21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Belajar Menurut dimyati mujiono (2006:7), belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya ) berubah dari

BAB 2. Edited

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fix

Citation preview

Page 1: BAB 2. Edited

BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan pustaka

2.1.1 Belajar

Menurut dimyati mujiono (2006:7), belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa

yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar

terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performance-nya )

berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia mengalami

situasi tadi, (syaiful, 2006: 17).

Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku secara keseluruhan setelah seorang melakukan interaksi

dengan lingkungannya atau melalui proses belajar.

Page 2: BAB 2. Edited

Belajar berakibat terjadinya perubahan dalam diri seorang sebelum ia mengalami

situasi tertentu secara terus menerus.

2.1.2 Hasil belajar

Menurut dimyati mujiono (2006:4), hasil belajar merupakan berkat tindak guru, suatu

pencapaian tujuan pengajaran. Dari sisi guru, tindak belajar di akhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Menurut gage (dalam http://farhanxen.wordpress.com /2007/12/13/hakekatbelajar/)

menyebutkan bahwa “belajar adalah proses perubahan prilaku yang muncul karena

pengalaman”.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang

diperoleh siswa melalui proses belajar yang dapat berupa nilai tertentu, yang

diperoleh melalui tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.

2.1.3 Pengertian Penerapan Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan majemuk (multiple intelegence atu MI) ditemukan dan dikembangkan

oleh horward gardner. Setelah melakukan banyak penilitian tentang implikasi

penerapan kecerdasan majemuk di dunia pendidikan.

Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:7) kecerdasan majemuk adalah validasi

tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting. Pemakaiannya dalam

pendidikan sangat tergantung pada pengenalan, pengakuan, dan penghargaan

terhadap setiap atau berbagai cara siswa (pelajar) belajar, di samping pengenalan,

pengakuan dan penghargaan terhadap setiap minat dan bakat masing-masing

9

Page 3: BAB 2. Edited

pembelajar. Teori ini bukan hanya mengakui perbedaan indivudual untuk tujuan

tujuan praktis, tetapi juga menganggap semuanya sebagai sesuatu yang normal. Pada

awal penelitiannya gardener menyimpulkan banyak sekali kemampuan manusia yang

kiranya bisa di masukkan dalam pengertian kecerdasan.

Saat ini ada tujuh dianataranya :

1. kecerdasan linguistik (berkaitan dengan bahasa)

2. kecerdasan logis matematis (berkaitan dengan nalar logika dan matematika)

3. kecerdasan spasial (berkaitan dengan ruang dan gambar)

4. kecerdasan musikal ( berkaitan dengan musik irama dan bunyi suara)

5. kecerdasan badani – kinestetik (berkaitan dengan badan dan gerak tubuh)

6. kecerdasan interpersoanal (berkaitan dengan hubungan antar pribadi, sosial)

7. kecerdasan intrapersonal (berkaitan dengan hal hal yang sangat mempribadi).

Berdasarkan pendapat diatas maka disimpulkan bahwa teori kecerdasan di

sekolah dapat mengembangkan cara berfikir, belajar dan kreatifitas dalam

mempelajari suatu bidang bagi individu dan intuisi.

1. Kecerdasan linguistik

Gardener menjelaskan kecerdasan linguistik sebagai kemampuan untuk

menggunakan dan mengolah kata kata secara efektif baik secara oral maupun

tertulis. Kemampuan ini berkaitan dengan penggunaan dan pengembangan bahasa

secara umum. Disimpulkan bahwa orang yang memiliki kecerdasan linguistik,

akan mudah untuk mengembangkan pengetahuan dan mudah untuk menjelaskan,

mengajarkan, menceritakan pemikirannya kepada orang lain. Dalam

10

Page 4: BAB 2. Edited

mengungkapkan suatu fakta yang sama, orang ini akan lancar dan menceritakan

dengan pebendaharaan kata yang bervariasi sehingga tidak menjemukan.

2. kecerdasan matematika – logis

menurut gardner (dalam jasmine, 2007:19) kecerdasan matematika logis adalah

kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika secara

efektif.

Jenis pemikiran kecerdasan yang dicirikan sebagai pemikiran yang keritis dan

digunakan sebagai bagian dari etode ilmiah. Termasuk dalam kecerdasan tersebut

adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi,kategoris, dan perhitungan.

Orang yang mempunyai kecerdasan matematika logis sangat mudah membuat

klasifikasi dan kategoris dalam pemikiran.

Pemikiran orang berintelegensi matematis logis induktif dan deduktif, jalan

pikirannya bernalar

Dan dengan mudah mengembangkan pola sebab akibat.. Orang orang yang

memiliki kecerdasan ini akan sangat mudah belajar berhitung, kalkulus, dan

bermain angka. Bahkan ia sangat senang menggeluti simbol angka dalam buku

buku matematika. Pemikirannya ilmiah, berurutan, silogismenya kuat sehingga

mudah dimengerti dan mudah mempelajari persoalan yang analitis.

Dapat disimpulkan bahwa anak yang memiliki kecerdasan matematika logis yang

menonjol biasanya memiliki nilai matematika yang baik, cara pikirannya rasional

dan logis. Di dalam melihat pekerjaan siswa dalam hal matematika atau sains,

11

Page 5: BAB 2. Edited

seorang dengan cepat dapat mngetahui siswa mana yang mempunnyai kecerdasan

matematika logis lebih menonjol dari yang lain.

3. Kecerdasan spasial – visual

Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:21) kecerdasan spasial visual adalah

kemampuan untuk menangkap ruang dunia visual secara tepat. Termasuk di

dalamnya adalah kemampuan untuk mengenal bentuk benda secara tepat,

melakukan perubahan suatu benda dalam pikirannya dan mengenali perubahan

itu, menggambarkan suatu hal / benda dalam fikiran dan mengubahnya dalam

bentuk nyata, serta cenderung mudah belajar melalui sajian sajian visual, seperti

film, gambar, video dan peragaan yang menggunakan model dan slaid.

Di simpulkan orang yang memiliki kecerdasan ini mudah membayangkan benda

dalam ruang berdimensi tiga, mereka mudah mengenal relasi benda benda dalam

ruang secara tepat. Orang yang kuat dalam kecerdasan ruang visual dapat dengan

baik melakukakan pekerjaan seperti menggambar grafik dimensi tiga dan dalam

pembelajaran lebih mudah bila dituliskan dengan jelas.

4. Kecerdasan kinestetik badani

Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:25) kecerdasan kinestetik badani

merupakan kemampuan menggunakan atau gerak tubuh untuk mengekspresikan

gagasannya. Orang yang memiliki kecerdasan ini dapat dengan mudah

mengungkapkan diri dengan gerak tubuh. Mereka tak suka diam dan ingin gerak

terus, dan berusaha menyentuh orang lain yang diajak bicara.

12

Page 6: BAB 2. Edited

Mereka lebih nyaman mengomunikasikan informasi dengan peragaan

(demonstrasi) atau pemodelan.

5. Kecerdasan musikal

Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:22) kecerdasan musikal sebagai

kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan, dan menikmati bentuk

suara. Siswa yang menonjol kecerdasan musikalnya sangat peka terhadap suara.

siswa yang memiliki kecerdasan ini akan lebih mudah dan berkonsentrasi bila

belajar disertai dengan mendengarkan musik.

6. Kecerdasan interpersonal

Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:26) kecerdasan interpersoanal

ditampakkan pada kegembiraan berteman dan kesenangan dalam berbagai maca

aktivitas sosial. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini menyukai dan

menikmati bekerja secara berkelompok (bekerja kelompok).

Di simpulkan bahwa anak yang memiliki kecerdasan ini adalah anak yang lebih

aktif dan senang apabila pembelajaran di kelas dilakukan secara berkelompok

daripada belajar sendiri.

7. kecerdasan intrapersonal

Menurut gardner (dalam jasmine, 2007:27) kecerdasan intrapersonal adalah

kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri. Orang yang

mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi pada umumnya mandiri,

13

Page 7: BAB 2. Edited

tak tergantung pada orang lain dan mempunyai pendapat diri yang kuat.mereka

memiiki rasa percaya diri yang besar serta senang ekali bekerja berdasarkan

program sendiri dan hanya dilakukan sendirian.

Sehinnga berdasarkan paparan diatas maka disimpulkan bahwa dengan

kecerdasan mejemuk pendidik dapat menaruh perhatian pada perbedaan diantara

anak anak didik dan mencoba menggunkaannya dalam pembelajaran dan

pendidikan serta evaluasi yang lebih personal sehingga anak didik tidak dianggap

sebagai blok-blok yang sama atau anonim.

Ketujuh kecerdasan itu dalam diri seseorang dapat dikembangkan dan di

tingkatkan secara memadai sehingga dapat berfungsi pada seseorang tersebut. Ini

menunjukan bahwa ketujuh kecerdasan itu bukan hal yang sudah mati tidak

terkembangkan melainkan masih dapat di tingkatkan. Disinilah pendidikan

mempunyai fungsi, yaitu dapat membantu agar setiap kecerdasan pada diri

seseoarang berkembang secara optimal.

Disinilah perbedaaan dengan model IQ, yang seakan akan bila IQ-nya memang

rendah, tidak mungkin lagi dikembangkan. Seorang siswa akan mudah

menangkap materi yang disamapaikan guru, bila materi itu disamapaikan dengan

menggunakan kecerdasan yang menonjol pada siswa tersebut.

Yang menjadi persoalan adalah bahwa guru juga biasanya mengajar sesuai

dengan kecerdasan yang menonjol dalam dirinya. Bila menonjol dalam

matematika logis, ia akan mengajar dengan model itu. Begitu juga dengan

intelegensi yang lainnya. Dan repotnya kemenonjolan kecerdasan pada siswa

sering tidak sesuai dengan kecerdasan guru. Misalnya, karena guru tidak mengerti

14

Page 8: BAB 2. Edited

bahwa siswanya punya kecerdasan intrapersonal tinggi, ia tidak pernah mengajak

siswa untuk belajar kelompok , maka siswa menjadi bosan karena harus belajar

mengerjakan tugas sendirian terus. Atau guru tidak pernah mengajar denagan

gerak atau mempraktekan , padahal banayk siswa yang memiliki kecerdasan

kinesteti- badani, maka anak akan bosan dan sulit menangkap mata pelajaran.

2.1.4 Aplikasi dan Cara Mengembangkan Kecerdasan Majemuk

Secara umum kecerdasan majemuk yang belum berkembang dapat di bantu lebih

baik lewat pendidikan.

(dalam jasmine, 2007) beberapa prinsip umum untuk membantu

mengembangkan kecerdasan majemuk pada siswa diantaranya:

1. Pendidik harus memperhatikan dan mempertimbangkan pengaruh gaya belajar

seseorang dan semua kemampuan intelektual. Maka mengajar tidak hanya

boleh berfokus pada kemampuan diri kecerdasan yang lain.

Kemampuan hanya logika dan bahasa tidak cukup untuk menjawab persoalan

manusia secara menyeluruh. Perlu pula kecerdasan yang lain.

2. Pendidik harusnya lebih individual dan personal dengan memperhatiakan

kecerdasan pada siswa . namun mengajar dikelas dengan materi, cara dan

waktu yang sama dapat juga dilakukan, tetapi pendidik haruslah pintar dalam

melihat kecerdasan siswa yang paling dominan. Agar mempermudah guru

dalam memberikan pengajaran.

15

Page 9: BAB 2. Edited

3. Pendidik memiliki tanggung jawab secara sadar menggunakan sebanyak

mungkin gaya mengajar yang sesuai dengan gaya belajar anak didiknya. gaya

pembelajar dan belajar haruslah sesuai dan dimengerti.

4. Sekolah sendiri juga harus menyediakan fasilitas dan sarana. Sekolah ideal

sebagai tempat dimana setiap siswa merasa bahwa kecerdasannya diakui dan

dimana mereka di tempatkan pada posisi untuk menggunakan kecerdasannya

itu, dan dimana capaian mereka dinilai (dievaluasi) dalam konteks kecerdasan

yang sama.

5. Penilaian belajar harus lebih kontekstual. Penilaian bisa berupa pengalaman

lapangan langsung dan dapat diamati bagaimana peforma siswa. Maju atau

tidak.

(dalam jasmine, 2007:191) agar penilaian guru sungguh autentikan dan

menyeluruh, beberapa hal dapat dilakukan seperti berikut ini

A. Guru perlu melihat bagaimana siswa menunjukan prestasinya berkaitan

dengan setiap kecerdasan yang digunakan.

B. Guru dapat mengumpulkan semua dokumen yang dihasilkan siswa selama

proses pembelajaran (portopolio) seperti : tes formal, informal, tulisan,

hasil pekerjaan rumah (PR), pengamatan selama proses pembelajaran.

Tentu saja dokumen yang paling penting adalah rapor nilai siswa. Nilai

apa saja yang menonjol dan nilai apa saja yang kurang dari nilai nilai yang

sangat bagus dapat diketahui kecerdasan apa yang paling kuat.

C. Guru perlu melihat bagaimana hasil kerja kelmpok siswa tersebut dengan

teman temannya.

16

Page 10: BAB 2. Edited

D. Tes tertulis pun harus bervariasi dan menyertakan kecerdasan majemuk.

Sebelum memulai pengajaran, guru dapat membuat tes sederhana kepada

siswa Tes itu dapat merupakan pernyataan yang harus di baca oleh siswa

dan mereka harus memberikan tanda ceklist di depan pernyataan yang

sesuai dengan sifat, ciri,dan keadaan nyata mereka.

6. Mencoba mengajar dengan kecerdasan majemuk

Guru dapat mengajar dalam suatu materi di depan kelas dengan kecerdasan

majemuk pada siswa. Selama mengajar, ia bisa memperhatikan dan

mempertimbangkan pengaruh gaya belajar seseorang terhadap model tersebut.

Metode mana yang lebih disukai siswa dan mana yang tidak disukai siswa. Dari

macam macam pendekatan itu siswa diminta untuk mengungkapkan pendekatan

yang lebih menarik dan lebih membantu siswa dalam berkonsetrasi atau malah

menjemukan serta membosankan siswa. Bila guru mengajar dalam metode

tertentu dan siswa menjadi lebih tertarik serta aktif, berarati metode tersebut

sesuai dengan kecerdasan siswa. Dari metode yang paling banyak diminati siswa

guru dapat melihat bahwa kecerdasan itulah yang dominan.

2.1.5 Keuntungan dan Kelemahan Penerapan Kecerdasan Majemuk

2.1.5.1 Keuntungan Penerapan Kecerdasan Majemuk

1. dengan kecerdasan majemuk banyak siswa yang tadinya tidak berkembang

dan tidak mudah menangkap mata pelajaran, ternyata dapat berkembang dan

berhasil.

17

Page 11: BAB 2. Edited

2. banyak siswa yang menggunakan model pemlajaran kontekstual dan klasik

(ceramah, tes, dan berhitung) gagal. Ternyata dengan model kecerdasan

majemuk berhasil.

3. pada pembelajarannya lebih berpusat pada siswa, situasi, dan kepentingan

siswa, serta kemampuan intelektual siswa bukan terutama pada guru.

4. dengan mengembangkan kecerdasan majemuk setiap orang di bantu untuk dapat

menghadapi persoalan hidup yang lebih kompleks.

5. siswa dapat mengalami bahwa belajar itu menyenangkan.

2.1.6 Kelemahan Teori Kecerdasan Majemuk

1.guru perlu mengerti kecerdasan siswa siswa mereka, jadi guru di tuntut harus

lebih sabar dan cermat.

2.guru perlu mengembangkan berbagai macam model pelajaran dengan berbagai

kecerdasan, bukan hanya dengan kecerdasan yang menonjol pada dirinya.

3.guru di tuntut untuk mengajar sesuai dengan kecerdasan siswa bukan dengan

kecerdasannya sendiri yang tidak cocok dengan kecerdasan siswa.

(Jasmine, 2007)

Maka disimpulkan bahwa dengan teori ini siswa akan dapat lebih mudah dalam

menangkap mata pelajaran , dan siswa maupun guru akan sama sama

mengembangkan kecerdasan yang ada pada diri mereka. Namun pada dasarnya

guru harus lebih seksama dan teliti dalam memperhatikan siswa, itu berarti guru

bukan hanya sekedar mengajar melainkan juga harus aktif dan selalu berinteraksi

dengan siswa- siwinya. Setiap guru diberikan keluasan dalam memilih cara

18

Page 12: BAB 2. Edited

mengajar yang baik. Dengan situasi anak yang berbeda beda dalam cara berfikir

serta daya tangkapnya. Agar di capai tujuan pengajaran yang maksimal.

2.2 Kerangka Berfifkir

Berdasarkan latar belakang dan pandangan yang dikemukakakan oleh para ahli

pada kajian pustaka, maka ditenentukan tentang adanya kaitan anatara variabel x

dan variabel y.

Pada penerapan teori kecerdasan majemuk di sekolah dalam pembelajaran

matematika dapat membantu siswa dalam mengembangkan kecersdasan mereka ,

sehingga pengetahuan siswa akan lebih mudah berkembang dan dapat membawa

siswa aktif dalam pembelajaran dan diharapkan siswa mendapatkan pengetahuan,

keterampilan, serta perubahan tingkah laku yang tidak tahu menjadi tahu sehingga

relevan dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Yang demikian itu dapat

berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa dengan diterapkannya

penerapan kecerdasan majemuk. Agar lebih jelas, maka penulis menyajikan

diagram kerangka berfikir sebagai berikut:

19

Penerapan kecerdasan majemuk

(x)

Hasil belajar matematika siswa

(y)

Page 13: BAB 2. Edited

2.3 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, oleh sebab itu penulis mencoba

merumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 :ada pengaruh dalam penggunaan penerapan kecerdasan majemuk terhadap

hasil belajar siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

H2 :rata rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan teori kecerdasan

majemuk lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang menggunakan

pembelajaran konvensional.

20