32
DEFINISI KEMISKINAN Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan ( income) dari suatu kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu seringkali berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi pada upaya  peningkatan pen dapatan kelompok masyarak at miskin.  Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang sangat kompleks, baik dari faktor penyebab maupun dampak yang ditimbulkannya. Kemiskinan dapat dibedakan menjadi (tiga) pengertian, yakni! kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. "eseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak #ukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti! pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. "eseorang tergolong miskin relatif apabila seseorang tersebut sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. "edangkan seseorang tergolong miskin kultural apabila seseorang atau sekelompok masyarakat tersebut memiliki sikap tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya. $dapun pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan penduduk miskin yang dilakukan oleh %P" (%adan Pusat "tatistik) dapat dibagi menjadi & (dua), yaitu! (1) Pendekatan Wilayah dan (2) Pendekatan Rumah Tangga Penjelasan dari kedua  pendekatan terse but adalah sebagai be rikut ! '. Pendekatan !ilayah, merupakan pendekatan untuk memperkirakan penduduk miskin melalui kantong-kantong kemiskinan yang berupa desa miskin (desa tertinggal). "e#ara makro, pendekatan wilayah dilakukan berdasarkan asumsi bahwa penduduk miskin dapat diidentifikasi melalui fasilitas (infrastruktur), kondisi jalan, akses terhadap alat transportasi, sarana kesehatan, pendidikan, serta kondisi sosial ekonomi yang mendukung kehidupan masyarakat di wilayah yang diamati. $pabila

Bab 2 Kemiskinan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kemiskinan di Indonesia

Citation preview

DEFINISI KEMISKINAN

Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan (income) dari suatu kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Oleh karena itu seringkali berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi pada upaya peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin.

Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang sangat kompleks, baik dari faktor penyebab maupun dampak yang ditimbulkannya.

Kemiskinan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) pengertian, yakni: kemiskinan absolut, kemiskinan relatif dan kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, seperti: pangan, sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang tergolong miskin relatif apabila seseorang tersebut sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya. Sedangkan seseorang tergolong miskin kultural apabila seseorang atau sekelompok masyarakat tersebut memiliki sikap tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

Adapun pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan penduduk miskin yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: (1) Pendekatan Wilayah dan (2) Pendekatan Rumah Tangga. Penjelasan dari kedua pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan wilayah, merupakan pendekatan untuk memperkirakan penduduk miskin melalui kantong-kantong kemiskinan yang berupa desa miskin (desa tertinggal). Secara makro, pendekatan wilayah dilakukan berdasarkan asumsi bahwa penduduk miskin dapat diidentifikasi melalui fasilitas (infrastruktur), kondisi jalan, akses terhadap alat transportasi, sarana kesehatan, pendidikan, serta kondisi sosial ekonomi yang mendukung kehidupan masyarakat di wilayah yang diamati. Apabila infrastruktur wilayah tersebut tergolong berkualitas rendah, maka besar kemungkinannya tingkat kehidupan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut tergolong rendah. Sebuah desa yang mempunyai infrastruktur kurang memadai diasosiasikan sebagai desa kantong kemiskinan.

2. Pendekatan rumah tangga, adalah pendekatan yang mengacu kepada ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Perhitungan jumlah penduduk miskin dengan pendekatan rumah tangga pada prinsipnya adalah mengukur ketidakmampuan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pangan dan non-pangan yang paling minimal.

Data dasar yang digunakan untuk melakukan penghitungan adalah data yang bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) modul konsumsi. Survei ini dilakukan setiap tahun oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Dalam setiap survei ada 2 (dua) kelompok pertanyaan, yaitu : Kor dan Modul. Data Kor mencakup variabel demografi dan partisipasi sekolah anggota rumah tangga, dan selalu dikumpulkan setiap tahun. Sedangkan Data Modul dibagi atas 3 (tiga) kelompok, yaitu : (1) Konsumsi pengeluaran rumahtangga, (2) Kriminalitas, perjalanan, sosial budaya, dan kesejahteraan masyarakat. (3) Pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

Penghitungan jumlah penduduk miskin didasarkan pada data Susenas Modul Konsumsi. Kriteria yang digunakan dalam pengukuran batas kemiskinan adalah ketidakmampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan minimum pangan setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan minimum non-pangan.

Penyebab kemiskinan

Penyebab kemiskinan menurut Kuncoro (2000:107) sebagai berikut :1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah2. kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas juga rendah, upahnyapun rendah3. kemiskinan muncul sebab perbedaan akses dan modalSendalam ismawan (2003:102) mengutarakan bahwa penyebab kemiskinan dan keterbelakangan adalah persoalan aksesibilitas. Akibat keterbatasan dan ketertiadaan akses manusia mempunyai keterbatasan (bahkan tidak ada) pilihan untuk mengembangkan hidupnya, kecuali menjalankan apa terpaksa saat ini yang dapat dilakukan (bukan apa yang seharusnya dilakukan). Dengan demikian manusia mempunyai keterbatasan dalam melakukan pilihan, akibatnya potensi manusia untuk mengembangkan hidupnya menjadi terhambat.Kemiskinan juga muncul karena adanya perbedaan kualitas sumber daya manusia, karena jika kualitas manusianya rendah pasti akan mempengaruhi yang lain, seperti pendapatan. Tapi itu hanyalah masalah klasik. Sekarang penyebab kemiskinan adalah karena tidak mempunyai uang yang banyak. Orang yang mempunyai uang banyak, mereka dapat meningkatkan kualitas hidupnya karena mereka dapat bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Berbeda dengan orang miskin yang tidak punya uang banyak, mereka tidak dapat bersekolah yang lebih tinggi karena mereka tidak punya uang lagi untuk membiayai uang sekolah seperti masuk perguruan tinggi atau SMA.

Dampak Kemiskinan

Dampak kemiskinan di Indonesia memunculkan berbagai penyakit pada kelompok risiko tinggi seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, dan lanjut usia. Kita mengakui sejak krisis ekonomi tahun 1997 jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat. Kata Azrul Azwar dari Direktorat Jenderal Bina kesehatan Depkes di Semarang. Ia mengatakan, kemiskinan yang terjadi di Indonesia menyebabkan cakupan gizi rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan buruk, dan biaya untuk berobat tidak ada. Akibat terkena penyakit, katanya pada lokakarya Pengentasan Kemiskinan Melalui Pengembangan Industri Agromedicine Terpadu, menyebabkan produktivitas rendah, penghasilan rendah dan pengeluaran bertambah.Kemiskinan memang tidak pernah berhenti dan tidak bosan menghancurkan cita-cita masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda. Kemiskinan sudah banyak membutakan segala aspek seperti pendidikan. Sebagian dari penduduk Indonesia lantaran keterbatasan ekonomi yang tidak mendukung, oleh contoh kecil yang terjadi di lapangan banyak anak yang putus sekolah karena menunggak SPP, siswa SD yang nekat bunuh diri karena malu sering ditagih oleh pihak sekolah, anak di bawah umur bekerja keras dengan tujuan memberi sesuap nasi untuk keluarganya, dll. Bagaimana Indonesia mau maju kalau generasi muda yang seharusnya sekolah sekarang ikut merasakan korban faktor kemiskinan. Sekarang kemiskinan juga sudah memberikan dampak mulai dari tindak kriminal, pengangguran, kesehatan terganggu, dan masih banyak lagi. Kemiskinan memang dapat menyebabkan beragam masalah tapi untuk sekarang masalah yang paling penting adalah bagaimana caranya anak-anak kecil yang sama sekali tidak mampu dapat bersekolah dengan baik seperti anak-anak lainnya. Pertama itulah masalah yang harus dipecahkan oleh pemerintah karena jika masalah itu tidak dapat dibereskan maka akan muncul masalah-masalah baru yang lebih banyak lagi. Dan juga banyak orang-orang miskin terkena penyakit tapi mereka sulit untuk berobat ke dokter karena mahal, walapun pemerintah sudah memberikan kartu kemiskinan tapi itu tidak menjamin di rumah sakit.

.

Cara Penanggulangan Kemiskinan

Kondisi kemiskinan di Indonesia terus mengalami tren penururnan yang cukup besar. Meskipun demikian, tantangan ke depan untuk mencapau target yang ditentukan juga masih cukup besar. Untuk itu,pemerintah telah menetapkan peningkatan kesejahteraan rakyat dan pengurangan kemiskinan sebagai tema pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2009. Dengan demikian, program penanggulangan kemiskinan tetap menjadi salah satu prioritas pemerintah pada tahun 2009. Hal ini jika dilihat dari Rancangan Anggaran dan Belanja Negara yang ditetapkan oleh Pemerintah.Sebagai bukti komitmen dalam menanggulangi kemiskinan, Pemerintah akan menyiapkan anggaran Rp. 66,2 triliun untuk menanggulangi kemiskinan pada tahun 2009. Besaran anggaran untuk program kemiskinan tersebut dalam APBN meningkat sekitar tiga kali lipat dalam kurun waktu 2005-2008. Dengan anggaran tersebut, angka kemiskinan ditargetkan dapat berkurang dari 15,4 persen pada tahun 2008 menjadi 12-14 persen pada tahun 2009. Peningkatan anggaran saja tentu belum cukup tanpa disertai dengan perencanaan program yang lebih efektif. Karena itu, selain peningkatan untuk mempercepat penurunan tingkat kemiskinan itu pemerintah telah melakukan harmonisasi dan sinergi program dan anggaran penanggulangan kemiskinan di tingkat pusat yang implementasinya dijalankan secara nyata di seluruh Indonesia.di modifikasi dari http://gophunkzthedexter.blogspot.com/2011/02/kemiskinan.html

.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil oleh penulis melalui kegiatan karya tulis yang berjudul Dampak Kemiskinan Terhadap Masyarakat adalah:1. kemiskinan dapat terjadi karena rendahnya kualitas yang dimiliki manusia tersebut2. kemiskinan dapat membuat orang menjadi putus asa 3. pemerintah selalu berusaha untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia4. kemiskinan dapat menimbulkan berbagai macam masalah

.

Saran bagi para pembaca adalah:

1. tingkatkanlah kualitas anda melalui sekolah ke jenjang yang lebih tinggi2. berjuanglah dengan keras jangan sampai putus asa3. bantulah sesamamu yang tidak mampu

Beberapa Faktor penyebab kemiskinan di Indonesia: 1. Tingkat pendidikan yang rendah

2. Produktivitas tenaga kerja rendah

3. tingkat upah yang rencah

4. distribusi pendapatan yang timpang

5. kesempatan kerja yang kurang

6. kualitas sumberdaya alam masih rendah

7. penggunaan teknologi masih kurang

8. etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah

9. kultur/budaya (tradisi)

10. politik yang belum stabil

11. kesemua faktor tersebut di atas saling mempengaruhi, dan sulit memastikan penyebab kemiskinan yang paling utama atau faktor mana yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung.

Kesemua faktor tersebut merupakan VICIOIS CIRCLE (Lingkaran setan) dalam masalah timbulnya kemiskinan

Sumber:

Atomic

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGKemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup untuk memelihara dirinya sendirinya yang sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga mental maupn fisiknya dalam kelempok tersebut.Menurut sejarah keadaan kaya dan miskin berdampingan tidak merupakan problema sosial sampai saat nya perdagangan berkembang pesat dan timbul nya nilai nilai social yang baru dengan berkembang nya perdagangan ke seluruh dunia dan di terapkannya taraf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat.Kemiskinan muncul sebagai problema social,pada waktu itu orang sadar akan kedudukan ekonominya sehingga mereka mampu mengatakan apakah dirinya miskin atau kaya?Kemiskinan di anggap sebagi problema social apabila perbedaan kedudukan ekonomi dan warga masyarakat di tetapkan secara tegas.Pada masyarakat yang masih sederhana susunansusunana dan organisasinya kemiskinan bukan merupakan problema social karena mereka menganggap semuanya sudah di takdirkan sehingga usaha usaha untuk mengatasinya mereka tidak terlalu memperhatikan keadaan tersebut kecuali apabila mereka betul betul menderita karenanya.Pada masyarakat modern yang kompleks kemiskinan menjadi problema social seorang merasa miskin bukan karena kurang makan ,pakaian atau perumahan tapi harta miliknya dianggap kurang cukup untuk memenuhi taraf taraf kehidupan yang ada.

B. RUMUSAN MASALAHDari latar belakang diatas, untuk lebih memfokuskan pembahasan mengingat apa yang akan dijadikan topic pembahasan adalah tentang masalah kemiskinan, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah antara lain ;1. definisi kemiskinan.2. factor-faktor penyebab timbulnya kemiskinan.3. unsur-unsur kemiskinan.4. usaha-usaha mengatasai kemiskinan.C. TUJUAN PENULISAN1. Mengetahui definisi kemiskinan.2. Mengetahui factor-faktor penyebab timbulnya kemiskinan.3. Mengetahui unsur-unsur kemiskinan.4. Mengetahui usaha-usaha mengatasai kemiskinan5. untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar ( ISD )

BAB IIPEMBAHASAN2.1. PEGERTIAN KEMISKINANKemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di Negara Negara berkembang masalah kemiskinan ini menuntut adanya upaya pemecahan masalah secara berencana ,terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat, upaya pemecahan kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses pembangunan yang selama ini sedang di lakukanIstilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan kita, kemiskinan yang di maksud disini adalah kemiskinan ditinjau dari sisi material (ekonomi). Menurut Prof.Dr.Emil Salim yang di maksud dengan kemiskinan adalah merupakan suatu keadaan yang di lukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok . Atau dengan istilah lain kemiskinanitu merupakan ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok sehingga mengalamio keresahan ,kesengsaraan atau kemelaratan dalam setiap langkah hidupnya.

2.2. FAKTOR-FAKTOR TIMBULNYA KEMISKINANSalah satu factor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan yaitu ;a. Pendidikan Yang Terlampau RendahDengan adanya tingkat pendidikan yang rendah, menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan pendidikan / keterampilan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. Atas dasar kenyataan di atas dia miskin karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.b. Malas BekerjaSikap malas bekerja merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan. Karena masalah ini menyangkut mentalitas dan kepribadian seseorang. Adanya sikap malas ini seseorang bersikap acuh tak acuh dan tak bergairah untuk bekerja atau bersikap pasif dalam hidupnya (sikap bersandar dan pasrah pada nasib).Sikap malas ini cenderung untuk menggantungkan hidup pada orang lain, baik dari keluarga, saudara atau famili yang di pandang mempunyai kemampuan untuk menanggung kebutuhan hidup mereka.c. Keterbatasan Sumber AlamKemiskinan akan melanda suatu masyarakat apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Sering dikatakan oleh para ahli bahwa masyarakat itu miskin karena memang dasarnya alamiyah miskin .Alamiyah miskin yang dimaksud disini adalah kekayaan alamnya, misalnya tanahnya berbatu-batu, tidak menyimpan kekayaan mineral, dan sebagainya. Dengan demikian layaklah kalau miskin sumber daya alam miskin juga masyarakatnya.d. Terbatasnya Lapangan KerjaKeterbatsan lapangan kerja akan membawa konsekwensi kemiskinan bagi masyarakat, secara ideal banyak orang mengatakan bahwa seseorang / masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja baru, tetapi secara factual hal tersebut kecil kemungkinannya. Karena adanya keterbatasan kemampuan seseorang baik yang berupa skill maupun modal.e. Keterbatasan ModalKeterbatasan modal adalah sebuah kenyataan yang ada di Negara-negara yang sedang berkembang. Kenyataan tersebut membawa kemiskinan pada sebagaian masyarakat di Negara tersebut.Seorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi alat atau bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan.Keterbatasan modal bagi Negara-Negara yang sedang berkembang dapat diibaratkan sebagai suatu lingkaran yang tak berujung pangkal baik dari segi permintaan akan modal maupun dari segi penawaran akan modal.f. Beban KeluargaSemakin banyak anggota keluarga akan semakin banyak/meningkat pula tuntutan / beban untuk hidup yang harus dipenuhi. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak di imbangi dengan usaha peningkatan pendapatan sudah pasti akan menimbulkan kemiskinan karena mereka memang berangkat dari kemiskinan. Kenaikan pendapatan yang dibarengi dengan pertambahan jumlah keluarga, berakibat kemiskinan akan melanda dirinya dan bersifat latent.

2.3. UNSUR KEMISKINANa. Kemiskinan yang disebabkan Aspek Badaniyah. Biasanya orang orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmaniah. Karena cacat badaniah misalnya : dia lantas berbuat atau bekerja secara tidak wajar seperti menjadi pengemis atau meminta-minta. Menurut ukuran produktifitas kerja, mereka tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal malah lebih bersifat konsumtif . Sedangkan yang menyangkut Aspek Mental biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja secara wajar, sebagaimana manusia lainnya. Mereka ada yang bekerja sebagai meminta-minta atau bekerja sebagai pekerja sambilan bila ada yang memerlukannya, tindakan-tindakan sepertyi itu jelas bisa menyebabkan kemiskinan bagi dirinya dan menimbulkan beban bagi masyarakat lainnya.b. Kemiskinan yang disebabkan Aspek Bencana. Apabila tidak segera diatasi sama saja hanya akan menimbulkan beban bagi masyarakat umum lainnya. Mereka yang kena bencana alam, umumnya tidak mempunyai tempat tinggal bahkan sumber daya alam yang mereka miliki sebelumnya habis oleh pengikisan bencana alam. Kemiskinan yang disebabkan bencana alam biasanya pihak pemerintah mengambil atau menempuh dua cara. Pertama, sebagai pertolongan sementara diberikan bantuan secukupnya. Kedua, mentransmigrasikan mereka ke tempat-tempat lain yang lebih aman dan memungkinkan mereka hidup layak.c. Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan Struktural. Ialah kemiskinan yang ditimbulkan oleh dan dari struktur struktur ekonomi, soisial dan kultur serta politik. Kemiskinan struktur ini selain ditimbulkan oleh struktur penenangan atau nrimo / menerima / pasrah, memandang kemiskinan sebagai nasib, malah sebagai takdir Tuhan.

2.4. USAHA-USAHA MENGATASI KEMISKINANDari hasil penelitian kemudian pusat perhatian para ahli lambat laun mulai bergeser dari tekanan pada penciptaan lapangan kerja yang memadai ke penghapusan kemiskinan, dan akhirnya ke penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk yang berupa dua perangkat, yaitu ;a. perangkat kebutuhan konsumsi perorangan akan pengan, sandang dan papan/ permukiman.b. Perangkat yang mencakup penyediaan jasa umum dasar, seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, saluran air minum, pengangkutan dan kebudayaan .Disamping kedua perangkat tersebut, kebutuhan dasar atau kebutuhan dasar manusiawi kadang-kadang juga digunakan untuk mencakup tiga sasaran lain, yaitu ;1. hak atas pekerjaan produktif dan yang memberikan imbalan yang layak, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap rumah tangga atau perorangan.2. prasarana yang mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk.3. partisipasi seluruh penduduk , baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan proyek-proyek yang berhubungan dengan penyediaan barang-barang dan jasa-jasa kebutuhan dasar.

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULANBerdasarkan uraian tersebut, dapat kita tarik benang merah bahwa kemiskinan itu pada hakikatnya berkaitan langsung dengan sistem kemasyrakatan secara menyeluruh. Dan bukan hanya ekonomi atauv politik,social dan budaya. Sehingga penayangannya harus berlangsung secara menyweluruh dengan suatu strategi yang mengandung semua aspek dan perilaku kehidupan manusia bisa dimulai dengan resep ekonomi, kemudian di tunjang oleh tindakan social dan poliotik yang nyata. Namun demikian, dalam kenyataannya bahwa mengeluh memerangi kemiskinan seringkali menjadi suatu masalah perdebatan yang ada kaitannya dengan masalah tersebut, yaitu berkenaan dengan cara dan sasarannya.

B. SARANBerdasarkan kesimpulan diatas, maka saran penulis sebagai berikut ;1. sebagai Mahasiswa hendaknya kita menganalisa masalah kemiskinan dari semua aspek.2. bagi Pemerintah, hendaknya mengatasai dan memberi solusi dari masalah-masalah kemiskinan sehingga kemiskinan sedikit demi sedikit bisa diatasi.3. bagi pembaca kami harapkan kritik dan saran konstruktif.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Drs. H. Abu, Ilmu Sosial Dasar, Bineka Cipta Jakarta 2003.( Wahyu Drs. MS., Wawasan Ilmu Sosial, Usaha Nasional Surabaya Indonesia 2005.(

Konsep Kemiskinan dan Kaitannya dengan Hak Asasi Manusia

BAB 1PENDAHULUAN1. Latar BelakangKemiskinan merupakan salah satu masalah dari sekian banyak masalah yang sering dialami oleh negara-negara berkembang, bahkan di negara-negara maju sekalipun kemiskinan tetap merajalela. Di Indonesia sendiri kemiskinan tidak dapat terelakkan, walaupun dengan sumberdaya alam yang melimpah. Menurut Prof. Aswanto sekitar 80 persen rakyat Indonesia tergolong miskin. Hal itu disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam yang kurang dan kemampuan sumber daya manusianya sendiri yang sangat kurang. Dari sekitar 100 persen aset yang dimiliki Indonesia, hanya 1 persen yang dikelola oleh rakyat indonesia. Sedangkan menurut versi Bank Dunia, saat ini kurang dari 45 persen atau sekitar 115 juta rakyat Indonesia yang hidup digaris kemiskinan.Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makanan, pakaina, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan merupakan suatu permasalahn klasik yang secara terus menerus berlangsung dari zaman dahulu kala hingga saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Indonesia untuk mengentaskan kemiskinan baik melalui program bantuan langsung tunai (BLT), dana bantuan operasional sekolah (Dana BOS), beras rakyat miskin (Raskin), dan berbagai upaya lainnya. Namun, kesemua hal tersebut tampaknya tidak berpengaruh besar terhadap jumlah kemiskinan di Indonesia. Hal itu didasari pendistribusian dari bantuan tersebut tidak tepat sasaran kepada rakyat yang dimaksud.Kemiskinan merupakan polemik panjang yang dihadapi peradaban manusia.Proverty,condition of having insufficient resources or income. In its most exterme form, proverty is a lackof basic human needs, such as adequate and nutritious food, clothing, housing, clean water, and health services.Kemiskinan selalu membawa masyarakat pada penderitaan, yaitu menjadikan masyarakat kekurangan nutrisi, mudah terkena penyakit, kelaparan, hingga akhirnya membawa kematian. Kemiskinan adalah awal dari segala sesuatu yang buruk seperti pencurian, pemerkosaan, penganiayaan, hingga pembunuhan. Jika ada anggapan bahwa kemiskina merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia, maka anggapan tersebut tidak dapat disalahkan. Konsep hak asasi manusia seperti yang dijabarkan oleh pasal 28 A sampai J Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan landasan konstitusi Indonesia yang kemudian diperkuat lagi oleh Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia tampaknya tidak banyak mempengaruhi banyaknya pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia. Kemiskinan yang pada dasarnya adalah pelanggaran negara terhadap hak asasi manusia tampaknya tidak dapat dibendung hanya dengan beberapa program pemerintah, namun juga harus diimbangi dengan adanya usaha dari individu yang bersangkutan untuk keluar dari garis kemiskinan. Dengan hanya mengharapkan bantuan dari pemerintah maka tidak akan ada perubahan besar yang terjadi pada rakyat Indonesia jika tidak diimbangi dengan usaha. Maka dari itu saya mengangkat judul Konsep Kemiskinan Serta Hubungannya Dengan HAM.BAB 2TINJAUAN PUSTAKAKonsep KemiskinanKemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat atau negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa). Bank Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dg pendapatan dibawah USD $ 1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah USD $ 2/hari, dengan batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari USD $ 1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari USD $ 2/hari. Proporsi penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari 28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001. Melihat pada periode 1981-2001, persentase dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan USD $ 1 dolar/hari telah berkurang separuh. Tetapi , nilai dari USD $ 1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.

Deklarasi Copenhagen menjelaskan kemiskinan absolut sebagai sebuah kondisi yang dicirikan dengan kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi. Kemiskinan banyak dihubungkan dengan:

a. penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin;

b. penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga;

c. penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar;

d. penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi;

e. penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.

Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.

Kemiskinan merupakan konsep yang berwayuh wajah, bermatra multidimensional. Misalnya, menunjukkan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, politik dan sosial-psikologis. Secara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Sumberdaya dalam konteks ini menyangkut tidak hanya aspek finansial, melainkan pula semua jenis kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. Berdasarkan konsepsi ini, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumberdaya yang dimiliki melalui penggunaan standar baku yang dikenal dengan garis kemiskinan (poverty line). Cara seperti ini sering disebut dengan metode pengukuran kemiskinan absolut. Garis kemiskinan yang digunakan BPS sebesar 2,100 kalori per orang per hari yang disetarakan dengan pendapatan tertentu atau pendekatan Bank Dunia yang menggunakan 1 dolar AS per orang per hari adalah contoh pengukuran kemiskinan absolut. Kemiskinan secara sosial-psikologis menunjuk pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada di masyarakat. Faktor-faktor penghambat tersebut secara umum meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor internal datang dari dalam diri si miskin itu sendiri, seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya.

Teori kemiskinan budaya (cultural poverty) yang dikemukakan Oscar Lewis, misalnya, menyatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti malas, mudah menyerah pada nasib, kurang memiliki etos kerja dan sebagainya. Faktor eksternal datang dari luar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang dalam memanfaatkan sumberdaya. Kemiskinan model ini seringkali diistilahkan dengan kemiskinan struktural. Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan dikarenakan ketidakmauan si miskin untuk bekerja, melainkan karena ketidakmampuan sistem dan struktur sosial dalam menyediakan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja.

Konsepsi kemiskinan yang bersifat multidimensional ini kiranya lebih tepat jika digunakan sebagai pisau analisis dalam mendefinisikan kemiskinan dan merumuskan kebijakan penanganan kemiskinan di Indonesia. Konsepsi kemiskinan ini juga sangat dekat dengan perspektif pekerjaan sosial yang memfokuskan pada konsep keberfungsian sosial dan senantiasa melihat manusia dalam konteks lingkungan dan situasi sosialnya.

Dalam kurun waktu 1976-1996 tingkat kemiskinan menurun secara spektakuler dari 40,1 persen menjadi 11,3 persen, jumlah orang miskin meningkat kembali dengan tajam, terutama selama krisis ekonomi. Studi yang dilakukan BPS, UNDP dan UNSFIR menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin pada periode 1996-1998, meningkat dengan tajam dari 22,5 juta jiwa (11,3%) menjadi 49,5 juta jiwa (24,2%) atau bertambah sebanyak 27,0 juta jiwa. Sementara itu, International Labour Organisation (ILO) memperkirakan jumlah orang miskin di Indonesia pada akhir tahun 1999 mencapai 129,6 juta atau sekitar 66,3 persen dari seluruh jumlah penduduk. Data dari BPS (1999) juga memperlihatkan bahwa selama periode 1996-1998, telah terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin secara hampir sama di wilayah pedesaan dan perkotaan, yaitu menjadi sebesar 62,72% untuk wilayah pedesaan dan 61,1% untuk wilayah perkotaan. Secara agregat, presentasi peningkatan penduduk miskin terhadap total populasi memang lebih besar di wilayah pedesaan (7,78%) dibandingkan dengan di perkotaan (4,72%). Akan tetapi, selama dua tahun terakhir ini secara absolut jumlah orang miskin meningkat sekitar 140% atau 10,4 juta jiwa di wilayah perkotaan, sedangkan di pedesaan sekitar 105% atau 16,6 juta jiwa.BAB 3PEMBAHASAN1. Sebab-Sebab Bertambahnya Kemiskinan Di IndonesiaKemiskinan merupakan salah satu masalah penting yang ingin diberantas oleh pemerintah. Namun, dari sekian banyak usaha yang dilakukan, kemungkinan untuk berhasil hanya 50%. Jika dilihat dari bantuan keuangan (BLT), dengan adanya program tersebut rakyat miskin mendapatkan bantuan hidup. Namun, sasaran yang dimaksudkan untuk program tersebut tidak tepat sasaran, banyak rakyat mampu dengan penghasilan diatas standar nasional untuk digolongkan sebagai rakyat miskin juga menerima bantuan tersebut. Jika dilihat dari Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), masih kentalnya anggapan masyarakat Indonesia apalagi yang berada di bawah garis kemiskinan bahwa pendidikan tidak ada gunanya mengakibatkan bertambah rendahnya mutu sumber daya manusia yang ada di Indonesia. Pendidikan menurut mereka hanyalah membuang-buang waktu sedangkan jika digunakan untuk bekerja akan lebih bermanfaat. Jika dilihat dari RASKIN, sasarannya juga tidak tepa dengan harga yang jauhdibawah rata-rata mengakibatkan banyaknya masyarakat yang berminat untuk membelinya. Namun, sangat disayangkan bahwa kualitas beras yang ditawarkan adalah kualitas rendah dan bahkan yang sudah tidak layak untuk dijadikan sebagai makanan. Dari beberapa program tersebut, tidak lepas dari peranan pemerintah untuk mengentaskna kemiskinan secara menyeluruh. Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah. David Cox membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi:

a) Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan pengkalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat globalisasi

b) Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsistem (kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan).

c) Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.

d) Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

Menurut SMERU (2001), kemiskinan memiliki berbagai dimensi:

a) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan)

b) Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

c) Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

d) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.

e) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam.

f) Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.

g) Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan

h) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

i) Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak telantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil)

Secara umum terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain :a. Kelebihan pendudukSuatu situasi dimana jumlah penduduk lebih banyak dari sumber daya yang tersedia. Jumlah pengguna sumber alam yang terbatas digunakan oleh penduduk yang jumlahnya dari hari ke hari semakin bertambah. Sebenarnya hal ini merupakan suatu permasalahan yang kompleks. Memang, populasi penduduk di Indonesia semakin bertambah seiring bertambahnya waktu, namun seperti yang disebutkan sebelumnya, jumlah aset atau sumber daya alam dari Indonesia yang begitu luas hanya dapat dimanfaatkan secaa maksimal kurang dari 1 persen oleh rakyat Indonesia. Dilihat dari kebijakan pemerintah pada aset pertambangan minyak bumi, kebijakan tersebut memberikan 70 persen hasil tambang untuk diekspor sedangkan 30 persen untuk dikelola oleh negara. Kebijakan seperti itu hanya akan mengakibatkan kemiskinan semakin bertambah padahal jika 70% digunakan untuk dikelola dan 30% untuk diekspor tentu akan lebih menguntungkan bangsa Indonesia dari segi ekonomi.b. Ketidak merataan sumber daya hidupMaksudnya adalah distribusi sumber daya kepada masyarakat tidak dapat dilakukan secara merata. Hal ini menyebabkan terdapat daerah-daerah tertentu yang mengalami kelebihan dan kekuarangan sumber daya. Daerah yang kekurangan sumber daya ini akhirnya menjadi daerah dengan penduduk miskin. Sumber daya yang dimaksud bukan hanya sumbe daya manusia tapi juga berupa bantuan finansial untuk mengelola sumber daya alam yang ada didaerah tersebut. Ketidak merataan sumber daya ini merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari pemerintah dalam mengelola APBN dan sebarannya. Dengan tidak meratanya penyebaran sumber daya ini kemiskinan akan semakin bertambah. Misalnya, di salah satu daerah di sulawesi barat, sumber daya alam disana melimpah ruah, namun karena keterbatasan akses jalan raya menuju ke daerah perkotaan untuk menjual hasil alamnya sehingga menjadikan daerah tersebut sebagai salah satu daerah miskin. Sama halnya dengan beberapa daerah di perbatasan-perbatsan Indonesia dengan negara lain, ketidakmerataan sumber daya hidup menyebabkan daerah tersebut sebagai daerah terpencil dan miskin. Pemerataan sumber daya hanya terpusat pada daerah perkotaan dan beberapa daerah disekitarnya.c. Standar hidup dan pengeluaran yang tinggiSituasi masyarakat dimana kondisi sosial menuntut standar hidup layak yang membutuhkan pengeluaran tinggi. Pada umumya harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi hingga sulit dicapai. Kondisi ini secara otomatis akan mendatangkan kemiskinanapabila kenaikan jumlah peneluaran tidak diikuti dengan kenaikan jumlah pemasukan. Sesuai dengan standar minimal unutk dinyatakan miskin yaitu pengeluaran harus setengah dari pemasukan. Dengan naiknya harga-harga bahan kebutuhan pokok, maka semakin menyebabkan bertambahnya kemiskinan di Indonesia. Misalnya, pada tahun-tahun sebelumnya harga bahan bakar minyak bertambah, hal itu berdampak pada semua sektor kehidupan masyarakat. Terdapat banyak PHK dimana-mana, harga kebutuhan pokok meningkat tajam, namun tidak diringi dengan pemasukan yang naik pula. Hal seperti inilah yang dapat meningkatkan bertambahnya kemiskinan.d. Tidak diperolehnya pendidikan dan tidak tersedianya lapangan pekerjaanButa huruf dan tidak adanya pendidikan menjadi sebuah karakteristik utama yang terjadi pada masyarakat dalam kategori miskin. Tanpa pendidikan masyarakat tidak akan mampu mencari penghasilan dengan kehidupan yang maksimal. Maksudnya tanpa pendidikan masyarakat terancam memiliki cara hidup yang minim, padahal di zaman sekarang sangat mustahil untuk bertahan pada cara hidup yang minim. Diperlukan teknologi yang hanya dapat dicapai masyarakat terdidik untuk tetap bertahan hidup. Masyarakat miskin juga identik dengan masyarakat yang hidup dengan kondisi minimnya lapangan pekerjaan ketidaktersediaan lapangan pekerjaan membuat masyarakat sulit mendapatka penghasilan. Pengeluaran yang tiada batas diikuti dengan tidak adanya penghasilan otomatis membuat masyarakat menjadi kesulitan memenhuhi kebutuhannya, dan kemudian diikuti dengan ancaman kemiskinan.2. Alasan penggolongan kemiskinan sebagai pelanggaan HAMKemiskinan tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah sebagai pelaksana negara dalm memngambil kebijakan-kebijakan yang berdampak pada masyarakat. Kemiskinan pada dasarnya adalah suatu pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang paling utama yaitu hak untuk hidup. Hak tersebut dijabarkan dalam pasal 28 A UUD NRI 1945 yang berbunyi :Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.Dari pasal tersebut kemudian diperkuat lagi dengan munculnya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Permasalahan kemiskinan bukanlah perkara mudah untuk ditanggulangi telah banyak cara yang ditempuh untuk menghapus kemiskinan. Namun, seperti yang kita ketahui angka kemiskinan semakin lama semakin meningkat. Kemiskinan yang merupakan masalah sepanjang peradaban manusia ini telah menjadi agenda khusus bagi negara-negara di seluruh dunia untuk dituntaskan. Dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Gerakan Non Blok (GNB) ke-14 di Havana, Kuba, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan bahwa masa depan dan pedamaian akan terancam oleh kemiskinan. Isu dan realitas kemiskinan telah menjadi pembahasan serius dalam dunia global. Realitas kemiskinan telah menjadi tanggung jawab global karena berkaitan dengan harapan umat manusia secara umum yang mendambakan kemakmuran dan kesejahteraan. Pernyataan perang terhadap kemiskinan sebagaimana dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) mewakili satu kenyataan global bahwa kini kemiskinan merupakan masalah global yang sedang diusahakan jalan keluarnya oleh kerjasama negara-negara.Selain menjadi agenda negara-negara untuk ditanggulangi, sebenanya perlindungan akan kemiskinan dituangkan pula dalam Piagam Hak Asasi Manusia Tahun 1948, mengenai hak dasar manusia untuk hidup dan hak bebas, termasuk bebas dari kelaparan, kemiskinan dan ketakutan. Pasal 25 ayat (1) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Berbunyi :Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang menjamin kesehatan dan keadaan baik untuk dirinya dan keluarganya, termasuk soal makanan, pakaian, perumahan, perawatan kesehatan, serta usaha-usaha sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan di waktu mengalami pengangguran, janda, lanjut usia, atau mengalami kekurangan nafkah lain-lain karena keadaan di luar kekuasaannya.Dalam konteks Indonesia, kemiskinan merupakan tanggungjawab konstitusional negara sebagaimana diamanatkan dalam pasal 34 UUD NRI 1945 yang berbunyi :1. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.Pesan mendasar dari amanat konstitusi ini adalah bahwa masalah kemiskinan, pengangguran, dan kesejahteraan merupakan tanggung jawab negara. Kemanusiaan tidak hanya menjadi tanggung jawab sosial masyarakat namun justru menjadi tanggung jawab negara. Dari perangkat internasional dan konstitusional UUD NRI 1945, jelas bahwa manusia secara individual pada dasarnya merupakan makhluk yang memiliki hak asasi untuk lepas dari kemiskinan dan negara bertanggung jawab atas hal ini.Pernyataan bahwa negara bertanggung jawab penuh atas kemiskinan yang terjadi adalah didasari oleh pernyataan konstiusional Indonesia itu sendiri dalam hal ini UUD NRI 1945. Dengan demikian, negara telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia dengan membiarkan rakyatnya menderita dan berada di bawah garis kemiskinan. Menurut versi Bank Dunia, saat ini kurang lebih 49% atau sekitar 115 juta rakyat Indonesia hidup digaris kemiskinan. Mereka hidup dengan pendapatan USD $ 2/hari. Berarti Pemerintah telah melakukan pelanggaran HAM kepada 115 juta rakyat Indonesia. Pelanggaran HAM bisa kita jabarkan sebagai berikut:

a) Hak untuk hidup layak merupakan hak asasi manusia.

b) Hak untuk mendapatkan pendidikan juga merupakan hak asasi manusia. c) Hak untuk mendapatkan pekerjaan, upah buruh dan terjaminnya hak-hak pekerja juga merupakan hak-asasi manusia.

d) Hak beribadah dan ber-agama untuk meyakini suatu keyakinan juga merupakan hak asasi manusia.

e) Hak untuk mendapatkan fasilitas kesehatan juga Hak asasi Manusia dan lain-lain.

Sistem Ekonomi saat ini menimbulkan biaya hidup yang lebih tinggi, harga-harga menjadi mahal akibatnya muncul banyak pengemis, penganguran, pemerasan, hingga pembunuhan yang sumber utamanya adalah persoalan ekonomi, hanya dengan satu alasan untuk hidup. Belum lagi jika dikaitkan dengan persoalan dasar masyarakat yaitu pendidikan dan kesehatan, akan melahirkan generasi bodoh, yang putus sekolah dan sakit-sakitan. Jika dikaitkan antara yang satu dengan yang lain pemerintah telah melakukan pelanggaran Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya karena mendatangkan penderitaan bagi masyarakat banyak dan jika perbuatan ini terus menerus terjadi, bukan tidak mustahil akan mendatangkan tragedi kemanusiaan, yang berujung pada kejahatan.Sebenarnya pemerintah tak perlu terlalu disalahkan dalam hal ini. Memang pemerintah dalam pasal 34 UUD NRI 1945 telah menyatakan bahwa akan memelihara dan bertanggung jawab terhadap masyarakat kurang mampu dan anak terlantar. Hal tersebut telah direalisasikan dengan beberapa program pemerintah seperti BLT, Dana BOS, pembangunan panti asuhan, dan lain-lain. Namun, pelaksanaan tersebut jika dilihat faktanya belum maksimal dan belum tersebar secara menyeluruh ke beberapa pelosok negeri. Kemiskinan yang disebabkan oleh faktor struktural pemerintahan akibat dari kebijakan-kebijakan pemerintah yang akhirnya merugikan masyarakat merupakan tanggung jawab penuh pemerintah. Kemiskinan seperti itu merupakan pelanggaran atas hak asasi manusia karena disebabkan oleh perilaku negara dalam bertindak. Sedangkan kemiskinan karena faktor kemalasan, putus asa, dan faktor lain yang sejenisnya bukanlah sebuah pelanggaran hak asasi manusia. Hal itu disebabkan karena kemiskinan seperti itu bersumber dari individu itu sendiri yang tidak menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik.Walaupun demikian, kemiskinan adalah tanggung jawab negara sepenuhnya dan negara mempunyai tugas penting untuk memberantasnya. Namun, satu hal yang perlu dipahami bahwa jika dilihat secara lebih teliti, jumlah rakyat miskin yang dikeluarkan oleh Bank Dunia jauh lebih banyak ketimbang yang dikeluarkan oleh BPS. Hal ini menyatakan bahwa negara menutupi kenyataan sebenarnya bahwa rakyat miskin yang ada di Indonesia sangatlah banyak sehingga masyarakat tidak terprovokasi dan melakukan intervensi terhadap pemerintah.BAB 4PENUTUPKemiskinan merupakan salah satu masalah penting yang ingin diberantas oleh pemerintah. Namun, dari sekian banyak usaha yang dilakukan, kemungkinan untuk berhasil hanya 50%. Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah. David Cox membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi:

a) Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi.

b) Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan.

c) Kemiskinan sosial.

d) Kemiskinan konsekuensial.

Secara umum terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan antara lain :a. Kelebihan pendudukb. Ketidak merataan sumber daya hidupc. Standar hidup dan pengeluaran yang tinggid. Tidak diperolehnya pendidikan dan tidak tersedianya lapangan pekerjaankemiskinan merupakan tanggungjawab konstitusional negara sebagaimana diamanatkan dalam pasal 34 UUD NRI 1945 yang berbunyi :1. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

2. Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.Pesan mendasar dari amanat konstitusi ini adalah bahwa masalah kemiskinan, pengangguran, dan kesejahteraan merupakan tanggung jawab negara. Kemanusiaan tidak hanya menjadi tanggung jawab sosial masyarakat namun justru menjadi tanggung jawab negara. Dari perangkat internasional dan konstitusional UUD NRI 1945, jelas bahwa manusia secara individual pada dasarnya merupakan makhluk yang memiliki hak asasi untuk lepas dari kemiskinan dan negara bertanggung jawab atas hal ini.Penggolongan kemiskinan sebagai pelanggaran hak asasi manusia haruslah dilihat dari berbagai aspek. Jika kemiskinan itu secara jelas dan nyata merupakan kemiskinan struktural yang disebabkan oleh kebijakan negara yang merugikan masyarakat dan berdampak pada fluktuasi ekonomi sehingga menyebabkan kemiskinan maka wajar-wajar saja jika kemiskinan itu dimasukkan sebagai salah satu pelanggaran hak asasi manusia dengan mendasarkan pada hak untuk hidup sejahtera. Namun, jika kemiskinan itu secara nyata merupakan faktor dari induvidu itu sendiri yang bersikap malas-malasan dan tidak ingin berusaha hanya ingin mendapatkan bantuan secara terus menerus, maka hal tersebut tidak dapat digolongkan sebagai pelanggaran hak asasi manusia karena hal tersebut bukanlah pelanggaran yang disebabkan oleh pihak kedua.DAFTAR PUSTAKAhttp://www.mail-archive.com/[email protected]/http://www.korantempo.com/korantempo/2006/12/19/Opini/krn,20061219,68.id.hthttp://id.wikipedia.org/kemiskinan/html.http://eone87.wordpress.com/konsepkemiskinan&penanggulangannya/html.http://www.bbc.co.uk/indonesian/definisikemiskinandanjumlah/html.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi ManusiaLayanan Kesehatan dan Kemiskinan Peran Wakaf dan Zakat dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat

July 20, 2011|Posted byismail in Corporate Blogs, Ismail A Said

HYPERLINK "https://www.dompetdhuafa.org/layanan-kesehatan-dan-kemiskinan-peran-wakaf-dan-zakat-dalam-pelayanan-kesehatan-masyarakat/" \l "comments" No comments

Berdasarkan Pengalaman Dompet DhuafaI. Kemiskinan di IndonesiaMasalah politik-ekonomi yang paling mendesak yang dihadapi Indonesia saat ini adalah pengurangan kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia diukur berdasarkan pendapatan, yang mempengaruhi 12,49% dari total populasi Indonesia (2011)[1]. Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen), turun 1,00 juta orang (0,84 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen).

Menyusul kejadian tsunami di akhir Desember 2004, banyak hal terjadi di Indonesia mulai dari gempa bumi, banjir lumpur, krisis beras, tingginya harga minyak dunia hingga konflik sosial dan etnis di seluruh nusantara yang timbul sebagai dampak krisis yang terjadi 7-8 tahun sebelumnya. Lebih lanjut, bencana alam dan bencana yang dikarenakan perbuatan manusia lainnya ini telah menyebabkan pengalihan seluruh sumber daya pemerintah yang akan digunakan untuk pengentasan kemiskinan pada jangkauan dan kecepatan yang efektif yang direncanakan tercapai pada akhir Oktober 2004.

Kantor Bank Dunia di Jakarta, dalam laporannya yang populer[2] Making the New Indonesia Work for The Poor (Menjadikan Indonesia Baru Bekerja untuk Rakyat Miskin) menyatakan dengan jelas persoalan yang mendesak selain mengenai kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya pendapatan (income-poverty), dimana Indonesia masih harus menghadapi perjalanan yang panjang dan sulit dalam menjalankan program yang secaradrastis akan mengurangi kemiskinan yang bukan disebabkan oleh pendapatan (non-income poverty): kurangnya gizi pada sekitar seperempat jumlah anak balita; tingginya tingkat kematian karena persalinan (307 kematian pada setiap 100 kelahiran); dampak pendidikan tetap rendah (diantara anak umur 16-18 tahun yang berasal dari 5 (lima) daerah termiskin, hanya 55 persen yang menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat sekolah menengah pertama (SMP); akses yang kurang untuk mendapatkan air yang bersih dan aman untuk dikonsumsi (43 persen di daerah pedesaan, 78 percent di daerah perkotaan pada 5 (lima) wilayah terendah).

I. Kesehatan dan KemiskinanDampak kemiskinan pada kesehatan adalah focus utama kesehatan masyarakat. Penelitian telah membuktikan secara nyata bahwa masyarakat dengan pendapatan rendah memiliki status kesehatan yang rendah dibandingkan mereka yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi. Kemiskinan dan kesehatan memiliki hubungan yang rumit. Banyak faktor yang mempengaruhi hubungan ini, termasuk didalamnya kondisi lingkungan yang miskin, tingkat pendidikan yang rendah dan kesadaran akan kebutuhan perawatan medis, kendala keuangan dalam memperoleh status kesehatan yang bagus. Masyarakat miskin hidup dengan pendapatan terbatas dan menghadapi kesulitan dalam memenuhi biaya hidup sehari-hari, meninggalkan sedikit ruang dari anggaran mereka yang terbatas untuk hal-hal penting lain diluar kebutuhan makanan dan tempat tinggal. Penduduk Indonesia yang mempunyai pendapatan rendah kebanyakan tinggal dirumah tua khususnya di dalam kotayang akan menyebabkan mereka terkena buruknya dampak timah, yang dapat mengakibatkan masalah bagi pertumbuhan anak-anak. Masyarakat miskin mungkin saja memiliki anggaran terbatas untuk kebutuhan pangan mereka dan hanya mampu membeli makanan dengan harga terjangkau, yang pada umumnya telah diproses dan tidak mengandung nutrisi penting. Masyarakat Indonesia yang memiliki pendapatan rendah tidak dapat memperoleh perawatan medis yang bersifat pencegahan (preventif), gawat, atau jangka panjang ketika mereka membutuhkannya.

Kurangnya akses layanan kesehatan dan asuransi yang dapat membantu menutupi biaya pelayanan kesehatan mempengaruhi kemampuan dari banyak individu dengan pendapatan rendah untuk menjaga kesehatan mereka. Kondisi kehidupan sehari-hari dari kaum dhuafa, seperti misalnya keberadaan mereka dalam lingkungan yang berbahaya dan kondisi pekerjaan (contohnya, kekerasan lingkungan dan polusi) atau resiko pemecatan, pekerjaan yang penuh tekanan tetapi hanya menawarkan sedikit imbalan, juga membawa dampak bagi kesehatan mereka. Penjelasan faktor ketiga lainnya melihat pada dampak pengangguran yang merugikan bagi kesehatan (seperti depresi) atau hubungan antara pencapaian pendidikan dan perilaku kesehatan positif (positive health behavior) untuk memahami mengapa pendapatan mempunyai hubungan dengan status kesehatan seseorang. to understand why income is related to health status. Beberapa tahun belakangan ini, sebuah lembaga riset yang sedang berkembang meneliti faktor-faktor psikologi untuk menjelaskan bahwa tidak selalu pendapatan yang mempengaruhi kesehatan seseorang, namun stratifikasi sosial atau tingkat ketidaksamarataan pendapatan dalam masyarakat secara umum dapat mempengaruhinya.

II. Peran Negara dan Pernyataan mengenai Jaminan Sosial NasionalSaat ini DPR sedang membahas RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai kelengkapan bagi UU sebelumnya yaitu UU Sistem jaminan Sosial Nasional. Histori UU SJSN lahir karena amandemen UUD 1945 Pasal 28H (3) Hak Terhadap Jaminan Sosial, Pasal 34 (2) Negara Mengembangkan Jaminan Sosial untuk Seluruh Rakyat. Kemudian lahirlah TAP MPR No.X/2001 menugaskan Presiden membentuk SJSN. Hal ini ditindaklanjuti oleh Presiden dengan lahirnya Kepres 20-02 tentang Pembentukan Tim SJSN.

Jika dibuat perbandingan dengan negara lain dalam memberikan jaminan sosial kepada rakyatnya. Di negara-negara Eropa hampir 100 persen memberikan jaminan sosial pada seluruh rakyatnya. Hanya Belanda dan Jerman sedikit bercampur dengan asuransi komersil, sedangkan pemerintah Amerika menjamin penduduknya 25 persen, tapi sekitar 40 persen ditanggung oleh asuransi komersil. Sementara itu Indonesia hanya menjamin sekitar 45 persen penduduknya lewat Askes, Jamkesmas, Jamsostek, ASABRI dan sisanya tidak terjamin. Berbeda dengan Filipina yang menjamin 60 persen. Tetapi Muang Thai malah menjamin penduduknya 100 persen. Di Srilangka pelayanan kesehatan gratis 100 persen, pendidikan gratis, seragam sekolah bahkan sekolah dokter juga gratis.

Nah, kenapa di Indonesia tidak bisa? ini hanya menyangkut Political Will dari pemerintah saja. Tidak benar jika dikaitan dengan pendapatan per kapita Indonesia yang kecil. Seharusnya APBN itu digunakan untuk menjamin seluruh rakyat, karena ia didapat dari pajak rakyat. Jadi tidak adil kalau uang APBN dibayarkan untuk uang pensiun segelintir rakyat saja.

Idealnya dalam konteks peran Negara dalam problem jaminan social ini adalah; Pertama, semua penduduk RI mendapat pelayanan kesehatan ketika sakit, kapanpun dan dimanapun di tanah air. Kedua, semua penduduk lansia mempunyai uang pensiun bulanan sampai ia meninggal dunia. Tiga, semua anak yang orang tuanya meninggal sebelum usia pensiun, mempunyai pendapatan pensiun sampai ia bisa mandiri secara ekonomis

Namun tentu saja kembali kepada political will dan kemampuan Negara ini. Tentu tidak mudah sebab faktor faktor seperti kapasitas fiskal, siapa yang akan menjadi pengelola, kerumitan dan tarik menarik institusi pemerintah, serta budaya birokrasi negeri ini semakin membuat pesimis apakah Jaminan Sosial akan segera terwujud lewat system di Negara kita. Dan tentunya Rakyat tidak bisa menunggu terlalu lama, oleh karena itu peran sector ketiga yang digawangi oleh Non Government organization terutama Civil Society bisa didorong untuk mewujudkan impian rakyat tersebut meski skalanya hanya mikro.

Hal inilah yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa dengan dalam mengembangkan model pemberdayaan masyarakat di sektor kesehatan dengan mendirikan beberapa Lembaga di sektor ini.

III. Dompet Dhuafa dan Masalah Layanan KesehatanKesehatan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat, bahkan bagi masyarakat miskin kesehatan menjadi barang yang sangat mahal. Kata Sakit dan Masuk Rumah Sakit menjadi sesuatu yang menakutkan bagi sebagian saudara-saudara kita. Selain tak memiliki biaya, sulit bagi mereka untuk mendapatkan akses layanan kesehatan yang benar-benar gratis dari rumah sakit.

Untuk itu, pada tahun 2001, Dompet Dhuafa mendirikan Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Ciputat, guna memberikan akses layanan kesehatan yang layak dan optimal secara gratis bagi kaum dhuafa (masyarakat miskin). Saat ini lebih dari 504.438 kaum dhuafa telah terlayani baik oleh LKC secara langsung maupun program program kesehatan yang diselenggarakan di luar gedung LKC. Jumlah Member LKC sendiri dari 2001 sampai dengan 2011 adalah 16.009 Kepala Keluarga.

Untuk mengimplementasikan visi dan misinya, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) menjalankan berbagai macam program unggulan yang strategis, efektif, efisien, dan terukur. Didukung dengan pengelolaan lembaga yang akuntabel dan profesional, dan terfokus pada pelayanan sosial yang bersifat nirlaba, LKC terus tumbuh dengan mendapat kepercayaan tinggi dari para donatur.

LKC membagi programnya dalam dua pendekatan. Pendekatan pertama adalahDirect Program. Program ini bersifat langsung, dimana aksi yang dilakukan oleh LKC akan dirasakan seketika itu juga oleh para penerima manfaat. Pendekatan yang kedua adalahIndirect Program dimana LKC berupaya meningkatkan kualitas pelayanannya kepada para penerima manfaat melalui peningkatan soft skill. Dari sini diharapkan, kualitas dan profesionalisme pelaksana program (sumber daya manusia) menjadi lebih baik. Selain itu, dalam indirect program tercakup pula pengembangan dan pembangunan fisik sarana kesehatan.

Secara garis besar, berikut penjabaran program kegiatan LKC:

Untuk menjaga amanah para donatur, LKC menggunakan system kememberan, dimana calon pasien mendaftar dan diverifikasi oleh Surveyor. Jika sesuai dengan kriteria dhuafa, member berhak mendapatkan pelayanan kesehatan secara gratis selama 1 tahun. Dan dapat diperpanjang 1 tahun kemudian dengan proses survey ulang.

Saat ini LKC melaksanakan 6 Pelayanan Kesehatan yaitu : promotif, preventif, kuratif melalui Pengobatan di LKC dan Rumah Sehat terpadu (RST), rehabilitatif , Advokasi dan Kemitraan misalnya yang sudah dilakukan adalah dalam kasus Gizi Buruk di daerah Banten dan kampanye pentingnya ASI dan Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat.

Program Program LKC secara detail adalah sebagai berikut :

1. Klinik LKC 24 jam / LKC Cabang / Gerai Sehat

Rawat Jalan

Rawat Inap

Persalinan Normal

Penunjang Medis : Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi

Rujukan pasien ke RS yang memiliki fasilitas lengkap

Tabel 2

Data Pelayanan LKC

2. Aksi Layan Sehat : Pelayanan Kesehatan Keliling yang menjangkau pasien-pasien di daerah miskin, kumuh, karena akses pelayanan kesehatan yang sulit terjangkau.

3. Khitanan Masal : dilakukan untuk anak-anak usia sekolah, terutama pada liburan sekolah. Cakupan Wilayah : Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi.

4.Pos Sehat: Layanan Kesehatan berbasis masjid melalui pemberdayaan masyarakat sebagai kader dengan praktek seminggu 2 X, durasi 2-3 jam bertujuan untuk membantu masyarakat dhuafa sekitarnya dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar secara gratis. LKC mempunyai 28 Pos Sehat Mitra yang tersebar di 4 propinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Jogjakarta), dengan masing-masing Pos sehat mempunyai member 250 KK = 1.250 Jiwa.

Tabel 3

Lokasi Program-program LKC

5. Sigab Bencana : Pelayanan Kesehatan di daerah bencana Seperti di Tsunami Aceh, Gempa Jogja, Tsunami Mentawai, gempa Padang, Gunung Merapi Jogjakarta,Wasior papua, Gunung Sinabung Sumatera Utara dan lain lain

6. TB Center : Pelayanan pasien TB dengan menggunakan stategi DOTS

Jumlah kunjungan dari bulan Agustus 2010 Mei 2011 sebanyak 1702 pasien dengan angka kesembuhan mencapai 80 %.

7. Positive Deviance : Sebuah program inovasi yang bertujuan untuk merehabilitasi balita gizi kurang dengan menggunakan kekuatan dan sumber daya local.

Daerah Pelaksanaan :

a. 2 desa di Kecamatan Rumpin : Kabupaten Bogor

Penerima manfaat : 20 balita telah direhabilitasi dengan keberhasilan 19 balita yang mengalami kenaikan berat badan rata-rata 300 400 gram selama 20 hari.

b. Rencana pelaksanaan tanggal 24 Juli di Desa Padasuka kecamatan Warung Gunung kabupaten Lebak dimana tingkat kasus gizi buruk masih cukup tinggi dengan target peserta 24 balita.

8. Diabetes Melitus (DM) Center

Pelayanan DM secara holistic, mulai dari pemeriksaan gula darah rutin, pengobatan, terapi gizi medik, olahraga (senam & senam kaki), edukasi pasien. Buka setiap hari Selasa dan Kamis, Senam DM : 2 kali sebulan, Senam Kaki & penyuluhan : seminggu sekali

9. Pojok Laktasi

Pelayanan terpadu meliputi kegiatan konseling menyusui, dari prapersalinan sampai usia 2 tahun, diklat manajemen laktasi, perawatan bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru dan membentuk komunitas pendukung ASI di masyarakat.

10. UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)

Pendidikan dan pelatihan kesehatan gigi di sekolah-sekolah SD / MI (untuk sementara ini masih di wilayah Tangerang Selatan dan Bogor)

11. Promotif dan preventif :

Penyuluhan :

TB

Hipertensi

Kencing manis / Diabetes Melitus

ASI

Demam Berdarah

Pola Hidup Bersih dan Sehat

Dalam perjalanannya, di tahun 2007, Dompet Dhuafa bekerjasama dengan Masjid Agung Sunda Kelapa mendirikan Rumah Sehat Sunda Kelapa dan tercatat 200.000 member kaum dhuafa sudah mendapatkan layanan ini secara cuma-cuma.

Dan untuk lebih meningkatkan kualitas layanan kesehatan kepada kaum dhuafa, Dompet Dhuafa di tahun ini membangun Rumah Sehat Terpadu (RST) Zona Madina. RST ini berada diatas lahan wakaf seluas 7.803 m2 di Desa Jampang Kec. Kemang, Bogor Jawa Barat.

Rumah Sehat Terpadu mengandung makna pengertian rumah yang yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang membutuhkan dengan mengutamakan suasana lingkungan sehat, nuansa islami dan mengoptimalkan doa untuk kesembuhan para pasiennya.

RST adalah sebuah model rumah penyembuhan yang memberikan pelayanan kesehatan secara Cuma-Cuma untuk kaum dhuafa. Layanan yang diberikan kepada pasien dengan pendekatan kehangatan keluarga, kecepatan layanan, kecepatan professional dan dengan sentuhan hati. Dari sinilah diharapkan lahir model layanan kesehatan yang dananya dibiayai seluruhnya dari dana zakat, infak/sedekah serta wakaf.

Tujuan utama pembangunan RST adalah meningkatkan jumlah pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin, mengintegrasikan seluruh layanan kesehatan yang kedalam satu manajemen Rumah Sehat Terpadu, mengurangi biaya rujukan pasien ke Rumah Sakit Pemerintah serta membangun paradigma pelayanan kesehatan profesional non profit.

Kebutuhan dana pembangunan RST yang mencapai kuang lebih Rp. 25 milyar diharapkan dapat diperoleh dengan mengoptimalkan potensi wakaf masyarakat baik individu ataupun lembaga. Inilah saatnya Dompet Dhuafa kembali akan membuktikan kepada Dunia bahwa tidak hanya Zakat yang bisa dijadikan instrument dalam mengurangi kemiskinan. Saatnya kita melirik kepada Wakaf dan melakukan transformasi gerakan sosial menuju pengelolaan wakaf yang professional.

[1] Statistic Indonesia, 2011, BPS Publication on www.statistik.go.id

[2] Making The New Indonesia, Work For The Poor, World Bank Jakarta, Nov 2006

Bagikan Artikel ini :000Tags: wakaf,zakat

ismailAbout post authorIsmail Agus Said lahir di Lampung 1 Oktober 1952, mulai bekerja disebuah Bank Asing sejak berumur 19 tahun dan dimalam hari ditengah kesibukannya berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Administrasi Niaga, Universitas Krisnadwipayana, Jakarta. Ismail bekerja dibidang perbankan lebih dari 35 tahun baik sebagai Eksekutive maupun sebagai Konsultan,diberbagai bank konvensional dan bank syariah. Ismail pernah menjabat sbg Assistance Vice President Citibank Consumer Banking Jakarta dan sebagai pendiri dan Direktur Bank Muamalat Indonesia angkatan pertama. Sejak 2 Juli 2008 Ismail menerima amanah memimpin Dompet Dhuafa dengan jabatan sebagai Presiden Direktur.

NOTE : a. pengertian kemiskinan ( halaman 1 dan 2 )

b. factor yang mempengaruhi kemiskinan ( hal. 5, 7 dan 8 )

c. factor yang mempengaruhi kesehatan ( hal. 26 )

d. hub. Kemiskinan dgn keshtan trhdap hak asasi ( hal. 19, 20 )

paper size : A4