46
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat berperan dalam menjamin adanya perlindungan terhadap pekerja / tenaga kerja. Perlindungan terhadap tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan kesehatan dan keselamatan tersebut dilakukan agar tenaga kerja secara aman melakukan pekerjaannya dengan kondisi kesehatannya yang baik untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kerja. Dengan demikian, tenaga kerja memiliki hak untuk memperoleh perlindungan keselamatan dan kesehatan dari berbagai risiko atau kemungkinan yang dapat menimpa dan menggangu tenaga kerja serta pelaksanaan pekerjaannya. Kesimpulan tersebut mengemuka dalam Seminar Nasional bertajuk "Peran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Menyongsong Globalisasi Industri pada Era Persaingan Pasar Bebas" yang diselenggarakan di Departemen Kesehatan pada tanggal 6 Juli 2005. Berbagai jenis bahaya yang timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan kerja cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari tenaga kerja sejauh mungkin dicegah dan atau dikendalikan agar tenaga kerja dapat selamat dan sehat dalam melaksanakan pekerjaannya. Pencegahan atau pengendalian bahya pekerjaan di lingkungan kerja dengan upaya K3 bertujuan agar tenaga

Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

  • Upload
    lekhue

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat berperan dalam menjamin

adanya perlindungan terhadap pekerja / tenaga kerja. Perlindungan terhadap

tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan atas

keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang

sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.

Perlindungan kesehatan dan keselamatan tersebut dilakukan agar tenaga

kerja secara aman melakukan pekerjaannya dengan kondisi kesehatannya

yang baik untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kerja. Dengan

demikian, tenaga kerja memiliki hak untuk memperoleh perlindungan

keselamatan dan kesehatan dari berbagai risiko atau kemungkinan yang dapat

menimpa dan menggangu tenaga kerja serta pelaksanaan pekerjaannya.

Kesimpulan tersebut mengemuka dalam Seminar Nasional bertajuk "Peran

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Menyongsong Globalisasi

Industri pada Era Persaingan Pasar Bebas" yang diselenggarakan di

Departemen Kesehatan pada tanggal 6 Juli 2005.

Berbagai jenis bahaya yang timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan

dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan kerja cara

melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari tenaga kerja sejauh

mungkin dicegah dan atau dikendalikan agar tenaga kerja dapat selamat dan

sehat dalam melaksanakan pekerjaannya. Pencegahan atau pengendalian

bahya pekerjaan di lingkungan kerja dengan upaya K3 bertujuan agar tenaga

Page 2: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

16

kerja terhindar dari kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan gangguan

kesehatan akibat pekerjaan atau lingkungan kerja.

Keselamatan dan kesehatan adalah aset yang tidak ternilai harganya.

Keselamatan dan kesehatan seseorang merupakan bagian utama

kesejahteraan. Kesejahteraan tenaga kerja mustahil diwujudkan dengan

mengabaikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja.

Revolusi industri yang berperan dalam mengubah kondisi dunia saat itu,

juga berperan dalam peningkatan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja terkait dengan kemajuan pesat teknologi yang mulai diterapkan

untuk produksi secara besar-besaran dengan mesin. Hal ini merupakan

produk revolusi industri yang disatu pihak mencerminkan kemajuan yang

gemilang, namun di sisi lain memiliki dampak terhadap permasalahan sosial

yang ada. Gerakan perbaikan dengan menerapkan K3 dipelopori oleh

kalangan yang memiliki tanggung jawab moral dan terbukti mereka berhasil

memperjuangkan K3 melalui perundang-undangan sehingga K3 wajib

dilaksanakan. Sejak saat itu K3 menjadi bagian perlindungan tenaga kerja

yang pelaksanaannya diatur normatif dalam undang-undang ketenagakerjaan.

Menurut undang-undang, K3 adalah hak tenaga kerja/pekerja. Perkembangan

selanjutnya pada tataran internasional hak tenaga kerja/pekerja kini diakui

sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM).

Demi peningkatan produktivitas kerja, pekerjaan harus dilakukan dengan

cara dan lingkungan kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan.

Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi, maka terjadi ketidaknyamanan

kerja, gangguan kesehatan dan daya kerja, penyakit dan kecelakaan.

Permasalahan tersebut juga disebabkan oleh ketidakseimbangan antara beban

Page 3: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

17

kerja dengan kapasitas atau kemampuan kerja yang dimilki pekerja.

Gangguan kesehatan, penyakit dan kecelakaan yang menyebabkan

menurunnya daya kerja disebabkan faktor fisik, kimiawi, biologis, fisiologis

dan atau mental psikologis yang terdapat dalam pekerjaan dan atau

lingkungan kerja. Faktor-faktor tersebut jika tidak dicegah/dikendalikan dapat

berakibat terjadinya kecelakaan, penyakit dan gangguan kesehatan, oleh

karena itu faktor-faktor tersebut harus dapat dikendalikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa K3 tidak hanya

sekedar bertujuan meraih tingkat keselamatan dan kesehatan kerja yang

tinggi, atau hanya untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja,

maupun penyakit akibat kerja. Lebih jauh dari itu K3 memiliki visi dan misi

jauh kedepan yaitu mewujudkan tenaga kerja yang sehat, selamat, produktif

serta sejahtera dan juga menciptakan perlindungan kepada

pengusaha/perusahaan.

2.2 Cedera Pada Pinggang (Low Back Pain)

Tulang belakang atau kolom vertebral manusia dewasa, merupakan

susunan yang menyerupai huruf S (Niebel, 2003, p161) terdiri dari 25 tulang

yang dibagi menjadi 7 tulang cervical pada leher, 12 tulang thoraic pada

punggung (upper back), 5 tulang lumbar pada pinggang (lower back), dan

sacrum pada daerah pelvis. Tulang-tulang ini memiliki badan silinder yang

berfungsi sebagai tempat otot punggung melekat. Melalui pusat pada setiap

vertebra terdapat ruang yang berisi dan melindungi saraf yang berawal dari

otak sampai pada kolom vertebra terakhir.

Page 4: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

18

Gambar 2.1 Struktur Tulang Belakang

Tulang-tulang vertebral dipisahkan oleh jaringan yang lebih halus, yang

disebut intervertebral disks. Intervertebral disks berfungsi sebagai

penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang.,

walaupun umumnya gerakan menekuk / membungkuk muncul pada 2 sendi

paling bawah, antara lumbar paling bawah dengan sacrum (disebut disk

L5/S1) dan diatasnya (disk L4/L5). Disk ini juga berfungsi sebagai bantalan

antara tulang-tulang vertebral, sepanjang tulang belakang, yang membantu

melindungi kepala dan otak dari akibat nyeri saat berjalan, berlari, atau

melompat. Disk ini terdiri dari unsur seperti gel yang dikelilingi oleh serat-

serat yang berbentuk sepeti lapisan bawang, terpisah dari tulang oleh pelat

tulang rawan. Pergerakan cairan ini terjadi antara pusat gel dan jaringan

sekitarnya, tergantung dari tekanan pada disk.

Page 5: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

19

Gambar 2.2 Intervertebral disk

Kombinasi efek dari penuaan dan aktivitas kerja manual yang berat, disk

ini bisa menjadi lemah. Beberapa serat bisa menjadi menegang, atau pelat

tulang rawan bisa menderita retak-retak kecil, melepas material gelatin,

mengurangi tekanan dari dalam, dan memungkinkan pusat disk untuk

mengering. Akibatnya ruang disk menjadi sempit, menjadikan tulang-tulang

vertebral menjadi lebih dekat dan saling bersentuhan, menimbulkan iritasi

dan rasa sakit. Lebih buruk, berdampak pada akar saraf, yang menimbulkan

rasa sakit dan perusakan pada saraf sensor dan motor. Pada saat saraf-saraf

kehilangan integritasnya, tulang vertebral bisa bergeser, mengakibatkan

tekanan yang tidak seimbang pada disk dan bahkan menjadi lebih sakit. Pada

kasus yang lebih berat, yang disebut hernia disk, serat ini bisa sobek dan

unsur gel ini bisa menekan akar saraf.

Gambar 2.3 Proses Hernia Disk Pada L5/S1 (Tampak Atas)

Page 6: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

20

Gambar 2.4 Proses Hernia Disk Pada L5/S1 (Tampak Samping)

Menurut Kroemer et al. (2001, p64) cedera pinggang (low back pain)

adalah sensasi rasa sakit / nyeri dari cedera yang terjadi pada daerah

pinggang. Cedera pinggang disebabkan oleh berbagai hal, dimana pada

umumnya berhubungan dengan perubahan pada kolom spinal dan ligamen

beserta otot yang mendukungnya karena proses penuaan. Perubahan ini bisa

disebabkan oleh kombinasi trauma yang berulang dan proses penuaan.

Penyebab dari masalah pinggang, tidak selalu mudah untuk diidentifikasi.

Bersamaan dengan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, kedua

faktor pekerjaan dan individu memiliki peranan. Faktor individu, termasuk

faktor kecenderungan genetis untuk jaringan penhubung, disk, dan ligamen

yang lebih lemah, serta kondisi gaya hidup personal, seperti perokok, dan

obesitas, dimana ahli industri memiliki kendali yang lebih kecil. Perubahan

hanya dapat dilakukan pada faktor kerja. Kerja berat termasuk bukan hanya

pengangkatan beban berat yang sering, tetapi juga meliputi postur statis

tulang belakang yang membungkuk (forward bending) untuk periode yang

Page 7: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

21

lama. Postur yang tidak bergerak untuk periode yang lama, bahkan postur

duduk, dan getaran pada tubuh juga merupakan faktor yang mempengaruhi.

Berdasarkan pendapat Bridger (1995, p59), cedera pinggang juga dapat

disebabkan oleh lelah otot jika seseorang harus bekerja dengan tulang

belakang menekuk maju (misalnya saat mencuci piring, atau menyetrika).

Postur statis ini memberikan beban pada otot pinggang, yang secara cepat

lelah. Untuk bekerja yang membutuhkan berdiri, tempat kerja harus

dirancang untuk mencegah pekerja untuk berdiri dengan posisi lordosis pada

lumbar secara berlebihan atau harus mengadopsi posisi kerja membungkuk.

2.3 Disain Pengangkatan Manual

Berikut adalah beberapa faktor yang memperburuk tekanan postural

dalam penanganan material menurut Bridger (1995, p164) :

• Memegang atau menahan beban jauh dari tulang belakang.

• Melakukan gerakan rotasi pada tulang belakang saat menyangga atau

mengangkat beban.

• Mengangkat atau menurunkan beban dengan tinggi di bawah lutut

atau di atas bahu.

• Mengangkat atau memindahkan beban dengan jarak vertikal atau

horisontal yang jauh.

• Menahan atau mengangkat beban untuk periode yang lama.

• Mengangkat atau membawa beban secara sering.

• Mengangkat sambil duduk.

Page 8: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

22

Prosedur pengangkatan yang aman bagi pekerja menurut NIOSH (2007,

p19) :

• Mengecek tanda pada beban

• Sebelum mengangkat, selalu menguji beban untuk stabilitas dan

beratnya.

• Untuk beban yang tidak stabil dan / atau berat, yang harus

diperhatikan adalah penggunaan peralatan, mengurangi berat beban,

dan melakukan pengepakan ulang untuk meningkatkan stabilitas.

• Rencanakan pengangkatan

Gunakan sepatu yang tepat untuk menghindari jatuh dan

tergelincir.

Jika menggunakan sarung tangan, gunakan ukuran yang tepat.

Mengangkat sebanyak batas aman yang bisa dilakukan.

Lakukan pengangkatan pada wilayah kekuatan (misalnya diatas

lutut, dibawah bahu, dan dekat dengan tubuh), jika

memungkinkan.

Berhati-hati saat mengangkat beban yang tidak stabil.

• Saat mengangkat :

Menggenggam dengan aman

Gunakan kedua tangan

Hindari hentakan, dengan bergerak secara perlahan

Menjaga beban sedekat mungkin dengan tubuh

Jika memungkinkan, gunakan kaki untuk mengangkat beban,

jangan membungkuk.

Page 9: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

23

Gambar 2.5 Teknik Mengangkat Beban (Objek Kaku)

Gambar 2.6 Teknik Mengangkat Beban (Objek Tidak Kaku)

Jangan merotasi badan (twisting). Melangkah ke satu sisi atau

arah lain untuk berputar.

Alternatifkan pengangkatan atau tugas berat dengan tugas yang

ringan / sedikit menggunakan fisik.

Beristirahat

2.4 Posisi Duduk Saat Bekerja

Duduk adalah aspek diantara berjalan atau berdiri dan tiduran. Berat

tubuh seseorang didukung sebagian oleh kursi (Kroemer et al., 2001, p342),

konsumsi energi dan tekanan peredaran lebih tinggi disaat seseorang duduk

dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dibandingkan saat berdiri. Lengan

dan tangan dapat digunakan secara bebas, tetapi ruang kerjanya terbatas saat

seseorang duduk.

Page 10: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

24

Dua postur kerja yang terpenting adalah berjalan / berdiri dan duduk.

Secara umum, dari kedua kondisi, posisi yang paling mudah menopang

postur dari tulang belakang dan leher adalah dimana kolom spinal lurus dari

sudut pandang depan, tetapi disertai dengan bentuk alami kurva S dari sudut

pandang samping.

Menjaga postur tulang belakang dalam periode yang lama menjadi sangat

tidak nyaman, karena kebanyakan dari tekanan otot harus dipertahankan

untuk menjaga tubuh dalam posisi tersebut. Karena banyak orang yang

mengalami rasa tidak nyaman, sakit, dan cedera pada kolom spinal (terutama

pada daerah leher dan pinggang), postur dan pergerakan dari kolom spinal

menjadi perhatian lebih dari fisiologis dan ortopedis. Pertimbangan postur

dalam bekerja adalah sebagai berikut:

1. Perubahan dalam postur membantu untuk menghindari tekanan dari

kolom spinal serta kelelahan otot.

2. Kursi harus didisain sehingga postur duduk dapat diubah secara

berkala. Jika duduk diperlukan dalam waktu yang lama, sandaran

dapat membantu mendukung punggung dan kepala, serta

memungkinkan orang untuk beristirahat.

Page 11: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

25

2.5 Persamaan Pengangkatan Beban NIOSH

2.5.1 Definisi

RWL adalah hasil revisi dari persamaan pengangkatan (lifting equation)

NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health). RWL

didefinisikan untuk sekumpulan kondisi tugas yang spesifik dimana berat

beban dapat diangkat oleh hampir seluruh pekerja yang sehat dalam waktu

yang cukup lama (misalnya sampai 8 jam kerja) tanpa meningkatkan resiko

sakit punggung bawah.

2.5.2 Terminologi dan Definisi Data

Berikut adalah daftar penjelasan dari definisi yang berguna untuk

menerapkan persamaan pengangkatan NIOSH :

• Tugas pengangkatan (Lifting Task)

Didefinisikan sebagai tindakan manual dari memegang sebuah objek

dengan ukuran dan massa yang jelas dengan menggunakan kedua

tangan, dan memindahkannya secara vertikal tanpa bantual objek

mekanik.

• Berat beban (Load Weight = L)

Berat dari sebuah objek yang akan diangkat, dalam pon atau kilogram,

termasuk kontainer.

• Lokasi horisontal (Horizontal Location = H)

Jarak tangan dari titik tengah antara mata kaki, dalam inci atau

sentimeter (diukur pada tempat awal dan tempat tujuan pengangkatan)

Page 12: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

26

• Lokasi vertikal (Vertical Location = V)

Jarak tangan dari atas lantai, dalam inci atau sentimeter (diukur pada

tempat awal dan tempat tujuan pengangkatan)

• Jarak perpindahan vertikal (Vertical Travel Distance = D)

Nilai absolut dari perbedaan antara tinggi vertikal pada tempat tujuan

dengan tempat awal pengangkatan, dalam inci atau sentimeter.

• Sudut asimetri (Asymmetry Angle = A)

Pengukuran sudut dari seberapa jauh objek berpindah dari bagian

depan tubuh pekerja (mid-sagittal plane), pada saat awal atau akhir

pengangkatan, dalam derajat (diukur pada tempat awal dan tempat

tujuan). Lihat gambar 2.8

• Posisi netral tubuh

Dideskripsikan sebagai posisi tubuh saat tangan berada langsung di

depan tubuh dengan rotasi yang minim pada kaki, batang tubuh, atau

bahu.

• Frekuensi pengangkatan

Rata-rata jumlah pengangkatan selama periode 15 menit.

• Durasi pengangkatan

Klasifikasi 3 lapis dari durasi pengangkatan yang ditentukan oleh

distribusi waktu kerja dan waktu pemulihan (pola kerja). Durasi

dikelompokkan menjadi pendek (1 jam), menengah (1-2 jam), atau

panjang (2-8 jam), berdasarkan pada pola kerja.

• Kualifikasi pegangan (coupling classification)

Klasifikasi dari kualitas pegangan objek untuk tangan.

Diklasifikasikan sebagai baik, cukup baik, dan kurang baik.

Page 13: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

27

• kontrol signifikan

didefinisikan sebagai kondisi yang membutuhkan penempatan secara

tepat dari beban pada tempat tujuan.

Gambar 2.7 Representasi dari Lokasi Tangan

Page 14: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

28

Gambar 2.8 Representasi dari Sudut Asimetri

2.5.3 Batasan Pengangkatan Beban

Beberapa batasan pengangkatan beban dari revisi persamaan

pengangkatan NIOSH :

• Mengangkat / meletakkan dengan satu tangan

• Mengangkat / meletakkan lebih dari 8 jam

• Mengangkat / meletakkan sambil duduk / berlutut

• Mengangkat / meletakkan ditempat kerja yang terbatas

Page 15: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

29

• Mengangkat / meletakkan objek yang tidak stabil

• Mengangkat / meletakkan saat membawa, mendorong, atau menarik

• Mengangkat / meletakkan dengan gerobak

• Mengangkat / meletakkan dengan gerakan yang cepat (lebih cepat dari

30 inchi/detik)

• Mengangkat / meletakkan dengan lantai yang kurang baik (<0,4

koefisien gesekan antara tapak kaki dengan lantai)

• Mengangkat / meletakkan dalam lingkungan yang kurang baik (misal:

temperatur berada di luar batas 19-26 oC, kelembaban diluar batas 35-

50%)

2.5.4 Persamaan dan Fungsinya

Persamaan pengangkatan untuk menghitung berat beban yang

direkomendasikan (Recommended Weigth Limit / RWL) ini didasarkan pada

model perkalian yang memberi pembobotan pada 6 variabel. Pembobotan ini

berperan sebagai koefisien yang berfungsi untuk mengurangi konstanta beban

(load constant). RWL didefinisikan dengan persamaan berikut :

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

• LC = Load Constant

• HM = Horizontal Multiplier

• VM = Vertical Multiplier

• DM = Distance Multiplier

• AM = Asymmetric Multiplier

• FM = Frequency Multiplier

• CM = Coupling Multiplier

Page 16: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

30

2.5.4.1 Komponen Horisontal

Lokasi horisontal (H) diukur dari titik tengah garis yang menghubungkan

mata kaki dengan titik proyeksi pada lantai langsung dibawah titik tengah

pegangan tangan (pusat beban), yang didefinisikan oleh telapak tangan. Jika

kontrol signifikan dibutuhkan pada tempat tujuan (misalnya penempatan yang

tepat), nilai H harus diukur dua kali, yaitu pada tempat awal dan tempat

tujuan.

Jika jarak horisontal kurang dari 10 inci / 25 cm, maka H ditentukan 10

inci / 25 cm. Walaupun objek dapat diangkat dengan jarak kurang dari 10 inci

dari mata kaki, umumnya objek tidak dapat diangkat tanpa halangan dari

perut atau memanjangkan bahu. Dengan penentuan nilai 25 inci / 63 cm

sebagai nilai maksikmum H, hal ini mungkin terlalu besar untuk pekerja yang

lebih pendek pada saat pengangkatan. Lebih jauh lagi, objek dengan jarak

lebih dari 25 inci dari mata kaki, secara normal tidak dapat diangkat secara

vertikal tanpa kehilangan keseimbangan.

Pengali horisontal (HM) adalah 10/H untuk nilai H yang diukur dalam

inci, dan 25/H untuk cm. Jika H kurang atau sama dengan 10 inci / 25 cm,

maka nilai HM adalah 1. Nilai HM akan berkurang menjadi 0.4 jika H adalah

25 inci / 63 cm. Jika H lebih dari 25 inci, maka nilai HM adalah 0.

2.5.4.2 Komponen Vertikal

Lokasi vertikal (V) didefinisikan sebagai tinggi vertikal dari tangan diatas

lantai. Nilai V diukur secara vertikal dari lantai ke titik tengah antara

genggaman tangan. Lokasi vertikal (V) dibatasi oleh permukaan lantai dan

batas atas dari pengangkatan (70 inci atau 175 cm). Lokasi vertikal harus

Page 17: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

31

diukur pada tempat awal dan tempat tujuan untuk menentukan jarak

perpindahan (D).

Untuk menentukan pengali vertikal (VM), nilai absolut atau deviasi V

dari tinggi optimum 30 inci / 75 cm dihitung. Tinggi 30 inci di atas lantai

dipertimbangkan sebagai “tinggi telapak tangan / knuckle height” untuk

pekerja dengan tinggi rata-rata (66 inci / 165 cm). Pengali vertikal (VM)

adalah (1-(0.0075|V-30|)) untuk V dalam inci, dan (1-(0.003|V-75|)) untuk V

dalam cm.

Pada saat nilai V 30 inci / 75 cm, pengali vertikal (VM) bernilai 1. Nilai

VM berkurang secara linear dengan peningkatan atau penurunan tinggi dari

posisi ini. Pada tingkat lantai, VM adalah 0.78, dan pada tinggi 70 inci / 175

cm, VM adalah 0.7. jika V lebih dari 70 inci, maka VM = 0.

2.5.4.3 Komponen Jarak

Variabel jarak perpindahan vertikal (D) didefinisikan sebagai jarak

perpindahan vertikal dari tangan antara tempat awal dan tempat tujuan. Untuk

pengangkatan, D dapat dihitung dengan mengurangi lokasi vertikal (V) pada

tempat tujuan dengan V tempat awal. Untuk tugas peletakkan beban, D

dihitung dengan mengurangi V pada tempat awal dengan V tempat tujuan.

Variabel D diasumsikan paling kecil 10 inci / 25 cm, dan tidak lebih dari 70

inci / 175 cm. Jika jarak perpindahan vertikal kurang dari 10 inci / 25 cm,

maka D ditetapkan menjadi jarak minimum, yaitu 10 cm / 25 cm. Pengali

jarak (DM) adalah (0.82+(1.8/D)) untuk D dalam inci, dan DM adalah

(0.82+(4.5/D) untuk D dalam cm.

Page 18: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

32

2.5.4.4 Komponen Asimetri

Asimetri berhubungan dengan pengangkatan yang mulai atau berakhir

diluar tengah sagittal plane (gambar 2.8). Secara umum, pengangkatan

asimetris sebaiknya dihindari. Jika pengangkatan asimetris tidak dapat

dihindari, batas beban yang direkomendasikan menjadi berkurang secara

signifikan dibandingkan dengan pengangkatan simetris.

Sudut asimetri didefinisikan sebagai sudut antara garis asimetri dengan

garis tengah sagittal. Garis asimetri didefinisikan sebagai garis horisontal

yang menghubungkan titik tengah antara tulang mata kaki titik yang

diproyeksikan pada lantai, langsung di bawah titik tengah dari genggaman

tangan.

Sudut A dibatasi dari rentang 0º-135º. Jika A > 135º, maka AM ditetapkan

menjadi sama dengan 0, yang menhasilkan RWL menjadi nol, atau tidak ada

beban. Pengali asimetri (AM) adalah 1-(0.0032A). Nilai maksimum AM

adalah 1, dimana beban diangkat langsung di depan badan. AM berkurang

secara linear dengan meningkatnya sudut asimetri A.

2.5.4.5 Komponen Frekuensi

Pengali frekuensi didefinisikan oleh (a) jumlah pengangkatan per menit

(frekuensi), (b) jumlah waktu dalam aktivitas pengangkatan (durasi), dan (c)

tinggi vertikal pengangkatan dari lantai. Frekuensi pengangkatan (F)

merupakan rata-rata jumlah pengangkatan per menit, yang diukur selama 15

menit.

Durasi pengangkatan dikategorikan menjadi 3, yaitu pendek, menengah,

dan panjang. Kategori ini didasarkan oleh periode waktu kerja yang kontinu

Page 19: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

33

dan waktu pemulihan (misalnya kerja ringan). Periode waktu kerja

berkelanjutan adalah periode kerja yang tidak terinterupsi. Waktu pemulihan

didefinisikan sebagai durasi aktivitas kerja ringan yang dilanjutkan dengan

periode pengangkatan yang berkelanjutan.

• Durasi Pendek – merupakan tugas pengangkatan yang memiliki durasi

1 jam atau kurang, diikuti dengan waktu pemulihan 1.2 kali waktu

kerja.

• Durasi Menengah – merupakan pengangkatan yang memiliki durasi

lebih dari 1 jam, tetapi tidak lebih dari 2 jam.

• Durasi Panjang – merupakan pengangkatan yang memiliki durasi

antara 2 dan 8 jam, dengan kelonggaran istirahat standar industri

(misalnya pagi, makan siang, dan istirahat sore).

Frekuensi pengangkatan (F) untuk pengangkatan yang repetitif bervariasi

dari 0.2 pengangkatan / menit sampai frekuensi maksimum yang tergantung

pada lokasi vertikal objek (V) dan durasi pengangkatan. Pengangkatan

melebihi frekuensi maksimum menghasilkan nilai RWL 0. Nilai FM

tergantung pada rata-rata pengangkatan per menit (F), lokasi vertikal (V), dan

durasi dari pengangkatan yang kontinu. Untuk pengangkatan dengan

frekuensi kurang dari 0.2 pengangkatan per menit, nilai frekuensi ditetapkan

menjadi 0.2 pengangkatan / menit.

Tabel 2.1 Frequency Multiplier

Frekuensi Durasi Kerja

Pengangkatan / Menit ≤ 1 jam >1 tetapi ≤2 jam >2 tetapi ≤8jam

(F) V<30 (75cm) V≥30 (75cm) V<30 (75cm) V≥30 (75cm) V<30 (75cm) V≥30 (75cm) ≤0.2 1.00 1.00 0.95 0.95 0.85 0.85

0.5 0.97 0.97 0.92 0.92 0.81 0.81

1 0.94 0.94 0.88 0.88 0.75 0.75

2 0.91 0.91 0.84 0.84 0.65 0.65

3 0.88 0.88 0.79 0.79 0.55 0.55

Page 20: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

34

Tabel 2.1 Frequency Multiplier (Lanjutan)

Frekuensi Durasi Kerja

Pengangkatan / Menit ≤ 1 jam >1 tetapi ≤2 jam >2 tetapi ≤8jam

(F) V<30 (75cm) V≥30 (75cm) V<30 (75cm) V≥30 (75cm) V<30 (75cm) V≥30 (75cm) 4 0.84 0.84 0.72 0.72 0.45 0.45

5 0.80 0.80 0.60 0.60 0.35 0.35

6 0.75 0.75 0.50 0.50 0.27 0.27

7 0.70 0.70 0.42 0.42 0.22 0.22

8 0.60 0.60 0.35 0.35 0.18 0.18

9 0.52 0.52 0.26 0.26 0.00 0.15

10 0.45 0.45 0.00 0.23 0.00 0.13

11 0.41 0.41 0.00 0.21 0.00 0.00

12 0.37 0.37 0.00 0.00 0.00 0.00

13 0.00 0.34 0.00 0.00 0.00 0.00

14 0.00 0.31 0.00 0.00 0.00 0.00

15 0.00 0.28 0.00 0.00 0.00 0.00

≥15 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

2.5.4.6 Komponen Pegangan

Kebiasaan pegangan tangan dengan objek atau metode pemegangan dapat

mempengaruhi tidak hanya tenaga maksimum pekerja yang bisa atau harus

gunakan terhadap objek, tetapi juga lokasi vertikal dari tangan pada proses

pengangkatan. Pegangan yang baik akan mengurangi kekuatan genggaman

maksimum dan meningkatkan kemungkinan pengangkatan beban. Pegangan

yang buruk secara umum membutuhkan kekuatan genggaman yang lebih

besar dan mengurangi kemungkinan pengangkatan beban.

Tabel 2.2 Coupling Multiplier

Tipe Pengali Pengangan (CM)

Pegangan V<30 (75cm) V≥30 (75cm)

Baik 1 1

Cukup Baik 0.95 1

Kurang Baik 0.9 0.9

Page 21: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

35

2.5.5 Indeks Pengangkatan (Lifting Index / LI)

Seperti yang didefinisikan sebelumnya, LI menghasilkan estimasi relatif

dari stres fisik yang berhubungan dengan pekerjaan pengangkatan manual.

RWL)BebanBerat(WeightLoad

LI =

Dimana Load Weight (L) / berat beban adalah berat dari objek yang diangkat

(lbs atau kg).

Berat beban yang direkomendasikan (RWL) dan indeks pengangkatan

(LI) dapat digunakan sebagai panduan disain ergonomi dalam beberapa cara:

• Pengali individu dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah

yang berhubungan dengan pekerjaan spesifik. Besar relatif dari setiap

pengali mengindikasikan kontribusi relatif pada setiap faktor tugas

(misalnya horisontal, vertikal, frekuensi, dan sebagainya).

• RWL dapat digunakan sebagai panduan mendisain ulang dari

pekerjaan pengangkatan yang ada atau untuk mendisain pekerjaan

pengangkatan manual yang baru.

• Nilai LI dapat digunakan untuk memprioritaskan disain ulang

ergonomi.

Berdasarkan perspektif NIOSH, pengangkatan beban dengan LI > 1 akan

meningkatkan resiko cedera pinggang untuk beberapa pekerja. Beberapa ahli

mempercayai kriteria seleksi pekerja dapat digunakan untuk mengidentifikasi

pekerja yang dapat melakukan tugas pengangkatan yang berbahaya

(pengangkatan yang memiliki LI lebih dari 1). Bagaimanapun kriteria seleksi

harus berdasarkan penelitian, observasi empiris, atau pertimbangan teori,

termasuk pengujian kekuatan yang berhubungan dengan kerja dan / atau

pengujian kapasitas aerobik. Meskipun begitu, para ahli ini bersepakat bahwa

Page 22: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

36

seluruh pekerja akan beresiko cedera saat melakukan tugas pengangkatan

yang sangat berbahaya (pengangkatan dengan LI lebih dari 3).

2.6 RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

RULA adalah metode survei yang dikembangkan untuk penggunaan

investigasi ergonomi dari tempat kerja dimana cedera tubuh bagian atas

akibat kerja dapat terjadi. RULA menyediakan metode untuk menyaring

sejumlah besar operator secara cepat, tetapi sistem penilaian yang

dikembangkan juga menghasilkan indikasi dari tingkat pembebanan untuk

setiap bagian tubuh individu.

2.6.1 Pendahuluan

RULA dikembangkan untuk investigasi pekerja / individu terhadap

faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan penyebab cedera tubuh bagian

atas. Dalam pengembangannya, RULA melakukan evaluasi dari postur tubuh,

usaha, dan penggunaan otot dari operator VDU dan operator yang

mengerjakan berbagai tugas-tugas manufaktur dimana terdapat resiko cedera

terhadap tubuh bagian atas.

Metode ini menggunakan diagram dari postur tubuh dan menggunakan 3

tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor-faktor resiko.

Faktor-faktor resiko tersebut adalah :

• Jumlah gerakan

• Kerja otot statis

• Kekuatan

• Postur kerja yang ditentukan oleh peralatan dan furnitur.

Page 23: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

37

• Jam kerja tanpa istirahat

Sebagai tambahan, faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah

beban, tetapi hal ini mungkin berbeda-beda bagi setiap individu (postur kerja,

penggunaan otot statis atau kekuatan yang tidak perlu, kecepatan dan akurasi

dari gerakan, frekuensi dan durasi). Selain itu, faktor individu (seperti usia

dan pengalaman), lingkungan kerja, dan variabel psikososial juga

mempengaruhi perbedaan respon individu terhadap beban.

Dalam menilai 4 faktor beban eksternal (jumlah gerakan, kerja otot statis,

kekuatan, dan postur), RULA dikembangkan untuk :

• Menyediakan metode penilaian resiko cedera tubuh bagian atas secara

cepat.

• Mengidentifikasi kekuatan otot yang berhubungan dengan postur

bekerja, kekuatan yang tak perlu, dan yang menyebabkan lelah otot.

• Memberikan hasil yang dapat digunakan lebih luas untuk penilaian

ergonomis yang meliputi faktor epidemiologika, fisik, lingkungan,

dan organisasional, dan terutama memenuhi kebutuhan dari UK

Guidelines on the prevention of work related upper limb disorders.

2.6.2 Sistem Penilaian RULA

Untuk menghasilkan metode yang dapat dengan cepat digunakan, tubuh

dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok A adalah lengan atas, lengan bawah,

dan pergelangan tangan, sedangkan kelompok B adalah leher, punggung, dan

kaki yang akan memberikan pengaruh pada postur tubuh bagian atas. RULA

menggunakan konsep pemberian nilai pada postur tubuh (sistem coding) yang

ringkas dan cepat untuk digunakan.

Page 24: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

38

Rentang dari pergerakan setiap bagian tubuh dibagi menjadi beberapa

bagian berdasarkan kriteria yang diturunkan melalui interpretasi dari literatur

yang berhubungan. Bagian-bagian yang diberi nomor 1, menunjukkan

rentang gerakan atau postur bekerja dimana faktor resiko adalah minimal.

Penomoran yang lebih tinggi diberikan untuk rentang gerakan dan postur

tubuh dengan peningkatan faktor-faktor resiko yang membebankan struktur

segmen tubuh. Nilai-nilai kelompok A (lengan atas, lengan bawah, dan leher)

1. Nilai Lengan Atas

Gambar 2.9. Rentang Gerakan Lengan Atas

• 1 untuk rentang 20º ke belakang / ke depan dari tengah tubuh.

• 2 untuk rentang >20º ke belakang atau 20º- 45º kedepan

• 3 untuk rentang 45º- 90º

• 4 untuk rentang >90º

• Nilai bertambah 1 bila pundak terangkat atau lengan menjauh dari

tubuh

• Kurangi 1 bila berat tangan ditopang / didukung.

2. Nilai Lengan Bawah

Gambar 2.10 Rentang Gerakan Lengan Bawah

• 1 untuk rentang 60º-100º

Page 25: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

39

• 2 untuk rentang < 60ºatau > 100º

• Nilai bertambah 1 bila lengan bawah bekerja melewati garis

tengah tubuh atau menjauh dari tubuh.

3. Nilai Pergelangan Tangan

Gambar 2.11 Rentang Gerakan Pergelangan Tangan

• 1 untuk posisi netral

• 2 untuk rentang menekuk sampai 15º ke atas atau ke bawah dari

posisi netral

• 3 untuk rentang menekuk >15º ke atas atau ke bawah.

• Nilai bertambah 1 bila pergelangan tangan menekuk kesamping

(side bending)

• Nilai bertambah 1 bila pergelangan berputar masih dalam rentang

putar tengah.

• Nilai bertambah 2 bila putaran pergelangan ada pada atau dekat

rentang putaran akhir pergelangan.

Nilai-nilai kelompok B (leher, punggung, dan kaki) :

1. Nilai Leher

Gambar 2.12 Rentang Gerakan Leher

Page 26: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

40

• Nilai 1 untuk leher menekuk 0º-10º ke bawah

• Nilai 2 untuk leher menekuk 10º-20º ke bawah

• Nilai 3 untuk leher menekuk >20º ke bawah

• Nilai 4 untuk leher menekuk / berekstensi ke belakang

• Nilai bertambah 1 bila leher berputar / berotasi (twisting)

• Nilai bertambah 1 bila leher menekuk ke samping (side bending)

2. Nilai Punggung

Gambar 2.13 Rentang Gerakan Punggung

• Nilai 1 untuk punggung yang didukung / ada yang menahan,

dengan posisi pinggul dan punggung 90º atau lebih.

• Nilai 2 untuk punggung yang membungkuk dengan sudut 0º-20º

• Nilai 3 untuk punggung yang membungkuk dengan sudut 20º-60º

• Nilai 4 untuk punggung yang membungkuk dengan sudut >60º

• Nilai bertambah 1 bila punggung melakukan putaran / berotasi

(twisting)

• Nilai bertambah 1 bila punggung mengarah ke samping (side

bending)

3. Nilai Kaki

• Nilai 1 untuk kaki dan telapak kaki ada yang menahan saat duduk

dengan beban yang seimbang.

Page 27: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

41

• Nilai 1 untuk posisi berdiri dengan beban yang didistribusikan

seimbang ke kedua kaki, dengan ruang untuk berganti posisi.

• Nilai 2 untuk kaki dan telapak kaki yang tidak didukung / ditahan

atau beban yang tidak seimbang antara 2 kaki.

Penilaian RULA dimulai dengan observasi operator dalam beberapa

siklus kerja dengan tujuan memilih tugas dan postur untuk dinilai. Penilaian

bisa ditentukan dari postur tubuh yang paling sering dilakukan dalam siklus

kerja atau saat dimana beban tertinggi muncul. Karena RULA dapat

digunakan secara cepat, penilaian bisa dilakukan untuk setiap postur dalam

siklus kerja. Saat menggunakan RULA, hanya bagian sisi kanan atau kiri saja

yang dinilai pada satu waktu. Jika diperlukan, penilaian dapat dilakukan

untuk kedua sisi.

Gambar 2.14 Struktur Penilaian RULA

Nilai tunggal dibutuhkan dari kelompok A dan B yang menunjukkan

tingkat pembebanan postur dari sistem musculoskeletal melalui postur bagian

tubuh yang dikombinasikan. Langkah pertama untuk menetapkan sistemnya

Page 28: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

42

adalah dengan mengurutkan setiap kombinasi dari postur, dari pembebanan

yang terkecil sampai yang terbesar berdasarkan kriteria fungsi otot dan

biomekanika. Pengurutan nilai postur ini ada dalam skala 1 sampai 9. Nilai 1

didefinisikan sebagai postur yang pembebanan pada musculoskeletal paling

kecil. Berikut adalah tabel nilai untuk postur A dan B.

Tabel 2.3 Nilai Postur A

Nilai Pergelangan Tangan 1 2 3 4

Perputaran (Twist)

Perputaran (Twist)

Perputaran (Twist)

Perputaran (Twist)

Lengan Atas

Lengan Bawah

1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 4 4 1 2 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 5 5 1 3 3 4 4 4 4 5 5 2 3 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 1 4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 5 5 5 6 6 1 5 5 5 5 5 6 6 7 2 5 6 6 6 6 7 7 7 5 3 6 6 6 7 7 7 7 8 1 7 7 7 7 7 8 8 9 2 8 8 8 8 8 9 9 9 6 3 9 9 9 9 9 9 9 9

Tabel 2.4 Nilai Postur B

Punggung 1 2 3 4 5 6

Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Kaki Leher 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7 2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7 3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7 4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8 5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8 6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Page 29: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

43

Sistem penilaian dikembangkan juga termasuk beban tambahan pada

sistem musculoskeletal yang disebabkan oleh kerja otot statis, gerakan yang

repetitif, dan kebutuhan menggunakan tenaga atau menahan beban eksternal

saat bekerja. Nilai ini dihitung untuk setiap kelompok A dan B.

Nilai A + Nilai Penggunaan Otot & Tenaga = Nilai C

Nilai B + Nilai Penggunaan Otot & Tenaga = Nilai D

Penilaian jumlah dari beban statis atau penggunaan tenaga yang akan

menyebabkan kelelahan berikut kerusakan jaringan tergantung pada waktu

dimana operator diekspos pada faktor resiko eksternal. RULA menyediakan

sistem penilaian yang konservatif dan sederhana yang digunakan sebagai

panduan untuk mengindikasikan faktor resiko. Nilai postur bertambah

menjadi 1 bila postur tubuh secara umum statis, misalnya menahan lebih dari

1 menit. Penggunaan otot didefinisikan sebagai repetitif / berulang jika

kegiatan berulang lebih dari 4 kali per menit.

Kontribusi dari kegiatan yang memerlukan tenaga atau menahan beban,

seperti peralatan tangan, tergantung pada berat objek, lamanya menahan, dan

waktu pemulihan, sama seperti postur bekerja yang diadopsi. Jika beban atau

tenaga kurang dari 2 kg atau kurang dan menahan sebentar-sebentar, maka

nilainya adalah 0. Jika beban 2-10 kg sebentar-sebentar, maka nilainya adalah

1. jika beban 2-10 kg statis atau berulang-ulang, maka nilainya adalah 2. Nilai

2 juga untuk beban yang lebih dari 10 kg yang sebentar-sebentar. Terakhir,

jika beban lebih dari 10 kg dan dikerjakan statis atau berulang, nilainya

adalah 3. Jika beban / tenaga yang besar yang dikerjakan / dikeluarkan

dengan tiba-tiba nilainya juga 3.

Page 30: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

44

Nilai penggunaan otot dan tenaga dinilai untuk bagian tubuh pada

kelompok A dan B. Setelah itu, nilai ini ditambahkan dengan nilai postur

yang diturunkan dari tabel 2.3 dan 2.4 untuk mendapatkan nilai yang disebut

nilai C dan D.

2.6.3 Pengembangan Nilai Akhir dan Daftar Kegiatan

Kedua nilai C dan D akan digunakan untuk satu nilai akhir tunggal yang

besarnya menentukan panduan untuk prioritas investigasi selanjutnya. Setiap

kombinasi nilai C dan D akan diberi pengurutan yang disebut nilai akhir

(Grand Score), dari 1-7 berdasarkan resiko cedera yang telah diestimasi

dalam hubungannya dengan pembebanan musculoskeletal (tabel 2.5). Berikut

adalah daftarnya :

• Tingkat Kegiatan 1 – nilainya adalah 1 atau 2 yang menunjukkan

postur tubuh sudah baik jika tidak bertahan atau berulang-ulang untuk

periode yang lama.

• Tingkat Kegiatan 2 – nilai akhir 3 dan 4 mengindikasikan perlunya

investigasi lebih jauh dan perubahan mungkin diperlukan.

• Tingkat Kegiatan 3 – nilai 5 dan 6 mengindikasikan investigasi dan

perubahan dibutuhkan segera.

• Tingkat Kegiatan 4 – nilai 7 mengindikasikan investigasi dan

perubahan dibutuhkan secepatnya.

Page 31: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

45

Tabel 2.5 Nilai Akhir RULA

Nilai D (Leher, Punggung, dan Kaki)

1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7 Nila

i C (T

ubuh

Bag

ian

Ata

s)

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Tingkat kegiatan yang lebih tinggi tidak mengarahkan untuk mengurangi

segala resiko terhadap operator. Hal ini harus ditekankan karena tubuh

manusia adalah sistem yang rumit dan adaptif, metode sederhana tidak dapat

menyelesaikan masalah postural dan efek pembebanan terhadap tubuh. Yang

dihasilkan oleh RULA adalah sebuah panduan, dan dikembangkan untuk

memberikan batasan terhadap situasi-situasi yang ekstrim.

Page 32: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

46

2.7 Sistem Informasi

Menurut Turban et al. (2003, p15) sistem informasi mengumpulkan,

memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan

tujuan spesifik. Sama seperti sistem lain, sistem informasi meliputi input

(data dan instruksi) dan output (laporan dan perhitungan). Sistem informasi

memproses input dan menghasilkan output yang dikirimkan kepada user atau

sistem lain.

James A. O’Brien (2003, p7) juga menyatakan sistem informasi

merupakan kombinasi dari orang, hardware, jaringan komunikasi, dan

sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi

dalam organisasi.

2.8 Objek dan Kelas

Objek adalah sebuah entitas dengan identitas, status, dan perilaku

(Mathiassen et al., 2000, p4). Objek menggambarkan pandangan realitas dari

user. Beberapa orang adalah pelanggan, dan mereka dilayani sebagai entitas

tunggal dengan identitas, status, dan perilaku yang spesifik. Sedangkan kelas

(classes) adalah deskripsi dari sekumpulan objek yang memiliki struktur, pola

perilaku, dan atribut yang sama.

2.9 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

2.9.1 Aktivitas Utama

Aktivitas utama pada OOAD dibagi menjadi 4 aktivitas utama, yaitu

analisis Problem Domain, analisis Application Domain, Architectural Design,

dan Component Design (Mathiassen et al., 2000, p15).

Page 33: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

47

Gambar 2,15 Aktivitas Utama OOAD

a. Analisis Problem Domain

Problem domain adalah bagian dari konteks yang diatur, diawasi

atau dikendalikan oleh sistem. Tujuan dari analisis problem domain

adalah mengembangkan sebuah model. Dalam analisis problem

domain ini, terdapat 3 aktivitas, yaitu :

Gambar 2.16 Aktivitas Analisis Problem Domain

• Memilih objek, classes, dan events yang menjadi bagian dari

model problem-domain.

• Mengembangkan model dengan fokus pada hubungan struktur

antara classes dan objek yang dipilih.

• Menentukan properti dinamis dan atribut pada setiap class.

Page 34: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

48

Tabel 2.6 Aktiivtas Analisis Problem Domain

Aktivitas Isi Konsep

Classes Objek dan event apa yang merupakan bagian dari problem domain? Class, objek, dan event

Structure Bagaimana classes dan objek berhubungan?

Generalisasi, agregasi, asosiasi, dan cluster

Behaviour Properti dinamis apa yang dimiliki objek?

Event trace, behavioral pattern, dan atribut

b. Analisis Application Domain

Application domain merupakan organisasi yang mengatur,

mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Tujuan

dilakukannya analisis application domain adalah untuk menentukan

kebutuhan penggunaan sistem. Aktivitas dalam analisis application

domain dijelaskan pada tabel 2.7.

Tabel 2.7 Aktiivtas Analisis Application Domain

Aktivitas Isi Konsep

Usage Bagaimana interaksi sistem dengan orang dan sistem dalam konteks? Use case dan Actor

Functions Apa saja kemampuan pemrosesan informasi dari sistem? Function

Interfaces Apa saja kebutuhan interface dari sistem yang dikembangkan?

Interface, user interface, dan sistem interface

Gambar 2.17 Aktivitas Analisis Application Domain

Page 35: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

49

c. Architectural Design

Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam

aktivitas pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen

dan proses sistem. Tujuannya adalah untuk menstrukturisasi sebuah

sistem yang terkomputerisasi. Aktivitas pada architectural design

dijelaskan pada tabel 2.8

Tabel 2.8 Aktiivtas Architectural Design

Aktivitas Isi Konsep

Criteria Bagaimana kondisi dan kriteria untuk perancangan? Criterion

Components Bagaimana sistem terstruktur ke dalam komponen?

Component arhitecture dan component

Process Bagaimana proses-proses sistem didistribusikan dan dikoordinasikan?

Process architecture dan process

Gambar 2.18 Aktivitas Architectural Design

Page 36: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

50

Tabel 2.9 menunjukkan criterion yang telah ditentukan oleh para

peneliti untuk menentukan kualitas dari sebuah software.

Tabel 2.9 Criterion untuk Menentukan Kualitas Software

Criterion Ukuran

Usable Kemampuan sistem beradaptasi dengan context organisasional dan teknikal.

Secure Pencegahan akses ilegal terhadap data dan fasilitas.

Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas technical platform.

Correct Kesesuaian dengan kebutuhan. Reliable Fungsi yang dijalankan secara tepat.

Maintainable Biaya untuk mencari dan memperbaiki kerusakan sistem.

Testable Biaya untuk menjamin bahwa sistem melakukan fungsinya.

Flexible Biaya memodifikasi sistem.

Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk memahami sistem.

Reusable Penggunaan bagian dari sistem ke dalam sistem lain yang berkaitan.

Portable Biaya memindahkan sistem ke technical platform lain.

Interoperable Biaya pemasangan sistem dengan sistem lain.

Mathiassen et al. (2000, pp179-182) menyebutkan bahwa kriteria

usable, flexible, dan comprehensible tergolong sebagai kriteria umum

yang harus dimiliki oleh sebuah sistem dan menentukan baik tidaknya

suatu rancangan sistem.

Component architecture adalah struktur sistem dari komponen-

komponen yang berkaitan. Dalam aktivitas ini, perlu ditentukan pola

arsitektural yang paling sesuai dengan model sistem. Pola-pola

arsitektural tersebut antara lain:

• Layered Architecture Pattern

• Generic Architecture Pattern

Page 37: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

51

• Client-Server Architecture Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah component diagram yang

merupakan class diagram yang dilengkapi dengan spesifikasi

komponen yang kompleks.

Process architecture adalah sebuah struktur eksekusi sistem yang

terdiri dari proses-proses yang saling tergantung satu sama lain.

Dalam aktivitas ini juga perlu menentukan pola distribusi yang sesuai

dengan model sistem. Pola-pola distribusi yang ada antara lain:

• Centralized Pattern

• Distributed Pattern

• Decentralized Pattern

Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah deployment diagram yang

menunjukkan processor dengan komponen program dan active

objects.

d. Component Design

Component design bertujuan untuk menentukan implementasi

kebutuhan di dalam kerangka kerja arsitektural. Aktivitas pada

component design dijelaskan pada tabel 2.10.

Tabel 2.10 Aktiivtas Architectural Design

Aktivitas Isi Konsep Model

Component Bagaimana model direpresentasikan sebagai class dalam sistem?

Model component dan atribut

Function Component

Bagaimana fungsi-fungsi diimplementasikan?

Function Component dan operasi

Connecting Component

Bagaimana komponen-komponen berhubungan?

Component dan connection

Page 38: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

52

Gambar 2.19 Aktivitas Component Design

2.9.2 Prinsip-prinsip Analisis dan Perancangan

OOAD dikembangkan dengan 4 prinsip analisis dan perancangan yang

umum :

• Model the context – sistem yang bermanfaat harus memenuhi konteks

mereka. Adalah hal yang penting untuk membuat model dari

application domain dan problem domain saat melakukan analisis dan

perancangan.

• Emphasize the arhitecture – arsitektur yang mudah dipahami

memfasilitasi kolaborasi antara disainer dan programer. Arsitektur

yang fleksibel memungkinkan modifikasi dan peningkatan dari

sistem.

• Reuse pattern – pengembangan berdasarkan die dan komponen yang

telah diuji meningkatkan kualitas sistem dan pengembangan

produktivitas proses.

• Tailor the method to suit specific projects – setiap usaha

pengembangan memiliki tantangannya masing-masing. OOAD harus

dirancang untuk kebutuhan spesifik dari situasi analisis dan disain

yang ada.

Page 39: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

53

2.10 Kelebihan dan Kekurangan dalam OOAD

Mathiassen et al. (2000, pp5-6) menyebutkan bahwa terdapat keuntungan

menggunakan OOAD diantaranya adalah:

1. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.

2. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan

mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.

3. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan

berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan

pemrograman berorientasi objek.

Sebaliknya, kekurangan dalam menggunakan OOAD menurut Raymond

McLeod, Jr (2001, p615) adalah:

1. Diperlukan waktu lama untuk memperoleh pengalaman

pengembangan.

2. Kesulitan metodologi untuk menjelaskan sistem bisnis yang rumit.

3. Kurangnya pilihan peralatan pengembangan yang khusus disesuaikan

untuk sistem bisnis.

2.11 Unified Modeling Language (UML)

Turban et al. (2003, p114) menyatakan UML adalah bahasa untuk

membuat spesifikasi, visualisasi, membangun, dan mendokumentasikan

artifak (seperti kelas-kelas, objek, dan lain-lain) pada sistem software

berorientasi objek. UML memudahkan penggunaan kembali dari artifak

tersebut karena menyediakan sekumpulan notasi umum yang dapat digunakan

kembali untuk segala jenis proyek software.

Page 40: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

54

2.12 Diagram UML

2.12.1 Class Diagram

Class diagram menunjukkan sekumpulan classes dengan hubungan

strukturalnya (Mathiassen et al., p336) . Menurut Whitten et al. (2004, pp455-

459) terdapat 3 jenis hubungan antar-class yang umum digunakan , yaitu:

• Asosiasi

Asosiasi merupakan hubungan statis antar dua objek atau class.

Hubungan ini menggambarkan apa yang perlu diketahui oleh sebuah

class mengenai class lainnya. Hubungan ini memungkinkan sebuah

objek atau class mereferensikan objek atau class lain dan saling

mengirimkan pesan.

Gambar 2.20 Hubungan Asosiasi Class Diagram

• Generalisasi / Spesialisasi

Dalam hubungan generalisasi, terdapat dua jenis class, yaitu class

supertype dan class subtype. Class supertype atau class induk

memiliki atribut dan behavior yang umum dari hirarki tersebut. Class

subtype atau class anak memiliki atribut dan behavior yang unik dan

juga memiliki atribut dan behavior milik class induknya. Class induk

merupakan generalisasi dari class anaknya, sedangkan class anak

merupakan spesialisai dari class induknya.

Page 41: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

55

Gambar 2.21 Hubungan Generalisasi Class Diagram

• Agregasi

Agregasi merupakan hubungan yang unik dimana sebuah objek

merupakan bagian dari objek lain. Hubungan agregasi tidak simetris

dimana jika objek B merupakan bagian dari objek A, namun objek A

bukan merupakan bagian dari objek B. Pada hubungan ini, objek yang

menjadi bagian dari objek tertentu tidak akan memiliki atribut atau

behavior dari objek tersebut.

Gambar 2.22 Hubungan Agregasi Class Diagram

Page 42: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

56

2.12.2 Statechart Diagram

Mathiassen et al. (2000, p341) menyatakan bahwa statechart diagram

menunjukkan perilaku umum dari seluruh objek pada class yang spesifik dan

berisi state dan transition diantara mereka. Berikut adalah gambar notasi

dasar dari statechart diagram.

Initial State

Final State

State State

Event (attributes)[condition]Transisi dengan event dan condition

Gambar 2.23 Notasi Dasar Statechart Diagram

Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat statechart diagram

menurut Whitten et al., (2004, p700):

1. Mengidentifikasi initial dan final state.

2. Mengidentifikasi status objek selama masa hidup objek tersebut.

3. Mengidentifikasi event pemicu perubahan status objek.

4. Mengidentifikasi jalur perubahan status.

2.12.3 Use Case Diagram

Use case diagram menunjukkan hubungan antara actors dan use cases

(Mathiassen et al., 2000, p343). Actor dan use case merupakan 2 elemen

utama dari deskripsi. Mereka dapat dihubungkan satu dengan yang lain,

dengan demikian mengindikasikan partisipasi dari aktor pada use case yang

ada. Berikut adalah gambar dari notasi use case diagram.

Page 43: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

57

Use Case Group

Actor

Participation

Use Case Use Case

Group of Use Case

Gambar 2.24 Notasi Dasar Use Case Diagram

2.12.4 Sequence Diagram

Sequence diagram menjelaskan interaksi diantara beberapa objek

sepanjang waktu (Mathiassen et al., 2000, p340). Sequence diagram dapat

menggambarkan secara detail mengenai situasi yang kompleks dan dinamis

yang melibatkan beberapa dari objek yang ada pada classes pada class

diagram. Berikut adalah gambar dari notasi pada sequence diagram :

Object:Class

Lifeline for an object

Object:Class

Recursive call and return

event

Procedure call ()

Message in the form event

Procedure call

Return

Destruction of an object

Gambar 2.25 Notasi Dasar Sequence Diagram

Page 44: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

58

2.12.5 Navigation Diagram

Navigation diagram merupakan bentuk khusus dari statechart diagram

yang fokus pada seluruh user interface yang dinamis. Diagram ini

menunjukkan windows dan transisi diantara mereka.

Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini

memiliki nama dan berisi gambar miniatur window. Transisi antar state

dipicu oleh ditekannya sebuah tombol yang menghubungkan dua window.

Gambar 2.26 Notasi Navigation Diagram

2.12.6 Component Diagram

Component Diagram merupakan diagram implementasi yang digunakan

untuk menggambarkan arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini

dapat menunjukkan bagaimana coding pemrograman terbagi menjadi

komponen-komponen dan juga menunjukkan ketergantungan antar

komponen tersebut (Whitten et al., 2004, p442).

Page 45: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

59

Sebuah komponen digambarkan dalam UML sebagai sebuah kotak

dengan dua kotak kecil di sebelah kirinya. Ketergantungan antar dua

komponen menunjukkan bagaimana kedua komponen tersebut saling

berkomunikasi.

Gambar 2.27 Contoh Component Diagram

2.12.7 Deployment Diagram

Deployment diagram menunjukkan konfigurasi sistem dalam bentuk

processor dan objek yang terhubung dengan processor tersebut. Processor

merupakan unit yang dapat melakukan proses. Sebuah external device adalah

stereotype khusus dari sebuah prosesor. Komponen program adalah

komponen koheren yang menyediakan beberapa fasilitas kepada komponen

lain dan dikarakterisasikan oleh sebuah interface yang terdiri dari classes dan

operasi yang diimplementasikan. Processor dapat berisi komponen program.

Processor dan komponen program adalah objek dari mereka sendiri dan

dapat berisi objek lain.

Page 46: Bab 2 - Landasan Teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-1-00460-TISI-Bab 2.pdf · penghubung, memungkinkan jangkauan besardari gerakan tulang belakang., walaupun

60

<<Stereotype>>Processor

Program Component

Program ComponentClass

Operation

<<stereotype>>Dependency

Program Component

Processor

Gambar 2.28 Notasi Deployment Diagram