24
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pajak sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan merupakan sarana peran serta warga negara dalam pembiaayaan negara dan pembanguna nasional. Warga negara khususnya wajib pajak, dituntut kesadarannya unt membayar, menghitung, melaporkan pajak, serta memahami permasalah yang berhubungan dengan pajak. 1. Pengertian Pajak Pajak memiliki berbagaidefinisi, yang pada hakikatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapapengertian pajakyang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, SH, di dalam Dr. Mardiasmo, MBA, AK (2005 : 1) menyatakan : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan unda undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa tim balik (kontraprestasi) yang langsungdapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar keperluan umum. b. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani, dalam Eko Laksamana (2005 : 5) menyatakan : Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yan terhutang oleh dan wajib membayarnya menurut peraturan-peratura dengan tidakmendapatkan prestasi kembali, yang langsungdapat ditunjuk yang digunakanuntuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

Bab 2

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Pajak Pajak sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan merupakan sarana peran serta warga negara dalam pembiaayaan negara dan pembangunan nasional. Warga negara khususnya wajib pajak, dituntut kesadarannya untuk membayar, menghitung, melaporkan pajak, serta memahami permasalahan yang berhubungan dengan pajak. 1. Pengertian Pajak Pajak memiliki berbagai definisi, yang pada hakikatnya

mempunyai pengertian yang

sama. Beberapa pengertian pajak yang

dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut Prof. Dr. Rachmat Soemitro, SH, di dalam Dr. Mardiasmo, MBA, AK (2005 : 1) menyatakan : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membayar keperluan umum.

b. Menurut Prof. Dr. P. J. A. Andriani, dalam Eko Laksamana (2005 : 5) menyatakan : Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh dan wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

1

umum yang berhubungan dengan menyelenggarakan pemerintahan.

tugas

negara

untuk

c. Sedangkan Irwansyah Lubis (2009 : 15 ), menyatakan bahwa: Pajak merupakan suatu beban / biaya yang harus dikelola dalam manajemen dalam mencapai tujuan organisasi dengan hasil yang maksimal, efisien dan efektif tanpa melanggar ketentuan yang berlaku.

d. Menurut Rochmat Soemitro dikutip Safri Nurmantu (2003 :12) Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipkasakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelengarakan pemerintahan. e. Pajak menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang selanjutnya akan disebutUndang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) yaitu dalam pasal 1 butir 1 disebutkan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari pengertian-pengertian pajak diatas, Penulis menyimpulkan bahwa :

2

1. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuasaan undang-undang dan aturan-aturan pelaksanaannya yang sedang berlaku di dalam suatu pemerintahan. 2. Pajak dipungut oleh negara baik melalui pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 3. Pajak diperuntukan untuk pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bertujuan untuk kemakmuran rakyat. 2. Fungsi Pajak Dalam ilmu administrasi fungsi adalah aktivitas pokok suatu lembaga atau pranata, yang tanpa aktivitas itu, eksistensi/keberadaan lembaga atau pranata tersebut tidak perlu ada. Menurut Mardiasmo (2003: 1) fungsi pajak dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Fungsi Penerimaan (Budgetair) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintahan baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. 2. Fungsi Mengatur (Reguleren) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

3

3.

Pengelompokan Pajak Ada beberapa macam pengelompokan pajak, yaitu: 1. Menurut golongannya a) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh WP dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan. b) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut sifatnya a) Pajak subyektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri WP. Contoh: PPh. b) Pajak obyektif, yaitu pajak yang berdasarkan pada obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri WP. Contoh: PPN. 3. Menurut lembaga pemungutnya a) Pajak Pusat Pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jendral Pajak-Departemen Keuangan. Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:

4

1)

Pajak Penghasilan (PPh) PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah dan lain sebagainya. 2) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak Di dalam Daerah Pabean, Orang Pribadi, perusahaan maupun pemerintah yang

mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Tarif PPN adalah tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal ekspor, tarif PPN adalah 0%. Pabean adalah wilayah RI yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya.

5

3)

Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang tergolong mewah, juga dikenakan PPnBM.

4)

Bea Materai Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, serta kwitansi

pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan. 5) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota. 6) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola oleh Pemerintah Pusat namun realisasi penerimaan BPHTB seluruhnya diserahkan kepada

Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota.

6

b) Pajak Daerah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di tingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Ada beberapa pajak daerah, antara lain: 1) Pajak Propinsi Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Di Atas Air Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 2) Pajak Kabupaten/Kota Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C Pajak Parkir.

7

4.

Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak ada tiga, yaitu: 1. Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus. b) Wajib pajak bersifat pasif. c) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya: a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri. b) Wajib pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. 3. With holding system, yaitu suatu sistem pungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak

8

yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus, dan Wajib Pajak. B. Pajak Penghasilan Pasal 21 Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah : pajak yang dipotong oleh pihak lain atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran dengan nama dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, kegiatan lainnya. 1. Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 Penerimaan penghasilan yang dipotong pajak penghasilan pasal 21 adalah : a. Pejabat Negara adalah presiden dan wakil presiden, ketua, wakil ketua dan anggota DPR atau MPR, DPRD Propinsi dan DPRD kabupaten atau kota, ketua dan wakit ketua Badan Pemeriksaan Keuangan, ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim Mahkamah Agung, ketua dan wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung, menteri dan menteri negara, jaksa agung, gubernur dan wakil gubernur kepala daerah propinsi, bupati dan wakil bupati kepala daerah kabupaten, wali kota dan wakil wali kota. b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah PNS Pusat, PNS Daerah, dan PNS lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. c. Pegawai adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun9

tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN atau BUMD. d. Pegawai tetap adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur dan terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung. e. Pegawai dengan status wajib pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium dan imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. f. Pegawai lepas adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang hanya menerima imbalan apabila orang pribadi yang bersangkutan bekerja. g. Penerima pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tabungan hari tua atau tunjangan hari tua. h. Penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.

10

i.

Penerima upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

2.

Yang Tidak Termasuk Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 a. Pejabat perwakilan diplomatik konsulat atau pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat : 1) 2) Bukan warga negara Indonesia dan Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatannya di Indonesia. 3) Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. b. Pejabat perwakilan organisasi internasional sepanjang : 1) 2) Bukan warga negara Indonesia dan Tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

3.

Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Penghasilan yang dikenakan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 adalah : a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti

11

rugi tunjangan isteri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport,

tunjangan pajak, tunjangan pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun. b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun. c. d. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan. Uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua atau tunjangan hari tua (THT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis. e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak dalam negeri, terdiri dari : 1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris. 2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, sutradara, crew film, foto model, peragawan atau

12

peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya. 3) 4) Olahragawan. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. 5) 6) Pengarang, peneliti, dan penerjemah. Pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer, dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, dan pemasaran. 7) 8) Agen iklan. Pengawas, pengelola proyek, anggota, dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan. 9) 10) 11) 12) 13) 14) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan. Peserta perlombaan. Petugas penjaja barang dagangan. Petugas dinas luar asuransi. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling, dan kegiatan sejenis lainnya. f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima oleh pejabat negara dan PNS.

13

g.

Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda, dan atau anak-anaknya.

h.

Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak.

4.

Penghasilan yang Dikecualikan Dari Pengenaan PPh Pasal 21 Yang tidak termasuk dalam pengertian penghasilan yang dipotong pajak penghasilan pasal 21 adalah : a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asurabsi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa. b. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan kecuali yang diberikan oleh bukan wajib pajak. c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan serta iuran tabungan hari tua atautunjangan hari tua (THT) kepada badan penyelenggara jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja. d. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnnya dengan nama apapun yang diberikan oleh pemerintah. e. f. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja Pembayaran THT-Taspen dan THT-Asabri dari PT Taspen dan PT Asabri kepada para pensiun yang berhak menerimanya. g. Zakat yang diterima oleh pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

14

5. Pengertian Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dan Penghasilan Kena Pajak (PKP) a. Pengertian Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Jumlah tanggungan tersebut ditentukan menurut keadaan yang bersangkutan bagi karyawan atau karyawati dengan status kawin, penghasilan yang dapat dikurangkan hanya untuk dirinya sendiri, kecuali apabila ada keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat, serendah-rendahnya kecamatan, yang menyatakan

suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan dalam tahun kawin yang bersangkutan, maka penghasilan tidak kena pajak yang dapat dikurangkan selain untuk dirinya sendiri, juga tambahan penghasilan tidak kena pajak karena kawin dan penghasilan tidak kena pajak untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Bagi karyawati dengan status tidak kawin penghasilan tidak kena pajak yang dapat dikurangkan selain untuk dirinya sendiri, juga penghasilan tidak kena pajak untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. b. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menurut Pasal 7 UndangUndang Nomor 36 Tahun 2008 : 1) Rp. 15.840.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi. 2) Rp. 1.320.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin.

15

3) Rp. 15.840.000,00 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). 4) Rp. 1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. Penerapan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. Penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan denga Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR). Tabel 2.1 Daftar Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) PTKP TK/0 TK/1 TK/2 TK/3 K/0 K/1 Jumlah (Rp) 15.840.000,00 17.160.000,00 18.480.000,00 19.800.000,00 17.160.000,00 18.480.000,00 PTKP K/2 K/3 K/I/0 K/I/1 K/I/2 K/I/3 Jumlah (Rp) 19.800.000,00 21.120.000,00 33.000.000,00 34.320.000,00 35.640.000,00 36.960.000,00

16

Penjelasan : TK/0 : Berarti status tidak kawin dan tidak mempunyai tanggungan keluarga atau karyawati status kawin yang suaminya menerima atau memperoleh penghasilan dalam tahun kawin yang bersangkutan. TK/1 : Berarti status tidak kawin tetapi mempunyai tanggungan keluarga sebanyak 1 (satu) orang dan seterusnya. K/0 : Berarti status kawin dan tidak mempunyai tanggungan keluarga. K/1 : Berarti status kawin dan mempunyai tanggungan keluarga sebanyak 1 (satu) orang dan seterusnya. K/I/0 : Berarti status kawin, tambahan untuk istri (hanya seorang) yang penghasilanya digabung dengan penghasilan suami, dan tidak mempunyai tanggungan keluarga. K/I/1 : Berarti status kawin, tambahan untuk istri (hanya seorang) yang penghasilanya digabung dengan penghasilan suami, dan mempunyai tanggungan keluarga sebanyak 1 (satu) orang dan seterusnya. 6. Pengertian Penghasilan Kena Pajak (PKP) Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Penjelasan Pasal 16 : Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Penghasilan

17

Kena Pajak diperoleh dari pengurangan antara penghasilan bruto wajib pajak dengan pengurang penghasilan bruto. 7. Tarif Pajak Penghasilan Dalam penghitungan pajak yang terhutang digunakan tarif pajak. Tarif pajak yang dimaksud adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak yang terhutang (pajak yang harus dibayar). Besarnya tarif pajak dapat dinyatakan dalam persentase. Dalam pajak penghasilan persentase tarifnya dibedakan : a. Tarif Marginal Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak. b. Tarif Efektif Persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dasar pengenaan pajak tertentu. c. Tarif Pajak Proporsional atau Sebanding Tarif pajak yang berupa persentase tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. d. Tarif Pajak Progresif Tarif pajak yang berupa persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar. Dengan memperhatikan kenaikan tarifnya, tarif progresif dapat dibagi menjadi :

18

1) Tarif Progresif-Progresif : kenaikan persentase pajaknya semakin besar. 2) Tarif Progresif Tetap : kenaikan persentasenya tetap. 3) Tarif Progresif Degresif : kenaikan persentasenya semakin kecil. 4) Tarif Pajak Degresif : persentase tarif pajaknya semakin menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi semakin besar. 5) Tarif Pajak Tetap : tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya) terhadap berapapun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu besarnya pajak yang terhutang tetap. 6) Tarif Pajak Advolerem : tarif dengan persentase tertentu atas harga barang atau nilai suatu barang. 7) Tarif Spesifik : tarif dengan jumlah tertentu atas suatu jenis atau satuan jenis barang tertentu. Tarif Pajak Penghasilan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (berlaku mulai 01 Januari 2009). a. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Tabel 2.2 Daftar Tarif Pajak Orang Pribadi No. 1. 2. 3. 4. Lapisan Penghasilan S.d. Rp 50.000.000,Di atas Rp 50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000 Di atas Rp 250.000.000,- s.d. Rp 500.000.000,Di atas Rp 500.000.000,Tarif 5% 15% 25% 30%19

b. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Untuk wajib pajak badan dikenakan tarif tunggal 30%, diturunkan menjadi 28% pada tahun 2009, dan menjadi 25% pada tahun 2010.

C. Bonus

Dalam

pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan

individu

yang

perlu

diperhatikan oleh pimpinan adalah pengertian tentang penyesuaian keadaan sosial dan keadaan ekonomi agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan perusahaan. Pada dasarnya keinginan seseorang untuk bekerja sebaik-baiknya ditentukan oleh perangsang eksternal dan perangsang internal. Perangsang eksternal berwujud penghargaan nyata untuk prestasi kerja misalnya gaji yang cukup layak ataupun tunjangan kesehatan.

Sedangkan perangsang internal merupakan kebutuhan egoistik, misalnya berupa harga diri dan nama baikdalam pandangan orang lain. Sedangkan kebutuhan sosial misalnya pergaulan dengan rekan sekantor atau rasa tergantung dalam satu unit kerja. Seamakin banyak perangsang maka semakin besar pula keinginan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.

20

1. Pengertian Bonus

Untuk memperjelas pengertian bonus, berikut ini adalah beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli manajemen tentang pengertian bonus.

a. Pengertian bonus menurut G.R Terry (2002:184), Bonus secara harfiah berarti sesuatu yang merangsang atau mempunyai kecenderungan merangsang minat untuk bekerja.

b. Pendapat lain dari Malayu S.P (2002:118) Bonus adalah tambahan balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar.

c. Menurut Pangabean (2002 : 93)

Bonus

adalah

kompensasi

yang

mengaitkan

gaji

dengan

produktivitas. Bonus merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.

Berdasarkan pendapat para ahli manajemen atas pengertian bonus di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bonus adalah pemberian upah tambahan atas prestasi yang telah diraih oleh karyawan di atas standar yang diberikan oleh perusahaan.

21

Jadi pada dasarnya bonus merupakan suatu bentuk kompensasi yang diberikan kepada karyawan yang jumlahnya tergantung dari hasil yang dicapai baik berupa finansial maupun non finasial. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong karyawan bekerja lebih giat dan lebih baik sehingga prestasi dapat meningkat yang pada akhirnya tujuan perusahaan dapat tercapai. Jenis jenis Bonus

2.

Berikut ini adalah jenis-jenis bonus karyawan:

a. Pembagian Profit sharing Karyawan menerima bonus-bonus berdasarkan besar-kecilnya

keuntungan perusahaan. Pembayaran dalam bentuk cash, atau ditabungkan ke dalam dana pensiun. b. Pembagian perolehan (Gain sharing) Manakala suatu target terlampaui oleh suatu unit kerja, kepada anggota unit diberikan sejumlah bonus. Target sering didasarkan pada produktivitas, kualitas, dan mutu pelayanan kepada pelanggan. c. Bonus lump-sum (Lump-sum bonus) Di samping kenaikan upah atau gaji, karyawan menerima pula sekali pembayaran cash berdasarkan pelaksanaan kerja mereka, atau berdasar

22

kesepakatan antara perusahaan dan serikat karyawan. Bonus bukan merupakan bagian dari gaji rutin karyawan. d. Pembayaran untuk keahlian (Pay for knowledge) Gaji atau upah karyawan akan naik sesuai perkembangan jenis ketrampilan atau keahlian yang mereka kuasai, tidak peduli jenis pekerjaannya.

3. Tujuan Bonus Menurut Irawan(2005), ada tiga tujuan bonus yaitu: 1.Menarik sumber daya manusia ke perusahaan 2.Mempertahankan sumber daya manusia dengan baik 3.Memotivasi sumber daya manusia dalam bekerja

Fungsi utama dari bonus adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada karyawan. bonus menjamin bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan tujuan utama pemberian bonus adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja individu maupun kelompok (Panggabean, 2002 : 93)

Secara lebih spesifik tujuan pemberian Insentif dapat dibedakan dua golongan yaitu:

23

a. Bagi Perusahaan

Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam kegiatan produksi adalah untuk meningkatkan produkstivitas kerja karyawan dengan jalan mendorong/merangsang agar karyawan :

1) Bekerja lebih bersemangat dan cepat. 2) Bekerja lebih disiplin. 3) Bekerja lebih kreatif.

b. Bagi Karyawan

Dengan adanya pemberian insentif karyawan akan mendapat keuntungan:

1) Standar prestasi dapat diukur secara kuantitatif. 2) Standar prestasi di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas jasa yang diukur dalam bentuk uang. 3) Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.

24