaringan beroperasi dengan baik,
tidak sering mati, pasokan listrik ke jaringan lancar dan jaringan transmisi
penghubung antar jaringan juga beroperasi dengan baik. Saat ini fokus operator
sudah mengarah ke layanan yang memberikan kepuasan kepada pelanggan. Tidak
lagi berfokus pada jaringan yang dimilikinya tetapi berfokus pada kebutuhan
customer.
22
RF Planning and Optimization adalah bagian dari divisi teknik di industri
telekomunikasi selular yang memiliki tanggung jawab untuk berfokus pada
kepuasan konsumen. Menurut rekomendasi dari ITU (International
Telecommunication Union) terdapat tiga kategori pengklasifikasian Key
Performance Indicator (KPI) untuk evaluasi sebuah jaringan yaitu Accessibility,
Retainability dan Integrity.
1. Accessibility adalah kemampuan user untuk memperoleh servis sesuai
dengan layanan yang disediakan oleh pihak penyedia jaringan.
2. Retainability adalah kemampuan user dan sistem jaringan untuk
mempertahankan layanan setelah layanan tersebut berhasil diperoleh
sampai batas waktu layanan tersebut dihentikan oleh user.
3. Integrity adalah derajat pengukuran disaat layanan berhasil diperoleh oleh
user.
Pada masa awal munculnya telekomunikasi seluler sampai tahun 2008
vendor-vendor Eropa merajai penjualan perangkat-perangkat telekomunikasi ke
operator-operator Indonesia. Setelah tahun 2008 banyak operator yang beralih ke
vendor China karena harga perangkat yang jauh lebih murah. Dari segi kualitas
perangkat China tidak kalah dibandingkan dengan perangkat Eropa. Tetapi dari
segi layanan yang diberikan untuk me-maintenance jaringan, vendor China kalah
jauh dibandingkan dengan vendor Eropa. Inilah salah satu alasan mengapa
perusahaan floatway fokus pada layanan training. Diharapkan floatway dapat
menjadi perusahaan yang memberikan solusi kepada operator-operator yang
menginginkan maintenance jaringan sebaik vendor Eropa meskipun
23
menggunakan produk China. Tentunya dengan menggunakan layanan training
yang kami berikan.
Terdapat kebutuhan perusahaan yang menjadi fokus pembahasan dan akan
dipecahkan melalui penelitian ini. Kebutuhan tersebut adalah belum adanya
penelitian yang berfokus pada analisa model bisnis pada PT Floatway Systems
sebelumnya. Penelitian ini melakukan analisa model bisnis yang sudah berjalan
dan merumuskan pengembangan model bisnis baru yang berguna untuk dijadikan
pedoman dan kerangka dalam pengembangan usaha.
1.4 Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mencapai hal-hal sebagai berikut :
1. Menganalisis model bisnis yang sudah diterapkan oleh PT Floatway
Systems
2. Merumuskan pengembangan model bisnis lain yang berguna untuk
pengembangan usaha.
1.5 Manfaat
Penulisan penelitian difokuskan pada aspek kanvas model bisnis dan
episentrum inovasi di PT Floatway Systems (Osterwalder dan Pigneur, 2010).
Perusahaan ini dipilih sebagai obyek penulisan penelitian dikarenakan beberapa
alasan. Pertama, PT Floatway Systems dapat dikategorisasikan sebagai
perusahaan pemula (start-up company) dan digerakkan oleh wirausahawan muda
(young entrepreneurs). Dengan adanya penelitian mendalam ini dapat
memberikan pandangan baru bagi penulis, pemilik dan juga selaku pelaksana
24
manajemen di PT Floatway Systems tentang pencapaian perusahaan yang telah
dicapai dalam kurun waktu tiga tahun dan salah satu alternatif pendalaman dan
penerapan konsep manajemen strategi dalam suatu realita bisnis. Kedua, PT
Floatway Systems sejak berdirinya mencoba melakukan inovasi berkelanjutan
(sustainable innovation) yang ber-episentrum pada sumber daya kunci berupa
sumber daya manusia. Hal ini memungkinkan analisa yang intens untuk menjajagi
potensi episentrum yang lain, seperti berbasis proposisi nilai (value proposition),
segmen konsumen (consumer segment) ataupun berbasis mitra kunci (key
partners).
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan penelitian ini dibagi menjadi lima bab,
dimana masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yang merupakan penjabaran
bab yang bersangkutan sehingga membentuk satu kesatuan penulisan yang utuh.
Bab I adalah bab pendahuluan, bab ini akan menjelaskan tentang
lingkungan eksternal perusahaan, lingkungan internal perusahaan, rumusan
masalah, tujuan bisnis, manfaat bisnis dan sistematika penulisan.
Bab II membahas mengenai landasan teori, pada bab ini akan dibahas
teori-teori yang bisa memberikan gambaran bagaimana metode pengembangan
model bisnis untuk PT Floatway Systems.
Bab III menjelaskan mengenai metode penelitian, bab ini menjelaskan
mengenai level analisis, sumber data apakah menggunakan data primer atau data
sekunder, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.
25
Bab IV adalah pembahasan mengenai strategi dan rencana yang
digunakan. Strategi dan rencana yang digunakan adalah kombinasi Nine Building
Blocks dengan Episentrum Inovasi Model Bisnis. Nine Building Blocks terdiri atas
: segmen pelanggan, proposisi nilai, saluran, hubungan pelanggan, arus
penerimaan, aktivitas kunci, kunci kemitraan, sumber daya, struktur biaya. Nine
Building Blocks digunakan untuk memotret kondisi perusahaan saat ini dan
pengembangan model bisnis baru menggunakan Pusat Inovasi Model Bisnis.
Bab V adalah pembahasan mengenai rencana aksi yang merupakan bagian
yang membantu untuk mengelola pelaksanaan strategi melalui detil kegiatan
berbasis harian yang harus diperbaharui secara terus menerus. Rencana aksi terdiri
dari empat bagian yaitu : kegiatan, penanggung jawab, ukuran kinerja dan waktu.