BAB 1.doc

Embed Size (px)

Citation preview

HEMATEMESIS MELENA

BAB 1LAPORAN PENDAHULUAN1.1. Konsep Dasar

1.1.1. Definisi

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal. (Sjaifoellah Noer, dkk, 1996)Hematemesis adalah muntah darah dan biasanya disebabkan oleh penyakit saluran cerna bagian atas. Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (grace & borley, 2007).Hematesis melena merupakan suatu perdarahan saluran cerna bagian atas (scba) yang termasuk dalam keadaan gawat darurat yang dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, atau ulkus peptikum. (arief mansjoer, 2000 : 634)Hematemesis didefinisikan sebagai mutah darah dan melena sebagai berak berwarna hitam, lembek karena mengandung darah yang sudah berubah bentuk (acid hematin). (i made bakta, 1999:53)Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunun dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.1.1.2. Etiologi1. Kelainan esofagus: varise, esofagitis, keganasan.2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan duodenum, keganasan dan lain-lain.3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain.4. Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, kortikosteroid, alkohol, dan lai-lain.Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan bagian atas, karena terdapat perbedaan usaha penanggulangan setiap macam perdarahan saluran makan bagian atas. Penyebab perdarahan saluran makan bagian atas yang terbanyak dijumpai di Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rata-rata 45-50 % seluruh perdarahan saluran makan bagian atas (Hilmy 1971: 58 %)

1.1.3. PatofisiologiUsaha mencari penyebab perdarahan saluran makanan dapat dikembalikan kepada factor-faktor penyebab perdarahan, antara lain : factor pembuluh darah (vasculopathy) seperti pada tukak peptic, pecahnya varises esophagus; factor trobosit (thrombopathy) seperti pada ITP, factor kekurangan zat-zat pembentuk darah (coagulopathy) seperti pada hemophilia, sirosis hati dan lain-lain. Malahan pada serosis hati dapat terjadi ketiganya : vasculopathy, pecahnya varises esophagus, thrombopathy, terjadinya pengurangan trombosit di sirkulasi perifer akibat hipersplenisme, dan terdapat pula coagulophaty akibat kegagalan sel-sel hati. Khusus pada pecahnya varises esophagus ada 2 teori, yaitu teori erosi yaitu pecahnya pembuluh darah karena erosi dari makanan yang kasar (berserat tinngi dan kasar), atau minum OAINS (NSAID), dan teori erupsi karena tekanan vena porta yang terlalu tinggi, yang dapat pula dicetuskan oleh peningkatan tekanan intra abdomen yang tiba-tiba seperti pada mengejan, mengangkat barang berat, dan lain-lain.Perdarahan saluran makan dapat pula dibagi menjadi perdarahan primer, seperti pada : hemophilia, ITP, hereditary haemorrhagic telangiectasi, dan lain-lain. Dapat pula secara sekunder, seperti pada kegagalan hati, uremia, DIC, dan iatrigenic seperti penderita dengan terapi antikoagulan, terapi fibrinolitik, drug-induce thrombocytopenia, pemberian transfuse darah yang massif, dan lain-lain. (I Made Bakta, 1999 : 55)Adanya riwayat dyspepsia memperberat dugaan ulkus peptikum. Begitu juga riwayat muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah, konsumsi alkohol yang berlebihan mengarahkan ke dugaan gastritis serta penyakit ulkus peptikum. Adanya riwayat muntah-muntah berulang yang awalnya tidak berdarah lebih kearah Mallory-Weiss. Konsumsi alkohol berlebihan mengarahkan dugaan ke gastritis (30-40%), penyakit ulkus peptikum (30-40%), atau kadang-kadang varises. Penurunan berat badan mengarahkan dugaan ke keganasan. Perdarahan yang berat disertai adanya bekuan dan pengobatan syok refrakter meningkatkan kemungkinan varises.Adanya riwayat pembedahan aorta abdominalis sebelumnya meningkatkan kemungkinan fistula aortoenterik. Pada pasien usia muda dengan riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas singkat berulang (sering disertai kolaps hemodinamik) dan endoskopi yang normal, harus dipertimbangkan lesi Dieulafoy (adanya arteri submukosa, biasanya dekat jantung, yang dapat menyebabkan perdarahan saluran pencernaan intermitten yang banyak).

WOC

1.1.4. Manifestasi KlinisGejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai berikut : 1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan diare. 2. Demam, berat badan turun, lekas lelah. 3. Ascites, hidratonaks dan edemo.4. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan

5. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis. Bila secara klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum. 6. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa, wasir dan varises esofagus. 7. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:1) Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis.2) Amenore, hiperpigmentasi areola mamae 3) Spider nevi dan eritema 4) Hiperpigmentasi 1.1.5. Komplikasi1. Encelofati2. Asites3. Sirosis Hepatis4. Koma hepatik (suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati)5. Syok hipovolemik (kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun)6. Aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran napas)7. Anemi posthemoragik (kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari). (Mubin, 2006)1.1.6. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan radiologi dilakukan dengan pemeriksaan esofagogram untuk daerah esophagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double kontrast pada lambung dan duodenum. Pemeriksaan tersebut dilakukan pada berbagai posisi terutama pada daerah 1/3 distal distal esophagus, kardia dan fundus lambung untuk mencari ada atau tidaknya varises2. Pemeriksaan endoskopikDengan adanya berbagai macam tipe fiberendokop, maka pemeriksaan secara endoskopik menjadi sangat penting untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber perdarahan. keuntungan lain dari dari pemeriksaan endoskopik adalah dapat dilakukan pengambilan foto untuk dokumentasi, aspirasi cairan, dan infuse untuk pemeriksaan sitopatologik. Pada perdarahan saluran makan bagian atas yang sedang berlangsung, pemeriksaan endoskopik dapat dilakukan secara darurat atau sendiri mungkin setelah hematemesis berhenti3. Pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hatiPemeriksaan dengan ultrasonografi atau scanning hati dapat mendeteksi penyakit hati kronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab perdarahan saluran makan bagian atas. Pemeriksaan ini memerlukan peralatan dan tenaga khusus yang sampai sekarang hanya terdapat dikota besar saja. Pemeriksaan laboratorium seperti kadar hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, kadar ureum kreatinin dan uji fungsi hati segera dilakukan secara berkala untuk dapat mengikuti perkembangan penderita (Davey, 2005).1.1.7. PenatalaksanaanPengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas harus sedini mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran cerna bagian atas meliputi:1. Pengawasan dan pengobatan1) Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan2) Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair. Infus cairan langsung dipasang dan diberikan larutan garam 3) fisiologis NaCl 0,9 % selama belum tersedia darah.4) Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu dipasang CVP monitor.5) Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan perdarahan.6) Transfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan mempertahankan kadar hemoglobin 50 - 70 % nilai normal.7) Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K 4x10mg/hari, karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi perdarahan8) Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatik.2. Pemasangan pipa nasogastrik

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung, lavage (umbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan. Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan demikian perdarahan akan berhenti. Umbah lambung ini akan dilakukan berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1 - 2 jam. Pemeriksaan endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.3. Pemberian pitresin (vasopresin)Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infuse akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat merangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.4. Pemasangan balon Sengstaken-Blakemore TubeDilakukan pemasangan balon Sengstaken-Blakemore tube (SB tube) untuk penderita perdarahan akibat pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan tujuan pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan akibat yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan. Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini dalam menanggulangi perdarahan saluran cerna bagian atas akibat pecahnya varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah ditemukan.5. Pemakaian bahan sklerotiBahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 % sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Cara pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam menanggulangi perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan pecahnya varises esophagus.6. Tindakan operasi

Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi . Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah: ligasi varises esofagus, transeksi esofagus, pintasan porto -kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu perdarahan berhenti dan fungsi hati membaik. 1.2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Keperawatan

1.2.1. Pengkajian 1. Primary Survey1) Airway(1) Sesak napas, hipoksia, retraksi interkosta, napas cuping hidung, kelemahan.(2) Sumbatan atau penumpukan secret.(3) Gurgling, snoring, crowing, wheezing, krekels, stridor.(4) Diaporesis.2) Brething(1) Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat.(2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.(3) Ronki, krekels.(4) Ekspansi dada tidak maksimal/penuh(5) Penggunaan obat bantu nafas.(6) Tampak sianosis / pucat.(7) Tidak mampu melakukan aktivitas mandiri.3) Circulation(1) Hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia, hipoksemia), kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambat/perlahan (vasokontriksi).

(2) Warna kulit: Pucat, sianosis, (tergantung pada jumlah kehilangan darah, kelembaban kulit/membrane mukosa: berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik).(3) Nadi lemah/tidak teratur.(4) Takikardi dan bradikardi bisa terjadi.

(5) TD meningkat/menurun.

(6) Edema.

(7) Gelisah.

(8) Akral dingin.

(9) Gangguan sistem termoregulasi (hipertermia dan Hipotermia).

(10) Kulit pucat atau sianosis.(11) Output urine menurun / meningkat 4) Disability(1) Penurunan kesadaran.(2) Penurunan reflex.(3) Tonus otot menurun.(4) Kekuatan otot menurun karena kelemahan.(5) Kelemahan.(6) Iritabilitas.(7) Turgor kulit tidak elastis.5) Exposure(1) Nyeri kronis pada abdomen, perdarahan peses, nyeri saat mau BAB dan BAK, distensi abdomen, perkusi hipertimpani, hiperperistalitik usus, mual muntah, hasil foto rontegen abdomen infeksi saluran cerna.2. Secondary Survey1) Tanda-tanda Vital(1) Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural di catat dari tidur sampai duduk/berdiri.(2) Nadi dapat normal/penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia).(3) RR lebih dari 20 x/menit.(4) Suhu hipotermi/hipertermia.2) Riwayat KesehatanRiwayat mengidap : Penyakit Hepatitis kronis, cirrochis hepatis, hepatoma, ulkus peptikum, Kanker saluran pencernaan bagian atas, Riwayat penyakit darah, misalnya DIC, Riwayat penggunaan obat-obat ulserogenik.3. Pengkajian Umuma. Aktivitas / IstirahatGejala : Kelemahan, kelelehanTanda : Takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)b. SirkulasiGejala : Hipotensi, takikardi, disritmia (hipovolemia/hipoksemia), nadi perifer lemah, pengisian kapiler terlambat (capilarirefil time >2 detik), warna kulit pucat, sianosis, (tergantung jumlah kehilangan darah), kelembaban kulit/membran mukosa : berkeringat (menunjukan status syok , nyeri akut, respon psikologis).c. Itegritas EgoGejala : Faktor stress akut atau kronis (Keuangan, hubungan, kerja), perasaan tak berdayaTanda : Gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.d. Eliminasi :Gejala : Riwayat perawatan di RS sebelumnya karena perdarahan GI atau masalah yang berhubungan dengan GI mis. Luka peptik/gaster, gastritis, iradiasi area gaster. Perubahan pada defekasi/karakteristik feses.Tanda : Nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama perdarahan, karakter feses diare, darah wana gelap, kecoklatan, atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk,(steatorea), Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida), haluaran urine : menurun , pekat.e. Makanan/cairanGejala :Anoreksia, mual, muntah, Cekukan, Nyeri uluhati, sendawa bau asam, Tidak toleran terhadap makanan, penurunan berat badan.Tanda : Muntah : warna kopi, gelap, atau merah cerah, dengan atau tanpa bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk, berat jenis urine meningkat.f. NeurosensoriGejala : Rasa berdenyut pusing/sakit kepala, kelemahan.Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan, koma( tergantung sirkulasi/ oksigenasi).g. Nyeri kenyamananGejala : Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar,perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat diserta perforasi, rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrium kiri sampai tengah/nyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). Nyeri gaster terlokasi dikanan terjadi lebih kurang 4 jam setelah makan/bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida (Ulkus duadenal)Faktor pencetus : Makanan, rokok, alkohol, pengguna obat-obatan tertentu misal salisilat, reserpin,antibiotik,ibuprofen, stresor psikologis.Tanda : Wajah berkerut berhati-hati pada area yang sakit, pucat berkeringat, perhatian menyempi.h. KeamananGejala : Alergi terhadap obat/sensitif misal ASATanda : Peningkatan suhu, Spider angioma , eritema palmar, (Menunjukan sirosis/hipertensi portal)1.2.2. Diagnosa Keperawatan1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan.2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritan mukosa gaster.3. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan pembatasan intake nutrisi oral (Pemasangan NGT dan Puasa).4. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.1.2.3. Intervensi Keperawatan1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahanTujuan : Menunjukan perbaikan keseimbangan cairanKriteria Hasil : Haluaran urene adekuat dengan berat jenis normal (1,010), Tanda vital stabil, Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat (Capilarirefil time < 2 detik).IntervensiRasional

1. Catat karakteristik muntah dan/draenase2. Observasi tanda vital tiap 1 jam sekali3. Catat respon psikologis pasien4. Observasi masukan dan haluaran5. Pertahankan tirah baring untuk mencegah muntah dan tegang saat defekasi6. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antacid7. Berikan cairan jernih dan hindari kafein8. Berikan cairan sesuai terapi medis9. Pasang NGT pada perdarahan akut10. Berikan obat sesuai terapi Medis1. Membedakan distres gaster2. Perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kehilangan darah3. Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur berat/lamanya periode perdarahan4. Memberikan pedoman untuk penggantian cairan5. Aktivitas dan tekanan intra abdominal dapat mencetuskan perdarahan lanjut.6. Mencegah refluk sgaster dan aspirasi antasida7. Menetralisir asam lambung dan kafein merangsang produksi asam lambung.8. Penggunaan cairan sesuai derajat hipovolemi dan kehilangan cairan.9. Memberikan kesempatan untuk menghilangkan sekresi iritan pada gaster, untuk mengubah lambung yang berisi darah supaya tidak terbentuk amonia.10. Untuk mengatasi keadaan akibat gastritis dan hematemesis

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritan mukosa gasterTujuan : Pasien mengatakan nyeri hilangKriteria Hasil : Menunjukan rileks dan dapat tidur dengan enak/cepat.IntervensiRasional

1. Catat keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)2. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi3. Bantu latihan rentang aktif/pasif4. Berikan perawatan oral dan pijat punggng,perubahan posisi5. Berikan dan lakukan perubahan diet6. Gunakan susu biasa daripada skim7. Berikan obat sesuai terapi Medis misal analgetika dan antacid1. Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan.2. Makanan sebagai penetralisasi asam lambung3. Menurunkan kekakuan sendi.4. Nafas bau menimbulkan nafsu makan kurang5. Untuk mengembalikan kondisi yang lemah6. Lemak pada susu dapat menurunkan sekresi gaster7. Menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan keasaman gaster.

3. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan pembatasan intake nutrisi oral (Pemasangan NGT dan Puasa)Tujuan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tidak terjadiKriteria Hasil: Porsi Intake nutrisi oral dapat dihabiskan Pasien tidak mengeluh lapar HB.70 % dari harga normal dapat dipertahankanIntervensiRasional

1. Kaji Tanda-tanda vital2. Pantau berat badan pasien dan jumlah asupan kalorinya setiap hari3. Kaji adanya distensi abdomen,volume residu lambung yang besar atau diare4. Observasi hasil kumbah lambung5. Berikan bubur tepung + susu6. Berikan obat Laktulase7. Berikan diet tinggi kalori dan tinggi protein; mencakup kesukaan pasien dan makanan yang dibuat di rumah. Berikan suplemen nutrisi sesuai dengan ketentuan medic8. Berikan suplemen vitamin dan mineral sesuai dengan ketentuan medic9. Berikan nutrisi enteral atau parenteral total melalui prototokol penanganan jika kebutuhan diet tidak terpenuhi lewat asupan per oral1. Mengetahui gambaran kondisi pasien2. Tindakan ini membantu menentukan apakah kebutuhan makanan telah terpenuhi3. Kaji adanya distensi abdomen,volume residu lambung yang besar atau diare4. Keadaan membaik (cairan hasil KL jernih)5. Agar Mudah dicernak oleh lambung6. Mencegah obstipasi7. Pasien memerlukan nutrient yang cukup untuk peningkatan kebutuhan metabolism8. Suplemen ini memenuhi kebutuhan nutrisi; vitamin dan mineral yang adekuat perlu untuk fungsi selular9. Teknik intervensi nutrisi menjamin terpenuhinya kebutuhan nutrisi

4. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemiaTujuan : Resiko gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.Kriteria Hasil : Mempertahankan/ memperbaiki perfusi jaringan dengan bukti tanda vital stabil, kulit hangat, nadi perifer teraba, keluaran urine adekuat.IntervensiRasional

1. Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing/ sakit kepala2. Auskultasi nadi apikal. Awasi kecepatan jantung/irama bila EKG kontinu ada3. Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat, dan nadi perifer lemah.4. Catat laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba nyeri hebat atau nyeri menyebar ke bahu.5. Observasi kulit untuk pucat, kemerahan. Pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan sering.6. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

7. Berikan cairan IV sesuai indikasi.

1. Perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial.2. Perubahan disritmia dan iskemia dapat terjadi sebagai akibat hipotensi, hipoksia, asidosis, ketidakseimbangan elektrolit, atau pendinginan dekat area jantung bila lavase air dingin digunakan untuk mengontrol perdarahan.3. Vasokontriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan/ atau dapat terjadi sebagai efek samping pemberian vasopresin.4. Nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karena efek bufer darah.5. Gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko kerusakan kulit.6. Mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan akut.7. Mempertahankan volume sirkulasi dan perfus

1.2.4. ImplementasiPada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.1.2.5. Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

DAFTAR PUSTAKADavey, Patrick (2005).At a Glance Medicine(36-37). Jakarta: Erlangga.Doenges, Marylin E, et. al. (2000).Rencana Asuhan Keperawatan PedomanUntuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien(3rded.). Jakarta:EGC.Jhoxer (2010). Asuhan Keperawatan Hematomesis Melena.Diambil dari http://kumpulan asuhankeperawatan.blogspot.com/2010/01/asuhan-keperawatan hematomesis-melena.html. pada 13 Agustus 2015 Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rded.).Jakarta: Media Aesculapius.Mubin (2006).Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam: Diagnosis Dan Terapi (2ndEd.).Jakarta: EGC.NANDA Internasional (2005). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. Budi Santosa (Penerjemah). Philadelpia: Prima Medika.Purwadianto & Sampurna (2000). Kedaruratan Medik Pedoman Pelaksanaan Praktis (105-110).Jakarta: Binarupa Aksara.Primanileda (2009).Askep Hematemesis Melena.Diambil pada 13 Agustus 2015 darihttp://primanileda.blogspot.com/2009/01/asuhankeperawatan-gratis-free.html.

2523