Upload
leni-agustin
View
50
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
BAB II
ISI
1.1 Filosofi
Filosofi adalah pengarahan pada penemuan pengetahuan dan kebenaran maupun
identifikasi tentang sesuatu yang bernilai dan penting bagi anggota sebuah disiplin ilmu;
filosofi berfokus pada eksistensi alam, pengetahuan, moralitas, alasan dan tujuan manusia
(Mc. Ewen 2002 dalam Fawcett, 2005; 11). Filosofi merupakan seperangkat nilai dan
keyakinan, pengetahuan yang membahas tentang realita dan kejadian secara natural. Filosofi
memberi pandangan dan menyatakan secara tidak langsung mengenai sistem keyakinan dan
kepercayaan, sehingga filosofi akan mempengaruhi perilaku dan sikap individu dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang akan mengembangkan filosofinya melalui belajar dari
hubungan interpersonal, pengalaman pendidikan formal dan informal, keagamaan, budaya
dan lingkungan.
1.1.1 Filosofi Keperawatan
Menurut Tomey & Alligood (2010) filosofi keperawatan merupakan sikap dan
kepercayaan mengenai hidup dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi individu.
Filosofi dapat juga diartikan sebagai hal-hal yang memotivasi perawat bertindak
dengan cara tertentu. Filosofi keperawatan adalah keyakinan dasar tentang
pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia
dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit yang berfokus terhadap respon
mereka terhadap situasi. Sehingga filosofi keperawatan itu hampir secara universal
memiliki keyakinan tentang manusia holistik yang menekankan bahwa manusia
memiliki integrasi yang tidak mungkin dianalisis menjadi sesuatu bagian kecil.
Filosofi memiliki empat komponen dasar yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.
1.2 Paradigma
1.2.1 Pengertian paradigma
Paradigma adalah perspektif global dari sebuah disiplin ilmu yang
mengidentifikasi fenomena primer dari ketertarikan suatu disiplin ilmu dan
menjelaskan bagaimana disiplin ilmu tersebut menyelesaikan fenomena dalam cara
yang unik (Fawcett, 2000 dalam McEwen & Willis, 2007).
Paradigma memiliki filosofi mayor atau pandangan dunia dari disiplin ilmu,
model konsep dan teori yang memandu penelitian dan aktivitas pendidikan lainnya,
dan indikator empiris mengoperasionalkan konsep teori (Fawcett dan Mainski, 1996
dalam McEwen & Willis, 2007).
Tujuan/fungsi paradigma adalah meringkas misi sosial dan intelektual dari
disiplin ilmu dan menempatkan batas pada keadaan subyek disiplin tersebut (Kim,
1989 dalam McEwen & Willis, 2007).
1.2.2 Pengertian paradigma keperawatan
Paradigma keperawatan dapat diartikan sebagai kerangka berpikir yang sistematis
dalam pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dari proses perawatan yang meliputi
proses merawat itu sendiri, pemeliharaan maupun pembelaan klien (De Launne &
Ladner, 2002 ).
Paradigma juga menunjukkan seperangkat bantuan yang memiliki nilai tinggi
dalam pemberian asuhan keperawatan. Selain itu juga menentukan bagimana perawat
memiliki pola dan cara pandang dalam melihat fenomena yang ada pada manusia. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Perry & Potter (2005) bahwa paradigma merupakan
bagian dari ilmu, filosofi dan teori yang dapat diterima oleh suatu disiplin. Jika
dihubungkan dengan paradigma keperawatan berarti bagaiman perawat melakukan
perawatan berdasarkan ilmu keperawatan.
Sementara itu empat elemen konsep sentral juga dibahas oleh masing masing penemu
teori keperawatan diantaranya :
a. Florence Nightingale
1. Keperawatan
Nightingale percaya bahwa setiap wanita selama hidupnya akan menjadi perawat dan
bertanggung jawab terhadap kesehatan orang lain. Nightingale memberikan panduan cara
merawat keluarga dan bagaimana berpikir seperti seorang perawat. Perawat yang telah
dilatih harus bisa mengaplikasikan keahliannya dalam memantau dan melaporkan
perkembangan kesehatan pasien.
2. Manusia
Nightingale memfokuskan manusia dianggap sebagai pasien. Perawat bertanggung
jawab untuk mengontrol lingkungan sekitar dan perilaku pasien. Nightingale masih
menggambarkan pasien sebagai individu yang pasif.
3. Kesehatan
Nightingale mengemukakan sehat adalah kondisi yang baik dan memiliki daya upaya
untuk mempertahankan kehidupan. Nightingale juga menganggap bahwa penyakit
merupakan proses perbaikan ketika seseorang tidak memperhatikan tentang pentingnya
kesehatan. Nightingale menekankan pencegahan suatu penyakit melalui pengontrolan
lingkungan dan tanggung jawab sosial terhadap kesehatan.
4. Lingkungan
Nightingale menekankan keperawatan adalah mengendalikan lingkungan dalam proses penyembuhan
pasien. Hal ini dapat dicapai dengan mengendalikan faktor internal dan eksternal dari lingkungan.
Nightingale percaya bahwa lingkungan yang buruk akan mempengaruhi tubuh dan pikiran manusia itu
sendiri dan keperawatan dapat menjadi media untuk mengubahnya
2.2. Perbedaan antara tingkat philosophical theory, grand theory, middle range theory dan
practice theory
2.2.1.Philosophical Theory
Pengertian Philosophical Theory menurut beberapa pakar. Philosophical
Theory diartikan sebagai pernyataan yang mendukung tuntutan ontologi tentang
fenomena sebagai pusat perhatian suatu disiplin, tuntutan epistemic tentang
bagaimana fenomena muncul dan tuntutan etik tentang nilai suatu disiplin ilmu
(Fawcett, 2005). Philosophical Theory merefleksikan kepercayaan dan nilai atau
pandangan. Bisa disimpulkan philosofi sama dengan paradigma. Philosofi
keperawatan merupakan suatu pernyataan dari fundamental, asumsi umum,
kepercayanan,prinsip tentang pengetahuan, kebenaran dan tentang sesuatu yang
mencolok yang diperlihatkan dalam metaparadigma (Smith, 2008).
Philosophical Theory merupakan teori yang bersifat abstrak yang menunjukkan
keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai mahluk
biologis, respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit serta berfokus terhadap
respon mereka terhadap suatu situasi sehingga philosofi belum dapat diaplikasikan
langsung dalam praktek keperawatan sehingga harus dijabarkan dalam bentuk
paradigma yang lebih nyata. Sebagai contoh Philosophical Theory, Newman
menawarkan skema philosophical yang mengembangkan konsep meliputi paradigma
yang komplek tapi menjelaskan pengetahuan dalam paradigma sebelumnya. Skema
philosofical berupa particulate-deterministic, interactive-integrative dan unitary-
transformative (Smith, 2008 dan Peterson, 2004).
Paradigma particulate-deterministic, fenomena bersifat spesifik, dapat diukur,
dapat diturunkan. Hubungan antara fenomena yang ada bersifat sebab akibat atau
satu arah. Paradigma interactive-integrative menyatakan hubungan kontektual,
subjektif dan multidimensi diantara fenomena dalam disiplin. Hubungan antara
bagian dan kemungkinan alami dari perubahan asumsi merupakan panduan jalan
fenomena adalah konseptual dan pembelajaran. Paradigma unitary-transformative.
Kesatuan manusia-lingkungan sebagai suatu pola, kemampuan yang lebih dalam
mengatur diri sendiri. Perubahan dikarakteristikan oleh suatu pengaturan ritme
fluktuatif, ketidakteraturan sampai kepada keteraturan yang lebih komplek.
Pengalaman secara subjektif sangat penting dan dapat direfleksikan melalui pola.
2.2.2.Grand Theory
Grand theory menjelaskan fokus global dengan pandangan yang luas dari
praktik keperawatan dan perbedaan pandangan keperawatan terhadap sebuah
fenomena keperawatan. Model keperawatan grand theory sangat komprehensif dan
meliputi perspektif dari setiap konsep paradigma yaitu: manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan (Fawcett, 2005 dalam Chinn 2008; Tomey & Alligood,
2010). Grand theory menurut beberapa ahli, adalah struktur konseptual model
keperawatan yang hampir abstrak, tapi menghasilkan dasar pada penggunaan dan
aplikasi model didalam praktek keperawatan (Tomey & Alligood, 2010).
Grand theory merupakan satu atau beberapa konsep yang spesifik yang
didapatkan dari model koseptual, preposisi yang didapatkan dari konsep itu dan
preposisi tersebut nyata dan hubungan yang spesial atara dua konsep atau lebih
(Fawcett, 2005). Grand theory berasal dari aturan, misi dan tujuan dari keperawatan
secara umum dan diciptakan melalui observasi dan atau pengetahuan dari teori
(Peterson, 2004).
Menurut beberapa kelompok Grand theory diartikan sebagai teori yang
memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding philosophical theory tetapi
tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak dan hubungannya tidak dapat
di uji secara empiris. Perkembangan grand theory dijalani melalui perbedaan disiplin
keperawatan dengan kedokteran, simulasi pengembangan pengetahuan keperawatan,
dan menyajikan secara umum struktur organisasi dari pengetahuan keperawatan
(Peterson, 2004).
Manfaat grand theory adalah sebagai suatu alternatif panduan untuk praktik,
pandangan untuk pendidikan sebagai acuan kurikulum, dan suatu tujuan bagi
keperawatan profesional untuk mengembangkan praktik dasar. Meskipun grand
theory masih sangat abstrak dan normatif sehingga sulit untuk mengaplikasikannya
secara empirik, namun grand teori lebih mudah dijadikan dasar untuk perkembangan
dari middle range teori dan praktis teori yang lebih spesifik. Berdasarkan sebab inilah
grand theory berhasil memenuhi fungsi penting sebagai pembeda keperawatan dari
profesi lain dan menyediakan legitimasi untuk ilmu pengetahuan keperawatan. Disisi
lain grand teori menjadi sedikit diperlukan karena belum sempurna untuk
diaplikasikan dan berfokus pada perkembangan middle range theory.
Konsep model keperawatan yang termasuk dalam grand theory yang
menunjang pengembangan keperawatan baik dalam pengembangan ilmu maupun
dalam praktek salah satunya adalah model adaptasi yang dikembangkan oleh Sister
Callista Roy. Sistem diarahkan pada kelompok yang berhubungan, membentuk
kesatuan yang utuh yang mungkin terdiri dari individu, keluarga, kelompok, maupun
komunitas. Adaptasi dapat dimengerti sebagai mekanisme koping yang efektif untuk
meningkatkan integritas seseorang atau kelompok dalam hal mempertahan
kehidupan, tumbuh, bereproduksi dan meningkatkan kualitas hidup. Menurut Roy
manusia selalu berinteraksi dengan perubahan lingkingan dan membutuhkan empat
model adaptasi terhadap perubahan tersebut. Model tersebut adalah Physiologic–
physical adaptasi, Self-concept group identity adaptasi, Role function adaptasi,
Interdependence adaptasi.
2.2.3.Middle Range Theory
Fawcett (2005) menggambarkan middle range theory sebagai teori yang lebih
nyata dari grand theory dan memberikan batasan dari konsep dan preposisi yang
relatif lebih konkret dan spesifik. Middle range dapat disimpulkan sebagai teori yang
mengembangkan fenomena serta konsep menjadi lebih nyata dan spesifik. Setiap
theory middle range berlandaskan pada satu perspektif paradigma.
Paradigma ini mempengaruhi pengertian teori middle range dan
mengidentifikasi hubungan filosofi dengan paradigma. Hasil pengembangan teori
keperawatan pada middle range meliputi implikasi pada pengembangan instrumen,
pengujian teori melalui penelitian dan strategi praktek keperawatan. Hal ini diperkuat
oleh Fawcet (2005), yang membagi Middle Range teori terdiri dari 3 tipe :
1. Deskriptif theory
Temasuk tipe yang paling sederhana dari middle range teori karena hanya
menggambarkan dan mengklasifikasikan satu fenomena atau satu konsep saja.
Pada saat menjelaskan fenomena atau konsep hanya berdasarkan observasi dari
individu, kelompok, situasi, dan kejadian, Sedangkan pada saat
mengklasifikasikan berdasarkan taksonomi atau hirarki. Teori ini dihasilkan dari
penelitian deskriptif menggunakan desain penelitian kualitatif atau kuantitatif.
Contohnya teori Peplau tentang hubungan interpersonal.
2. Explanatory theory
Teori yang menjelaskan hubungan antara dua atau lebih konsep. Teori ini
dihasilkan dari penelitian korelasi menggunakan desain penelitian kuantitatif.
Contohnya adalah Jean Watson untuk teori Caring.
3. Predictive theory
Teori yang menjelaskan lebih luas tentang hubungan antara konsep – konsep
atau pengaruh satu konsep terhadap konsep lainnya. Teori ini dihasilkan dari
penelitian eksperimen dengan menggunakan desain kuantitatif. Contohnya adalah
teori Orlando.
Middle range theory tergambar pada teori promosi kesehatan milik Pender.
Pender menggambarkan perilaku promosi kesehatan merupakan keinginan untuk
memberikan perawatan dan pendidikan kepada. Promosi kesehatan diartikan sebagai
tindakan langsung menuju kesehatan yang lebih baik seperti kesehatan yang optimal,
pemenuhan kebutuhan manusia dan kehidupan yang lebih produktif.
2.2.4 Practice Theory
Teori praktek keperawatan mempunyai batas dan lebih konkret dan
dikembangkan untuk digunakan dalam situasi keperawatan yang spesifik. Teori
yang dikembangkan pada tingkat ini lebih mempunyai efek langsung pada praktek
keperawatan daripada teori-teori lain yang lebih bersifat abstrak. Teori praktek
keperawatan menyediakan kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan
memprediksi hasil dan efek dari praktek keperawatan itu sendiri. Pada waktu yang
sama pertanyaan keperawatan, tindakan dan prosedur yang dapat digambarkaan dan
dikembangkan sebagai teori praktik keperawatan. Idealnya teori praktek keperawatan
berhubungan dengan konsep dari middle range teori, bersifat deduktif dari middle
range teori. Teori praktik merefeksikan konsep dan proposisi dari tingkat
keabstrakan dari teori keperawatan.
Teori yang dikembangkan pada level ini juga didefinisikan sebagai prescriptive
theory, situations spesific theory, dan micro theory. Pengalaman keperawatan
menjadi sumber utama untuk teori praktek keperawatan. Kedalaman dan
kompleksitas teori keperawatan digambarkan dan dijelaskan melalui apresiasi secara
mendalam terhadap fenomena keperawatan dan hubungan anatara aspek pada situasi
keperawatan.
2.3 Uraian dan kritik hubungan falsafah dan paradigma model konseptual dan teori keper-
awatan secara empiris
Untuk dapat menjelaskan tentang hubungan falsafah dan paradigma model
konseptual dan teori keperawatan secara empiris dapat di lihat dari gambar berikut :
Gambar tersebut menjelaskan bahwa teori dan model keperawatan berhubungan dengan
paradigma dan falsafah keperawatan. Adapun penekanan teori dan model keperawatan yang
disusun tergantung dari perspektif para ahli memandang keperawatan yang dibuktikan secara
empiris. Teori hubungan interpersonal yang dikemukakan oleh Peplau (1952) misalnya, tentunya
tidak lepas dari manusia dan kemanusiaanya sebagai falsafah keperawatan, serta domain
keperawatan sebagai salah satu komponen dari paradigma.
Tomey & Alligood (2010), menjelaskan presisi empiris teori caring Swanson sebagai
berikut. Teori Caring Swanson menganggap bahwa menerapkan proses caring dalam
komunikasi terapeutik dengan klien meningkatkan kenyamanan dan mempercepat penyembuhan.
Konsep dan asumsi mengenai Caring Swanson didasari oleh praktik klinik dan riset yang
dilakukannya. Swanson mengembangkan self-report measures untuk mengukur caring yang
diberikan oleh petugas kesehatan professional dan oleh masing- masing pasangan. Kedua pola
dalam pemberian Caring tersebut sangat memungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut
dan dilakukan testing pada populasi yang lain.
Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penjabaran paradigma yang di
kembangkan menjadi konseptual keperawatan dan teori keperawatan dapat terus berkembang
dengan cara menerapkan dalam praktik keperawatan dan terus melakukan riset lebih lanjut.
Manusia
KesehatanLingkungan
Keperawatan
Florence nightingaleRogerdll
Dorotea OremAndersonPeplaudll
Swansondll
Imogene King’sCallista RoyBetty neumandll
Filosofi Keperawatan Kata filosofi atau yang di Indonesia dikenal dengan istilah filsafat bukan barang asing
lagi, karena lazim dipakai dalam percakapan sehari-hari. Meskipun demikian perlu diketahui
rangkaian, pembahasan, dan pemikiran apa yang terdapat di dalamnya. Menurut bahasa,
istilah filsafat merupakan padanan kata falsafah (bahasa arab) dan philosophy (Bahasa
Inggris). Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philosophia, merupakan kata majemuk yang
terdiri dari kata philos dan sophia. Kata philos berarti kekasih, bisa juga berarti sahabat.
Adapun sophia berarti kebijaksanaan atau kearifan, bisa juga berarti pengetahuan. Jadi
secara harfiah philosophia berarti yang mencintai kebijaksanaan atau sahabat pengetahuan.
Filsafat dapat juga diartikan sebagai upaya secara sungguh-sungguh dengan menggunakan
akal pikiran – sebagai alat utamanya – untuk menemukan hakikat segala sesuatu yang
berhubungan dengan ilmu (Salim dan Kurniawan, 2012).
Salah satu tokoh filsafat, Titus mengungapkan paling tidak ada lima macam definisi filsafat
secara global (Zaprulkhan, 2012):
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam, yang bi-
asanya diterima secara tidak kritis
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat kita junjung tinggi.
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Filsafat adalah sebagai analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan
konsep
5. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian dari
manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Filsafat terbagi menjadi beberapa cabang diantaranya metafisik (ontology dan
kosmologi), epistemologi, logic, aksiolgi, filsafat ilmu, dan juga filsafat politik (Mc Even
dan Wills, 2011). Sebagai induk segala ilmu, filsafat telah berhasil melahirkan berbagai ilmu
yang kini telah mandiri, termasuk ilmu keperawatan. Dengan demikian dapat didefinisikan
bahwa filsafat keperawatan adalah cara berpikir secara mendalam, radikal, dan universal
dalam perkembangan ilmu keperawatan. Dari filsafat keperawatan inilah muncul paradigma-
paradigma yang mengasumsikan bahwa ilmu keperawatan bukanlah sesuatu yang statis
melainkan dinamis sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang.
Filsafat terbagi menjadi beberapa cabang diantaranya metafisik (ontology dan
kosmologi), epistemolgi, logic, aksiolgi, filsafat ilmu dan juga filsafat politik (Mc Even dan
Wills, 2011). Sebagai induk segala ilmu, filsafat telah berhasil melahirkan berbagai ilmu
yang kini telah mandiri, termasuklah ilmu keperawatan. Dengan demikian dapat
didefinisikan yang dimaksud dengan filsafat keperawatan adalah cara berpikir secara
mendalam, radikal dan universal dalam perkembangan ilmu keperawatan yang harus
dimiliki oleh seorang perawat melalui asuhan keperawatan yang komprehensif, sistematis
dan logis.
Beberapa ahli dibawah ini mempunyai filisofi yang berbeda tentang keperawatan,
diantaranya:
1. Jean Watson
Menurut Watson Caring adalah esensi dari keperawatan yang berarti pertanggungjawaban
hubungan antara perawat dan klien, dimana perawat membantu partisipasi klien,
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Caring mengandung nilai
humanistik, menghormati kebebasan manusia, menekankan pada peningkatan
kemampuan dan kemandirian, peningkatan pengetahuan dan menghargai setiap orang.
Perilaku caring akan memungkinkan terjalinnya hubungan interpersonal yang harmonis
antara perawat-klien yang membantu dalam pemenuhan kebutuhan klien yang akhirnya
memberikan rasa nyaman pada klien (Watson 1988 dalam Tomey & Alligood, 2006).
2. Virginia Henderson
Henderson mengemukakan bahwa fokus utama keperawatan adalah memenuhi kebutuhan dasar
manusia yang terdiri dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan spritual. Aspek ini dipaparkan
lebih rinci lagi menjadi 14 komponen kebutuhan dasar (McEwen & Wills, 2011).
3. Florence Nightingale
Filisofi Florence Nightingale sangat dipengaruhi oleh pandangannya tentang interaksi
klien dan lingkungannya yaitu lingkungan fisik, psikologis dan sosial. Interaksi
lingkungan inilah yang mempengaruhi terjadinya kondisi sehat sakit pada manusia.
Menurut Nightingale ada lima hal penting dari faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan manusia yaitu kebersihan air, udara, kondisi drainase, cleanliness, dan
pencahayaan. Sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat dituntut untuk
mengobservasi lingkungan yang terjadi disekitar klien (McEwen & Wills, 2011).
Dari filsafat keperawatan inilah muncul paradigma-paradigma yang mengasumsikan bahwa
ilmu keperawatan bukanlah sesuatu yang statis melainkan dinamis sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan yang berkembang.
BAB 3
ANALISIS HUBUNGAN MODEL KONSEPTUAL ATAU TEORI KEPERAWATAN
DENGAN FILOSOFI, FALSAFAH
DAN PARADIGMA KEPERAWATAN
Fawcet (2005), mengemukakan hubungan antara model konseptual dan teori dengan falsafah
dan paradigma melalui the structural holarchy of contemporary nursing knowledge berdasarkan
level keabstrakannya. Dimulai dari level yang tingkatan keabstarakannya paling tinggi ke
tingkatan yang paling konkrit. Komponen struktural tersebut terdiri dari dari metaparadigma,
konseptual model, teori dan indikator empiris.
Metaparadigma merupakan komponen struktural ilmu keperawatan kontemporer yang paling
abstrak, yang merupakan dasar dalam pembentukan model konseptual. Metaparadigma meliputi
empat konsep sentral yang meliputi manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Peran
falsafah dalam perkembangan metaparadigma menjadi model konseptual adalah falsafah sebagai
suatu landasan nilai dan keyakinan di dalamnya.
Falsafah adalah keyakinan tentang apa itu keperawatan, bagaimana keperawatan dan nilai-
nilai apa yang terkandung di dalamnya. Falsafah tidak secara langsung berada pada garis yang
menghubungkan antara metaparadigma dan model konseptual. Filosofi adalah sebagai dasar
dalam pembentukan model konseptual dan teori karena di dalamnya terdapat asumsi dasar,
keyakinan dan nilai.
Ketika melihat komponen struktural holarchy contemporary nursing knowledge, jelas bahwa
metaparadigma, falsafah, model konseptual, teori adalah sebuah formulasi yang berbeda. Akan
tetapi Yet Kikuchi (1997) dalam Fawcett (2005) berpendapat bahwa aspek dalam struktural
holarchy contemporary nursing knowledge adalah problematik dan membingungkan, Yet
Kikuchi kemudian berpendapat bahwa selain indikator empiris, semua komponen dalam
struktural holarchy contemporary nursing knowledge lebih baik di asumsikan sebagai falsafah
keperawatan, yang membentuk teori filosofi keperawatan.
Salsabery (1994) dalam Fawcett (2005) mengungkapkan bahwa model konseptual yang
disebutkan dalam bukunya adalah merupakan sebagai falsafah. Menurutnya, dalam
kenyataannya, model konseptual adalah sebuah falsafah yaitu satu kesatuan keyakinan dan nilai
yang menjadi sebuah pedoman.
Berdasarkan struktural holarchy contemporary nursing knowledge menurut Fawcett bahwa
metaparadigma, falsafah dan model konseptual adalah mempunyai keterkaitan hubungan akan
tetapi yang membedakan adalah level keabstrakannya. Falsafah tidak secara langsung
menghubungkan antara metaparadigma dengan model konseptual. Akan tetapi falsafah akan
direfleksikan dalam model konseptual. Falsafah merupakan pondasi dasar dalam pembentukan
konseptual model, grand theory dan middle range theory. Falsafah merupakan asumsi dasar dan
keyakinan dalam pembentukan teori (Salsaberry,1994).
Sebagai contoh, metaparadigma mengidentifikasi manusia merupakan konsep sentral dalam
keperawatan, kemudian filosofi keperawatan menganggap bahwa semua manusia adalah
equal/sejajar/sama. Filosofi tersebut kemudian direfleksikan dalam model konseptual yang
menggambarkan bahwa pasien dan perawat sebagai equal partner/ partner yang sejajar dalam
proses keperawatan.
Satu konsep sentral metaparadigma bisa dikembangkan menjadi beberapa model konseptual.
Masing-masing konseptual model menyediakan pandangan yang berbeda tentang konsep
metaparadigma. Sebagai contoh dalam menggambarkan konsep sentral manusia. Model
konseptual yang berhubungan dengan manusia yang dikemukakan Roy & Andrew (1999)
menjelaskan bahwa manusia merupakan intregasi antara bio-psiko-sosial tapi didefinisikan
dengan cara yang berbeda yaitu sebagai sistem yang adaptif. Sedangkan Johnson (1990)
mendeskripsikan manusia sebagai sistem perilaku, Orem (2001) melihat dalam perspektif self-
care agent, berbeda dengan Rogers (1990) yang memandang dalam perspektif Energy fields.
Konsep sentral lingkungan juga dikembangkan oleh para ahli menjadi beberapa model
konseptual. Dalam paradigma, lingkungan diidentifikasi sebagai struktur internal dan eksternal
yang mempengaruhi individu, keluarga, komunitas. Beberapa ahli mengembangkan konsep
sentral lingkungan tersebut menjadi beberapa model. Neuman & Facett (2002) menganggap
bahwa lingkungan merupakan sebagai sumber stressor. Akan tetapi Rogers (1990) justru
menganggap lingkungan adalah sebagai sebuah sumber daya.
Konsep sentral kesehatan juga didefinisikan dengan berbagai cara, Neuman & Fawcett
menganggap bahwa kesehatan adalah suatu proses continum dalam sistem klien atau stabilitas
sistem. Konsep sehat menurut Johnson adalah pembagian antara perilaku yang stabil dan tidak
stabil atau nilai yang diidentifikasi oleh masing-masing kelompok budaya.
Konsep sentral keperawatan juga mendeskripsikan mengenai konsep keperawatan, yakni
dengan mendefinisikan konsep dasar keperawatan, lalu dilanjutkan dengan tujuan spesifik yang
diharapkan dari tindakan keperawatan, dan proses keperawatan. Tujuan dari tindakan
keperawatan biasanya didefinisikan secara langsung diberikan oleh model tersebut, misalnya
menurut Neuman dan Fawcett (2002) tujuan keperawatan adalah membantu manusia sebagai
klien untuk mencapai, mempertahankan atau mendapatkan kembali stabilitas sistem klien. Proses
keperawatan dijelaskan dalam setiap konseptual model dan menentukan status kesehatan
seseorang, menentukan tujuan dari tindakan keperawatan, mengimplementasikan tindakan
keperawatan, dan memonitoring kondisi kesehatan klien setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Penamaan dan isi dari setiap tahapan atau komponen dari proses keperawatan
seringkali berbeda antara model konseptual yang satu dan yang lainnya.
Model konseptual jika dikembangkan lebih lanjut maka akan menghasilkan teori yang
bersifat lebih konkrit daripada model konseptual. Jika model konseptual menggambarkan
pengembangan dari body of knoweledge ilmu keperawatan, maka teori diciptakan untuk
mengembangkan salah satu komponen atau aspek dari model konseptual. Model konseptual dan
teori dalam suatu keilmuan ini tentunya berhubungan erat dengan filosofi dan paradigma yang
mendasarinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara empiris, falsafah, paradigma model
keperawatan dengan model konseptual atau teori keperawatan sangat berhubungan dan tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain.