Upload
novitaanggra
View
14
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
balok beton bambu wulung
Citation preview
BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan penduduk yang pesat menuntut terciptanya pemukiman baru.
Kebutuhan akan rumah menjadi meningkat. Hal ini mengakibatkan bahan
bangunan banyak diburu oleh manusia. Pengambilan bahan bangunan dari alam
sering membuat manusia melakukan eksploitasi terhadap alam. Kayu di hutan
habis karena kebutuhan manusia.
Salah satu upaya untuk menjaga kelestarian hutan adalah dengan mencari
alternatif lain sebagai pengganti kayu, diantaranya adalah bambu. Hal tersebut
dimungkinkan karena kulit bambu memiliki kekuatan tarik yang cukup tinggi,
bahkan ada yang menyamai kekuatan tarik baja.
Morisco (1999:14) melakukan pengujian kuat tarik kulit bambu ori dengan hasil
cukup tinggi yaitu hampir mencapai 5000 kg/cm2 atau sekitar dua kali tegangan
luluh baja.
Gambar 1.1 Ilustrasi Perbandingan Penggunaan Kayu dan Bambu
1
(Garland, 2003)Bambu juga tahan terhadap lentur. Hal ini
disebabkan bambu memiliki serat yang sejajar.
Serat tersebut memungkinkan bambu menahan
lendutan yang lebih besar. Namun, tidak semua
bambu mempunyai kekuatan yang sama. Umur
dan dimensi bambu ikut menentukan kekuatan
bambu.
Jansen JJA (1988) memberikan rekomendasi tentang keunggulan bambu sebagai
berikut:
1. Bambu dapat tumbuh sangat cepat dan dapat dibudidayakan secara cepat dan
modal dapat berputar berkesinambungan
2. Bambu mempunyai sifat-sifat mekanika yang baik
3. Pengerjaan bambu hanya membutuhkan alat sederhana
4. Kulit luar bambu mengandung banyak silika yang membuat bambu
terlindungi
Menurut Mishra 1988 (dalam Morisco 1996), beberapa keunggulan bambu yaitu:
1. Bambu permukaannya halus, bersih, dan keras, memudahkan penggunaan
tanpa banyak proses dan menghindari banyaknya bahan yang terbuang.
2. Bambu mudah digunakan terutama dalam bentuk split (belah) dan
diawetkan untuk meningkatkan umur pemakaiannya.
3. Jika dibandingkan dengan beberapa jenis kayu untuk struktur, bambu
memiliki kekuatan lebih bagus, sehingga cocok digunakan sebagai bahan
konstruksi.
Pemakaian batang bambu bulat secara langsung sebagai balok pembentuk struktur
bangunan masih belum mampu. Oleh karena itu, dikembangkan teknik
pengolahan balok bambu dengan cara laminasi (laminated bamboo). Laminasi
bambu adalah menggabungkan sejumlah lapisan bilah bambu yang direkatkan
menjadi satu kesatuan elemen balok struktur dengan panjang bentang dan dimensi
penampang yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
2
Gambar 1.2. Bambu
Proses pembuatan balok laminasi perlu memperhatikan tekanan setelah pelaburan
lem. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan daya rekat pada bambu laminasi.
Masrizal (2004) melakukan pengujian pengaruh pengempaan terhadap kuat lentur
balok laminasi bambu petung. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
tekanan pengempaan optimal adalah 1,5 MPa.
Banyaknya pengujian yang dilakukan terhadap bambu, membuat bambu semakin
menarik untuk diteliti. Masalah susunan laminasi balok bambu, dimensi bambu
dan besar pengempaan pada saat perekatan bambu merupakan hal yang harus
diperhatikan. Hal inilah yang mempengaruhi sifat balok laminasi bambu.
Penelitian ini menggunakan susunan horisontal balok glulam laminasi bambu
antara sisi dalam dengan sisi dalam yang saling berhadapan dan sisi luar dengan
sisi luar. Peninjauan keruntuhan lentur merupakan hal yang diteliti karena bambu
mempunyai sifat yang tahan terhadap lentur.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut, maka penelitian ini akan mengkaji tentang
bagaimana ketahanan terhadap keruntuhan lentur pada model susunan horisontal
bilah bambu saling berhadapan antara sisi dalam dengan sisi dalam dan sisi luar
dengan sisi luar pada bambu wulung.
1.3. Batasan Masalah
Batasan-batasan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu wulung
2. Dimensi penampang bilah penyusun balok laminasi menyesuaikan ketebalan
bambu wulung yang digunakan dan dicari ketebalan yang sama
3. Pengunaan bambu wulung berdasarkan dimensi (diameter) bambu dan bukan
berdasarkan umur bambu
3
4. Bambu wulung diambil dari lokasi yang sama
5. Susunan bilah bambu yang digunakan adalah susunan bilah bambu horisontal
antara sisi dalam dengan sisi dalam dan sisi luar dengan sisi luar
6. Bahan perekat yang digunakan adalah Urea Formaldehyda (UF) yang
diproduksi oleh PT. Pamolite Adhesive Industry, Probolinggo, Jatim, selaku
instansi pendukung dalam penelitian ini,
7. Tekanan kempa yang digunakan 1,5 MPa
8. Jumlah perekat terlabur menggunakan 50/MDGL
9. Berat sendiri struktur balok diabaikan
10. Dimensi tampang balok laminasi 5x7 cm
11. Balok uji ditumpu secara sederhana dengan four point loading sistem pada
jarak 1/3 bentang
12. Pembebanan dilakukan secara statik.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keruntuhan terhadap lentur pada
balok laminasi bambu susunan horisontal saling berhadapan antara sisi dalam
dengan sisi dalam dan sisi luar dengan sisi luar bambu wulung.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan bahan alternatif pengganti kayu karena keberadaan kayu
yang semakin langka
2. Ikut mengurangi penggunaan kayu yang berlebihan
3. Memberikan kontribusi dalam ilmu teknik sipil, sehingga dapat
bermanfaat dalam penelitian selanjutnya
4