Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
3
BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN
2.1. Tinjauan Khusus
Adapun beberapa teori pendukung pembuatan buku Kemiskinan Jakarta
meliputi teori fotografi, teori illustrasi, teori warna, teori layout, teori tipografi
hingga teknik-teknik jilid buku dan macam-macam kertas.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Teori Fotografi
Menurut Wijaya (2016), fotografer pada jaman sekarang yang sudah
serba visual ini dituntut untuk tak hanya mahir secara teknis dalam bentuk
foto tunggal atau single photo, tetapi ia juga diharapkan mampu untuk
membuat karya dalam bentuk cerita dan cerita tersebut di sajikan dalam
bentuk umum yaitu deskriptif, naratif dan juga foto esai.
Berikut adalah beberapa macam bentuk karya fotografi dan beberapa
contohnya (Muchtar, 2013):
1. Fotografi Potrait
Yang menjadi penekanan dan kekuatan utama dari jenis ini ialah
karakteristik dan kepribadian unik yang dimiliki oleh seseorang.
Gambar 2. 1 Fotografi Potrait
Sumber: national geographic
2. Fotografi Pemandangan
4
Pada jenis ini lebih memfokuskan objek pada pemandangan alam atau
pemandangan sekitar.
Gambar 2. 2 Fotografi Pemandangan
Sumber: akurat.co
3. Human Interest Photorgraphy
Pada jenis ini fotografi lebih ingin menonjolkan sisi kehidupan juga
interaksi antara manusia dengan lingkungan sekitar.
Gambar 2. 3 Human Interest Photography
Sumber: kreativv.com
4. Fotografi Jalanan
Pada jenis ini fotografi lebih bersifat spontan dan juga peka terhadap
kejadian sekitar.
5
Gambar 2. 4 Fotografi Jalanan
Sumber: streetphotolibrary.com
5. Fotografi Arsitektur
Fotografi jenis ini lebih memfokuskan fotografi pada bangunan-
bangunan yang unik dan punya banyak sejarah dibelakangnya.
Gambar 2. 5 Fotografi Arsitektur
Sumber: maluterkini.com
Penulis menggunakan 3 teknik fotografi yaitu Potrait, Human
Interest dan juga Fotografi Jalanan, ketiga teknik itu dipilih penulis karna
cocok untuk tema buku yang diangkat yaitu mengenai masyarakat miskin.
Ketiga teknik itu sudah sangat membatu penulis dalam mewujudkan foto-
foto masyarakat miskin. Dari mulai Potrait, visual yang diberikan teknik
ini sangat cocok untuk buku ini sebagai contoh dimana penulis bisa
menampilkan kerutan muka dari rakyat miskin tersebut. Human Interest,
teknik ini juga sangat membantu penulis dalam melakukan pemotretan
dimana penulis banyak memotret rakyat miskin tersebut sedang
6
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya yang juga menggambarkan
kemiskinan. Fotografi Jalanan, penulis menemukan banyak sekali objek
kemiskinan itu pada Fotografi Jalanan dimana mereka yang sedang
bekerja dan berjuang untuk terus keluar dari zona kemiskinan tersebut.
2.2.2. Teori Illustrasi
Ilustrasi sendiri merupakan hasil karya visual yang menghasilkan,
lukisan, gambar ataupun fotografi. Peran ilustrasi sendiri sangat
membantu bagi sebagian orang karna banyak orang yang lebih mudah
mengerti atau paham dengan hanya melihat illustrasi dibandingkan
dengan hanya melihat teks atau lisan (Blenzinky, 2012).
Berikut adalah beberapa contoh karya illustrasi melalui fotografi:
1. Foto yang menggambarkan seorang perempuan dengan kesunyiannya
Gambar 2. 6 Illustrasi Fotografi
Sumber: beritagar.id
2. Foto yang menggambarkan perempuan yang meminta
pertolongan pada saat salah satu kudanya terjebak di dalam lumpur
7
Gambar 2. 7 Illustrasi Fotografi
Sumber: infofotografi.com
Penulis menggambarkan potret kemiskinan itu sendiri melalui
Illustrasi Fotografi dimana keterangan visual sangat mempermudah
pembaca untuk mengetahui apa yang sedang terjadi pada foto atau cerita
tersebut tanpa membaca.
2.2.3. Teori Warna
Teori warna juga merupakan salah satu yang menjadi element penting
dalam design untuk menentukan mood atau perasaan yang ingin
disampaikan oleh seorang designer kepada orang banyak hanya dengan
melalui warna. Warna juga sangat memperngaruhi interpersepsi
seseorang, dalam hal ini ada beberapa contoh pengaruh warna dalam hal
fotografi (Studio 9, 2016):
1. Warna Lembut
Pada komposisi foto ini warna yang dikeluarkan sangat lembut
sehingga menghasilkan mood yang sunyi, ceria, segar dan tentram
8
Gambar 2. 8 Warna Lembut
Sumber: google
2. Warna Hangat
Pada komposisi foto ini menghasilkan foto yang bernuansa hangat,
enerjik dan positif
Gambar 2. 9 Warna Hangat
Sumber: google
3. Warna Cerah
Komposisi ini menghasilkan mood yang enerjik, ceria, bahagia dan
juga semangat
9
Gambar 2. 10 Warna Cerah
Sumber: google
4. Warna Hitam dan Putih
Komposisi ini menghasilkan sebuah foto yang dramatis dan juga realis
Gambar 2. 11 Warna Hitam dan Putih
Sumber: google
Penulis memakai Warna Lembut pada layout buku, halaman buku
dan juga daftar isi buku ini bertujuan untuk menjadi penyeimbang pada
buku agar mata pembaca tidak lelah ketika membaca karna disuguhkan
warna yang terang. Selain itu pada sampul depan dan sampul belakang
buku penulis menggunakan Warna Cerah yang bertujuan untuk menarik
pembeli ketika buku tersebut diletakan pada rak yang ada di toko buku.
10
Untuk warna foto penulis menggunakan Warna Hangat dan juga Warna
Hitam dan Putih, kedua warna tersebut bertujuan untuk menggambarkan
suasana yang kelam dan juga sedih pada bagian foto.
2.2.4. Teori Layout
Menurut Frank Jefkins (Jefkins, 1997) layout sendiri bisa
merefleksikan berbagai elemen grafis pembentuk terdiri dari huruf,
warna, bentuk, garis, tekstur, gambar atau ilustrasi dan foto. Untuk
memunculkan desain yang tepat, elemen-elemen tersebut di olah dengan
layout atau tata letak yang sesuai dengan segmentasi penerima pesan
grafis. Jadi layout bisa sangat memperngaruhi bagus tidaknya suatu buku.
Berikut adalah jenis-jenis layout:
1. Manuscript Grid
Ialah grid dengan komposisi yang paling sederhana diantara grid
lainnya karna hanya menggunakan satu kolom.
Gambar 2. 12 Manuscript Grid
Sumber: graphicdesigninstitute.com
2. Column Grid
11
Ialah grid yang menempatkan beberapa kolom dan
penggunaannya lebih fleksible. Layout ini banyak di gunakan pada
saat publikasi.
Gambar 2. 13 Column Grid
Sumber: vanseodesign.com
3. Modular Grid
Ialah grid yang menambahkan horizontal dan juga vertical dengan
demikian akan terlihat pembagian yang konsisten antara kolom dan
barisnya.
12
Gambar 2. 14 Modular Grid
Sumber: vanseodesign.com
4. Hierarchical Grid
Ialah grid yang biasa ditemukan pada website, grid seperti ini
terlihat lebih dinamis.
Gambar 2. 15 Hierarchical Grid
Sumber: vanseodesign.com
Pada layout penulis menggunakan 2 jenis layout pada buku, yaitu
Manusript dan juga Modular. Kedua layout tersebut sangat mendukung
bagi buku penulis karna penulis lebih mudah untuk memainkan tata letak
foto dan memadukannya dengan teks.
13
2.2.5. Teori Tipografi
Tipografi berasal dari bahasa Yunani yaitu typos, tipografi
merupakan seni atau teknik membuat dan mengatur point size, font type,
leading dan spacing. Menurut Danton Sihombing dalam bukunya yang
berjudul “Tipografi dalam Desain Grafis” mengemukakan bahwa
Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi
verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif
(Kurniawan, 2019).
Berikut adalah jenis-jenis tipografi:
1. Serif
Jenis ini dikenal memiliki bentuk ketebalan dan ketipisan pada
setiap hurufnya. Kesan yang muncul ketika menggunakan serif adalah
feminim dan juga klasik.
Gambar 2. 16 Font Serif
Sumber: reddit.com
“Yang Kaya Semakin Kaya,
Yang Miskin yaa Gabisa Kaya”
2. Sans Serif
14
Jenis ini hampir mirip dengan jenis Serif, yang membedakannya
ialah huruf ini tidak memiliki sirip pada tiap ujung. Kesan yang
muncul ketika menggunakan serif adalah modern dan kontemporer.
Gambar 2. 17 Font Sans Serif
Sumber: delicioustheme.com
“Yang Kaya Semakin Kaya,
Yang Miskin yaa Gabisa Kaya”
3. Script
Jenis ini memiliki bentuk seperti handwriting. Kesan yang muncul
ketika menggunakan serif adalah santai dan pribadi.
Gambar 2. 18 Font Script
Sumber: cooltext.com
15
“Yang Kaya Semakin Kaya, Yang Miskin yaa Gabisa Kaya”
Pada penggunaan tipografi ini penulis menggunakan jenis font Sans
Serif karna font tersebut terlihat lebih dinamis, anggun, santai dan juga
cocok untuk anak muda sesuai dengan target market penulis yaitu
milenial
2.2.6. Teknik Cetak Buku
1. Jilid Kawat
Jilid seperti ini biasa juga disebut dengan jilid staples. Jilid seperti
ini direkomendasikan untuk buku-buku yang tipis dan juga menjadi
teknik yang paling sederhana dari teknik jilid lainnya (Indonesia,
2017).
Gambar 2. 19 Jilid Kawat
Sumber: seputarduniaprinting.com
2. Jilid Spiral
Jilid jenis ini menggunakan teknik melubangin kertas pada satu
sisi saja lalu dimasukan gulungan kawat yang berbentuk spiral. Jilid
seperti ini di sarankan untuk buku dengan ketebalan sedang.
16
Gambar 2. 20 Jilid Spiral
Sumber: mello.id
3. Jilid Lem Panas
Jilid jenis ini menyayat salah satu sisi kertas agar memberikan
celah untuk menempelnya lem pada masing-masing kertas. Jilid ini
disarankan untuk buku yang tebal.
Gambar 2. 21 Jilid Lem Panas
Sumber: pernik.co.id
4. Jilid Baut
Jilid jenis ini menggunakan baut sebagai pengerat lembaran
kertas, teknik jilid seperti ini sedikit unik karna perlu membolongi
kertas untuk meletakan baut tersebut. Jenis jilid ini cocok untuk
penggunaan pada hardcover dan buku seperti katalog.
17
Gambar 2. 22 Jilid Baut
Sumber: maxipro.co.id
5. Jilid Benang
Jilid jenis ini menggunakan benang untuk mengaitkan
lembaran-lembaran kertas. Jenis ini juga cocok untuk hardcover dan
buku-buku yang tebal.
Gambar 2. 23 Jilid Benang
Sumber: maxipro.co.id
Pada bagian penjilidan penulis memakai teknik Jilid Benang, karna
teknik ini memungkinkan halaman isi buku untuk dilihat secara penuh
atau tidak terpotong dibagian tengah berhubung pada buku ini banyak
peletakan foto yang mengenai garis tengah pada buku.
18
2.2.7. Jenis-jenis Kertas
1. Kertas Art Paper
Kertas ini biasa digunakan untuk flyer, majalah hingga katalog,
tekstur dari kertas ini memiliki permukaan yang licin dan memiliki
ketebalan dari 85gr hingga 150gr (Andina, 2019).
Gambar 2. 24 Kertas Art Paper
Sumber: brandtalk.co.id
2. Kertas Art Karton
Jenis kertas ini memiliki permukaan yang sama seperti art
paper akan tetapi jenis art karton ini licin pada kedua sisinya dan
juga biasa digunakan untuk kartu nama dan juga sampul buku.
Memimiliki ketebalan dari 190gr hingga 400gr.
Gambar 2. 25 Kertas Art Katron
Sumber: blog.porinto.com
19
3. Kertas Samson
Jenis kertas ini memiliki keunikan sendiri, karna kertas ini dibuat
dari proses daur ulang maka dari itu permukaan kertas ini berwarna
sedikit kecoklatan. Biasa digunakan untuk paper bag atau juga
bungkus-bungkus lainnya dan memilki ketebalan 70-80gr saja.
Gambar 2. 26 Kertas Samson
Sumber: blanja.com
4. Kertas Fancy Paper
Kelebihan dari jenis ini ialah memiliki banyak pilihan warna dan
karakteristiknya. Kertas ini biasanya digunakan untuk undangan
pernikahan dan juga memili ketebalan 80gr hingga 300gm.
Gambar 2. 27 Kertas Fancy
20
Sumber: tokopedia.com
5. Kertas Concord
Jenis kertas ini tidak jauh berbeda dengan jenis fancy karna memiliki
warna yang banyak dan permukaan yang bertekstur. Kertas ini biasa
digunakan untuk kartu nama dan juga sertifikat dan memiliki
ketebalan 160gr hingga 250gr.
Gambar 2. 28 Kertas Concord
Sumber: solusiprinting.com
Penulis menggunakan kertas Art Carton pada setiap lembar isi buku
dengan ketebalan 150gr, menurut penulis kertas ini cocok untuk
penggunaan cetak foto setelah kertas foto itu sendiri dan juga komposisi
warna pada foto tidak turun pada saat selesai proses cetak. Pada bagian
sampul depan dan belakang penulis menggunakan bahan hardcover untuk
melindungi isi dari buku tersebut.
2.3. Tinjauan Umum
2.3.1. Kemiskinan di Jakarta
Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Sosial DKI Jakarta,
Kemiskinan itu sendiri adalah suatu keadaan yang terjadi atas
ketidakmampuan seseorang dalam hal memenuhi Sandang, Pangan dan
juga Papan. Contoh kebutuhan Sandang ialah pakaian, kebutuhan Pangan
ialah makanan dan contoh kebutuhan Papan ialah rumah atau tempat
tinggal. Mereka dalam hal ini masyarakat miskin sangat kesulitan dalam
21
memenuhi ketiga aspek tersebut bahkan untuk memenuhi 1 saja ada
sebagian orang yang tidak sanggup.
Tingkat kemiskinan di Jakarta sendiri masih sangat tinggi, terbukti dari
data yang dimiliki oleh badan pusat statistik provinsi DKI Jakarta ada
sekitar 3,55% atau juga sekitar 372,26 ribu jiwa dari jumlah total penduduk
Jakarta yaitu 10,5 juta jiwa.
Gambar 2. 29 Data Statistik Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta
Sumber: badan pusat statistic provinsi DKI Jakarta
Selain itu pula banyak masyarakat pendatang yang mencoba
keberuntungannya di Jakarta, hal ini juga yang membuat kemiskinan di
Jakarta meningkat karna kebanyakan dari mereka tidak dibekali persiapan
yang matang seperti latar belakang pendidikan, transportasi, skill hingga
mental mereka.
22
Gambar 2. 30 Data Statistik Pendatang DKI Jakarta
Sumber: badan pusat statistik provinsi DKI Jakarta
Penyebab kemiskinan sendiri cukup beragam diantaranya adalah
pengagguran, tingkat pendidikan yang rendah dan juga bencana alam.
Menurut Bank Dunia sendiri, standar kemiskinan ditentungan dari
pengeluaran per hari dari tiap individu. Yang dimaksud dalam hal ini ialah
pengeluaran seseorang yang ada diangka USD 1,9 (Rp 26.672) per hari
atau kurang dari itu (Kominfo, 2018).
Jakarta sendiri berada di urutan terakhir dari 34 provinsi yang ada di
Indonesia dengan angka kemiskinan menyentuh 373,12 ribu jiwa, namun
hal inilah yang menjadi point of interest penulis untuk mengangkat sisi lain
atau sisi kemiskinan di Jakarta yang merupakan kota metropolitan dan juga
sekaligus bekas ibu kota Negara Indonesia. Berikut adalah statistik dari
BPS mengenai angka kemiskinan tiap provinsi di Indonesia (Jayani, 2019).
23
Gambar 2. 31 Data Statistik Pendatang DKI Jakarta
Sumber: databoks.katadata.co.id
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengankat buku mengenai
kemiskinan yang ada di Jakarta dengan mengkhususkan atau
mengkategorikan masyarakat miskin yang tetap terus berusaha agar bisa
keluar dari zona kemiskinan, buku ini juga ingin mengapresiasi mereka
dan juga ingin memberikan semangat kepada mereka yang tidak lelah
berusaha sekuat jiwa dan raga mereka. Dan juga penulis ingin
menampilkan potret kemiskinan secara berimbang dari sisi masyarakat
miskin dan juga pemerintah, karna selama ini kebanyakan orang melihat
kemiskinan dari sisi masyarakat miskinnya saja tidak melihat juga dari
sisi pemerintahnya. Ini berdampak negatif karna rakyat hanya
menyalahkan pemerintah saja ketika mendengar kata kemiskinan tanpa
melihat dibelakangnya bahwa pemerintah sendiri sudah mengambil
24
perannya untuk membantu masyarakat miskin itu sendiri. Selain itu
kebanyakan buku yang mengangkat kemiskinan komposisi visual lebih
sedikit dibandingkan dengan komposisi teks, dimana 70% isi buku berupa
teks penjelasan kemiskinan dan juga angka-angka kemiskinan itu sendiri.
Disini penulis ingin mengubahnya dengan meletakan 70% visual dan juga
sisanya berupa teks sehingga pembaca nantinya tidak merasa jenuh karna
harus dihadapkan dengan teks yang tidak pernah putus serta strategi ini
baik untuk masuk kedalam pasar masyarakat milenial dimana itu sendiri
menjadi target pasar penulis untuk buku Jakarta Itu Miskin sendiri.
2.3.2. Hasil Wawancara
Setelah penulis melakukan wawancara dengan Dinas Sosial, penulis
mendapatkan bahwa benar tingkat kemiskinan di Jakarta masih cukup tinggi.
Hal itu dilihat dari presentase angka kemiskinan di Jakarta yang mencapai
373.000 masyarakat miskin. Menurut narasumber, peran pemerintah masih
kurang terhadap masyarakat miskin, terbukti dari pesatnya pertumbuhan
ekonomi dan infrastruktur di Jakarta namun tidak banyak berpihak kepada
masyarakat miskin melainkan hanya berpihak kepada masyarakat dengan
golongan menengah hingga keatas.
Berikut beberapa pertanyaan dan jawaban narasumber saat wawancara:
1. Apa itu Kemiskinan?
Menurut Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, kemiskinan merupakan
suatu kondisi dimana masyarakat atau keluarga yang ada di Jakarta tidak
dapat memenuhi kebutuhan pokok primer dan sekunder (sandang,
pangan, papan) bahkan mungkin tersier. Ada banyak indikator yang dapat
dilihat untuk mengelompokan suatu keluarga dalam keadaan miskin.
Seperti, gaji yang harus dibawah 600 ribu per bulan, tidak bersekolah,
rumah dengan bangunan semi permanen dan lain lain.
Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta menyebut bahwa indikator
kemiskinan DKI Jakarta berbeda dengan daerah lain. Tidak bisa DKI
25
Jakarta disamakan misalnya dengan Jombang, tidak apple to apple
katanya. “Apabila di Jombang, Jawa Timur seseorang dapat dikatakan
miskin ketika tidak memiliki kendaraan bermotor, maka DKI Jakarta
seluruh Tukang ojek juga miskin. Bukan begitu cara berpikirnya, tidak
bisa indikator itu di generalisir”, tambahnyanya.
Menurutnya, tingkat pendidikan juga dapat dijadikan sebagai
indikator untuk mengukur tingkat kemiskinan. Namun Indikator lainnya
yang dapat memperlihatkan bahwa seseorang miskin lagi-lagi masih
dalam koridor materialistik seperti tidak memiliki AC, tidak memiliki TV
kabel atau wifi, tabung gas di dapur tidak lebih dari 5kg, atap rumah tidak
beton, memiliki kendaraan bermotor lebih dari 2 dan sebagainya.
2. Apakah indikator diatas menjadi standard untuk menyebut seseorang
miskin?
Indikator diatas adalah syarat mutlak yang disetujui pemerintah.
Namun, Dinas Sosial melakukan verifikasi ulang di lapangan. Verifikasi
ini dilakukan dua kali dalam satu tahun. Selain itu, untuk meminimalisir
warga mengaku sebagai orang miskin, dilakukan juga verifikasi akar
rumput dimana terdapat Musyawarah Kelurahan (MusKel) di tingkat
Kelurahan. Muskel memutuskan mana keluarga yang miskin, dan mana
yang tidak. Data ini nantinya akan menjadi basis data terpadu (BDT) yang
digunakan sebagai acuan pemberian bantuan.
Bantuan dari dinas sosial sejak 2017 berbentuk Kartu Keluarga
Sejahtera, dimana pemerintah bekerja sama dengan salah satu Bank
BUMN untuk membuat rekol (rekening kolektif) yang nantinya akan di
top-up sebesar 110 ribu rupiah perbulannya. Namun KKS ini tidak serta
merta dapat dikonsumsi begitu saja, saldo tersebut hanya dapat ditukarkan
dengan beras dan telur di e-warung terdekat.
Pemerintah tidak lagi mau memberikan bantuan berbentuk uang
hibah dikarenakan mentalitas masyarakat yang notabene ekonomi kecil
26
masih sangat konsumtif. Namun, birokratisasi bantuan ini juga perlu diuji
lagi dengan kajian ilmiah lainnya terhadap dampak kepada
masyarakatnya.
3. Daerah dengan angka kemisinan tertinggi di Jakarta?
Ketika ditanyakan mengenai data, Ibu dari Dinas Sosial DKI sedikit
tertawa sembari berkata,
“Anda ternyata butuh data nya ya.”
Ibu dari Dinas Sosial DKI menjelaskan bahwa secara akumulatif
daerah di DKI Jakarta yang memiliki angka kemiskinan tertinggi berada
di daerah Jakarta Utara. Daerah seperti Penjaringan, Tambora, menjadi
daerah yang disebut-sebut sebagai daerah dengan tingkat kemiskinan
tertinggi, disusul dengan beberapa daerah lain juga di Jakarta Timur.
“Secara akumulatif Jakarta Utara, penjaringan, tambura disusul
dengan Jakarta Timur”, imbuhnya.
4. Pendatang atau Bagaimana?
Sudah menjadi hal umum apabila kemiskinan di DKI Jakarta selalu
disangkutpautkan dengan jumlah urbanisasi yang tinggi. Dinas sosial
belum memiliki data pasti bahwa mayoritas penduduk miskin merupakan
bukan orang asli Jakarta (Betawi). Namun menurutnya, sangat banyak
pendatang yang berpindah kependudukan ke DKI Jakarta. “Jakarta itu
gula-gula” kata Ibu, “menarik orang untuk datang, namun mereka datang
tanpa persiapan pendidikan dan keterampilan yang mumpuni, akibatnya
mereka ketika sampai di Jakarta menjadi gembel dan pengemis (gepeng).
Hal ini memang belum pasti, namun sudah banyak sumber-sumber
penelitian yang menyatakan seperti itu. Kajian evaluatif sangat diperlukan
untuk dapat menjawab siapakah penduduk miskin di Jakarta, Orang
Betawi atau Pendatang?
27
Sejauh riset dan blusukan (butuh riset lebih lanjut) yang dilakukan
penulis di jalanan dan kampung-kampung Jakarta, penulis menemukan
bahwa orang-orang miskin yang bekerja seperti pemulung, pengemis, dan
gembel, merupakan orang-orang pendatang yang sudah sangat lama
menetap di Jakarta.
5. Efek kemiskinan terhadap kebijakan
Dalam pemerintahan Anies Baswedan, pengentasan kemiskinan
dijadikan prioritas utama. Dari angka 3.78% diminta untuk turun menjadi
1%, sebuah tugas berat bagi Dinas Sosial. Namun, Dinas Sosial berdalih
tugas pengentasan kemiskinan bukan hanya tugasnya saja, harus ada aksi
kolaboratif juga dari Dinas Pendidikan, Kesehatan, serta Ketahanan
Pangan. Setiap SKPD memiliki programnya masing-masing dalam upaya
pengentasan kemiskinan. Misalnya, Dinas Pendidikan dengan Kartu
Jakarta Pintar nya, Dinas Ketahanan Pangan ada program subsidi pangan.
Hal ini menurut Dinas Sosial perlu dijalankan bersama dalam kurun
waktu jangka Panjang.
6. Faktor lapangan pekerjaan?
Dinas Sosial mengatkan faktor kurangya lapangan pekerjaan
merupakan hanya salah satu faktor dari kemiskinan. Menurutnya, yang
paling krusial adalah mentalitas penduduk miskin. Mentalitas menjadi
miskin tersebut yang sangat bermasalah, padahal secara indicator mereka
tidak tergolong miskin (karena punya barang elektronik dan sebagainya)
namun ketika bantuan turun, mereka berebut untuk mendapatkannya.
Bicara masalah akses, Dinas Sosial mengelak bahwa akses sudah
diberikan dan digelontorkan dengan dana besar. Misalnya, UMKM,
pelatihan keterampilan, hingga bantuan modal barang dan uang. Di
lapangan, menurut Dinas Sosial modal-modal yang diberikan tadi
mangkrak dan habis secara ekonomis-konsumtif. Akses lainnya seperti
Program yang diberikan Pemkot DKI Jakarta yaitu Pengembangan
28
kewirausahaan terpadu berbentuk uang modal sebesar 20 juta rupiah
namun harus dikelola berkelompok malah uangnya dibagi-bagi, bukannya
dijadikan usaha bersama.
Menurut Dinas Sosial, penduduk Jakarta sudah sangat individualistis,
sehingga semangat gotong royong untuk memberantas kemiskinannya
semakin terkikis. Ditambah lagi, sejak awal pola Pendidikan kita tidak
mengarah pada tataran praksis, hanya terbatas pada teoritis, sehingga
mental usahanya sangat rendah. Sangat sulit memang mengembangkan
mental usaha apabila sistem pendidikan seperti ini terus dijalankan.
7. Satu kata tentang kemiskinan
Kemiskinan harus dituntaskan tentu dengan kolaborasi, integrasi, dan
sinergi diantara seluruh elemen masyarakat. Pemerintah, Perusahaan,
Perguruan tinggi, dan Masyarakat. Sehingga kemiskinan dapat
dituntaskan secara bersama, kalau ada tekad disitu ada jalan. Tentunya
juga dengan program yang nyata implementatif tidak bersifat teoritis dan
mengawang. Kolaborasi dengan unsur perusahaan yang besar, seperti
start up dan semacamnya untuk membuka peluang pasar untuk umkm.
Gambar 2. 32 Wawancara dengan Narasumber
Sumber: dokumen pribadi
29
2.3.3. Kompetitor
1. Judul : Kinfolk
Penerbit :
Penulis : Nathan Williams
Buku ini dibuat oleh seorang creative director asal Canada yang bernama
Nathan Williams, buku ini menceritakan lifestyle. Isi dari buku ini berupa foto
esai dari semua konten dan juga buku ini sangatlah ikonik pada bagian sampul
nya.
Gambar 2. 33 Kinfolk
Sumber: goodreads.com
2. Judul : Mereka yang tak terlihat
Penerbit : PNPM
Penulis : PNPM
Buku ini mengangkat tentang mereka semua yang mengalami penyakit
hingga kekerasan dan tidak terlihat oleh banyak masyarakat luar. Buku ini
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan di Indonesia. Isi buku ini berupa
foto-foto dari masyarakat yang terkena penyakit dan ketidaksetaraan di seluruh
Indonesia.
30
Gambar 2. 34 Mereka yang Tak Terlihat
Sumber: tokopedia
3. Judul : Photo Story Handbook
Penerbit : Gramedia
Penulis : Taufan Wijaya
Buku ini dibuat dari keresahan sang penulis akan buku mengenai
referensi foto cerita atau photo story yang belum ada yang berbahasa
Indonesia dan juga yang berbentuk handbook. Buku ini sendiri berisfat
karya jurnalistik yang dituangkan kedalam bentuk fotografi.
Gambar 2. 35 Photo Story Handbook
Sumber: Gramedia Digital
31
2.3.4. Sumber Data
1. Narasumber
� Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta
� Abang None 2019
� Touch Bearer Asian Games 2018 (Jakarta)
� Masyarakat DKI Jakarta
2. Buku
� Mereka yang tak terlihat (PNPM Mandiri)
� Photo Story (Taufan Wijaya)
� The Art of Vision ( Effendi Suryajaya)
� Foundations of Art + Design (Alan Pipes)
� Basic Design Layout (Gavin Ambrose & Paul Harris)
� Designing Brand Identity (Alina Wheeler)
2.3.5. Analisa SWOT
1. Strength
� Menjadikan millenials untuk ikut berempati terhadap kemiskinan di
Jakarta
� Mengangkat sisi lain dari kota Jakarta
� Disajikan dengan cara modern santai namun tetap berimbang
� Menceritakan kemiskinan melalui fotografi
2. Weakness
� Kurangnya publikasi yang menarik mengenai kemiskinan di kota
Jakarta
� Mayoritas buku kemiskinan hanya berisi teks dan angka
� Porsi visual pada buku mengenai kemiskinan 70% teks
32
� Mayoritas buku mengangkat kemiskinan namun tidak secara
berimbang
3. Opportunity
� Mengemas buku mengenai kemiskinan dengan cara yang modern
santai namun tetap kritis dan juga berimbang
� Membuat cara baru untuk menyampaikan kritik dengan cara millenials
4. Threat
� Kurangnya buku yang mengankat kemiskinan di Jakarta
� Banyak masyarakat tidak mengetahui sisi lain dari kemiskinan.