Upload
nguyenbao
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Pengertian Elektronisches Service Auskunftssystem (ELSA) /
Electronic Service Information System
ELSA adalah sistem informasi yang digunakan oleh user pada
bagian perbaikan mobil pada PT. Garuda Mataram Motor untuk
membantu user dalam melakukan perbaikan mobil, pengujian gas emisi,
penggantian spare part, penginstalasian kabel-kabel listrik pada mobil.
Dengan menggunakan ELSA, masalah yang dialami oleh mobil AUDI
dan VW dapat ditangani dengan baik oleh user, sehingga mengurangi
kesalahan yang sering dilakukan oleh user dan memudahkan user dalam
memperbaiki mobil.
2.1.2 Pengertian Electronic Service
Menurut (http://www.autoepc4you.com/catalog/view/?id=302)
electronic information system of service enterprise - dealer information
base on preliminary treatment and car repairs Audi and Volkswagen
contains the detailed and full description of technology of repair,
service, preliminary treatment, networking, the catalogue of spare parts
for guarantee replacement, e.t.c.
Sistem informasi dari jasa perusahaan – informasi dealer
berdasarkan perawatan awal dan perbaikan mobil Audi dan Volkswagen
12
13
yang berisi informasi detail dan lengkap dari teknologi perbaikan,
pelayanan, perawatan awal, jaringan, garansi penggantian untuk catalog
suku cadang.
Berdasarkan (http://en.wikipedia.org/wiki/E-Services) E-
Services is a highly general/generic term usually referring to the
provision of services via the Internet (the prefix 'e' standing for
"electronic", as it does in many other uses). It is true Web jargon,
meaning just about anything done online.
E-services adalah definisi dari sebuah kondisi yang biasanya
mengacu kepada penyediaan jasa lewat internet ( awalan ‘e’ berarti
elektronik, seperti di pengunaannya pada kata-kata lainnya ). Ini
merupakan slogan website pada umumnya,yang berarti melakukan
aktivitas apapun melalui internet.
2.1.2 Information System
Menurut Turban, Rainer dan Potter (2003, p.15), “Information
system is a collects, process, stores, analyzes, disseminates information
for a specific purpose. Like any other system, an information system
includes inputs (data, instructions) and outputs (reports,z9o
calculations)”.
Sistem informasi adalah kumpulan, proses, penyimpanan, analisa,
menggabungkan informasi untuk tujuan spesifik.
Berdasarkan pendapat O’Brien (2005, p.8) sistem adalah
sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja sama, untuk
14
mencapai tujuan bersama dengan menerima input, serta menghasilkan
output dalam proses transformasi yang teratur.
Menurut Laudon dan Laudon (2002, p7) informasi adalah data
yang telah diolah dalam suatu bentuk yang berarti dan berguna bagi
manusia. Sedangkan data itu sendiri terdiri dari fakta-fakta dan angka-
angka yang relative tidak berarti bagi pemakai.
Menurut Mukhtar (1999, p4) menyimpulkan bahwa agar suatu
informasi dapat berguna harus memiliki beberapa ciri sebagai berikut:
1. Reliable (dapat dipercaya)
Informasi harus bebas dari kesalahan dan harus akurat dalam
mempresentasikan suatu kejadian atau kegiatan dari suatu organisasi.
Setiap sistem informasi harus bebas dari kesalahan dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, misalnya pada saat
mengaplikasikan sistem informasi tidak terjadi error.
2. Relevan (cocok atau sesuai)
Informasi yang relevan harus memberikan arti atau berguna kepada
pengguna. Informasi ini dapat mengurangi ketidakpastian dan bisa
meningkatkan nilai dari suatu kepastian. Setiap informasi yang
dihasilkan oleh sistem informasi harus dapat meningkatkan nilai dari
suatu kepastian yang dicari oleh user.
3. Timely (tepat waktu)
Informasi yang disajikan tepat pada saat dibutuhkan (tepat waktu) dan
bisa mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
15
4. Complete (lengkap)
Informasi yang disajikan lengkap termasuk di dalamnya data-data
yang relevan.
5. Understandable (dapat dimengerti)
Informasi yang disajikan hendaknya dalam bentuk yang mudah
dimengerti oleh user.
Berdasarkan (www.wikipedia.org/wiki/informasi) informasi
adalah hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari
sekelompok data yang mempunyai nilai pengetahuan (knowledge) bagi
penggunanya.
Berdasarkan analisis teori-teori tersebut di atas, didapatkan
indikator – indikator sebagai berikut: (1) Jaringan karena user dapat
terhubung secara online atau melalui LAN (Local Area Network) antar
sesama user dengan menggunakan sistem informasi ELSA. Untuk
memudahkan user saat melakukan proses updating dan pengiriman
klaim/masalah yang tidak ditemukan solusi dari perbaikan; (2) Lengkap
karena user dapat dengan mudah mengetahui komponen-komponen
mobil (engine, brake, transmisi, dsb) dan memperoleh informasi untuk
perawatan atau perbaikan mobil AUDI dan VW group; (3) Teknologi
perbaikan karena sistem informasi ELSA sebagai teknologi informasi
yang digunakan dibengkel untuk membantu user dalam mencari
komponen-komponen (spare part, engine, brake, dsb) dan sebagai acuan
yang dibutuhkan oleh user untuk memperbaiki mobil. Sehingga menjadi
16
lebih cepat, mudah, efektif dan efisien; (4) Penyediaan jasa karena user
menggunakan sistem informasi ELSA untuk untuk setiap jenis perbaikan
dan perawatan mobil AUDI dan VW group, seperti melakukan tune-up,
penggantian sparepart yang rusak, penggantian oli mesin dan sebagainya;
(5) Input (masukan) karena user memasukkan id dan password untuk
masuk ke dalam system informasi ELSA, selanjutnya memasukkan merk
mobil, jenis mobil, tahun mobil, type mobil dan kode chasis untuk
mendapatkan informasi tentang perbaikan; (6) Proses karena user dapat
melakukan updating dan dapat menambah solusi teknis kedalam
Technical sollution kedalam ELSA, yang nantinya dipergunakan oleh
semua user dalam melakukan perbaikan; (7) Output karena user membuat
laporan Final inspection check list yang berisi tentang kondisi mesin
mobil seperti battery, air radiator, minyak rem, power steering, ban,
lampu – lampu dan indikator dan sebagainya dan user melakukan print
out data-data perbaikan mobil AUDI dan VW group Yang dipergunakan
sebagai tahap akhir dalam menyelesaikan perbaikan; (8) Berarti karena
user dapat menganalisa setiap jenis kerusakan mobil AUDI seperti emisi gas
buang yang berlebih, rembesan oli mesin, air radiator bocor, dan sebagainya
dengan menggunakan ELSA sehingga customer menjadi lebih puas karena
pelayanan yang baik; (9) Berguna karena dengan menggunakan ELSA
user dapat dengan cepat mengetahui komponen-komponen (engine,
brake, transmisi, dsb) yang mengalami kerusakan dan membutuhkan
perbaikan. seperti pemborosan bensin karena kadar CO2 pada
17
pembuangan gas yang berlebih. Sehingga pengerjaan perbaikan mobil
dapat lebih cepat diselesaikan karena kerusakan pada mobil sudah
diketahui terlebih dahulu; (10) Bebas dari kesalahan karena user dapat
dengan mudah mengetahui komponen-komponen mobil AUDI seperti v-
belt, engine, brake, transmisi dan sebagainya yang harus segera
dilakukan perbaikan dan memerlukan perbaikan dengan menggunakan
ELSA; (11) Akurat karena dengan menggunakan ELSA user dapat
menetapkan dengan pasti jenis kerusakan mobil AUDI yang perlu
diperbaiki seperti terjadi kebocoran atau rembesan pada oli mesin,
kondisi fuel injection yang sudah harus disetting ulang, keadaan battery
energy atau aki yang sudah harus di charge atau diisi, kadar gas buang
emisi yang tinggi. Sehingga user sudah dapat mengetahui pekerjaan yang
harus user lakukan; (12) Tepat waktu karena user dapat menyelesaikan
sebelum waktu yang dibutuhkan dalam melakukan perbaikan (tune up,
penggantian sparepart dan oli, pengecekan emisi gas buang) sesuai
dengan standar waktu yang terdapat di dalam ELSA seperti pergantian oli
yang membutuhkan waktu 2 jam atau 200 time unit (dalam hitungan
waktu di ELSA), mulai dari memasukkan engine flush kedalam mesin,
pembersihan,dan penggantian sparepart. Sehingga pengerjaan perbaikan
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
2.1.4 Sintesis Variabel Electronik Service Information System
Berdasarkan analisis teori-teori tersebut diatas, yang dimaksud
dengan electronic service information system adalah tipe pengerjaan yang
18
menggunakan teknologi dalam memperoleh suatu informasi sehingga
dapat berguna untuk perusahaan agar tujuan perusahaan tercapai dan
menyediakan kebutuhan bagi konsumen. Dengan indikator yaitu (1)
lengkap (2) teknologi perbaikan (3) jaringan (4) penyediaan jasa (5) input
(6) proses (7) output (8) berarti (9) berguna (10) bebas (11) akurat dan
(12) Tepat waktu.
2.1.5 Konstruk Variabel Electronic Service Information System
Berdasarkan sintesis dari teori-teori tersebut diatas, yang
dimaksud dengan electronic service information system dalam penelitian
ini adalah suatu ukuran dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan
oleh PT. Garuda Matarm Motor yang membantu seorang mekanik dalam
memperbaiki mobil sehingga memudahkan dalam mengerjakan
pekerjaannya meliputi informasi spare parts dalam mencari bagaimana
cara untuk membuka mesin, membuka bagian Eksterior, Interior dan
bagaiman cara menginstalasi kabel- kabel pada mobil AUDI dan
sebagainya sehingga user dapat mencapai tujuan dan target yang
diinginkan perusahaan dengan indikator yaitu (1) lengkap (2) teknologi
perbaikan (3) jaringan (4)penyediaan jasa (5) input (6) proses (7) output
(8) berarti (9) berguna (10) bebas (11) akurat dan (12) tepat waktu.
2.1.6 Pengertian Kinerja
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002, p570) kinerja
adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, kemampuan
19
kerja.
Menurut (Endang Lestari G.Sh.MM & Drs MA . Maliki M.Ed
Komunikasi yang Efektif 2003 ,P iii) Kompetensi yang disyaratkan bagi
jabatanya yang menyangkut aspek pengetahuan, ketrampilan, maupun
sikap dan prilaku.
Kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006,p67), Kinerja
( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja (http://id.wikipedia.org/wiki/Kinerja) adalah sebuah kata
dalam bahasa Indonesia dari kata dasar "kerja" yang menterjemahkan
kata dari bahasa asing prestasi. Bisa pula berarti hasil kerja.
Definisi kinerja menurut Gomes (2003, p142), penilaian prestasi
kerja dapat dilakukan berdasarkan deskripsi perilaku yang spesifik yaitu:
1. Quantity of work, jumlah pekerjaan yang dilakukan dalam suatu
periode waktu yang ditentukan.
2. Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat
kesesuaian dan kesiapannya.
3. Job knowledge, luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan
ketrampilan.
4. Creativeness, keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dan
tindakan-tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
timbul.
20
5. Cooperation, kesediaan untuk bekerjasama dengan orang lain.
6. Dependability, kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran
dan penyelesaian pekerjaan.
7. Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam
memperbesar tanggungjawabnya.
8. Personal qualities, menyangkut kepribadian, kepemimpinan,
keramah-tamahan dan integritas pribadi.
2.1.7 User
Menurut Raymond Mcleod (2001,p21), End User sinonim dengan
pemakai ; ia menggunakan produk akhir suatu sistem yang berbasis
komputer.
Berdasarkan (http://www.webopedia.com/TERM/S/user.html)
User An in http://www.webopedia.com/TERM/S/user.html User dividual
who uses a computer. User adalah seseorang yang menggunakan
komputer.
Berdasarkan analisis teori-teori tersebut di atas, didapatkan
indikator – indikator sebagai berikut: (1) Ketrampilan karena kemampuan
yang dimiliki oleh user dalam mengoperasionalkan ELSA sesuai dengan
prosedur yang terdapat di ELSA. User juga harus memiliki pengalaman
yang cukup dalam melakukan perbaikan dan menganalisa jenis kerusakan
mobil dengan cepat, sehingga saat dalam perbaikan tidak memerlukan
waktu yang lama dan kerusakan pada mobil dapat diselesaikan dengan
21
baik; (2) Sikap karena seorang user dituntut untuk bersikap baik, sopan,
dan ramah dalam memberikan pelayanan terhadap customer seperti user
harus membantu semua kesulitan yang dialami oleh customer dan user
harus menerima kritikan dan saran yang diberikan oleh customer guna
untuk memperbaiki pelayanan; (3) Kualitas karena user harus mencapai
standar yang diterapkan oleh perusahaan seperti proses penggantian oli
mesin yang membutuhkan waktu 2 jam atau 200 time unit (dalam
hitungan waktu pada ELSA) mulai dari mencampurkan engine flush ke
dalam oli lama, pembuangan, pembersihan, sampai pengisian oli baru
dan user harus dapat mencapai target pendapatan yang ditetapkan oleh
perusahaan sebesar Rp. 8.000.000, perbulan; (4) Kuantitas karena dengan
menggunakan sistem informasi ELSA user harus dapat menyelesaikan
perbaikan dan pemeliharaan (tune up, ganti oli, penggantian spare
part,dsb) minimal 3 mobil dalam sehari. Jika dibandingkan tanpa
menggunakan ELSA, user hanya dapat menyelesaikan pekerjaan kurang
dari 3 mobil dalam sehari; (5) Pengetahuan karena seorang user harus
memiliki pengalaman dan wawasan yang luas tentang mesin mobil.
Dengan membaca buku, majalah dan mengakses internet yang berisi
tentang dunia otomotif. Sehingga kemampuan dan keterampilan user
dapat lebih meningkat; (6) Bekerjasama karena bagaimana user dapat
berdiskusi secara horizontal antara user dengan user maupun vertikal
antara user dengan atasannya. sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
dengan baik; (7) Tanggung jawab karena user harus berjanji tidak akan
22
membocorkan informasi ELSA kepada pihak External tanpa izin. dan
user harus menjaga kerahasiaan id dan password.
2.1.8 Sintesis Variabel Kinerja User
Berdasarkan analisis teori-teori tersebut diatas, yang dimaksud
dengan Kinerja user adalah kemampuan kerja yang dimiliki oleh user
dalam menggunakan sistem informasi yang tersedia pada perusahaan
tersebut, agar tujuan perusahaan bisa tercapai secara maksimal. Dengan
indikator yaitu (1) keterampilan (2) sikap (3) kualitas (4) kuantitas (5)
pengetahuan (6) bekerja sama dan (7) tanggung jawab.
2.1.9 Konstruk Variabel Kinerja User
Berdasarkan sintesis dari teori-teori tersebut diatas, yang
dimaksud dengan Kinerja user adalah kemampuan kerja yang dimiliki
oleh user dalam menggunakan sistem informasi pada PT. Garuda
Mataram Motor bertujuan untuk memenuhi kebutuhan serta hasil yang
diinginkan. Dengan indikator yaitu yaitu (1) keterampilan (2) sikap (3)
kualitas (4) kuantitas (5) pengetahuan (6) bekerja sama dan (7) tanggung
jawab.
2.1.10 Tabel Kisi-kisi Variabel
Tabel 2.1 Kisi – Kisi Variabel
Variabel Dimensi Indikator
(1) ELSA (1).Jaringan
23
1. Complete (2).Lengkap
(3).Teknologi perbaikan
(4).Penyediaan jasa
(5).Input
(6).Proses
(7).Output
(8).Berarti
(9).Berguna
2. Reliable (10).Bebas dari kesalahan
3. Reliable (11).Akurat
4. Timely (12).Tepat waktu
(1).Keterampilan
(2).Sikap
(3).Kualitas
(4).Kuantitas
1. Job knowledge (5).Pengetahuan
2.Cooperation (6).Bekerjasama
(2) Kinerja User
3. Initiative (7).Tanggung Jawab
2.1.11 Kerangka Berpikir
Berdasarkan sintesis dari teori-teori tersebut diatas, yang
dimaksud dengan electronic service information system adalah suatu
ukuran dari berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh PT. Garuda
24
Matarm Motor yang membantu seorang mekanik dalam memperbaiki
mobil sehingga memudahkan dalam mengerjakan pekerjaannya meliputi
informasi spare parts dalam mencari bagaimana cara untuk membuka
mesin, membuka bagian Eksterior, Interior dan bagaiman cara
menginstalasi kabel- kabel pada mobil AUDI dan sebagainya sehingga
user dapat mencapai tujuan dan target yang diinginkan perusahaan
dengan indikator yaitu (1) lengkap (2) teknologi perbaikan (3) perawatan
awal (4) jaringan (5) penyediaan jasa (6) input (7) proses (8) output (9)
berarti (10) berguna (11) bebas (12) akurat dan (13) tepat waktu
Berdasarkan sintesis dari teori-teori tersebut diatas, yang
dimaksud dengan Kinerja user adalah kemampuan kerja yang dimiliki
oleh user dalam menggunakan sistem informasi pada PT. Garuda
Mataram Motor bertujuan untuk memenuhi kebutuhan serta hasil yang
diinginkan. Dengan indikator yaitu yaitu (1) keterampilan (2) sikap (3)
kualitas (4) kuantitas (5) pengetahuan (6) bekerja sama dan (7) tanggung
jawab.
Semakin baik Electronic Service Information System digunakan
akan semakin meningkatkan kinerja user, maka diduga terdapat
hubungan antara Electronic Service Information System dengan kinerja
user.
2.1.12 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan kerangka berpikir, maka dapat dirumuskan sebagai
berikut “Terdapat hubungan antara Electronic Service Information
25
System (ELSA) dengan Kinerja user pada PT.Garuda Mataram Motor ”.
Perumusan statistiknya yaitu:
H0 : ρ1 = 0
Ha : ρ1 > 0
Sumber : Sudjana, Metode Statistika, (Tarsito,: Bandung 2005) p.379.
Keterangan :
ρ : Nilai Korelasi dalam Formulasi yang Dihipotesiskan
H0 : Hipotesis Nol
Ha : Hipotesis Alternatif
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Metodologi Penelitian
Menurut Sugiyono (2004, p1), metode penelitian merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-
cara yang masuk akal, sehingga terjangkau dengan penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera
manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara
yang digunakan. Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data
empris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid
menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi
pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Sistematis
26
berarti proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Menurut Sugiyono (2004, p14), Data penelitian dibagi menjadi 2
bagian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah
data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang
diangkakan. Data kuantitatif terdiri dari dua data, yaitu data
diskrit/nominal dan data kontinum. Data nominal adalah data yang hanya
dapat digolongkan secara terpisah. Data kontinum terdiri dari data
ordinal,interval, dan ratio.
2.2.2 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2004, p31) variabel penelitian adalah suatu
hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tenteng hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang
atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu objek dengan objek yang lain.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengemukakan variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variable independent : variabel ini disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam skripsi ini
27
variabel independent / bebasnya adalah Electronic Service
Information System (ELSA).
b. Variabel dependent : sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel dependent / terikat dalam
skripsi ini adalah Kinerja User.
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (1998, p99) variabel adalah
objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas
atau independent variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel
tak bebas, variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variable
(Y).
2.2.3 Populasi
Menurut Sugiyono (2004, p72) Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menurut Arikunto (2006, p130) Populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Apabila sesorang ingin meneliti semua elemen yang
ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi
sensus.
28
2.2.4 Sampel
Menurut Arikunto (2006, p132), Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita
bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Yang
dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan
penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.
Menurut Sugiyono (2004, p74), Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
2.5.5 Teknik Sampling
Menurut Uma Sekaran (2000, h53) sampling acak adalah
sampling dimana setiap elemen populasi memiliki kesempatan yang sama
untuk dipilih sebagai subjek.
Berdasarkan pendapat Supranto (2000, h55), sampling acak
(random sampling) ialah sampling dimana elemen-elemen sampelnya
ditentukan atau dipilih berdasarkan nilai probabilitas dan pemilihannya
secara acak.
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel
(Sugiyono, 2004, h73).
Menurut Sugiyono (2004, h74), teknik sampling dikelompokan
menjadi 2 yaitu:
1. Probability Sampling: teknik sampling yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel.
29
Teknik ini meliputi:
a. Simple Random Sampling.
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel
anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
strata yang ada dalam populasi tersebut.
b. Proportionate Startified Random Sampling.
Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota atau
unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
c. Disproportionate Stratified Random Sampling.
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proporsional.
d. Cluster Sampling (area sampling).
Teknik sampling daerah digunakan untuk menetukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal
penduduk dari suatu negara, propinsi, kabupaten.
2. Nonprobability Sampling: teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Teknik ini meliputi:
a. Sampling Sistematis
Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
30
b. Sampling Kuota
Teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan.
c. Sampling Aksidental
Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa
saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purpopsive
Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
e. Sampling Jenuh
Teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel.
f. Snowball Sampling
Teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian membesar. Rumus untuk menghitung ukuran
sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah
sebagai berikut:
λ².N.P.Q
s =
d² (N-1) + λ².P.Q
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV. Alfabeta : Jakarta 2004), hal 81
31
Keterangan:
λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10%
P = Q = 0,5
D = 0,05 dengan s = jumlah sampel
Tabel 2.2
Tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan
1%, 5%, dan 10%
S S S N
1% 5% 10%N
1% 5% 10%N
1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138 2800 537 310 247
15 15 14 14 290 202 158 140 3000 543 312 248
20 19 19 19 300 207 161 143 3500 558 317 251
25 24 23 23 320 216 167 147 4000 569 320 254
30 29 28 27 340 225 172 151 4500 578 323 255
35 33 32 31 360 234 177 155 5000 586 326 257
40 38 36 35 380 242 182 158 6000 598 329 259
45 42 40 39 400 250 186 162 7000 606 332 261
50 47 44 42 420 257 191 165 8000 613 334 263
55 51 48 46 440 265 195 168 9000 618 335 263
60 55 51 49 460 272 198 171 10000 622 336 263
65 59 55 53 480 279 202 173 15000 635 340 266
70 63 58 56 500 285 205 176 20000 642 342 267
75 67 62 59 550 301 213 182 30000 649 344 268
80 71 65 62 600 315 221 187 40000 653 345 269
85 75 68 65 650 329 227 191 50000 655 346 269
32
90 79 72 68 700 341 233 195 75000 658 346 270
95 83 75 71 750 352 238 199 100000 659 347 270
100 87 78 73 800 363 243 202 150000 661 347 270
Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (CV.Alfabeta: Jakarta 2004), hal. 81
2.2.6 Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif.
1. Skala Likert
Menurut Sugiyono (2004, p86) Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian. Dengan Skala Likert, maka variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap
item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai negatif yang dapat berupa kata – kata antara lain :
33
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Ragu – Ragu (RR)
4. Tidak Setuju (TS)
5. Sangat Tidak Setuju (STS)
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat
diberi skor, misalnya :
1 Setuju/Selalu/Sangat positif diberi skor 5
2 Setuju/sering/positif diberi skor 4
3 Ragu – ragu/kadang - kadang / netral diberi skor 3
4 Tidak setuju/Hampir tidak pernah / negatif diberi skor 2
5 Sangat Tidak Setuju/Tidak Pernah/Sangat Negatif diberi skor 1
2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang
egas yaitu “ya – tidak”; “benar – salah”; “pernah – tidak pernah”;
“positif – negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa
data interval atau dikhotomi ( dua alternatif ). Penelitian
menggunakan skala Guttman bila ingin mendapatkan jawaban
yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala
Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilohan ganda, juga
34
dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor
tertinggi satu dan terendah nol.
3. Semantic Deferential
Skala pengukuran yang berbentuk semantic deferential
dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk
mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawabannya sangat positif terletak di bagian kanan garis, dan
jawaban sangat negatif terletak di bagian kiri garis, atau
sebaliknya.
4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan,
data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang
kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating scale data
mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam
pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden
tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang
disediakan tetapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang
telah disediakan Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel,
tidak terbatas untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur
persepsi responden terhadap fenomena lainnya.
Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale
adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada
35
alternatif jawaban pada setiap instrumen.
Menurut Sugiyono (2004, p86) Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian.
Dengan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan. Dalam penelitian ini, kami
menggunakan Skala Likert dengan penilaian sebagai berikut :
Untuk pertanyaan positif :
a. Sangat setuju diberi skor 5
b. Setuju diberi skor 4 c. Ragu-ragu diberi skor 3
d. Tidak setuju diberi skor 2
e. Sangat tidak setuju diberi skor 1
Untuk pertanyaan negatif :
a. Sangat setuju diberi skor 1
b. Setuju diberi skor 2
c. Ragu-ragu diberi skor 3
d. Tidak setuju diberi skor 4
e. Sangat tidak setuju diberi skor 5
36
2.2.7 Teknik Pengumpulan Data
Dalam buku Sugiyono (2004, p129) dikatakan bahwa
pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data bila dilihat dari
segi teknik atau cara pengumpulannya dapat dilakukan dengan cara
kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan keduanya.
Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pernyatan atau pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan atau apa yang bisa diharapkan dari responden.
Beberapa prinsip penting dalam penulisan angket sebagai teknik
pengumpulan data yaitu :
1. Prinsip Penulisan Angket
Prinsip ini menyangkut beberapa faktor yaitu : isi dan tujuan
pertanyaan, bahasa ynag digunakan mudah, pertanyaan tertutup
terbuka negative positif, pertanyaan tidak mendua, tidak
menanyakan hal-hal yang sudah lupa, pertanyaan tidak
mengarahkan, panjang pertanyaan, dan urutan pertanyaan.
2. Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan
instrumen penelitian, yang digunkan untuk mengukur variabel
yang akan diteliti. Instrumen angket tersebut harus dapat
37
digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data yang
penelitian yang valid dan reliabel, maka perlu diuji validitas dan
reliabilitasnya terlebih dahulu. Instrumen yang tidak valid dan
reliabel bila digunakan untuk mengumpulkan data, akan
menghasilkan data yang tidak valid dan reliabel pula.
3. Penampilan Fisik
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpulan data akan
mempengaruhi respon atau keseluruhan responden dalam mengisi
angket. Angket yang dibuat di kertas buram, akan mendapat
respon yang kurang menarik bagi responden, bila dibandingkan
angket yang tercetak di kertas bagus dan berwarna.
Menurut Uma Sekaran (2000, p46), kuesioner merupakan
sekumpulan pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan, dimana
responden menjawab dengan banyak alternatif.
Menurut Suharsimi Arikunto (1998, p229) sebelum kuesioner
disusun harus melalui beberapa prosedur, antara lain :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2. Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran
kuesioner.
3. Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang lebih
spesifik dan tunggal.
38
4. Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus untuk
menentukan teknik analisisnya.
2.2.8 Statistik
Menurut J. Supranto (2000, p11) dalam arti sempit,statistik berarti
data ringkasan berbentuk angka (kuantitatif), sedangkan dalam arti luas
statistik berarti suatu ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,
pengolahan, penyajian, dan analisis data serta cara pengambilan
keputusan secara umum berdasarkan hasil penelitian yang tidak
menyeluruh.
Menurut Sugiyono (2004, p142), teknik analisis data dalam
penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam
statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu :
1. Statistik deskriptif dan statistik inferensial
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
dan generalisasi. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti
hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin
membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel
diambil.
39
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk
populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sample diambil
dari populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel itu
dilakukan dengan secara random.
2. Statistik parametris dan statistic non-parametris.
Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi
melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data
sample. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data interval dan rasio. Penelitian ini menggunakan
statistik parametris, karena sampel diambil dari populasi. Statistik
parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui
statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.
Dalam statistik, pengujian parameter melalui statistik (data
sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh karena itu
penelitian yang berhipotesis statistik adalah penelitian yang
menggunakan sampel. Statistik parametris kebanyakan digunakan
untuk menganalisis data interval dan rasio.dan statistik parametris
memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah
data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya
dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data homogen,
dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas.
40
Stastistik non-parametris tidak menguji parameter populasi, tetapi
menguji distribusi. Statistic non-parametris tidak menuntut
terpenuhi banyak asumsi. Oleh karena itu. Statistic non-
parametris sering disebut “distribusi free” (bebas distribusi).
Statistic non-parametris kebanyakan digunakan untuk
menganalisis data nominal dan ordinal.
Menurut Sudjana (2002, p2), statistik dipakai untuk menyatakan
kumpulan data. Bilangan maupun non-bilangan yang disusun dalam tabel
dan atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu
persoalan. Statistika merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
cara-cara pengumpulan data, pengolahan atau penganalisisannya dan
penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan data dan penganalisisan
yang dilakukan.
2.2.9 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2004, p156), hipotesis diartikan sebagai
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Secara statistis
hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi
(parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sample penelitian (statistik). Jadi maksudnya adalah
taksiran keadaan populasi melalui data sampel. Oleh karena itu dalam
statistik yang diuji adalah hipotetsis nol. Jadi hipotesis nol adalah
pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik
41
(data sample).
Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif, yang
menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistik. Hipotesis nol
diberi notasi Ho dan hipotesis alternatif diberi notasi Ha.
Konsep dasar pengujian hipotesis terdiri dari :
1. Taraf kesalahan
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter
populasi berdasarkan data sampel.
Terdapat dua cara menaksir yaitu, a point estimate dan interval
estimate. A point estimate (titik taksiran) adalah suatu taksiran
parameter populasi berdasrkan satu nilai dari rata-rata data sampel.
Sedangkan interval estimate (taksiran interval) adalah suatu parameter
populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel. Makin besar
interval taksirannya maka akan semakin kecil kesalahannya.
2. Dua kesalahan dalam menguji hipotesis
Dalam menaksir parameter populasi berdasrkan data sample,
kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu :
a. Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis
nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat
kesalahan dinyatakan dengan α (baca alpha).
b. Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis
yangsalah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalah untuk dinyatakan
dengan β (baca betha)
42
Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan
menolak atau menerima hipotesis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat
kesalahan.
2. Keputusan menerima hipotesis no yang salah, berarti terjadi
kesalahan tipe II (β).
3. Membuat keputusan menolak hipotetsis nol yang benar, berarti terjadi
kesalahan tipe I (α).
4. Membuat menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat
kesalahan.
Menurut Sudjana (2002, p219), hipotesis merupakan asumsi atau
dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang
sering dituntut untuk melakukan pengecekannya.
Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar oleh karena itu perlu
diadakan penelitian sebelum hipotesis itu diterima atau ditolak. Langkah
atau prosedur untuk menentukan apakan menerima atau menolak
hipotesis disebut pengujian hipotesis.
2.2.10 Uji Validitas
Dalam buku Sugiyono (2004, p109), validitas berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Menurut Uma sekaran (2000, p44), validitas memastikan
kemampuan dari instrumen untuk mengukur konsep yang dimaksud. Bila
43
instrumen mampu mengukur konsep yang sedang diteliti maka dapat
dikatakan bahwa data yang dihasilkan adalah valid atau sah.
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto (1998, p 160) validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau
keabsahan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Ada dua macam validitas sesuai dengan cara
pengujiannya, yaitu validitas eksternal dan validitas internal.
1. Validitas eksternal
Instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen
tersebut sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel
penelitian yang dimaksud.
Validitas instrument diuji dengan menggunakan koefisien korelasi
antara skor butir soal dengan skor total (r hitung) Hasil pengujian
validitas kemudian akan dibandingkan dengan r tabel. Dari
pengambilan uji validitas ini adalah:
a. Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau
variabel tersebut valid.
b. Jika hasil r tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau
variabel tersebut tidak valid.
Untuk mengukur validitas butir, maka digunakan rumus korelasi
yang dikemukakan oleh Pearson dan dikenal dengan rumus korelasi
Product Moment, yaitu :
44
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YiYinXiXin
YiXiXiYinrΣ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
Sumber : Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, 1998, p162
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
∑Xi = Jumlah variabel X yang ke-i
∑Yi = Jumlah variabel Y yang ke-i
Setiap nilai korelasi mengandung tiga makna, yaitu
1. Ada tidaknya korelasi. Ditunjukkan oleh besarnya angka
yang terdapat dibelakang koma.
2. Arah korelasi. menunjukkan kesejajaran antara nilai
variabel X dengan nilai variabel Y. Arah dari korelasi ini
ditunjukkan oleh tanda hitung yang ada di depan indeks.
Jika tandanya plus (+), maka arah korelasinya positif,
sedang kalau minus (-) maka arah korelasinya negatif.
3. Besarnya korelasi. Besarnya angka yang menunjukan kuat
dan tidaknya, atau mantap tidaknya kesejajaran antara dua
variabel yang diukur korelasinya.
Dikatakan setelah penggunaan rumus, setelah diperoleh
nilai r, lalu dikonsultasikan ke Tabel r – Product – Moment ( lihat
Tabel 2.3 )
45
Tabel 2.3
NILAI – NILAI r PRODUCT MOMENT
Taraf Signif Taraf Signif Taraf Signif N
5% 1% N
5% 1% N
5% 1%
3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345
4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330
5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317
6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306
7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296
8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286
9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278
10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270
11 0,602 0,735 35 0,344 0,430 95 0,202 0,263
12 0,576 0,708 36 0,329 0,424 100 0,195 0,256
13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230
14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210
15 0,514 0,614 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194
16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181
17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148
18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128
19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115
20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105
21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097
22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091
23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086
46
24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 1000
Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), hal 317
0,081
2. Validitas Internal
Dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen
dengan instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain sebuah
instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian
instrumen mendukung ”missi” instrumen secara keseluruhan, yaitu
mengungkap data dari variabel yang dimaksud.
2.2.11 Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2004, p110), reliabilitas adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama,
maka akan menghasilkan data yang sama.
Menurut Uma Sekaran (2004, p44), reliabilitas merupakan suatu
instrumen yang digunakan untuk pengukuran suatu konsep ditunjukkan
oleh seberapa jauh instrumen tersebut bebas dari kesalahan.
Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal
maupun internal. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji
dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen
dengan teknik tertentu. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan
dengan:
a. Test-retest
Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali pada
47
responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya
sama, dan waktunya yang berbeda
b. Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan dengan bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas dengan cara ini
cukup dilakukan sekali, tetapi instrumennya dua, pada responden
yang sama, waktu sama, instrumen berbeda.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua
instrumen yang ekuivalen itu beberapa kali, pada responden yang
sama. Jadi cara ini merupakan gabungan pertama dan kedua.
d. Internal consistency
Dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian
data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.
Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki
koefesien keandalan reabilitas sebesar 0,6 atau lebih untuk
menentukan kriteria indeks reabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4
Tabel Indeks Reabilitas
Interval Kriteria
<0,200 Sangat Rendah
48
0,200 – 0,399 Rendah
0,400 -0,599 Cukup
0,600 -0,799 Tinggi
0,800 -1,00 Sangat Tinggi
Sumber :Yarnes, Panduan Aplikasi Statistik (DIOMA, Malang, 2004), p68
Mencari rumus dengan Alpha :
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ Σ−⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
−= 2
2
11 11 t
bk
krσσ
Sumber : Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian, 2002,p193
Keterangan :
r11 = Reabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑ σ b2 = Jumlah varians butir
σ t = Varians total
Sebelum mencari reliabilitas dengan rumus Alpha
Cronbach, maka terlebih dahulu dicari varians nya dengan sebagai berikut :
Sumber : Sudjana, Metode Statistika (Tarsito, Bandung 2002), hal 94
Keterangan :
n = Jumlah peserta uji coba ( Sampel )
( )( )1nn
XiXinS
222
−
−= ∑ ∑
49
S² = Varians butir
xi = Skor Butir
2.2.12 Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian normalitas dan homogenitas merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi agar regresi linear dapat digunakan untuk menguji
hipotesis. Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan
distribusi galat taksiran (Ү-Ŷ).
Menurut Sudjana (2005,h466), pengujian normalitas yang
digunakan dikenal dengan nama Uji Liliefors. Sedangkan pengujian
homogenitas yang dilakukan menggunakan Uji Bartlett. Pengujian
dilakukan untuk menguji kesamaan varians dari pasangan variabel Y-X.
2.2.13 Analisis Regresi Linier Sederhana
Dalam buku Sugiyono (2004,p204), regresi sederhana didasarkan
pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen
dengan satu variabel dependen.
Persamaan umum regresi linier sederhana adalah :
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), hal 204
Ý = a + bX
Selain itu harga a dan b dapat dicari dengan rumus :
( )( ) ( )( )( )22
2
XiXin
XiYiXiXiYia
Σ−Σ
ΣΣ−ΣΣ=
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), hal 206
50
( )( )( )22 XiXin
YiXiXiYinb
Σ−Σ
ΣΣ−Σ=
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), hal
206
Keterangan :
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka
penigkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada variabel independen. Nila b (+) maka naik, dan bila (-) maka
terjadi penurunan.
X = Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai
tertentu
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
Xi = Variabel bebas X yang ke-i
Yi = Variabel terikat Y yang ke-i
2.2.14 Analisis Korelasi Sederhana
Menurut Sugiyono (2044, p182), koefisien korelasi dapat dicari
menggunakan metode korelasi Product Moment, yaitu:
( )( )22 YX
XYr
ΣΣ
Σ=
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), hal 182
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004), hal 182
( )( )( ){ } ( ){ }2222 YiYinXiXin
YiXiXiYinr
Σ−ΣΣ−Σ
ΣΣ−Σ=
51
Keterangan :
r = Koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
∑X = Jumlah variabel X
∑Y = Jumlah varibel Y
Menurut Sudjana (2003, p47), Product Moment lebih sering
digunakan karena :
a. Perhitungannya sederhana dan besar-besaran yang diperlukan bisa
langsung diperoleh dari besar-besaran yang ada pada saat
menentukan regresi Y atas X.
b. Kekeliruan yang terjadi pada hasil akhir r sangan kecil karena lebih
sering terlibat dalam bentuk data asli.
c. Tanda untuk r, positif atau negatif bisa langsung diperoleh.
d. Mudah untuk dibuat program perhitungan apabila menggunakan
bantuan komputer.
Dalam buku Sugiyono (2004, p183), untuk dapat memberikan
interpretasi terhadap kuatnya hubungan antara variabel X dan Y, maka
digunkaan pedoman koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 2.5
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
52
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Alfabeta : Bandung 2004)