18
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang issue environmentally sustainable (Pemukiman berkelanjutan) Menurut UN Document Pemukiman manusia yang berkelanjutan tergantung pada penciptaan lingkungan yang lebih baik untuk kesehatan manusia dan kesejahteraan, masalah kesehatan terkait dengan kondisi lingkungan yang merugikan, termasuk kurangnya akses air bersih dan sanitasi, tidak memadai pembuangan limbah, drainase yang buruk pengembangan pemukiman berkelanjutan, manusia yang dapat meningkatkan kualitas hidup, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, banyak risiko yang berhubungan dengan polusi untuk kesehatan sangat tinggi di daerah perkotaan, serta di daerah berpendapatan rendah, karena lebih tinggi konsentrasi polutan dari inter alia industri, lalu lintas, asap dari memasak dan alat pemanas, kepadatan, dan tidak memadai pengolahan limbah padat dan cair, banyak kontaminan lingkungan, seperti bahan radioaktif dan polutan organik yang persisten, bekerja dengan cara mereka masuk ke dalam rantai makanan dan akhirnya manusia, sehingga mengorbankan kesehatan generasi sekarang dan mendatang. Kampung merupakan istilah pemukiman yang digunakan untuk melambangkan sebuah pemukiman yang memiliki keterbatasan fasilitas untuk mendukung aktifitas dan kebutuhan daripada penghuni. Selain daripada kekurangan fasilitas, Kampung juga memiliki nilai lebih dalam hubungan sosial bentuk kemasyarakatan dengan susunan yang heterogen tetapi tetap menjadi satu kesatuan organisasi masyarakat yang harmonis. Keberadaannya seakan menjadi sesuatu yang ‘salah’ dikarenakan perbedaan secara bentuk dan juga kehidupan sosial yang ada di perkotaan modern saat ini. Dalam kasus ini Kampung Kota yang berada di kota kota besar seperti Jakarta yang bertumbuh liar atau berdiri pada area yang bukan untuk peruntukan sebuah bangunan, yang pertumbuhanya tidak di control. Seiring waktu bertumbuh dan terus memenuhi ruang ruang kosong pada area-area di perkotaan. Dalam permasalahan ini di ambil contoh Ibukota DKI Jakarta. Dimana tingkat urbanisasi yang tinggi terhadap Ibukota yang di anggap sebagai pusat perekonomian di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar belakang issue environmentally sustainable (Pemukiman

berkelanjutan) Menurut UN Document Pemukiman manusia yang berkelanjutan

tergantung pada penciptaan lingkungan yang lebih baik untuk kesehatan manusia dan

kesejahteraan, masalah kesehatan terkait dengan kondisi lingkungan yang

merugikan, termasuk kurangnya akses air bersih dan sanitasi, tidak memadai

pembuangan limbah, drainase yang buruk pengembangan pemukiman berkelanjutan,

manusia yang dapat meningkatkan kualitas hidup, mengurangi dampak negatif

terhadap lingkungan, banyak risiko yang berhubungan dengan polusi untuk

kesehatan sangat tinggi di daerah perkotaan, serta di daerah berpendapatan rendah,

karena lebih tinggi konsentrasi polutan dari inter alia industri, lalu lintas, asap dari

memasak dan alat pemanas, kepadatan, dan tidak memadai pengolahan limbah padat

dan cair, banyak kontaminan lingkungan, seperti bahan radioaktif dan polutan

organik yang persisten, bekerja dengan cara mereka masuk ke dalam rantai makanan

dan akhirnya manusia, sehingga mengorbankan kesehatan generasi sekarang dan

mendatang.

Kampung merupakan istilah pemukiman yang digunakan untuk

melambangkan sebuah pemukiman yang memiliki keterbatasan fasilitas untuk

mendukung aktifitas dan kebutuhan daripada penghuni. Selain daripada kekurangan

fasilitas, Kampung juga memiliki nilai lebih dalam hubungan sosial bentuk

kemasyarakatan dengan susunan yang heterogen tetapi tetap menjadi satu kesatuan

organisasi masyarakat yang harmonis. Keberadaannya seakan menjadi sesuatu yang

‘salah’ dikarenakan perbedaan secara bentuk dan juga kehidupan sosial yang ada di

perkotaan modern saat ini.

Dalam kasus ini Kampung Kota yang berada di kota kota besar seperti

Jakarta yang bertumbuh liar atau berdiri pada area yang bukan untuk peruntukan

sebuah bangunan, yang pertumbuhanya tidak di control. Seiring waktu bertumbuh

dan terus memenuhi ruang ruang kosong pada area-area di perkotaan. Dalam

permasalahan ini di ambil contoh Ibukota DKI Jakarta. Dimana tingkat urbanisasi

yang tinggi terhadap Ibukota yang di anggap sebagai pusat perekonomian di

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

2

Indonesia, menarik keinginan masyarakat daerah untuk berpindah tempat menuju

perkotaan. Dengan tingkat urbanisasi yang tinggi memicu pertumbuhan hunian liar

pada kota seperti Jakarta, permasalahan ini menjadi sebuah masalah serius yang tidak

bisa di lepaskan dari kota Jakarta. Hal ini menjadi penting untuk di perhatikan,

karena dampak yang timbul akibat bertumbuh nya permukima liar di Jakarta

berdampak terhadap kondisi lingkungan Jakarta. Mengapa hal tersebut sekarang

menjadi konsen oleh pemerintah DKI Jakarta dalam membangun hunian-hunian

vertikal seperti rumah susun.

Dengan keterbatasan lahan yang lambat laun semakin menipis, menjadikan

rumah susun menjadi salah satu cara dalam meminimalisir penggunaan lahan secara

horizontal, dengan terus menerusnya di bangun hunian vertikal untuk memenuhi

kebutuhan hunian terhadap kapasitas menampung sebuah lahan sangat terbatas. Di

sisi lain juga ada hal penting yang perlu di perhatikan secara bersamaan, konsumsi

bangunan terhadap energi global sekitar 40%, ini menjadi isu global tentang

penurunan kualitas lingkungan di sebagian belahan bumi, terkait dengan masalah

urban seperti kerusakan lingkungan, benturan budaya dalam masyarakat urban,

menyempitnya ruang hidup, kapitalisme dan konsumerisme terhadap sumber energi

tak terbarukan.

Energi tak terbarukan dalam hal ini adalah sesuatu yang dapat habis dalam

penggunaan dalam kurun waktu tertentu, penulis mencoba menerapkan perancangan

dengan pendekatan Ekologi Arsitektur. Hal ini terkait dengan isu pembangunan

berkelanjutan yang memperhatikan permasalahan yang terjadi terhadap lingkungan

isu mengenai pemanasan global. Bencana alam seperti banjir, pencemaran udara,

pencemaran tanah, dan lain-lain. Dengan menggunakan pendekatan Ekologi

Arsitektur diharapkan dapat menjadi upaya kepedulian sebuah karya Arsitektur

terhadap lingkungan saat ini, dan yang akan datang dengan harapan mampu

melindungi alam dan ekosistim didalamnya dari kerusakan yang lebih parah, dan

juga dapat menciptakan kenyamanan bagi penghuninya secara fisik, sosial dan

ekonomi. Perancangan Arsitektur dengan konsep Ekologi, berarti ditujukan pada

pengelolaan tanah, air dan udara untuk keberlangsungan ekosistim. Efisiensi

penggunaan sumber daya alam tak terperbarui (energi) dengan mengupayakan energi

alternatif menggunakan sumber daya alam terperbarui, daur ulang dan hemat energi

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

3

mulai pengambilan dari alam sampai pada penggunaan kembali, penyesuaian

terhadap lingkungan sekitar iklim, sosial budaya, dan ekonomi.

Signifikansi mengapa penelitian ini penting di lakukan terkait dengan

masalah lingkungan yang semakin lama mengalami penurunan kualitas, yang

berdampak kepada iklim, cuaca, dan bencana alam yang di sebabkan oleh penurunan

kualitas lingkungan dengan pendekatan Ekologi Arsitektur menjadi sebuah

pendekatan yang di pilih dengan harapan untuk meminimalisir dampak kerusakan

lingkungan dalam kampung vertikal.

Gandaria Utara menjadi pilihan site dikarenakan faktor kepadatan dan di

temukanya dibeberapa bangunan yang terbangun di zona RTH. Dengan

memperhatikan faktor penggunaan lahan di gandaria utara, terdapat lahan menurut

zonasi di peruntukan untuk zona rumah susun dengan kode R.7 yang tertera pada

zonasi DKI Jakarta. Berikut adalah gambar indikator kepadatan dan kekumuhan

wilayah kebayoran baru :

Gambar 1. 1 kekumuhan dan kepadatan gandaria utara

Sumber: Jakartasmartcity.com di akses pada 25 februari2017

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

4

Sumber: Googleearth.com di akses pada 30 februari

Tabel 1. 1 Jumlah Penduduk Gandaria Utara

Sumber: Data statistik kelurahan gandaria utara di akses pada 20 februari2017

No Kelurahan Luas Wilayah (km2) KK RW RT

1 Gandaria Utara 1,52 7514 15 148

2 Cipete Utara 1,83 7297 11 103

3 Pulo 1,27 2567 6 47

4 Petogogan 0,86 4805 6 77

5 Melawai 1,25 1231 4 30

6 Keramat Pela 1,25 3913 10 83

7 Gunung 1,32 3580 7 69

8 Selong 1,40 1419 4 35

9 Rawa Barat 0,69 1538 7 44

10 Senayan 1,53 1134 3 24

Total 12,92 34998 73 660

Pofil Wilayah Kecamatan Kebayoran Baru

No Kelurahan Luas Wilayah (km2) Laki 2 Perempuan Total

1 Gandaria Utara 1,52 26118 22996 49114

2 Cipete Utara 1,83 12663 12857 25520

3 Pulo 1,27 3914 5072 8986

4 Petogogan 0,86 7011 7345 14356

5 Melawai 1,25 1807 1826 3633

6 Keramat Pela 1,25 8100 7360 15460

7 Gunung 1,32 4619 5409 10028

8 Selong 1,40 2449 2455 4904

9 Rawa Barat 0,69 3217 3013 6230

10 Senayan 1,53 2110 1985 4095

Total 12,92 72008 70318 142326

Jumlah penduduk menurut kelurahan dan jenis kelamin, Tahun 2009

Gambar 1. 2 Lokasi site Kampung Vertikal

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

5

Tabel 1. 2 Penduduk Gandaria Utara

Sumber: Data statistik kelurahan gandaria utara di akses pada 20 februari2017

Tabel 1. 3 Jumlah Penduduk Tahun 2016

Berikut adalah perbandingan tabel 1.1 dan 1.2 dengan kesimpulan seperti

berikut, Kepala Keluarga pada tahun 2009 hingga 2014 bertambah sebanyak 3,574kk

Jumlah RT 2009 hingga 2014 berkurang 1 RT. Jumlah penduduk 2010 hinga 2014

berkurang sebanyak 3,959 dan bertambah kembali pada tahun 2016 sebanyak 755

jiwa data bulan Desember, data oleh kelurahan Gandaria Utara. Data jiwa di atas

menjadi bukti bahwa kepadatan penduduk di Gandaria Utara terus bertambah, hal

tersebut menjadi kemungkinan bahwa akan tumbuhnya pemukiman pemukiman liar

yang berdiri di daerah hijau.

Berikut adalah data yang di dapat dari Badan Kesatuan Bangsa dan

Politik Provinsi DKI Jakarta, di ambil wilayah dari Jakarta Selatan kecamatan

Kebayoran Baru kelurahan Gandaria Utara dengan indeks kepadatan tertinggi dan

tingkat kekumuhan.

Tabel 1. 4 Kepadatan Kekumuhan tahun 2014

Sumber: Badan kesatuan bangsa dan politik provinsi DKI Jakarta

Dalam hal ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan beberapa

program untuk menjawab permasalahan kepadatan, diantaranya adalah rumah susun.

wni wna Pria Wanita TB RT Pelajar Pensiun1 45.155 12 372 458 147 15 6603 7856 10397 685

Pekerjaan

11088

Dinas kependudukan & pencatatan sipil DKI jakarta http://smartcity.jakarta.go.id/maps/ Tahun 2014

No Penduduk Pendatang

Kepala Keluarga RT RW

LK PR Total KK

1 22976 22934 45910 16678

No Jumlah Penduduk 2016

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

6

Program ini memang menjawab permasalahan keterbatasan lahan dengan konsep

hunian vetikal, namun dari segi penghuni yang mayoritas adalah warga kampung di

rasa belum cukup untuk menjawab kebutuhan akan penghuni, karena rumah susun

yang telah di bangun hanya mementingkan kuantitas, tanpa memperhatikan penghuni

dari rusun tersebut. Karena sebuah kampung bukanlah sebatas hunian tetapi terdapat

unsur budaya dan sosial suasana kampung yang terkesan dinamis juga perlu ada di

dalamnya.

Identifikasi masalah pada kampung vertikal, Dampak aktifitas penghuni

kampung vertikal terhadap lingkungan adalah analisa dampak yang akan terjadi

setelah kampung vertikal terisi oleh penghuni. Penggunaan energi pada kampung

vertikal yang berdampak pada sumber daya tak terbarukan, adalah dampak pada

penggunaan energi seperti air, listrik, serta penggunaan material. Semakin turun

kualitas lingkungan akibat aktifitas penghuni kampung vertikal, dampak jangka

panjang yang akan terjadi apabila kampung vertikal terlalu bergantung kepada

sumber energi tak terbarukan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Konsep Ekologi Asitektur apa yang sesuai untuk hunian kampung

vertikal guna meminimalisir dampak yang di akibatkan oleh aktifitas

penguni ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian guna meminimalisir beban lingkungan yang di sebabkan

oleh hasil dari aktivitas penghuni, serta perencanaan kawasan hijau untuk

memperbaiki kondisi iklim mikro sekitar bangunan.

1.4 Ruang Lingkup

Lingkup bahasan yang penulis akan lakukan pada laporan skripsi ini dan agar

lebih terarah, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang

lingkup permasalahan yang dibahas dalam penulisan laporan skripsi ini, yaitu:

• Kampung vertikal yang meminimalisir penggunaan energi tak terbarukan,

mengurangi beban terhadap lingkungan yang di sebabkan oleh aktifitas

penghuni, penyesuaian iklim setempat, penciptaan area hijau di kawasan

kampung vertikal guna memberikan hubungan timbal balik kepada

lingkungan sekitar.

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

7

• Menggunakan bahan material lokal.

1.5 State Of the Art

Dalam konteks Environmentally Sustainable ini di dapati bahwa banyaknya

metode perancangan yang cukup relevan untuk menyelesaikan masalah terkait

dengan topik. Seperti di kutip dari United Nations Economic and Social

Commisssion for Western Asia, agar sebuah pembangunan berkelanjutan juga harus

di sertakan dengan produktivitas agar menuai hasil yang sempurna.

Dinur (2007) dalam Interweaving Architecture and Ecology A Theoretical

Perspective) tiga prinsip-prinsip Ekologi (fluktuasi, stratifikasi, dan saling

ketergantungan) yang dipilih untuk penyelidikan karena mereka menentukan

organisasi sistem kehidupan dan karena itu relevan sebagai dasar untuk analogi

antara ekologi. 'Ekologi' adalah studi sistem kehidupan dan hubungan satu sama lain.

Sistem yang hidup adalah terpadu, yang muncul dari hubungan antara bagiannya

masing-masing. Setiap bagian mencerminkan seluruh tetapi seluruh selalu berbeda

dari sekadar jumlah bagian-bagian, menunjukkan bahwa arsitek dan desainer tidak

benar-benar mengerti bagaimana sistem kehidupan berfungsi, tetapi sebaliknya

mencoba untuk meminjam ide-ide baru dari ilmu pengetahuan dan ekologi dan

mengekspresikannya dengan arsitektur dalam cara yang singkat.

Prinsip fluktuasi menunjukkan bahwa bangunan dapat dirancang dan

dianggap sebagai tempat dimana proses budaya dan alam yang berbeda berinteraksi.

Bangunan harus mencerminkan proses proses yang terjadi pada site, dan semakin itu

memungkinkan proses harus dialami sebagai proses daripada representasi dari

proses, proses proses tersebut semakin akan berhasil jika terus menerus terjadi secara

kontinuitas dalam menghubungkan orang ke realita site.

Prinsip stratifikasi menunjukkan bahwa bangunan organisasi harus muncul

dari interaksi antara sifat yang berbeda tingkat. Organisasi semacam ini

memungkinkan kompleksitas diatur dalam cara yang koheren.

Prinsip saling ketergantungan menunjukkan bahwa hubungan antara sifat-

sifat bangunan memiliki timbal balik. 'Pengamat antara (desain dan pengguna) serta

site adalah sifat yang melekat di gedung. Saling ketergantungan antara properti yang

sedang berlangsung sepanjang hidup bangunan.

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

8

Pembangunan permukiman yang berkelanjutan di artikan sebagai upaya

yang berkelanjutan untuk memperbaikin kondisi sosial, ekonomi, dan kualitas

lingkungan tempat hidup dan bekerja manusia. Sehingga dalam melaksanakan

pembangunan permukiman yang berkelanjutan sangatlah penting untuk

mempertimbangkan permukiman yang berwawasan lingkungan.

David (2001) dalam Architecture, Ecological Design, and Human Ecology

arsitektur dalam konteks yang lebih besar terletak pada jumlah besar kita. David

menyebutkan punya alasan kuat untuk percaya bahwa jenis manusia akan

membangun lebih banyak bangunan dalam lima puluh tahun ke depan daripada lima

ribu tahun di masa lalu. Selesai dengan standar desain yang berlaku, akan

memberikan bayangan panjang pada prospek pada generasi berikutnya. Kita tidak

lagi bisa mengganti energi fosil. Implikasi untuk pendidikan arsitek dan profesi

desain secara umum sangat mencolok, yang akan di jelaskan dalam tiga poin di

bawah ini.

• Pertama, standar estetika untuk desain harus diperluas

untuk menerima dampak yang lebih besar. Desainer

seharusnya tidak menimbulkan kerusakan manusia atau

ekologis, Di tempat lain atau di lain waktu, Untuk

pendidikan. Ini berarti bahwa kurikulum arsitektural harus

mencakup etika, Ekologi, dan alat-alat yang berkaitan

dengan analisis sistem secara keseluruhan. dan paling

murah. Menggunakan akhir pertimbangan yang Lebih

lanjut atau standar pendidikan perlu mencakup pemahaman

tempat dan budaya yang lebih canggih dan ekologis.

• Kedua, harus diakui bahwa arsitektur dan desain dasarnya

bersifat pedagogi, Churchill “kita dibentuk oleh bangunan

dan bentang alam kita dengan cara yang sangat baik”

Pendidikan semua profesi desain harus dimulai dalam

pengakuan bahwa arsitektur dan lanskap adalah semacam

pedagogi yang mengkristal menginformasikan dengan baik

atau buruk, tapi tidak pernah gagal untuk

menginformasikan, Desain pasti menginstruksikan kita

tentang hubungan kita dengan alam dan orang-orang yang

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

9

membuat kita kurang lebih sadar dan kurang kompeten

secara ekologis.

• Ketiga, Arsitektur dan desain harus dilihat dalam konteks

terbesar mereka yang berkaitan dengan nilai pada tingkat

yang paling jelas semisal 'bangunan sakit' mencerminkan

bukan hanya desain buruk tapi konsep desain yang

terpotong. Perspektif desain yang lebih besar akan

menempatkan arsitektur dan lansekap arsitektur sebagai

subbidang seni dan ilmu pengetahuan.

Arsitektur umumnya diajarkan dan praktis seolah-olah hanya seni dan sains

yang merancang bangunan, yang hanya dikatakan sebagai subjek teknis karena belas

kasihan keinginan klien, David ingin menawarkan pandangan yang berlawanan

bahwa arsitektur seharusnya ditempatkan ke dalam konteks yang lebih luas sebagai

sub-bidang Ekologi. Penjelasan dalam jurnal ini menegaskan bahwa arsitektur

seharusnya menjadi sub-bidang dari keilmuan Ekologi karena kaitanya sangat erat

dengan permasalahan manusia dan lingkungan yang sebenarnya sama sekali tidak

dapat di pisahkan, karena manusia sangat bergantung kepada lingkungan yang

menjadi tempat tinggalnya, dalam jurnal ini di jelaskan kembali prinsip prinsip

design ekologi arsitektur, menurut Sim van der ryn dan Steward Cowan dalam

(David,2001) mendefinisikan sebagai revolusi desain ekologis, desain ekologis

dalam kata-kata mereka adalah 'segala bentuk desain yang meminimalkan dampak

lingkungan yang merusak dengan mengintegrasikan diri dengan proses kehidupan,

adaptasi dan integrasi yang efektif dengan proses alam (Van der Ryn dan Cowan,

1996, x, 18), dan di sisi lain Amory lovins, Hunter lovins, dan Paul hawken dalam

(David,2001), untuk tujuan ini mengusulkan transformasi efisiensi energi dan sumber

daya yang secara dramatis akan meningkatkan kekayaan saat menggunakan sebagian

kecil dari sumber daya yang saat ini kita gunakan (1999). Tantangan desain ekologi

lebih dari sekedar menyederhanakan masalah rekayasa untuk meningkatkan efisiensi

- mengurangi tingkat di mana kita merusak lingkungan, Revolusi yang di lakukan

oleh Van der ryn dan Cowan pertama-tama harus mengurangi tingkat di mana segala

sesuatunya menjadi lebih buruk (koefisien dari perubahan) tapi akhirnya mengubah

struktur sistem yang lebih besar, Bil Mcdonough dan Michael Braungart dalam

(David,2001) kita memerlukan 'revolusi industri kedua' yang menghilangkan konsep

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

10

limbah (Mc Donough & Braungart, 1998), berikut adalah pencetus dasar desain

ekologi dalam penjelasanya Pioner dalam desain ekologis dengan pengamatan bahwa

alam telah berkembang dan telah berhasil untuk hidup di bumi selama 3,8 Miliar

tahun dan karenanya merupakan model untuk:

1. Peternakan yang bekerja seperti hutan dan padang rumput

2. Bangunan menghasilkan modal alami seperti pohon

3. Sistem air limbah yang bekerja seperti lahan basah alami

4. Bahan yang meniru kecerdikan tumbuhan dan hewan

5. Industri yang bekerja lebih seperti ekosistem

6. Produk yang menjadi bagian siklus menyerupai arus material

alami.

Beberapa prinsip desain yang ekologis dalam jurnal ini Desain ekologis

tidak begitu banyak tentang bagaimana membuat sesuatu seperti bagaimana

membuat sesuatu yang sesuai dengan lingkungan dalam kurun waktu yang lama,

keharmonisan antara manusia dan lingkungan yang lebih besar antara niat dan

tempat-tempat tertentu di mana seharusnya keingingan itu di tempatkan seperti:

a) Mempertahankan keragaman budaya dan biologis

b) Memanfaatkan pendapatan matahari saat ini

c) Menciptakan sedikit atau tanpa limbah

d) Akuntabilitas untuk semua biaya

e) Menghormati Pola budaya dan sosial yang lebih besar

Tanuwidjaja, dkk (2014) Desain Rumah Heinz Frick yang ramah

lingkungan dan terjangkau, teori yang di gunakan adalah ekologi/ Ramah lingkungan

dalam merancang sebuah design untuk memastikan masyarakat yang mampu

memenuhi kebutuhannya tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang, Ini

mencakup segala bentuk desain yang meminimalkan dampak, merusak lingkungan

dengan mengintegrasikan dirinya secara fisik, secara sistemik dan temporal dengan

proses hidup lingkungan alam (Yeang, K., 2008). Dengan menggunakan kriteria

Leed for homes merupakan sebuah strategi desain yang meningkatkan efisiensi

penggunaan sumber daya dengan integrasi prinsip ramah lingkungan dalam proses

desain – konstruksi rumah. Berikut adalah 8 prinsip Leed for homes:

1. Proses Inovasi dan Desain (Innovation and Design Process/

ID)

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

11

2. Lokasi dan hubungan (Location and Linkages/ LL)

3. Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan (Sustainable Sites/ SS)

4. Efisiensi Air (Water Efficiency/ WE)

5. Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere/ EA)

6. Material dan Sumber Daya (Materials and Resources/ MR)

7. Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor Environmental

Quality)

8. Kesadaran dan Pendidikan (Awareness & Education/ AE)

Metode yang di gunakan adalah observasi terhadap rumah Heinz frick,

megumpulkan data sekunder, melakukan wawancara dengan penguni dan

dokumentasi foto, melakukan analisa final dan penulisan laporan terhadap hasil

observasi. Temuan yang di dapat setelah melakukan observasi di rumah Heinz Frick

berhasil; mencapai desain yang berkelanjutan karena mengikuti kriteria strategi

desain yang ramah lingkungan (LEED for Homes) dengan memenuhi aspek ekonomi

seperti: meningkatkan kualitas hidup warga lokal; fungsionalitas dan efektivitas dan

efisiensi biaya, berikut paparan secara singkat temuan yang di lakukan oleh

Gunawan Tanuwidjaja, Lo Leonardo Agung Mulyono, Devi Calista Silvanus dalam

penerapan prinsi Leed for homes.

Morelli (2013) Rochester Institute of Technology Dalam Environmental

Sustainability: A Definition for Environmental Professionals "Keberlanjutan

Ekologis sebagai Konsep Konservasi," penulis memajukan definisi ekologi

keberlanjutan yang menghubungkan kebutuhan manusia dan jasa ekosistem:

"Memenuhi kebutuhan manusia tanpa mengorbankan kesehatan ekosistem" Mereka

mengusulkan konsep ini sebagai pedoman untuk area di mana kegiatan manusia

berlangsung.

Sukawi, (2008) Ekologi Arsitektur menuju perancangan arsitektur

hemat energi dan berkelanjutan, konsep penekanan desain ekologi arsitektur

disadari dengan maraknya issue global warming, diharapkan dengan konsep

perancangan yang berdasar kepada keseimbangan alam ini dapat mengurangi

pemanasan global dan kerusakan lingkungan, sehingga suhu bumi tetap

terjaga.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

12

Arsitektur yang ekologis akan tercipta apabila dalam proses ber

arsitektur menggunakan pendekatan desain yang ekologis (Alam sebagai

basis desain), proses pendekatan desain arsitektur yang menggabungkan alam

dengan teknologi, menggunakan alam sebagai basis desain, strategi

konservasi perbaikan lingkungan, dan bisa di terapkan pada semua tingkatan

dan skala untuk menghasilkan suatu bentuk bangunan, lansekap, permukiman

dan kota yang revolusioner dengan menerapkan teknologi dalam

perancanganya.

Wujud dari desain ekologi arsitektur adalah bangunan yang

berwawasan lingkungan yang sering disebut green building, Hal ini erat

kaitanya dengan konsep arsitektur hijau yang merupakan bagian dari

arsitektur berkelanjutan, Disini arsitek mempunya peran yang amat penting

dalam penghematan energi, desain hemat energi dapat di artikan sebagai

perancangan bangunan yang untuk meminimalkan penggunaan energi tanpa

membatasi fungsi bangunan maupun kenyamanan atau produktivitas

penghuninya, untuk itu karya rancang bangun hemat energi dapat dilakukan

dengan pendekatan aktif maupun pasif.

Pola perencanaan ekologi Arsitektur Heinz Frick, suatu bangunan

selalu memanfaatkan peredaran alam sebagai berikut:

• Menciptakan kawasan penghijauan diantara kawasan

pembangunan sebagai paru paru hijau

• Menggunakan bahan bangunan alamiah dan intensitas energi

yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang di

gunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.

• Bangunan sebaiknya diarahkan menurut orientasi timur barat

dengan bagian utara selatan menerima cahaya alam tanpa

kesialauan.

• Kulit (dinding dan atap) sebuah bangungan sesuai dengan

tugasnya , harus melindungi dirinya dari panas, angin dan

hujan, dinding bangunan harus memberi perlingungan

terhadap panas, daya serap panas dan tebalnya dinding harus

sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya, bangunan

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

13

yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa

menghemat banyak energi.

• Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam kontruksi

bangunan dan memajukan sistem kontruksi bangunan kering.

• Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan

antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan.

• Memperhatikan bentuk proporsi ruang berdasarkan aturan

harmonikal.

• Menjamin bahwa bangunan yang di rencanakan tidak

menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkan energi

sedikit mungkin.

• Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung

dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni (Termasuk anak-

anak, orang tua, maupun orang cacat tubuh).

Pola perencanaan ekologi arsitektur melingkupi perencanaan struktur

dan kontruksi bangunan, yang harus dapat memenuhi persoalan teknik dan

persoalan estetika, termasuk pembentukan ruang, kualitas struktur di

definisikan sebagai:

• Struktur Fungsional, Menentukan dimensi geometris yang

berhubungan dengan penggunaan atau fungsi (kebutuhan

ruang ruang gerak, ruang sirkulasi dan sebagainya), Dimensi

fisiologis tentang kenyamanan, penyinaran dan penyegaran

udara, Dimensi teknis dengan beban lantai, instalasi listrik, dan

sebagainya.

• Struktur lingkungan, meliputi lingkungan alam (iklim,

topografi, geologi, hidrologi, serta lingkungan buatan (

bangunan sirkulasi, prasarana teknis, konteks sosial dan

psikologis, sejarah, kesediaan bahan baku, ekonomi dan

waktu.

• Struktur bangunan meliputi bahan bangunan, sistem

penggunaanya dan teknik serta kontruksi bangunan yang harus

memenuhi tuntutan ekologis.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

14

• Struktur bentuk mengandung masa dan isi, ruang antara dan

segala kegiatan mengatur ruang, bentuk ruang tersebut dapat di

definisikan oleh dinding pembatas, tiang, lantai dan serta

bukaan dinding.

Sebagai Konsep arsitektural yang ramah lingkungan, dalam

perwujudan ekologi arsitektur dalam bangunan, terbagi beberapa tingkat

sistem ooperasional untuk yang di gunakan dalam penggunaan energi

bangunan dengan kategori:

• Sistem pasif: Tingkat konsumsi energi paling rendah, tanpa

ataupun minimal penggunaan perlatan ME dari sumberdaya

yang tidak dapat di perbarui.

• Sistem Hybrid (mixed mode): sebagian tergantung dari energi

atau sebagian dibantu dengan menggunakan peralatan ME.

• Sistem Aktif (active mode): seluruhnya menggunakan

peralatan ME yang bersumber dari energi yang tidak dapat

diperbarui.

• Sistem profukttif (productive mode): Sistem yang dapat

menggunakan mengadakan/ Membangkitkan energi nya

sendiri, on-site energy dari sumber daya yang dapat di

perbarui, misalnya sistem panel surya, fotovaltik, maupun

kolektor surya.

Beberapa sistem dan dan elemen terapan yang dapat di aplikasikan

dalam bangunan untuk mendukung konsep ekologi arsitektur.

• Optimalisasi Vegetasi, unsur hijau yang di identikan dengan

vegetasi di tunjukan dengan menambahkan elemen elemen

penghijauan tidak hanya pada lansekap saja tetapi juga dalam

bangunan, seperti pemberian roof garden, pemberian vegetasi

rambat pada dinding bangunan dan lain sebagainya.

• Pencahayaan alami, Secara umum peletakan jendala harus

memperhatikan garis edar matahari, sisi utara dan selatan

adalah tempat potensial untuk peletakan jendela, guna

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

15

mendapatkan pencahayaan alami, sedangkan posisi timur dan

barat pada jam jam tertentu di perlukan perlingdungan

terhadap radiasi matahari langsung, untuk keperluan tersebut

sudah banyak program komputer yang dapat membantu

simulasi efek cahaya matahari terhadap desain bangunan.

• Penghalang sinar Matahari (shading device), Pengontrolan

terhadap panas karena sinar matahari dapat di lakukan dengan

penggunaan solar shading yang menghalau sinar matahari

langsung masuk ke bangunan, serta memberikan pembayangan

yang dapat mengurangi panas.

• Penghawaan Alami, Merupakan sistem pengoptimalisasian

penghawaan dengan metode pengaliran udara yang terencana

dengan baik, untuk indonesia yang terletak di sekitar

khatulistiwa dengan kondisi iklim tropis lembab, sistem

penghawaan yang baik adalah melalui ventilasi silang, Baik

secara horizontal maupun vertikal, sehingga akumulasi panas

dan lembab di dalam ruangan dapat di kendalikan, pada

arsitektur tradisional penerapan sistem penghawaan alammi

sudah sangat baik, shingga sering di aplikasikan pada

bangunan kontemporer.

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

16

1.6 Kerangka Berfikir

Gambar 1. 3 Kerangka Berfikir

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

17

Tabel 1. 5 Bibliography

No Penulis Temuan Teori Metode

1 Batel Dinur Interweaving Architecture and Ecology A Theoretical Perspective

Prinsip Ekologi: Fluktuasi, Stratification, Interdependence

Deskriptif

2 David Orr Architecture, Ecological Design, and Human Ecology

Design principles in reducing the impact on the environment

Deskriptif

3 John Morelli Environmental Sustainability: A Definition for Environmental Professionals

Ecological Sustainability as Conservation Concept

Deskriptif

4 Sukawi Ekologi arsitektur menuju perancangan hemat energi dan berkelanjutan

Pola perancangan ekologi arsitektur

Deskriptif

5 Tanuwidjaja,Mulyono,Silvanus Desain rumah heinz frick yang ramah lingkungan dan terjangkau

Strategi design LEED dalam rumah Heinz frick

Observasi

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang issue environmentally

18