37
BAB 17 TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

BAB 17

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Page 2: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

BAB 17 TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PENDAHULUAN.Sebagaimana dikemukakan dalam GBHN, dalam Repelita II

perluasan lapangan kerja merupakan kebutuhan yang sangat mendegak. Pemecahan terhadap masalah ini juga berarti mem- perluas lapisan masyarakat yang secara produktif ikut serta dalam pembangunan dan pada akhirnya juga mengandung arti makin meluasnya lapisan masyarakat yang ikut mengambil tanggung jawab dalaan pembangunan. Dalam hubungan ini ada tiga ha1 yang menonjol yang menandai situasi ketenagakerjaan di suatu negara yang sedang membangun seperti Indonesia. Yang pertama adalah adanya situasi kelebihan tenaga kerja secara strukturil sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk yang tinggi dan situasi ekonomi yang belum berkembang. Yang kedua adalah banyaknya hambatan di pasaran tenaga kerja yang tidak memungkinkan pasaran tenaga kerja melakukan fungsi alokasi tenaga kerja dengan baik. Kedua hal ini telah menimbulkan berbagai masalah dan ketidak-seimbangan di dalam pemanfaatan tenaga kerja untuk pembangunan. Kelebihan tenaga di suatu daerah tidak dengan sendirinya tersalur ke daerah lain yang mengalami kekurangan tenaga kerja. Kelebihan tenaga pada suatu lapangan pekerjaan belum tentu dapat memperoleh pekerjaan di lapangan lain, baik oleh karena kekurangan informasi mengenai kesempatan kerja maupun oleh karena kurang sesuainya ketrampilan yang dimiliki. Situasi kelebihan tenaga dan kurang sempurnanya pasaran tenaga kerja secara bersama-sama juga menimbulkan hal yang ketiga, yaitu terdapatnya syarat kerja dan kondisi kerja yang kurang wajar.

Di samping itu, di Indonesia terdapat pula ketidakseimbangan yang menonjol di bidang ketenagakerjaan, yaitu ketidakseim-

433

Page 3: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

bangan antar daerah. Pulau Jawa yang hanya merupakan 7% dari seluruh luas Indonesia didiami oleh lebih dari 63 % pen-duduk Indonesia pada tahun 1971. Hal ini berarti pula penum-pukan tenaga kerja di pulau Jawa dan kurangnya tenaga kerja di luar Jawa yang kepadatan penduduknya masih amat rendah serta potensi ekonomi yang dapat dikembangkan masih luas. Dihubungkan dengan hambatan yang dihadapi di pasaran tena- ga kerja, maka ketidakseimbangan di dalam penyebaran tenaga kerja ini telah mengakibatkan kurang optimalnya pemanfaatan potensi produktif tenaga kerja.

I. TENAGA KERJA

1. Perkembangan keadaan di bidang tenaga kerja

Selama masa Repelita I, usaha-usaha telah dilaksanakan untuk mengatasi ketidakseimbangan di dalam permintaan dan penawaran tenaga kerja, dan sekaligus ditujukan untuk me-ningkatkan penggunaan tenaga kerja. Juga kondisi kerja telah diusahakan memperbaikinya melalui pembinaan undang-undang ketenagakerjaan dan pengawasan pelaksanaannya. Pembinaan organisasi buruh dan pengusaha juga telah dapat menyumbang di dalam meningkatkan kesejahteraan buruh. Fasilitas pendi-dikan dan latihan kejuruan khususnya yang menjadi tanggung jawab pemerintah telah berhasil direhabilitir dan bahkan di-perluas. Sektor swasta telah memperlihatkan pula kegiatan latihan yang semakin meningkat, terutama di daerah di rnana terjadi perkambangan ekonomi yang pesat.

Kekurangan tenaga terdidik di desa terutaana sebagai pelopor pembangunan telah diusahakan untuk mengatasinya antara lain melalui pengerahan tenaga sarjana dau sarjana muda sukarela ke desa-desa yang diorganisir melalui Badan Urusan Tenaga Kerja Sukarela Indonesia (BUTSI). Usaha ini telah dirasakan manfaatnya dan selama Repelita I telah dikerahkan sebanyak lima angkatan yang meliputi jumlah lebih dari 800 orang (lihat Tabel 17-1).

Page 4: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

434

TABEL 17 - 1 JUMLAH TENAGA KERJA SUKARELA BUTSI SELAMA REPELITA I

TahunAngkatan 1969/70 1970/71 1971/72 1972/73 1973/74. Jumlah

I. 30 30 30II. 50 50 50III. 270 270 270IV. 300 300 300

v. 200 200

Jumlah 30 80 320 570 500 850

Program Bantuan untuk Pembangunan Kabupaten dan Kota-madya (INPRES) telah menunjukkan manfaat besar di dalam penciptaan lapangan kerja selama Repelita I. Program ini telah dapat memperbaiki jalan-jalan Kabupaten/Kotamadya, jaring- an irigasi, jembatan, dan prasarana lainnya secara padat karya. Dengan demikian, langsung atau tidak langsung telah dicipta- kan pula kesempatan kerja.

Proyek Padat Karya rnerupakan usaha lain untuk mengatasi tingkat pengangguran yang tinggi, khususnya di beberapa daerah dengan produksi pangan yang rendah. Melalui kegiatan ini tenaga penganggur dan setengah menganggur telah dapat dimanfaatkan untuk usaha pembangunan sarana ekonomi se- derhana seperti jalan desa, dan lain sebagainya. Tenaga ini diberikan imbalan jasa berupa bahan pangan bulgur dan sejum- lah uang.

Adapun hasil yang dicapai selama empat tahun Repelita I meliputi pembuatan jalan desa sejumlah lebih dari 3.500 km, pembuatan saluran irigasi lebih dari 4.500 km dan penghijauan seluas lebih dari 11.000 ha.

435

Page 5: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

Kegiatan antar kerja untuk mempertemukan penawaran dengan permintaan tenaga kerja selama Repelita I telah pula memperlihatkan kemajuan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat pada angka-angka statistik pendaftaran dan penempatan yang telah dilakukan di seluruh Indonesia. Kegiatan penyaluran tenaga kerja antar kerja antar daerah selama Repelita I juga telah banyak membantu proyek yang tersebar di berbagai ke-pulauan untuk mendapatkan tenaga kerja yang memiliki ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan.

Organisasi buruh yang terpecah-belah dan tanpa arah telah terbina dan bersatu dalam satu wadah dan dengan demikian merupakan potensi bagi pembangunan di masa yang datang.

2. Masalah di bidang tenaga kerja.

Pertumbuhan dan jumlah penduduk yang semakin meningkat dan kegiatan pembangunan yang semakin berkembang merupa-kan masalah pokok yang dihadapi di sektor tenaga kerja. Di bidang pendidikan dan 1atihan kejuruan hal-hal di atas berarti kebutuhan lebih besar untuk meningkatkan fasilitas dan sarana latihan. Meningkatnya kebutuhan ini dirasakan pada semua sektor pembangunan, di sektor peanerintah maupun sektor swasta, di sektor yang membutuhkan tenaga dengan intensitas ketrampilan modern yang tinggi, seperti perminyakan, industri besar, dan lain-lain, maupun di sektor-sektor yang tingkat intensitas ketrampilan lebih rendah.

Kekurangan tenaga kerja terdidik telah diatasi untuk seba- gian melalui panggunaan tenaga asing dalam bidang keahlian tertentu di mana tenaga Indonesia masih kurang. Dalam hu-bungan ini dipersiapkan langkah-langkah agar tenaga Indonesia dapat menggantikan mereka.

Sistem pendidikan formil perlu diarahkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga pembangunan. Pengkoordinasian sistem pen-didikan nanformil juga perlu ditingkatkan.

436

Page 6: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

Semakin meningkatnya jumlah penduduk, akan menimbulkan tekanan penduduk khususnya di daerah yang kurang sumber-surnber alamnya. Hal ini membutuhkan peningkatan kegiatan pemberian kesempatan kerja secara langsung di daerah yang bersangkutan. Masalah lain yang dihadapi menyangkut per- soalan pilihan proyek dan pengaturan kelembagaannya sehingga investasi dapat mencapai sasaran memberikan hasil sebesar-besarnya bagi daerah di mana proyek berada.

Masalah tenaga kerja sebagai penerima pendapatan, juga semakin meminta perhatian. Pemecahan masalah keselamatan kerja, kesehatan, tingkat upah dan pensiun perlu diserasikan dengan usaha meningkatkan kesempatan kerja produktif se-besar mungkin. Pembinaan serikat buruh dan organisasi profesi lainnya di bidang produksi perlu diarahkan untuk menunjang perkembangan hubungan kerja yang sehat dan suasana kerja yang mendorong peningkatan produksi dan perluasan kesem- patan kerja.

Di samping masalah tersebut di atas diperlukan pula pening-katan kemampun para pelaksana program di bidang tenaga kerja.

3. Kebijaksanaan-kebijaksanaan dan langkah-langkah.Di dalam mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga

kerja, pendekatan yang ditempuh adalah mengarahkan setiap program dan proyek pembangunan agar menggunakan tenaga kerja sebanyak mungkin. Hal ini dilakukan baik melalui kebi-jaksanaan di bidang ekonomi keuangan maupun kebijaksanaan di berbagai sektor pembangunan lainnya (Lihat Bab 3).

Namun, oleh karena banyaknya segi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja, maka di samping kebijaksanaan umum tersebut perlu pula dikembangkan program dan langkah khusus. Langkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah ke-sempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program dan

437

Page 7: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

langkah khusus ini diharapkan akan membantu mengatasi berbagai ragam ketidakseimbangan yang terdapat di pasaran tenaga kerja secara langsung dan tidak langsung dalam waktu yang relatif singkat.

PROGRAM DI BIDANG TENAGA KERJA

Program di bidang tenaga kerja meliputi Program pemba-ngunan Desa, Program Pembinaan dan Penggunaan Tenaga Kerja, Program Pendidikan Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Program Pembinaan Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja, Program Penelitian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Pro-gram Transmigrasi

a. Program Pembangunan Desa.Masalah yang terdapat di daerah pedesaan yang padat pen-

duduknya adalah relatif tingginya pengangguran dan setengah penggangguran baik dalam arti rendahnya tingkat produktifitas dan pendapatan maupun adanya tenaga petani yang tidak bekerja diluar waktu-waktu panen. Adanya tenaga keja penganggur dan setengah penganggur ini memberikan ke-mungkinan untuk meningkatkan produksi dan sekaligus me-ningkatkan pendapatan para petani dan dengan demikian memperluas kesempatan kerja produktif.

Dalam hubungan ini proyek padat karya yang sudah dimulai pada masa Repelita I ditingkatkan dan disempurnakan dalam Repelita II. Sasaran yang ini dicapai bukan saja perluasan kesempatan kerja secara langsung yang bersifat sementara sebagai akibat kegiatan fisik pembuatan sarana ekonomi se- perti saluran sederhana dan lain-lain, tetapi juga kesempatan kerja yang tidak langsung dan bersifat tetap. Untuk ini maka kegiatan fisik dan kegiatan lainnya ditujukan untuk mening-katkan pemakaian tanah secara lebih intensif. Yang dimaksud dengan pengunaan tanah secara lebih intensif adalah mena- nami sebidang tanah beberapa kali dalam setahun baik dengan jenis tanaman yang sama maupun kombinasi jenis tanaman yang sesuai.

438

Page 8: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

Penyempurnaan selanjutnya dilakukan di dalam cara peng-organisasian dan pelaksanaan proyek. Masalah setempat me-nentukan proyek yang akan dilaksanakan. Selanjutnya tenaga kerja sukarela sarjana yang diorganisir BUTSI akan diperban-tukan kepada proyek. Tenaga kerja sukarela itu bertugas se-bagai pembantu di dalam merencanakan proyek dan tugas lain agar sasaran dapat dicapai.

Dalam rangka pemerataan kegiatan pembangunan maka pro-yek ini akan dimulai dari daerah yang tergolong relatif amat miskin. Untuk ini kecamatan dengan kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran yang tinggi akan diprioritaskan lebih dahulu. Penentuan prioritas ini dilakukan melalui survey pendahuluan ke daerah-daerah oleh tenaga kerja sukarela sarjana yang diorganisir oleh BUTSI.

Diharapkan bahwa dalam Repelita II, kegiatan proyek Padat Karya Gaya Baru akan dapat dilaksanakan setidak-tidaknya pada 775 kecamatan di seluruh Inlonesia.

Dalam program pembangunan desa adalah sangat penting untuk mengembangkan usaha yang sifatnya nonpertanian, se-perti pengrajutan, konfeksi/penjahitan, dan lain-lain guna me-menuhi kebutuhan desa. Dalam hubungan ini ketrampilan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha dapat dimanfaatkan program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), khusus- nya untuk kaum wanita.

Satu masalah yang dihadapi di dalam perluasan kesempatan kerja produktif di kalangan pedagang, nelayan, pengusaha pengrajin, dan tenaga kerja yang bekerja untuk diri sendiri (self-employed) adalah kekurangan kredit. Para pengusaha kecil ini pada umumnya tidak bisa memenuhi persyaratan bank teknis dan mereka berdiam di desa. Untuk mereka ini dalam Repelita II dikembangkan Program Kredit Desa. Dalam me-1aksanakan program ini maka yang menjadi pertimbangan uta-ma adalah bahwa para pengusaha tersebut memang membu-tuhkan kredit dan dipercayai dapat mengembalikannya.

439

Page 9: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

Jumlah kredit untuk setiap nasabah diperkirakan berkisar diantara Rp. 10.000,- sampai dengan Rp. 25.000,- dengan maksimum Rp. 100.000,-. Kredit disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia Unit Desa yang direncanakan pada tahap permulaan berjumlah 2.600 unit. Di tempat di mana tidak ter- dapat BRI unit desa maka pemerintah daerah dapat menggu- nakan sebagian dari pada program bantuan pembangunan Das- wati I untuk maksud tersebut.

Kebijaksanaan untuk memberi bantuan guna pembangunan Kabupaten dan Kotamadya berdasarkan jumlah penduduk yang lebih dikenal dengan nama program INPRES akan dilanjutkan dan ditingkatkan. Program ini bertujuan pertama-tama untuk memperluas lapangan kerja, baik langsung sewaktu proyek di-kerjakan maupun tidak langsung sesudah proyek selesai diker-jakan. Program ini akan membuat daerah pedesaan lebih me- narik melalui pembuatan dan perbaikan jalan dan jembatan maupun pasar. Daerah pedesaan akan lebih produktif bukan hanya karena prasarana perhubungan sudah diperbaiki akan tetapi juga karena waduk dan saluran irigasi yang sudah dire-habilitasi atau yang baru. Program ini juga ditujukan untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup penduduk yang miskin di kota-kota melalui proyek perbaikan kampung.

Bantuan untuk tahun anggaran 1974/75 adalah sebesar Rp. 300 perkapita. Di samping itu akan diberikan insentif ke- pada Kabupaten/Kotamadya yang telah mencapai atau melam- paui sasaran Ipedanya. Dana IPEDA yang diserahkan kepada Kabupaten/Kotamadya dimaksudkan antara lain untuk peme-liharaan sarana yang telah dibangun.

Pembiayaan program ini disediakan melalui sektor pemba- ngunan daerah, desa dan kota.

Program penghijauan dan reboisasi akan dijalankan secara sungguh-sungguh, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam arti luasnya daerah yang sangat memerlukan penghi -jauan dan reboisasi akan tetapi juga dalam usaha mencipta-

440

Page 10: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

Kegiatan yang diperlukan oleh program ini bukanlah kegiatan yang menuntut ketrampilan yang tinggi dan alat yang modern. Rakyat desa yang memiliki alat yang sederhana dan pengalaman tanam-menanam dapat menjalankan program ini. Di samping itu, baik pria maupun wanita dan juga pemuda-pemudi dapat turut aktif menjalankan program penghijauan dan reboisasi ini, sehingga memperluas kesempatan kerja. Usaha penghijauan dan reboisasi ini didasarkan pada hasil survey dan perencanaan yang lebih terperinci mengenai daerah-kritis di pulau Jawa dan Madura yang diperkirakan meliputi beberapa juta hektar tanah tegalan tergolong kritis. Sementara itu kegiatan penghijauan dan reboisasi yang sedang dijalankan akan dilanjutkan dan diperluas. Pembiayaan kegiatan-kegiatan ini, tersedia di sektor pertanian melalui program penyelamatan hutan, tanah dan air.

b. Program Pembinaan dan Penggunaan Tenaga Kerja.

Kebijaksanaan untuk memanfaatkan para pemuda, sarjana dan sarjana muda sebagai tenaga pelopor pembangunan dan pembaharuan di daerah pedesaan (seperti program BUTSI) akan dilanjutkan dan ditingkatkan. Program ini bertujuan se- lain membina kepribadian para pemuda dan menjadikannya lebih tajam dalam mengidentifikasi, merumuskan dan meme- cahkan masalah, juga langsung membantu melaksanakan pro- gram pembaharuan dan pembangunan di desa di bidang admi-nistrasi desa, pendidikan, latihan, dan sosial-mental-spirituil; kesehatan, gizi, dan keluarga berencana; prasarana dan pro- duksi. Dengan hadirnya tenaga kerja sukarela (TKS) atau pe- lopor pembaharuan dan pembangunan di desa, maka bukan hanya partisipasi rakyat untuk pembangunan dapat ditingkat- kan tapi juga perhatian dinas di tingkat yang lebih tinggi da- pat lebih banyak diberikan pada pembangunan daerah pedesa- an. Melalui pelaksanaan tugas-tugasnya, TKS juga akan meluas ke daerah – daerah sehingga masyarakat desa akan lebih

Page 11: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

441

berorientasi pembaharuan dan pembangunan. Diharapkan pada akhir Repelita II, BUTSI sudah menugaskan sekitar 10.000 pelopor pembaharuan dan pembangunan daerah pedesaan. Se- cara kumulatif, maka selama Repelita II, BUTSI akan menugas-kan sekitar 20.000 pemuda-pemudi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17-2. Juga jumlah tenaga kerja sukarela wanita diusaha- kan untuk ditingkatkan agar pembinaan tenaga kerja wanita di desa dapat lebih effektif. ,

Bagi tenaga BUTSI yang dinilai baik terbuka kemungkinan untuk dipekerjakan sebagai pegawai negeri setelah mereka menyelesaikan tugas mereka di lapangan. Selain itu amatlah diharapkan bahwa setelah pengalaman di lapangan para tenaga sarjana/sarjana muda ini melihat kemungkinan untuk memu- lai usaha sendiri di daerah pedesaan. Untuk ini kepada mereka diberikan bantuan dan dorongan.

Selain dari penggunaan tenaga sarjana dan pemuda melalui BUTSI, maka dalam Repelita II, ditingkatkan pula kegiatan Kuliah Kerja Nyata. Kegiatan Kuliah Kerja Nyata ditujukan bagi para mahasiswa yang akan menyelesaikan pelajaran di universitas-universitas sebagai bagian dari kurikulum mereka.

Kegiatan-kegiatan Kuliah Kerja Nyata dapat membantu ber-bagai aspek pembangunan terutama di pedesaan. Para maha- siswa dapat membantu penyuluhan maupun penggunaan dari pada cara-cara kerja baru. Mereka dapat pula membantu peren-canaan proyek di pedesaan sehingga proyek ini dapat lebih bermanfaat bagi rakyat. Kemudian para mahasiswa dapat pula berpartisipasi di dalam usaha nasional seperti pemberantasan buta huruf dan meningkatkan latihan di pedesaan.

Peningkatan peranan para pemuda dan mahasiswa di dalam pembangunan akan dilakukan juga melalui program lain.

Anggota-anggota ABRI yang memasuki masa persiapan

Page 12: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

pensiun (MPP) pada umumnya masih mempunyai tahun - tahun

442

TABEL 17 - 2

PERKIRAAN JUMLAH TENAGA KERJA SUKARELA DALAM REPELITA II

Tahun 1974-75 1975-76 1976-77 1977-78 1978-79 Jumlah Angkatan

IV. 300 300 V. 200 200

VI. 3.500 3.500 3.500

VII. 4.000 4.000 4.000

VIII. 4.500 4.500 4.500

IX. 5.000 5.000 5.000

X. 5.000 5.000

Jumlah: 4.000 7.500 8.500 9.500 10.000 22.500

produktif. Oleh karena itu tenaga mereka dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.

Banyak anggata ABRI yang akan dialih tugaskan mempu- nyai ketrampilan yang mereka pelajari sewaktu mereka masih aktif dalam dinas ketentaraan. Bagi mereka yang mempunyai ketrampilan ini terbuka kemungkinan untuk dijadikan instruk- tur pada pusat latihan kerja. Kebutuhan tenaga instruktur semakin bertambah, baik di pusat latihan yang sudah ada mau- pun di pusat latihan kerja yang baru didirikan. Sebaliknya, mereka yang membutuhkan ketrampilan dapat mengikuti latih- an di pusat latihan kerja. Selanjutnya, anggota ABRI yang akan dialih tugaskan dan ingin berusaha secara berkelompok atau- pun perseorangan dapat diberi bantuan seperti yang diberikan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah lainnya.

Page 13: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

443

Dalam rangka peningkatan transmigrasi umumnya dan transmigrasi ABRI khususnya, penyelenggaraan transmigrasi ABRI diintegrasikan dengan penyelenggaraan transmigrasi lainnya.

Salah satu aspek penting di dalam meningkatkan kesempatan kerja adalah pembinaan pengusaha kecil di kota maupun di desa. Cara-cara produksi para pengusaha kecil ini pada umum- nya bersifat padat karya dan hasil produksi banyak memenuhi kebutuhan rakyat banyak. Oleh karena itu melalui pembinaan para pengusaha ini maka kesempatan kerja langsung maupun tidak langsung akan dapat diperluas.

Disamping itu pembinaan para pengusaha kecil juga ber- tujuan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha ekonomi lemah.

Adapun cara-cara yang ditempuh dalam pembinaan ini ber- bagai ragam sifatnya. Secara tidak langsung hal ini dilakukan melalui kebijaksanaan di bidang impor dan pajak yang ber- tujuan untuk memberi perlindungan yang wajar bagi hasil pro- duksi pengusaha kecil. Secara langsung pembinaan dilaksana- kan melalui penyuluhan yang intensif untuk pengusaha kecil.

Sebagai salah satu bagian pembinaan ini adalah penyediaan kredit investasi dan kredit eksploitasi yang masing-masing berjumlah maksimum Rp. 5 juta. Syarat-syarat untuk kredit ini dibuat ringan. Kredit ini tidak mutlak memerlukan penye- diaan 25% dari kebutuhan dana investasi bilamana pengusaha yang bersangkutan tidak sanggup menyediakannya. Sasaran yang akan dicapai meliputi meningkatkan produksi dan mutu hasil perusahaan kecil; meningkatkan pemasaran hasil pro- duksi perusahaan kecil; meningkatkan latihan kejuruan dan management bagi pengusaha kecil dan meningkatkan tersedia- nya fasilitas kredit bagi pengusaha kecil.

Dengan semakin meningkatnya penanaman modal asing, semakin banyak pula tenaga asing yang bekerja di Indonesia. Kebijaksanaan yang ditempuh dalam Repelita II terhadap te- naga asing, adalah seperti dalam Repelita I yakni membatasi

Page 14: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

444

masuknya tenaga asing yang bekerja di Indonesia dan meng-gantikan tenaga asing dengan tenaga Indonesia secepat mungkin.

Adapun langkah yang ditempuh dalam rangka membatasi masuknya tenaga !asing adalah menutup kemungkinan untuk jabatan tertentu bagi tenaga asing, khususnya jabatan yang tidak membutuhkan ketrampilan khusus untuk mana tenaga Indonesia sudah tersedia. Selanjutnya bagi jabatan yang ter- paksa diisi oleh tenaga asing maka ditentukan satu waktu ter- tentu pada saat mana jabatan tersebut telah dapat diisi oleh tenaga Indonesia.

Pengaturan administratif yang lebih teliti dan ketat di dalam pemberian izin masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia dan pengawasan lebih efektif mengenai penggunaan tenaga asing merupakan sebagian langkah agar tenaga Indonesia bisa lebih banyak dimanfaatkan. Sejalan dengan usaha administratif ini adalah meningkatkan usaha pembinaan tenaga kerja Indonesia untuk menggantikan tenaga asing. Untuk ini kegiatan latihan dilakukan bukan saja di pusat-pusat latihan kerja tetapi juga oleh perusahaan bersangkutan. Perusahaan asing yang ber- operasi di Indonesia diwajibkan untuk melaksanakan program latihan yang sistimatis agar tenaga Indonesia dapat menduduki jabatan pada perusahaan tersebut sesuai dengan ketentuan di dalam undang-undang Penanaman Modal Asing.

Di samping itu terdapat banyak hambatan di dalam pasaran tenaga kerja agar penggunaan tenaga kerja dapat lebih opti- mal. Tenaga kerja di suatu daerah yang membutuhkan peker- jaan mungkin tidak mengetahui bahwa di daerah lain terdapat pekerjaan. Para siswa yang akan lulus dari sekolah ditingkat lanjutan mungkin kurang mengetahui sepenuhnya menge- nai keadaan pasar kerja umpamanya mengenai syarat kerja, upah, dan dimana pekerjaan tersebut. Jadi kekurangan infor- masi merupakan hambatan utama ke arah mobilitas tenaga kerja yang lebih tinggi.

445

Page 15: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

Oleh karena itu salah satu usaha penting yang akan ditingkat- kan dalam Repelita II dailam rangka penggunaan tenaga kerja lebih optimal adalah penyebarluasan informasi mengenai pa- saran tenaga kerja.

Adapun beberapa kegnatan di dalam usaha ini melaputi pe-ngumpulan informasi dari pada pekerjaan baru yang diciptakan melalui berbagai usaha penanaman modal, yang menggunakan fasilitas penanaman modal baik asing maupun swasta. Pengum-pulan informasi mengenai kesempatan kerja dari program pem-bangunan Pemerintah juga ditingkatkan.

Informasi mengenai kesempatan kerja disebarluaskan ke se- luruh tanah air, terutama ke daerah yang padat penduduknya. Dalam hubungan ini akan dimanfaatkan saluran komunikasi massa seperti radio, suratkabar, maupun buletin-buletin.

Dalam usaha pemanfaatan tenaga kerja secara optimal maka usaha penempatan juga ditingkatkan. Dalam hubungan ini ban-tuan dan faasilitas akan diberikan kepada perusahaan yang beroperasi di daerah tipis penduduk di dalam usaha mendapat- kan tenaga kerja.

Di dalam usaha ini semua perhatian khusus akan diberikan kepada tenaga kerja usia muda.

Dalam program pembinaan dan penggunaan tenaga kerja termasuk usaha perencanaan tenaga kerja sebagai salah satu usaha mengatasi kekurangan-seimbangan yang terdapat di da- lam penawaran dan permintaan tenaga terdidik. Di samping as- pek sektor, maka perencanaan dan usaha mengatasi kekurang-seimbangan ini akan menekankan aspek daerah. Dengan bekerja sama dengan badan perencanaan pembangunan yang ada di daerah disusun rencana tenaga kerja untuk daerah tersebut. Rencana tenaga kerja daerah merupakan salah satu bahan pen- ting di dalam perencanaan tenaga kerja secara nasional.

c. Program Pendidikan Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Dalam GBHN antara lain dinyatakan bahwa untuk mengisi lapangan kerja yang akan tersedia diperlukan tenaga kerja

Page 16: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

446

yang memiliki kecakapan dan ketrampilan yang sesuai dengan keperluan pembangunan, sehingga perluasan lapangan kerja dan pembinaan sistem pendidikan yang sesuai dengan keperluan pembangunan, atau yang mampu menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan untuk pembangunan, harus dilaksanakan se- cara bersama dan serasi.

Dalam bidang pendidikan dan latihan, sasaran dalam Repelita II adalah meningkatkan kesesuaian di antara sistem pendidikan formil (SD, SLP, SLA dan Perguruan Tinggi) dengan kebutuhan tenaga di dalam pembangunan. Dengan demikian diharapkan jumlah pencari kerja di kalangan para lulusan akan dapat diperkecil. Sasaran lainnya adalah memenuhi kebutuhan tenaga trampil yang ternyata kurang di dalam pembangunan. (Selanjutnya lihat Bab: Pendidikan dan Pembinaan Generasi Muda).

Untuk meningkatkan latihan yang bersifat kejuruan, langkah-langkah dalam Repelita II adalah melanjutkan reha- bilitasi pusat latihan kerja yang ada dan membangun pusat- pusat latihan kerja baru terutama untuk jurusan pertanian dan lapangan kejuruan industri. Dalam rangka meningkatkan kwalitas latihan maka jumlah instruktur pada pusat latihan kerja akan ditambah. Latihan bagi pengusaha kecil dan pemuda jebolan sekolah juga ditingkatkan. Latihan kejuruan dalam rangka pelaksanaan program transmigrasi dan program pembinaan desa transmigrasi juga ditingkatkan.

Dalam latihan kerja dam latihan kejuruan tersebut akan selalu diusahakan agar jumlah peserta wanita meningkat.

Kegiatan swasta di bidang latihan akan didorong dan ditingkatkan kwalitasnya dan ditempatkan sebagai bagian pendidikan kejuruan nasional. Dalam hubungan ini dalam Repelita II kegiatan pendidikan kejuruan yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan swasta akan diinventarisasikan dan diadakan pembakuan didalam kurikulum. Bantuan lainnya terutama berupa penyuluhan akan diberikan kepada lembaga yang bersangkutan.

447

Page 17: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

Perusahaan diarahkan untuk dapat menyumbang lebih besar kepada latihan kejuruan. Setiap program investasi swasta, asing maupun dalam negeri, diharuskan membuat rencana, serta melaksanakan pendidikan dan latihan bagi tenaga yang dibutuhkannya dan diawasi pelaksanaannya.

Dalam program pendidikan tenaga kerja dan transmigrasi termasuk pula usaha untuk mengembangkan kemampuan berusaha sendiri, terutama bagi pengusaha ekonomi lemah dan pemuda. Dalam hubungan iani maka pusat latihan kerja akan disesuaikan orientasi dan cara latihannya, agar para lulusan mampu memulai perusahaan sendiri atau mengembangkan usaha mereka.

Agar terdapat penyesuaian perencanaan di bidang pendidikan dan latihan, maka angka mengenai jumlah dan jenis kebutuhan tenaga kerja akan diperbaiki. Untuk ini maka, klasifikasi pekerjaan, uraian pekerjaan (job description) dan syarat pekerjaan akan disempurnakan.

d. Program Pembinaan Hubungan dan Perlindungan Tenaga Kerja.

Di bidang pengupahan terdapat dua hal yang menjadi sasaran. Pertama adalah mengusahakan agar upah terendah yang dibayar menuju kearah memenuhi kebutuhan pokok minimum pada berbagai jabatan di berbagai sektor. Kedua, sebagai bagian dari usaha pemerataan hasil pembangunan, adalah mengusahakan agar perbedaan upah di antara berbagai jabatan dan sektor perlu dijaga agar tidak menjadi berlebihan.

Secara kelembagaan usaha lainnya yang akan dilaksanakan adalah perbaikan peraturan dan pelaksanaan mengenai peng- upahan seperti pembayaran upah pada waktunya, pembayaran upah sesuai dengan tingkat Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) bilamana hal tersebut telah ditetapkan dan dapat dilaksanakan.

Sejalan dengan usaha di bidang pengupahan adalah usaha

Page 18: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dari tenaga kerja.

448

Adapun langkah-langkah di bidang ini adalah melaksanakan pengawasan lebih efektif mengenai pelaksanaan norma kese- hatan dam keselamatan kerja pada perusahaan-perusahaan. Semua peraturan dan perundangan perburuhan yang sudah tidak sesuai lagi akan diadakan penyempurnaan, misalnya peraturan mengenai kecelakaan, peraturan mengenai pendaf- taran serikat buruh dan sebagainya. Di samping itu usaha-usaha pembinaan sistem asuransi bagi buruh swasta yang telah di- mulai dalam Repelita I ditingkatkan dalam Repelita II.

Menjelang akhir Repelita I serikat buruh di Indonesia telah berhasil menyatukan diri mereka ke dalam satu wadah dan berhasil pula menciptakan program kegiatan yang mendorong pembangunan. Organisasi nelayan dan organisasi pertanian juga sudah dapat mengkonsolidir diri mereka.

Kebijaksanaan terhadap organisasi sosial di bidang produksi ini ditujukan untuk mendorong pertumbuhan mereka dan meng-arahkan kegiatan dan inisiatif mereka untuk menciptakan kesempatan kerja produktif dan suasana kerja yang dinamis. Bentuk yang sesuai dari partisipasi organisasi sosial ini di bidang peningkatan produksi dan penciptaan lapangan kerja serta demokratisasi kehidupan kerja di tempat produksi di-usahakan untuk diwujudkan setahap demi setahap dalam Re- pelita II.

Dalam hubungan ini maka peninjauan untuk perbaikan aspek kelembagaan yang menyangkut hubungan kerja akan dilak-sanakan. Pendidikan buruh akan digalakkan dalaln rangka pembinaan serikat buruh. Peraturan dan undang-undang yang menyangkut cara kerja maupun fungsi lembaga tripartite di-sempurnakan. Kegiatan penelitian pengupahan akan digalakkan dalam rangka pemecahan masalah pengupahan. Penyempurnaan dan pelaksanaan hubungan perburuhan yang merangsang par-tisipasi bertanggung jawab akan dilakukan baik dari segi

Page 19: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

konsepsi maupun dari segi praktek pelaksanaan, termasuk penyempurnaan dan perluasan Perjanjian Kerja Bersama.

449410476 - (15a).

Untuk mengatasi kesukaran para pekerja wanita yang mem-punyai kewajiban keluarga, maka fasilitas untuk keluarga berencana di tempat kerja (pabrik-pabrik, kantor-kantor), tempat penitipan anak, dan sebagainya akan diusahakan untuk dapat tersedia.

e. Program Penelitian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Untuk mendukung kebijaksanaan nasional di dalam pencip- taan kesempatan kerja produktif maka dalam Repelita II dilak-sanakan berbagai usaha penelitian yang mencakup aspek-aspek penting dari masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja. Pene- litian ini diarahkan untuk mendapatkan cara-cara yang tepat di dalam pengukuran gejala kekurangan kerja dan pendapatan rendah; mendapatkan cara-cara produksi yang banyak menye- rap tenaga kerja dengan biaya investasi yang sama. Penelitian akan meliputi pula usaha untuk mendorong agar barang produk- si yang bersifat padat karya lebih banyak dipergunakan. Pene- litian juga diarahkan untuk menentukan m,asalah kelembagaan yang timbul di dalam rangka perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan yang berorientasi memper- luas kesempatan kerja. Dalam rangka perencanaan tenaga kerja maka usaha-usaha penelitian pengupahan, penelitian informasi pasar kerja dan penelitian jabatan dalam Repelita II akan diselesaikan.

Penelitian mengenai ketenaga kerjaan juga diarahkan untuk mendukung pelaksanaan lebih efektif dari usaha transmigrasi. Penelitian mencakup keadaan sosial ekonomi di tempat asal maupun di tempat tujuan dan survey eksplorasi mengenai daerah transmigrasi. Agar dapat mendukung kebijaksanaan nasional di dalam penciptaan kesempatan kerja maka isi dan cara pendekatan yang dilakukan haruslah berorientasi kepada pemecahan masalah yang dihadapi di dalam proses pem- bangunan.

Page 20: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

450

II. TRANSMIGRASI

1. Peranan transmigrasi dalam pembangunan nasional.Dalam GBHN dikemukakan bahwa pembukaan daerah yang

jarang penduduknya di luar pulau Jawa di samping membang-kitkan potensi ekonomi yang sangat luas juga akan menambah terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas. Oleh karena itu maka transmigrasi, termasuk transmigrasi lokal, harus dige- rakkan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh secara ter- arah dan dikaitkan dengan kegiatan pembangunan daerah.

Usaha transmigrasi juga diharapkan untuk meningkatkan integrasi nasional, bukan saja dalam artian ekonomi tetapi juga secara sosial budaya. Transmigrasi merupakan usaha mendorong perpindahan penduduk dari Jawa, Bali dan Lombok yang dalam jangka panjang diharapkan dapat memperbaiki pola penyebaran penduduk. Selanjutnya transmigrasi dapat pula dilihat sebagai usaha memenuhi kebutuhan tenaga kerja di dalam berbagai program pembangunan nasional seperti pembuatan prasarana jalan. Usaha transmigrasi khususnya dii sektor pertanian di-harapkan juga untuk memperluas areal produktif pertanian dan dengan demikian membantu meningkatkan produksi dan ekspor. Demikian pula transmigrasi akan menyumbang bagi pertahanan dan keamanan nasional serta pembinaan bangsa. Mengingat banyaknya tujuan-tujuan pembangunan yang terkait dengan program transmigrasi, jelaslah bahwa program ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari usaha-usaha pemba-ngunan dalam Repelita II maupun dalam masa selanjutnya.

2. Perkembangan transmigrasi.Sebelum Repelita I transmigrasi terutama dilaksanakan se-

bagai usaha memindahkan penduduk sebesar-besarnya dari daerah padat penduduk di Jawa dan Bali ke daerah luar Jawa dan Bali tanpa dikaitkan dengan usaha-usaha pembangunan daerah maupun pembangunan sektor. Akibatnya adalah banyak program transmigrasi yang terlantar.

451410476 - (15 b).

Page 21: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

Salah satu hasil yang dicapai selama Repelita I adalah peng-kaitan program transmigrasi dengan usaha pembangunan lainnya. Transmigrasi dilaksanakan dengan tujuan pembangun- an daerah baik daerah tujuan transmigrasi maupun daerah asal transmigrasi. Transmigrasi juga dilihat sebagai usaha untuk mencukupi kebutuhan tenaga pembangunan di daerah yang tipis penduduknya.

Secara kwantitatif, jumlah kepala keluarga yang ditransmi-grasikan ke daerah luar Jawa dan Bali terus meningkat dari tahun ke tahun. Selama Repelita I (sampai dengan Nopember 1973) telah berhasil ditempatkan 25.537 kepala keluarga atau 127.689 jiwa.

Pembinaan daerah transmigrasi baik dari segi kemampuan ekonomi maupun pelayanan sosial terus ditingkatkan selama Repelita I. Pada akhir Repelita I telah dapat diusahakan oleh para transmigran tanah pertanian seluas ± 90.000 ha. Sejalan dengan itu, pembinaan koperasi di kalangan transmigran juga sudah diimulai. Pada akhir Repelita I terdapat kira-kira 91 buah koperasi dengan lebih kurang 17.000 anggota.

Pelayanan sosial yang dibutuhkan bagi pengembangan daerah transmigrasi juga ditingkatkan. Selama empat tahun Repelita I telah dibangun 88 buah sekolah dengan 260 ruang belajar; dan 58 buah balai pengobatan.

Sebelum Repelita I transmigrasi dilaksanakan tanpa koordi- nasi dengan berbagai instansi atau lembaga yang mempunyai peranan terhadap efektifitas transmigrasi. Dalam Repelita I kelemahan ini telah diperbaiki. Banyaknya badan yang me-laksanakan transmigrasi secara sendiri-sendiri telah dapat diperbaiki dengan adanya koordinasi da.lam penyelenggaraan transmigrasi.

Di samping itu semua, pelaksanaan transmigrasi selama Re-pelita I memberikan banyak pengalaman dan pelajaran yang

Page 22: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

dapat dimanfaatkan bagi usaha transmigrasi dalam Repelita II.

452

3. Masalah-masalah transmigrasi.

Masalah yang dihadapi di bidang transmigrasi adalah masalah yang berhubungan dengan persiapan dan pembinaan daerah tujuan transmigrasi menjadi satuan ekonomi dan sosial yang dapat berkembang. Pemilihan lokasi, masalah pengadaan sarana yang dibutuhkan, koordinasi dengan daerah maupun secara sektoral adalah beberapa masalah yang menonjol.

Di daerah asal masalah yang dihadapi berhubungan dengan pemilihan calon transmigran. Perhatian khusus diberikan kepada pemindahan penduduk dari daerah tanah kritis. Kepin-dahan dari daerah tersebut akan sangat membantu kelancaran usaha penghijauan dan penanaman kembali hutan dalam rangka mempertahankan sumber alam.

Penyediaan fasilitas pengangkutan juga merupakan masalah lainnya. Masalah yang dihadapi adalah peningkatan fasilitas pengangkutan agar perpindahan penduduk dapat lebih lancar berlangsung.

4. Kebijaksanaan dalam Repelita II.

Adapun yang menjadi sasaran kebijaksanaan transmigrasi adalah meningkatkan jumlah transmigran sebesar mungkin dari pulau Jawa, Bali dan Lombok ke luar pulau Jawa, Bali dan Lombok.

Untuk ini pendapatan per kapita di daerah transmigrasi ha- rus lebih baik dari pendapatan di tempat asalnya. Oleh karena itu kebijaksanaan selama Repelita II akan ditujukan kepada pembangunan satuan desa yang akan dapat berkembang men- jadi satuan ekonomi yang berkembang terus. Hal ini berarti bahwa persyaratan minimum agar suatu daerah dapat berkem-bang harus dipenuhi terlebih dahulu. Persyaratan minimum ini menyangkut penyediaan prasarana agar daerah transmigrasi

Page 23: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

dapat berhubungan dengan daerah luar terutama untuk kebu- tuhan pemasaran hasil produksi; prasarana irigasi pada dae- rah transmigrasi yang membutuhkan irigasi; fasilitas peru-

453mahan; fasilitas sosial yang esensiil seperti sekolah dasar dan pusat kesehatan masyarakat dan keluarga berencana. Yang di- tuju adalah agar para transmigran yang sampai pertama se- kali ke daerah ini merasa adanya perbaikan didalam kehidup- annya dan adanya masa depan yang lebih baik lagi.

Walaupun sebagian besar dari pada transmigran adalah pe- tani, namun untuk perkembangan daerah transmigrasi men- jadi satuan sosial dan ekonomi yang dapat hidup dan berkem- bang terus maka dibutuhkan juga transmigran yang nonpetani. Oleh karena itu kebijaksanaan dalam Repelita II adalah mem-perluas calon transmigran kepada golongan nonpetani sesuai dengan kebutuhan perkembangan daerah bersangkutan.

Dalam pemilihan calon transmigran akan diutamakan calon dari daerah pedesaan; diusahakan agar calon transmigran ter- diri dari keluarga petani muda yang secara fisik dan mental mudah mengadakan penyesuaian di daerah baru.

Pembinaan pusat perkembangan ini dikaitkan dengan ren- cana pembangunan daerah. Koordinasi didalam perencanaan dan pelaksanaan pembinaan wilayah transmigrasi ditingkat- kan baik dengan pemerintah setempat maupun dengan program pembangunan di berbagai sektor. Sasaran penting di dalam ke-giatan koordinasi ini adalah untuk mewujudkan agar trans- migrasi merupakan bagian integral dari pembangunan daerah baik secara organisatoris maupun geografis. Dengan demikian sarana administrasi, sosial, kulturil, dan ekonomis bagi daerah transmigrasi dapat diciptakan secara lebih efektif.

Mengingat bahwa di tempat yang baru harus dibentuk suatu masyarakat baru dengan segala keragamannya, maka penge- tahuan praktis, di samping pertanian, seperti menjahit, meng- renda, mengawetkan makanan, membuat sari buah dan kueh- kueh, membuat batu-bata, memperbaiki sepatu, dan lain-lain akan diajarkan di kalangan transmigran atau keluarganya.

Di samping transmigrasi yang langsung digerakkan oleh pe-merintah maka transmigrasi spontan akan lebih terdorong de-

Page 24: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

454

ngan makin meluasnya pembangunan dan kegiatan ekonomi di luar Jawa.

Dalam usaha mendorong perpindahan penduduk secara spon-tan dalam jumlah lebih besar, maka fasilitas pengangkutan yang menghubungkan daerah padat penduduk dengan tipis penduduk akan ditingkatkan. Dalam hubungan ini kemampuan daya angkut jalan dan kereta api di antara Merak dan kota lain di Jawa akan ditingkatkan. Daya angkut di antara Merak dan pelabuhan Panjang juga ditingkatkan. Pembangunan ferry antara Merak dan Bakahuni dan pembangunan jalan antara Bakahuni dan Gayam serta peningkatan jalan di antara Gayam dan Panjang akan memperpendek waktu perjalanan dari Jawa ke daerah transmigrasi di Sumatra bagian Selatan.

Dalam rangka mendorong transmigrasi spontan maka pe-nyuluhan dan penyebaran informasi tentang keadaan serta ke-mungkinan di daerah luar Jawa dan Bali disebarluaskan.

Didalam menentukan daerah asal transmigrasi prioritas di-berikan kepada daerah kritis yang harus direhabilitir, daerah yang terancam bencana alam dan daerah-daerah yang kepa- datan penduduknya melebihi 1.000 jiwa per km2.

Salah satu alasan penting didalam pembinaan desa transmi-grasi menjadi satuan ekonomi yang kuat adalah agar para transmigran pada suatu waktu dapat menyumbang lebih besar kepada usaha pembangunan, khususnya transmigrasi. Untuk ini, maka setahap demi setahap para transmigran yang sudah mampu akan dimintakan untuk membayar kembali sebagian atau seluruh biaya yang telah dikeluarkan bagi kepentingan transmigran.

5. Perkiraan sasaran transmigrasi.

Dalam Repelita II diharapkan akan dibuka dan diperkem-bangkan tanah pertanian baru di luar Jawa, yang terdiri tanah

Page 25: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

persawahan, tegalan, dan perladangan. Adapun budidaya yang direncanakan akan ditanam tidak terbatas kepada tanaman pa-

455

ngan khususnya padi sa ja tetapi juga tanaman untuk ekspor seperti kelapa, kelapa sawit, tembakau, dan lain-lain.

Tanah yang disediakan untuk satu kepala keluarga minimal 4-5 ha dalam hal pertanian tanpa irigasi dan 2 ha dalam hal pertanian dengan irigasi. Jumlah transmigran yang akan dapat ditampung adalah minimum 250.000 kepala keluarga. Bilamana satu keluarga terdiri dari lima orang, maka jumlah transmigran adalah minimum 11/4 juta orang selama lima tahun mendatang. Bi1amana satu desa beranggotakan 500 kepala keluarga maka jumlah desa yang akan dibangun seluruhnya berjumlah mini- mum ± 500 desa.

Areal pertanian yang dibuka dalam rangka transmigrasi ter- buka bagi siapa saja yang membutuhkan tanah untuk perta- nian, termasuk transmigran lokal.Persyaratan yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan adalah bahwa orang yang mendapat tanah di daerah transmi- grasi benar-benar adalah petani dan mengerjakan tanah yang didapatnya. Bagi transmigran yang datang dari Jawa, Bali dan Lombok diusahakan agar mereka berasal dari daerah yang ke-padatan penduduknya lebih dari 1000 per km2, daerah yang perlu dihijaukan, daerah reboisasi dan daerah bencana alam.

Adapun daerah tujuan utama adalah Sumatra bagian Sela- tan; Kalimantan bagian Tenggara di sepanjang jalan yang akan dibangun di antara Banjarmasin, Balikpapan dan Samarinda; dan di Sulawesi adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara; dan daerah-daerah lain sesuai dengan hasil penelitian.

6. Pelaksanaan dan pembinaan transmigrasi.Agar pembinaan wilayah transmigrasi dapat berhasil dengan

baik, diperlukan tinjauan yang teliti mengenai daerah proyek transmigrasi. Untuk ini dilaksanakan berbagai ragam survey dan penelitian baik mengenai kesanggupan tanah, sumber- sumber air maupun aspek-aspek sosial daerah proyek trans- migrasi.

Page 26: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

456

Pengaturan tata guna tanah di daerah proyek adalah pen- ting. Di daerah tanah kering satu unit desa minimal diperlukan 5000-6000 ha dan setiap kepala keluarga menggarap 4 ha - 5 ha tanah garapan. Untuk daerah di mana terdapat pengairan, luas minimum unit desa bisa lebih kecil, yaitu 3000 ha dan masing-masing kepala keluarga mengusahakan 2 ha tanah ga- rapan. Bilamana prasarana irigasi belum tersedia maka usaha pemindahan penduduk dikoordinasikan dengan usaha-usaha pembangunan irigasi.

Di dalam pola penggunaan tanah diperhatikan bukan saja keperluan tanah untuk rumah tempat tinggal tetapi juga untuk sarana umum seperti jalan, kantor, dan lain-lain. Hal ini penting di dalam membangun desa sebagai suatu satuan sosial.

Di samping itu untuk pembinaan daerah transmigrasi seba- gai satuan ekonomi amatlah dibutuhkan tersedianya kredit, fasilitas pemasaran, usaha koperasi, alat-alat pertanian, dan barang kebutuhan pertanian yang lain.

PEMBIAYAAN.Pembiayaan dari Anggaran Pembangunan Negara untuk pem-

bangunan Tenaga Kerja dan Transmigrasi dalam tahun 1974/ 75 berjumlah Rp. 6,6 milyar, sedang selama jangka waktu lima tahun dalam Repelita II diperkirakan berjumlah Rp. 69,4 milyar.

Di samping itu ada pula kegiatan untuk pembangunan Te- naga Kerja dan Transmigrasi yang pembiayaannya diperhi- tungkan di sektor-sektor lain, yakni untuk pendidikan yang di-golongkan dalam sektor Pendidikan Kebudayaan Nasional dan Pembinan Generasi Muda sebesar Rp. 989,0 juta dalam tahun 1974/75 dan diperkirakan berjumlah Rp. 9.134,0 juta dalam jangka waktu lima tahun selama Repelita II.

Untuk penelitian yang digolongkan dalam sektor Pengemba- ngan Ilmu dan Teknologi, Penelitian dan Statistik sebesar Rp. 165,0 juta dalam tahun 1974/75 dan diperkirakan berjum- lah Rp. 1.475,0 juta selama lima tahun dalam Repelita II.

Page 27: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

457

Sedang untuk pembangunan prasarana fisik Pemerintahan dan/atau untuk Peningkatan Efisiensi Aparatur Pemerintahan yang digolongkan dalam Sektor Aparatur Negara sebesar Rp. 384,2 juta dalam tahun 1974/75 dan diperkirakan berjum- lah Rp. 2.305,0 juta selama lima tahun dalam Repelita II.

Dalam pada itu masih terdapat pembiayaan untuk Program Pembangunan Desa yang digolongkan dalam Sektor Pemba- ngunan Regional dan Daerah, sebesar Rp. 1.100,0 juta dalam tahun 1974/75 dan diperkirakan berjumlah Rp. 7.700,0 juta selama lima tahun dalam Repelita II.

Dalam seluruh jumlah-jumlah tersebut di atas sudah terma- suk nilai lawan pelaksanaan bantuan proyek.

Page 28: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

458TABEL 17 - 3.

PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN 1974/75 - 1978/79

(dalam jutaan rapiah)TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASINo. Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1974/75 1974/75-

1978/79 (Anggaran (Anggaran Pembangunan Pembangunan

1. 2 3 4

6. SEKTOR TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

6.597,8 69,400,06.1. . Sub Sektor Tenaga Kerja 787,0 15.000,06.1.1. Program Pembinaan dan Penggunaan

Tenaga Kerja 632,0 13.000,0

6.1.2. Program Pembinaan Hubungan dan PerlindunganTenaga Kerja 155,0 2.000,0

6.2. Sub Sektor Transmigrasi 5.810,8 54.400,06.2.1. Program Transmigrasi 5.454,8 33.840,06.2.2. Program Pembinaan Desa Transmigrasi 356,0 20.560,0

459

Page 29: BAB 17 · Web viewLangkah khusus ini ditujukan untuk mengatasi masalah kesempatan kerja dan tenaga kerja yang dihadapi oleh berbagai kelompok tenaga kerja di dalam masyarakat. Program

TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

1 2 3 4

KEGIATAN TENAGA KERJA, DAN TRANSMI-GRASI LAINNYA YANG PEMBIAYAANNYA

7.DIPERHITUNGKAN DI SEKTOR-SEKTOR LAIN.

Sektor Pembangunan Regional dan Daerah7.1. Sub Sektor Desa dan Daerah

7.1.1. Program Bantuan Pembangunan Desa 1.100,0 7.700,0

9. Sektor Pendidikan, Kebudayaan Nasional dan Pem-

9.2.

binaan Generasi Muda

Sub Sektor Pendidikan dan Latihan Institusionil/

9.2.5.

Kedinasan

Program Pendidikan Tenaga Kerja dan Transmigrasi 989,0 9.134,0

15. Sektor Pengembangan Ilmu dan Teknologi, Penelitian

15.3.

dan Statistik

Sub Sektor Penelitian Institusionil15.3.5. Program Penelitian Tenaga Kerja dan Transmigrasi 165,0 1.475,0

16. Sektor Aparatur Negara

16.2. Sub Sektor Aparatur Pemerintahan 384,2 2.305,0

460