Upload
ngoanh
View
214
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Kerja dalam Kaitannya dengan Upaya Peningkatan Produktivitas
Produktivitas secara sederhana dapat didefinisikan sebagai perbandingan
antara output per input-nya. Dengan diketahui nilai produktivitas, maka akan
diketahui pula seberapa efisien pula sumber-sumber input telah berhasil dihemat.
Analisa dan penelitian kerja, istilah ini diterjemahkan dari kata Work Study,
Work Design atau Job Design adalah suatu aktivitas yang ditujukan untuk
mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik mendapatkan rancangan sistem dan
tata kerja yang paling efektif dan efisien. Prinsip maupun teknik-teknik tersebut
diaplikasikan guna mengatur komponen-komponen kerja yang terlibat dalam sebuah
sistem kerja seperti manusia (dengan memperhatikan kelebihan maupun
keterbatasannya), bahan baku, mesin, fasilitas kerja lainnya, serta lingkunagn kerja
fisik yang ada sedemikian rupa sehingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja
yang tinggi yang diukur dari waktu yang dikonsumsikan, tenaga (energi) yang
diapaki serta dampak sosio-psikologis yang ditimbulkannya.
Pendekatan ke arah pemikiran pencapaian efisiensi kerja pada hakikatnya
merupakan refleksi kelanjutan dari konsep manajemen ilmiah (scientific
management) yang telah dikembangkan oleh Frederick W. Taylor. Di sini Taylor
mengembangkan satu filosofi manajemen yang berlandaskan pada analisa dan
9
pengukuran kerja sesuai dengan metode-metode penelitian ilmiah. Dalam kaitannya
dengan konsep ini Taylor menyatakan bahwa untuk memecahkan masalah yang ada
dalam suatu kegiatan kerja tidaklah bisa diselesaikan hanya berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan secara intuitif saja, melainkan harus dilaksanakan secara
sistematis, runtut, dan berdasarkan algoritma yang mengikuti prosedur yang umum
dijumpai dalam sebuah penelitian ilmiah, sebagai berikut (Wignjosoebroto, 2006) :
• Dapatkan fakta yang berkaitan dengan situasi dan kondisi kerja yang ada. Gali
semua informasi yang berkaitan dan melatar-belakangi permasalahan yang
harus diselesaikan.
• Identifikasi dam formulasikan masalah-masalah secara jelas yang harus
dipecahkan, batas (ruang lingkup) dan keterkaitannya dengan faktor-faktor
yang mungkin memberikan hubungan sebab akibat. Formulasikan pula
manfaat yang bisa diperoleh seandainya masalah tadi bisa dipecahkan.
• Pertimbangan prinsip-prinsip maupun landasan teoritis yang bersangkut-paut
dengan permasalahan yang dihadapi.
• Formulasikan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang bisa
dimungkinkan untuk diketengahkan. Selanjutnya lakukan analisa
pengambilan keputusan untuk memilih satu alternatif yang sekiranya paling
tepat. Proses pengambilan keputusan haruslah diselenggarakan melalui tata
cara yang sesuai, baik melalui eksperimen, pengujian, pengukuran dan
sebagainya.
10
• Implementasikan alternatif yang dipilih dalam ruang lingkup yang kecil
terlebih dahulu, evaluasi sekali lagi dan bilamana berhasil maka bisa segera
diterapkan dalam skala yang lebih luas lagi.
Perancangan dan pengaturan komponen-komponen dalam sebuah sistem kerja
dapat dilaksanakan dengan mempertanyakan hal-hal sebagai berikut:
• Komponen manusia : bagaimanakah sebaiknya posisi kerja dari seseorang
agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang efektif dan efisien?
Apakah pelaksanaan suatu kegiatan sebaiknya dilakukan dengan posisi
jongkok, duduk, berbaring, atau telentang?
• Komponen material : Bagaimanakah cara penempatan material? Apakah
material sudah ditempatkan dalam lokasi yang mudah untuk dicari dan
dijangkau? Demikian pula apakah material yang dipergunakan sudah
dianalisia dalam hal kemudahan untuk diolah/diproses?
• Komponen mesin : Bagaimanakah dengan macam/jenis mesin yang
digunakan? Apakah sudah dipilihkan mesin dengan tingkatan teknologi yang
paling tepat (produktif)? Demikian pula apakah rancangan mesin sudah
disesuaikan dengan kelebihan maupun keterbatasan manusia yang akan
mengoperasikan?
• Komponen lingkungan fisik kerja : Bagaimanakah kondisi lingkungan kerja
tempat kegiatan kerja diselenggarakan? Bagaimanakah dengan sistem
11
pencahayaan, temperatur, kebisingan dan sebagainya? Apakah tempat kerja
dianggap cukup aman dan nyaman?
2.2 Manfaat Pengukuran Produktivitas
Suatu organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat produktivitas
mana perusahaan tersebut beroperasi, agar dapat membandingkannya dengan
produktivitas standar yang telah ditetapkan manajemen, mengukur tingkat perbaikan
produktivitas dari waktu ke waktu, dan membandingkan dengan produktivitas
industri sejenis yang menghasilkan produk serupa. Hal ini menjadi penting agar
perusahaan itu dapat meningkatkan daya saing dari produk yang dihasilkannya di
pasar global yang sangat kompetitif.
Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi
perusahaan, antara lain (Vincent Gaspersz, 2000) :
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat
meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber
daya itu.
2. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien
melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek
meupun jangka panjang.
3. Tujuan ekonomis dan nonekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan
kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut
produktivitas.
12
4. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat
dimodifikasikan kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat
produktivitas sekarang.
5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan
berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada
diantara tingkat produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi)
dan tingkat produktivitas yang diukur (produktivitas aktual). Dalam hal ini
pengukuran produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi
masalah-masalah atau perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga tindakan
korektif dapat diambil.
6. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang
bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas di antara organisasi
perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi
produktivitas industri pada skala nasional maupun global.
7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi
informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari
perusahaan itu.
8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif
berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus-menerus (continuous
productivity improvement).
13
9. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang
bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan
perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.
10. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam
mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus-menerus
yang dilakukan dalam perusahaan itu.
11. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang
untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan
meningkatkan kepuasaan kerja. Orang-orang akan lebih memberikan
perhatian kepada pengukuran produktivitas apabila dampak dari perbaikan
produktivitas itu terlihat jelas dan dirasakan langsung oleh mereka.
2.3 Pengukuran Produktivitas pada Beberapa Fungsi atau Departemen dalam
Industri
Indikator-indikator pengukuran produktivitas dalam sistem industri masih
berada dalam tahap pengembangan, sehingga setiap jenis industri biasanya
menentukan indikator-indikator yang sesuai dengan proses kerja dan tujuan
manajemen dalam perbaikan produktivitas dari industri itu.
Beberapa indikator pengukuran produktivitas yang berhasil diidentifikasi oleh
penulis melalui berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan produktivitas, dapat
dipertimbangkan oleh manajemen industri untuk memasukkannya ke dalam sistem
pengukuran produktivitas dari industri itu. Setiap manajemen industri harus
14
menetapkan secara formal sistem pengukuran produktivitas, sebelum melangkah
lebih jauh ke tahap evaluasi, perencanaan, dan peningkatan produktivitas dari sistem
industri. Untuk menjamin efektivitas program peningkatan produktivitas perusahaan,
maka pemilihan indikator-indikator pengukuran produktivitas harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi dari sistem industri yang ada. Hal ini sekaligus ingin
menegaskan bahwa pemilihan indikator pengukuran produktivitas harus mengacu
pada kebutuhan langsung dari perusahaan berkaitan dengan tujuan perbaikan
produktivitas dari perusahaan itu. Berikut adalah contoh pengukuran produktivitas
pada beberapa fungsi atau departemen dalam industry (Vincent Gaspersz, 2000).
1. Kuantitas Produksi / Kuantitas Penggunaan Tenaga Kerja
2. Kuantitas Produksi / Kuantitas Penggunaan Material
3. Kuantitas Produksi / Kuantitas Penggunaan Energi
4. Jam Kerja Aktual / Jam Kerja Standar
5. Jam Kerja Tidak Langsung / Jam Kerja Langsung
6. Jam Kerja Setup Produksi / Jam Kerja Aktual Produksi
7. Kuantitas Unit Yang Diterima / Kuatitas Unit Yang Diinspeksi
8. Jumlah Lot Yang Diterima Pelanggan / Jumlah Lot Yang Diserahkan
9. Kuantitas Produksi Berdasarkan Jadwal (Rencana Produksi) / Kuantitas
Produksi Aktual
10. Cycle Time Proses Aktual / Cycle Time Proses Standar
11. Kekurangan Inventori / Tambahan Inventori
15
12. Banyaknya Personel Yang Ditransfer Atau Keluar / Banyaknya Personel
Bagian Produksi
13. Lini Produksi Yang Telah Menerapkan Just-In-Time (Jit) / Total Lini
Produksi
14. Kuantitas Produk Dalam Proses (Wip) / Kuantitas Produk Aktual
15. Tingkat Pemborosan Aktual / Tingkat Pemborosan Yang Direncanakan
16. Kuantitas Material Yang Diterima / Kuantitas Material Yang Diperiksa
17. Biaya-Biaya Kualitas / Nilai Total Penjualan
18. Ongkos-Ongkos Scrap / Tambahan Material Dan Tenaga Kerja Untuk
Produksi
19. Total Jam Untuk Menunggu / Total Jam Kerja Langsung
20. Nilai Total Penjualan / Nilai Inventori
21. Ongkos Untuk Perbaikan Dalam Masa Jaminan / Nilai Total Penjualan
22. Jam Tenaga Kerja Dalam Laporan Yang Ditolak / Jam Tenaga Kerja Yang
Dilaporkan
23. Dan Lain-Lain, Dapat Dikembangkan Sesuai Dengan Kebutuhan Bagian
Produksi
2.4 Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Rasio Output
per Input
Model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan
rasio output/input.
16
Pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output/input akan
mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu: (1) produktivitas parsial,
(2) produktivitas faktor-total, dan (3) produktivitas total.
Produktivitas parsial sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal
(single-factor productivity) merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis
input. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas
parsial bagi input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input
tenaga kerja. Produktivitas modal diukur berdasarkan rasio output terhadap input
modal. Produktivitas material diukur berdasarkan rasio output terhadap input
material. Produktivitas energi diukur berdasarkan rasio output terhadap input energi.
Dan lain-lain!
Produktivitas faktor-faktor merupakan rasio dari output bersih terhadap
banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net output)
adalah output total dikurangi dengan barang-barang dan jasa antara (input antara)
yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan definisi di atas, jenis input yang
dipergunakan dalam pengukuran produktivitas faktor-total hanya faktor tenaga kerja
dan modal.
Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap intput total
(semua input yang digunakan dalam proses produksi). Berdasarkan definisi ini
tampak bahwa ukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua
input secara bersama dalam memproduksi output.
17
Pengukuran produktivitas parsial, produktivitas faktor-total, maupun
produktivitas total dapat menggunakan satuan fisik dari output dan input (ukuran
berat, panjang, isi, dan lain-lain), atau satuan moneter dari output dan input (Dollar,
Rupiah, dan lain-lain).
Sebelum membahas lebih jauh tentang penggunaan rasio output/input dalam
mengukur produktivitas, perlu dikemukakan bahwa definisi tentang produktivitas
parsial, produktivitas faktor-total, dan produktivitas total yang dikemukakan dalam
buku ini terutama ditinjau dari segi pendekatan teknik dan manajemen industri.
Dengan demikian definisi berbeda tentang ukuran produktivitas dapat saja diajukan
oleh pihak lain seperti ahli-ahli ekonomi, akuntansi, keuangan, sosial, politik, dan
lain-lain. Sebagai contoh, Petros C. Christofi (1988) yang merupakan seorang ahli
administrasi dan bisnis menggolongkan produktivitas berdasarkan pendekatan rasio
output/input ke dalam dua jenis ukuran produktivitas, yaitu: (1) produktivitas faktor
tunggal dan (2) produktivitas multi-faktor. Produktivitas faktor-tunggal merupakan
produktivitas parsial seperti yang didefinisikan berdasarkan pendekatan teknik dan
manajemen industri di atas, sedangkan produktivitas multi-faktor serupa dengan
produktivitas total yang merupakan rasio antara output total terhadap input total.
Meskipun setiap orang dapat mengajukan definisi yang berbeda tentang
produktivitas, namun definisi itu harus mengaitkan produktivitas secara langsung
dengan aspek-aspek kualitas, efektivitas, dan efisiensi. Dalam hal ini produktivitas
harus didefinisikan sebagai rasio antara efektivitas pencapaian tujuan pada tingkat
kualitas tertentu (ouput) dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya (input).
18
Dengan demikian sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada sistem apa saja,
terlebih dahulu dirumuskan secara jelas output apa yang diharapkan dari sistem itu
dan sumber-sumber daya (input) apa saja yang akan dipergunakan dalam proses
sistem tersebut untuk menghasilkan output itu. Dengan demikian pengukuran
produktivitas harus mampu mencerminkan performansi dari sistem itu berkaitan
dengan transformasi nilai tambah dari input menjadi output.
Contoh Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Rasio Output /
Input:
PT ABC mempunyai data tentang output yang dihasilkan dan input yang
dipergunakan (diukur dalam satuan moneter, juta Rupiah) selama tahun 1997, sebagai
berikut:
Output:
• Ouput Total (Nilai Produksi) = 1500
Input:
• Input Tenaga Kerja (Upah Dan Gaji) = 200
• Input Material (Bahan Baku) = 200
• Input Modal = 300
• Input Energi (Bahan Bakar) = 100
• Input Lain-Lain = 100
Input Total = 900
Pengukuran Produktivitas PT ABC Tahun 1997:
19
1. Produktivitas Parsial:
• Produktivitas Tenaga Kerja = (Output / Tenaga Kerja) =15000/200= 7,50
• Produktivitas Material = (Output / Input Material) =15000/200= 7,50
• Produktivitas Modal = (Output / Input Modal) =15000/300= 5,00
• Produktivitas Energi = (Output / Input Energi) =15000/100=15,0
• Produktivitas Input Lain = (Output / Input Lain) =15000/100= 15,0
Nilai-nilai produktivitas parsial di atas menunjukkan hasil yang diperoleh
apabila kita menggunakan satu unit input pasrsial itu. Sebagai misal, nilai
produktivitas tenaga kerja adalah 7,50 menunjukkan bahwa setiap penggunaan input
tenaga kerja sebesar Rp 1 juta akan menghasilkan output sebesar Rp 7,50 juta,
demikian pula nilai-nilai produktivitas yang lain dapat diinterpretasikan dengan cara
yang sama. (Catatan: unit pengukuran output dan input dalam contoh di atas adalah
dalam jutaan rupiah) (Vincent Gaspersz, 2000).
2.5 Waktu siklus
Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap
elemen maupun waktu siklus, dengan menggunakan alat-alat yang telah disiapkan
(Madyana, 1996).
Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka ada beberapa langkah yang perlu
dilakukan, yaitu (Sutalaksana, 1979) :
a. Penetapan tujuan pengukuran
20
Dalam pengukuran waktu,hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah
untuk apa hasil pengukuran akan digunakan dalam kaitannya dengan proses
produksi.
b. Melakukan pengukuran pendahuluan
Tujuan pengukuran pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali
pengukuran harus dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan kepercayaan
yang diinginkan. Untuk mengetahui berapa kali pengukuran pendahuluan harus
dilakukan, diperlukan beberapa tahap pengukuran pendahuluan.
c. Memilih operator
Operator yang dipilih harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar
pengukuran dapat berjalan baik dan hasilnya dapat diandalkan. Syarat-syarat
tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerjasama. Operator
yang dipilih adalah orang yang pada saat dilakukan pengukuran mau bekerja
secara wajar. Operator harus dapat bekerja secara wajar tanpa canggung
walaupun dirinya sedang diukur dan pengukur berada didekatnya.
d. Pengukuran dan pencatatan waktu kerja
Ada tiga metode yang umum digunakan untuk mengukur elemen-elemen kerja
dengan jam henti, yaitu (Wignjosoebroto, 2006):
1) Continuous Timing
Pada metode ini pembacaan jam henti dilakukan pada setiap akhir elemen
gerakan atau elemen kerja, tanpa mematikan jam henti. Waktu kerja dari
21
masing-masing elemen ditentukan dari selisih pembacaan elemen terdahulu
dengan elemen berikutnya.
2) Repetitive Timing
Pembacaan jam henti dilakukan pada setiap akhir elemen.
3) Accumulative Timing
Jika digunakan metode ini maka harus disediakan dua jam henti yang
terhubung satu sama lain secara mekanis. Jika jam yang satu hidup,maka jam
yang lain mati. Pembacaan dilakukan secara bergantian, begitu elemen yang
diamati selesai.
e. Pengujian keseragaman data
Data dikatakan seragam apabila tidak ada datum yang berada di bawah LCL
ataupun di atas UCL. Data diuji keseragaman dengan peta kontrol dan dianggap
seragam jika tidak mengandung outliers atau data di luar batas kendali (Anonim ,
2006).
Hitung standar deviasi 2
_
1)(
)1(1 xx
n
n
ii −−
= ∑=
σ
Hitung batas atas UCL = _x + 3
Hitung batas bawah LCL = _x – 3
f. Pengujian kecukupan data
Menurut Ralph M. Barnes (1980), formula untuk menentukan jumlah sampel
minimal dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan dan ketelitian. Angka yang paling
22
umum dan sering digunakan adalah tingkat kepercayaan 95% dan tingkat
ketelitian 5%. Angka tersebut berarti dalam jangka panjang jika pendugaan di
atas dilakukan berulang kali dengan cara yang sama maka parameter populasi
akan tercakup dalam interval 95% dari keseluruhan data, atau akan ditolerir
kesalahan duga (error of estimation) sebesar 5%.
222 )(/
'⎥⎥
⎦
⎤
⎢⎢
⎣
⎡ −=
∑∑ ∑
XiXiXiNsk
N
Dimana :
Xi = waktu pengamatan dari setiap elemen kerja untuk masing-masing siklus
yang diukur.
k = angka deviasi standar untuk yang besarnya tergantung pada tingkat keyakinan
yang diambil, dimana:
- 90% tingkat keyakinan : k = 1,65
- 95% tingkat keyakinan : k = 2,00
- 99% tingkat keyakinan : k = 3,00
s = derajat ketelitian dari data Xi yang dikehendaki, yang menunjukan maksimum
prosentase penyimpangan yang bisa diterima dari nilai Xi yang sebenarnya.
N = jumlah siklus pengamatan atau pengukuran awal yang telah dilakukan untuk
elemen kegiatan tertentu yang dipilih.
23
N’ = jumlah siklus pengamatan atau pengukuran yang seharusnya dilaksanakan
agar dapat diperoleh prosentase kesalahan (error) minimum dalam
mengestimasikan Xi yaitu sebesar s.
2.6 Bunyi Ribut (Noise)
Bunyi ribut/bising perlu dipertimbangkan karena dapat mengganggu
kenyamanan kerja, merusak pendengaran pekerja dan menimbulkan komunikasi yang
salah. Dalam hal ini bunyi ribut/bising sering diartikan sebagai sesuatu yang tidak
diinginkan. Suara-suara atau bunyi ini sering diakibatkan oleh suatu mesin. Suara
yang terus-menerus atau berulang-ulang dapat merusak pendengaran. Oleh karena itu
perlu adanya sistem pengaturan atau pengurangan suara-suara tersebut. Tujuan
pengaturan suara atau bunyi ribut ini adalah untuk menjaga kelancaran pekerjaan
pegawai dan melindungi pendengaran pegawai.
Suara/bunyi merupakan suatu getaran dari pendengaran sebagai akibat dari
rangsangan syaraf pendengaran dan pusat pendengaran di otak. Getaran-getaran ini
dipindah-pindahkan melalui alat perantara seperti udara atau air, perubahan dalam
tekanan udara, dan lain-lain (Madyana, 1996).
2.6.1 Pengukuran Suara atau Bunyi Ribut
Batas maksimum kemampuan telinga untuk mendengarkan suara bising
adalah berkisar antara 7 sampai 20.000 cycles/second getar suara. Satuan ukuran yang
digunakan untuk mengukur suara atau bunyi adalah bel atau decibel. Satu decibel
sama dengan 1/10 bel. Sebenarnya decibel adalah suatu istilah yang relatif digunakan
24
untuk menyatakan logaritma dari perbandingan antara dua kekuatan suara atau bunyi,
yaitu intensitas atau tekanannya.
Kerusakan atau kehilangan pendengaran dapat diakibatkan oleh suatu
kecelakaan ataupun kebisingan atau keributan secara terus-menerus. Belum ada suatu
nilai/tetapan untuk batas kebisingan yang dapat merusak pendengaran kita.
2.6.2 Pengaturan Suara
Bagi pimpinan perusahaan/pabrik, tujuan dari pengendalian atau pengaturan
suara atau bunyi, disamping untuk menghemat uang yang dikeluarkan untuk
pengaturan ini, adalah untuk menjaga agar pendengaran buruh atau pegawai tetap
baik. Tingkat kebisingan atau keributan yang tinggi dapat menyebabkan komunikasi
menjadi terhambat, jelek, dan tidak efektif.
Banyak orang yang berpendapat bahwa produktivitas dari para karyawan atau
pegawai akan meningkat ketika mereka bekerja dalam keadaan yang tidak terlalu
bising. Namun hal tersebut perlu peninjauan secara ilmiah lebih lanjut. Selain untuk
memperbaiki hubungan dengan masyarakat sekitarnya, pengaturan suara bising/ribut
dari pabrik sangat perlu diperhatikan.
Dengan adanya pengaturan suara ini, maka suara-suara akan relatif lebih pelan
karena setiap pabrik menyusun suatu kombinasi yang terpisah dari faktor-faktor yang
dibutuhkan untuk melakukan hal-hal tersebut. Suara atau bunyi ribut dalam suatu
pabrik dapat dikurangi dengan suatu tindakan atau kombinasi dari beberapa tindakan
berikut, yaitu:
25
1. Mengurangi intensitas dari bunyi atau suara itu pada sumbernya dengan
mengadakan perubahan atau modifikasi mesin-mesin secara mekanis.
2. Mencegah penyebaran atau meluasnya suara ribut tersebut dengan
mengisolasi atau mengurungnya atau menutup rapat keributan-keributan
tersebut.
3. Menghindari adanya alunan suara yang memantul dengan jalan menyerap
(absorb) suara itu dengan bahan-bahan penyerap suara seperti rock-wool atau
fiber-glass.
Untuk hal ini kita mengunginkan agar suara-suara ribut yang ada dapat
dihilangkan atau dieliminasi. Akan tetapi dalam banyak hal tindakan ini tidak
mungkin atau tidak dapat dilakukan. Dalam beberapa hal, banyak pabrik mengisolasi
suara ini dengan membangun dinding di sekitar mesin yang menimbulkan suara
tersebut untuk mengurungnya.
2.7 Diagram Sebab-Akibat
Diagram Sebab-Akibat dikenal dengan istilah lain Diagram Tulang Ikan
(Fish-bone Diagram) dan diperkenalkan pertama kalinya oleh Prof. Kouru Ishikawa
pada tahun 1943. Diagram ini berguna intuk menganalisa dan menemukan faktor-
faktor yang berpengaruh secara signifikan di dalam menentukan karakterisktik
kualitas output kerja. Disamping juga untuk mencari penyebab-penyebab yang
sesungguhnya dari suatu masalah. Dalam hal ini metofe brainstorming (Metode
sumbang saran) akan cukup efektif digunakan untuk mencari faktor-faktor penyebab
26
terjadinya penyimpangan kerja secara detail. Ada 4 prinsip sumbang saran yang biasa
diperhatikan, yaitu (Wignjosoebroto, 2006) :
1. Jangan melarang seseorang untuk berbicara
2. Jangan mengkritik pendapat orang lain
3. Semakin banyak pendapat, maka hasil akhri semakin baik
4. Ambillah manfaat dari idea tau pendapat orang lain
Untuk mencari faktor-fakotr penyebab terjadinya penyimpangan kualitas hasil
kerja, maka orang akan selalu mendapatkan bahwa ada 5 faktor penyebab utama yang
signifikan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Manusia (Man)
2. Metode Kerja (Work Method)
3. Mesin atau peralatan kerja lainnya (Machine atau Equipment)
4. Bahan baku (Raw Material)
5. Lingkungan kerja (Work Environment)
Digram sebab-akibat ini sangat bermanfaat untuk mencari faktor-faktor
penyebab sedatail-detailnya dan mencari hubungannya dengan penyimpangan
kualitas kerja yang ditimbulkannya. Untuk ini langkah dasar yang harus dilakukan
didalam membuat diagram sebab-akibat dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tetapkan karakteristik kualitas yang akan dianalisis. Karakteristik kuslitas
adalah kondisi yang ingin diperbaiki dan dikendalikan. Usahakan adanya
27
tolak ukur yang jelas dari permasalahan tersebut sehingga perbandingan
sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilakukan.
2. Tulis faktor-faktor penyebab utama yang diperkirakan meru[pakan sumber
terjadinya penyimpangan atau yang mempunyai akibat pada permasalahan
yang ada. Faktor-faktor penyebab ini biasanya akan berkisar pada faktor 4 M
1 E.
3. Cari lebih lanjut faktor-faktor yang lebih terperinci yang secara nyata
berpengaruh atau mempunyai akibat pada faktor-faktor penyebab utama
tersebut.
4. CHECK! Apakah semua items yang berkaitan dengan karakteristik kualitas
output sudfah kita cantumkan dalam diagram?
5. Carilah faktor-faktor penyebab yang paling dominan! Dari diagram yang
sudah lengkap, dibuat pada langkah 3, dicari faktor-faktor penyebab yang
dominan.
2.8 Pengembangan Konsep (Proses Awal Hingga Akhir)
Enam fase dalam proses pengembangan secara umum adalah (Karl T. Ulrich,
2001) :
a) Perencanaan : Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai ‘zerofase’ karena
kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran
pengembangan produk actual.
b) Pengembangan Konsep : Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target
diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan
28
satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
Konsep adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan
biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk
pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek. Buku ini mempresentasikan
beberapa metode secara detail untuk fase pengembangan konsep. Kami
mengembangkan fase-fase ini menjadi kegiatan-kegiatan dasarnya pada bagian-
bagian berikutnya.
c) Perancangan Tingkatan Sistem : Fase perancangan tingkatan system mencakup
definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta
komponen-komponen. Gambaran rakitan akhir untuk system produksi biasanya
didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mencakup tata letak
bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta
diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.
d) Perancangan Detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari
bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk
dan identifkasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana
proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat
dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk
produk misalnya,gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan
peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta
rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk.
29
e) Pengujian dan perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi
dan evaluasi dari bermacam-macam versi produk awal. Prototype awal biasanya
dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk dan jenis
material pada produksi sesungguhnya. Prototype awal diuji untuk menentukan
apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk
memenuhi kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototype berikutnya biasanya
dibuat dengan menggunakan komponen-komponen yang dibutuhkan pada
produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti
pada perakitan sesungguhnya. Prototype berikutnya dievaluasi secara internal dan
juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran dari
Prototype berikutnya biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai
kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-
perubahan scara teknik untuk produk akhir.
f) Produksi awal : pada fase produksi awal, produk dibuat dengan
menggunakan system produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini
adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang
mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang
dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan
pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-
kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi
sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa
peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.