Upload
lyanh
View
218
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Teori Umum
Teori – teori berikut merupakan teori yang digunakan untuk mendukung konsep –
konsep Information Economics (IE).
2.1.1. Pengertian Sistem
Menurut Mathiassen et al (2000, p3), sistem adalah kumpulan dari komponen –
komponen peralatan model requirement, function, dan interface.
Menurut O’Brien (2003, p8), sistem adalah sekelompok komponen – komponen
yang saling berhubungan yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama
dengan menerima input dan memproses output dalam proses perubahan organisasi.
2.1.2. Pengertian Informasi
Menurut O’Brien (2003, p13), informasi adalah data yang telah diubah
bentuknya menjadi lebih berarti dan berguna bagi pengguna – pengguna khusus.
Menurut Mcleod (2001, p15), informasi adalah data yang telah diproses atau
data yang sudah lebih memiliki arti tertentu bagi kebutuhan penggunanya. Suatu
informasi yang berguna haruslah memiliki beberapa ciri – ciri atau karakteristik berikut
ini:
• Reliable (dapat dipercaya)
Informasi harus bebas dari kesalahan dan harus akurat dalam mempresentasikan
suatu kejadian atau kegiatan dari suatu organisasi.
7
• Relevan (cocok atau sesuai)
Informasi yang relevan harus memberikan arti kepada pembuat keputusan.
Informasi ini dapat mengurangi ketidakpastian dan dapat meningkatkan nilai dari
suatu kepastian.
• Timely (tepat waktu)
Informasi yang disajikan tepat pada saat dibuthkan dan dapat mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
• Complete (lengkap)
Informasi yang disajikan termasuk didalamnya semua data – data yang relevan dan
tidak mengabaikan kepentingan yang diharapkan oleh pembuat keputusan.
• Understandable (dapat dimengerti)
Informasi yang disajikan sebaiknya dalam bentuk yang mudah dimengerti oleh si
pembuat keputusan.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data
yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna, lebih bermanfaat, dan lebih berarti
bagi penggunanya.
2.1.3. Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi menurut O’Brien (2003, p8) adalah kumpulan dari orang,
perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan sumber – sumber data yang
mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam perusahaan.
Menurut Laudon dan Laudon (2002, p7), sistem informasi adalah komponen –
komponen yang saling berhubungan yang bekerja secara bersama – sama untuk
8
mengumpulkan, memproses, menyimpan dan menyebarkan informasi untuk
mendukung pembuatan keputusan, koordinasi, pengendalian, analisis, dan visualisasi
dalam suatu organisasi.
2.1.4. Pengertian Teknologi Informasi
Menurut Ward dan Peppard (2002, p3), teknologi informasi secara khusus
ditujukan untuk teknologi khususnya hardware, software, dan jaringan telekomunikasi.
Teknologi informasi memfasilitasi perolehan, pemrosesan, penyimpanan, pengiriman,
dan pembagian informasi dan isi digital lainnya.
Menurut Williams dan Sawyer (2005, p3), teknolgi informasi adalah ketentuan
umum yang menggambarkan tiap teknologi yang membantu untuk memproduksi,
memanipulasi, menyimpan, mengkomunikasikan, dan / atau menyebarkan informasi.
2.1.5. Pengertian Proses Bisnis
Menurut Laudon dan Laudon (1998, p83), proses bisnis merupakan cara – cara
yang unik dimana sebuah organisasi mengkoordinasi dan mengatur efektifitas kinerja
informasi dan pengetahuan untuk menghasilkan produk dan jasa yang bernilai.
2.1.6. Investasi
Menurut Halim (2003, p5), investasi merupakan pengeluaran sejumlah dana
untuk menggunakan sumber dana yang ada pada perusahaan guna mendukung kegiatan
operasional perusahaan dan dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang.
9
2.1.7. Investasi Teknologi Informasi
Menurut Sutojo (1993, p1), investasi teknologi informasi merupakan usaha
menanamkan faktor – faktor produksi langka dalam proyek tertentu. Tujuan utama dari
investasi adalah memperoleh berbagai macam manfaat yang cukup layak di kemudian
hari. Manfaat tersebut dapat berupa laba, manfaat non keuangan atau kombinasi dari
keduanya.
2.1.8. Internet
Menurut Chaffey et al. (2000) Internet berarti jaringan fisik yang
menghubungkan komputer di seluruh dunia. Internet terdiri dari infrastruktur jaringan
server dan komunikasi yang berhubungan satu sama lain yang digunakan untuk
mengambil dan sebagai transportasi sejumlah informasi pada internet. Internet
memungkinkan mengirimkan pesan dan transaksi diantara komputer yang terhubung di
seluruh dunia.
2.1.9. Website
Website adalah komputer yang yang dihubungkan ke internet yang memelihara
atau menjaga sekumpulan halaman web di World Wide Web (www).
(http://wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn?s=website)
2.1.10. Web Hosting
Web hosting adalah suatu tipe layanan hosting internet untuk individu atau
organisasi dimana menyediakan agar website mereka dapat diakses melalui World
Wide Web (www). Web host merupakan perusahaan yang menyediakan tempat di
10
server yang mereka miliki untuk digunakan oleh klien mereka sama dengan
menyediakan koneksi internet, khususnya dalam suatu data center.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Web_hosting)
2.2. Teori Khusus
Teori – teori berikut merupakan teori yang digunakan untuk mendukung ruang
lingkup pembahasan.
2.2.1. Information Economics
Menurut Parker et al. (1988, p5) Information Economics merupakan sekumpulan
alat perhitungan untuk mengkuantifikasi nilai, manfaat, dan biaya dari investasi proyek
teknologi informasi.
Information economics melihat pada analisa manfaat dan biaya yang
berhubungan dengan nilai yang berdasarkan kinerja bisnis. Information economics juga
melihat infrastruktur teknologi informasi sebagai investasi dalam infrastruktur.
Information economics juga merupakan sebuah proses dalam pengambilan
keputusan disetiap investasi yang akan dilakukan, karena setiap investasi memiliki
karakteristik yang berbeda dan unik pada nilai, biaya- biaya, dan resiko – resiko. Proses
pengambilan keputusan tersebut memisahkan justifikasi bisnis untuk teknologi
informasi dari elemen– elemen teknologi untuk aplikasi yang hendak diinvestasikan.
2.2.2. Nilai (Value)
Menurut Parker et al. (1988, p64), nilai didasarkan pada keuntungan yang
diperoleh dari persaingan yang dicerminkan dalam kinerja masa sekarang dan masa
11
yang akan datang. Dimana akan menambah keuntungan yang melebihi para pesaing
dan nilai tersebut akan membuat pihak manajemen bersedia melakukan invesatasi.
Nilai dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yang terdiri dari Return
On Investment, Strategic Match, Competitive Advantage, Competitive Response,
Management Information Support for CSF, Service and Quality, Agility, Learning and
Empowerment, Cycle Time, dan Strategic IT Architecture.
2.2.3. Biaya (Cost)
Untuk melakukan investasi diperlukan biaya. Biaya merupakan sebuah
pengukuran atas sejumlah sumber daya yang dibutuhkan dalam menghasilkan
sebuah produk. Biaya dinyatakan dalam ukuran mata uang misalnya, rupiah. Dalam
Information Economics terdapat dua jenis biaya, yaitu biaya pengembangan
(development cost) dan biaya berjalan (ongoing expense). Biaya pemeliharaan
(maintenance) termasuk dalam biaya berjalan (Parker et al. 1988, p90).
2.2.4. Manfaat (Benefit)
Benefit atau manfaat memiliki banyak arti yang dapat dihubungkan dalam
berbagai bidang, tapi dalam Information Economics manfaat dipandang secara
ekonomis, baik yang tangible maupun intangible.
Ada tiga macam manfaat menurut Parker et al. (1988, p92) yaitu :
• Tangible benefits, merupakan keuntungan nyata dan dapat dikalkulasikan secara
keuangan (keuntungan ini lebih mengarah pada sisi bisnis).
12
• Quasi – tangible benefits, merupakan keuntungan yang lebih mengacu pada
peningkatan efisiensi proses kerja yang sudah diterapkan dalam perusahaan.
• Intangible benefits, merupakan keuntungan yang lebih mengacu pada efektifitas
proses kerja yang sudah diterapkan dalam perusahaan.
Sedangkan menurut Remenyi (1995, p42), mengelompokkan lebih lanjut kedua
jenis manfaat tersebut dalam IT benefit matriks. Pengelompokan tersebut
mengembangkan dua jenis manfaat menjadi empat jenis manfaat, yaitu:
• Tangible measureable, merupakan manfaat yang membawa dampak langsung
terhadap keuntungan perusahaan dan dampak tersebut dapat diukur secara objektif.
Misalnya pengurangan staff dan peningkatan penjualan.
• Tangible unmeasureable, merupakan manfaat yang membawa dampak langsung
terhadap keuntungan perusahaan tetapi sulit untuk diukur secara langsung.
Misalnya informasi yang lebih baik, perbaikan keamanan, dan resiko yang lebih
rendah.
• Intangible measureable, merupakan manfaat yang dapat diukur tetapi dampaknya
tidak secara langsung dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan. Misalnya
informasi yang lebih cepat dan tanggapan positif dari staff.
• Intangible unmeasureable, merupakan manfaat yang sulit diukur dan dampaknya
tidak secara langsung mempengaruhi keuntungan perusahaan. Misalnya terhadap
perubahan pasar, persepsi dari konsumen dan calon karyawan terhadap produk
perusahaan.
13
Gambar 2.1 IT Benefit Matrix
2.2.4.1. Tangible Benefit
2.2.4.1.1. Cost Benefit Analysis (CBA)
Menurut Remenyi (2001, p296), CBA didefinisikan sebagai ”The process of
comparing the various cost associated with an investment with the benefits and
profits that it returns”. Definisi CBA di atas diterjemahkan sebagai proses yang
membandingkan bermacam – macam biaya yang berhubungan dengan investasi
dengan manfaat dan keuntungan yang dikembalikan.
Menurut Parker et al. (1988, p90), CBA merupakan teknik yang paling
umum yang digunakan dalam melakukan perhitungan finansial dari suatu proyek.
Dalam CBA perhitungan yang dilakukan terhadap biaya pengembangan proyek
(seperti biaya hardware, biaya software, biaya training, dan lain – lain), biaya
berjalan dan penghematan atau pengurangan biaya yang mungkin terjadi.
14
2.2.4.2. Quasi-Tangible Benefit
2.2.4.2.1. Value Linking
Parker et al. (1988, p111) menyatakan bahwa ”Value linking is used to
evaluate financially the combain effects of improving performance of a function and
any consequential results from a separate function”. Definisi tersebut diterjemahkan
sebagai berikut: Value linking digunakan untuk mengevaluasi secara finansial efek dari
perubahan performa sebuah fungsi atau proses atau pengaruh terhadap peningkatan
kinerja perusahaan. Nilai tersebut tidak tergantung oleh waktu.
2.2.4.2.2. Value Acceleration
Menurut Ward dan Peppard (2002, p424), Value Acceleration sebagai ”A
value which consider time dependence of benefit and cost in other departments of
system improvements”. Definisi value acceleration tersebut diterjemahkan sebagai nilai
yang sangat bergantung pada satuan waktu untuk pengukuran biaya dan manfaat pada
departemen – departemen lain karena adannya perubahan dan pengembangan sistem.
2.2.4.3. Intangible Benefit
Menurut Parker et al. (1988, p101), contoh intangible benefits adalah informasi
yang lebih tepat waktu (menyediakan peringatan perubahan yang lebih cepat),
meningkatkan fleksibilitas organisasional (mengijinkan organisasi untuk berubah lebih
cepat), promosi dari pembelajaran dan pemahaman organisasional (meningkatkan
kemampuan organisasional yang diperlukan untuk menyukseskan perubahan),
ketersediaan informasi yang baru, lebih baik dan lebih banyak (memberikan
kesempatan untuk bersaing lebih efektif), kemampuan untuk menginvestigasi lebih
15
banyak alternatif (meningkatkan kemampuan untuk membuat keputusan yang terbaik
dari beberapa alternatif yang ada), pembuatan keputusan yang lebih cepat (menciptakan
keuntungan kompetitif dengan tindakan yang tepat waktu).
2.2.5. Value Chain
Penggunaan value chain dapat membantu perusahaan dalam memahami dengan
jelas perbandingan antara rantai nilai sendiri dengan pesaing sehingga memberikan
pilihan yang menguntungkan dalam persaingan bisnis.
Sedangkan menurut Ward dan Peppard (2002, p244) yang didasarkan pada
referensi Michael Porter mengatakan bahwa konsep dari value chain dimana setiap
perusahaan merupakan kumpulan dari aktivitas yang digunakan untuk mendesain,
produksi, mengirim, dan mendukung produk atau jasa. Semua ativitas ini dapat
direpresentasikan dalam value chain yang hanya dapat dilihat dari segi bisnis. Value
chain dari sebuah perusahaan harus dimengerti sebagai bagian dari sistem yang besar,
yang meliputi supplier, konsumen, dan kompetitor. Value chain merupakan aliran
informasi internal yang berpengaruh pada IT/IS.
Value chain secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu aktivitas utama
dan ativitas pendukung. Aktivitas utama adalah bagian yang dapat memenuhi aturan
dari value chain itu sendiri dan meningkatkan kepuasan pelanggan yang akan
berdampak langsung pada aktivitas yang berhubungan. Tidak hanya setiap aktivitas
harus berjalan dengan baik, tetapi juga harus berhubungan satu sama lain secara efektif
jika menginginkan kemampuan seluruh bisnis dioptimalkan. Aktivitas utama ini terdiri
dari:
16
• Inbound Logistic : penerimaan, penyimpanan, mendapatkan, dan menentukan
input dan sumber daya dengan kualitas dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
bisnis. Hal ini mungkin meliputi perekrutan staff yang baik, pembelian material,
komponen, dan jasa.
• Operation : melakukan perubahan dari input menjadi produk dan jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen.
• Outbound Logistic : mendistribusikan produk ke konsumen baik secara langsung
atau melalui perantara jalur distribusi.
• Sales dan Marketing : menentukan cara bagaimana agar konsumen peduli
terhadap produk dan jasa serta menerimanya, termasuk bagaimana caranya
membujuk mereka untuk membeli dan menggunakan produk dan jasa.
• Services : menambahkan nilai dengan memastikan konsumen mendapatkan
keuntungan atau nilai dari produk yang dibelinya secara penuh.
Sedangkan aktivitas pendukung merupakan bagian yang memungkinkan untuk
mengontrol dan mengembangkan bisnis sepanjang waktu dan menambah nilai secara
tidak langsung. Nilai akan terwujud jika aktivitas utama dijalankan dengan sukses.
Dalam aktivitas pendukung terdiri dari beberapa bagian:
• Infrastructure : seperti bagunan fisik, fasilitas, dan legal.
• Human Resource Management : terdiri dari karyawan atau personel, proses
perekrutan, training, dan payroll.
• Product and Technology Development : melakukan riset dan pengembangan,
serta mendesain produk dan prosesnya.
17
• Procurement : melakukan pembelian dan pendanaan untuk kebutuhan aktivitas
bisnis.
Gambar 2.2 Value Chain
2.2.6. Analisis 5 Daya Porter (5 Forces Model)
Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan sebuah perusahaan.
Salah satu framework yang digunakan untuk menganalisis persaingan adalah Porter’s
competitive forces model. Model ini digunakan untuk mengembangkan strategi
perusahaan guna meningkatkan kekuatan bersaing perusahaan. Menurut Porter ada 5
kekuatan yang dapat membahayakan posisi perusahaan di lingkungan industrinya,
yaitu:
• Ancaman dari pendatang baru : pendatang baru dapat menjadi ancaman karena
hambatan – hambatan untuk masuk ke lingkungan industri masih rendah.
18
• Kekuatan menawar dari pemasok : semakin sedikit pemasok maka pemasok
semakin mempunyai kekuatan untuk memberikan penawaran sehingga pemasok
mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
• Ancaman barang pengganti : barang pengganti tidak hanya sebagai pengganti dari
produk tetapi dapat menjadi alternatif bagi pembeli untuk membelanjakan uang
mereka. Sebagai contoh : seseorang biasanya memilih berlibur dibandingkan
dengan membeli barang mewah, demikian juga sebaliknya.
• Kekuatan menawar dari pembeli : dengan adanya perusahaan yang sejenis dan
barang pengganti maka kekuatan dari pembeli semakin besar dimana pembeli
dapat mempertimbangkan barang yang ingin dibeli.
• Persaingan industri sejenis : persaingan meningkat ketika perusahaan menghadapi
tantangan dari pesaingnya dalam idustri sejenis atau ketika dilihat adanya
peluang untuk meningkatkan posisi pasar. Persaingan dalam hal harga, kualitas,
dan inovasi
2.2.7. Analisis SWOT
Menurut Robbins dan Coulter (2002, p229) analisis SWOT adalah analisis dari
kekuatan – kekuatan dan kelemahan – kelemahan suatu organisasi dan kesempatan –
kesempatan serta ancaman – ancaman dari lingkungannya.
Peranan SWOT pada Information Economics adalah untuk membantu
menentukan strategi bisnis pada perusahaan.
SWOT terdiri dari strength, weakness, opportunity, dan threat. Pengertian dari
strength, weakness, opportunity, dan threat adalah sebagai berikut:
19
• Strength (kekuatan)
Kekuatan (strength) adalah kegiatan – kegiatan perusahaan yang berjalan baik atau
sumber daya yang dikendalikan.
• Weakness (kelemahan)
Kelemahan (weakness) adalah kegiatan – kegiatan perusahaan yang tidak berjalan
dengan baik atau sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan tetapi tidak
dimiliki oleh perusahaan.
• Opportunity (peluang)
Peluang (opportunity) adalah faktor – faktor lingkungan luar yang positif.
• Threat (ancaman)
Ancaman (threat) adalah faktor – faktor lingkungan luar yang negatif.
2.2.8. Analisis Dua Domain
Aktivitas dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi 2 bagian besar,
yaitu aktivitas bisnis dan aktivitas pendukung teknologi. Istilah ”Domain”
digunakan untuk mengkarakteristikan dua aktivitas yang berbeda. Tujuan pembagian
ini adalah untuk menekankan peran yang berbeda dari manajemen dan perencanaan
dalam bisnis dan teknologi. Domain Bisnis adalah pengguna (user) dari teknologi
informasi sedangkan domain teknologi adalah penyedia layanan teknologi
informasi. Kedua domain inilah yang membentuk Information Economics (Parker et
al. 1988, p26), menekankan perbedaan antara biaya dan nilai dalam dua domain.
Dari sudut pandang domain bisnis, nilai dihasilkan dari penggunaan
teknologi informasi untuk menghasilkan pendapatan, mengurangi biaya, dan
20
meningkatkan efektivitas atau nilai. Dari sudut pandang domain teknologi, nilai
dapat dilihat dari keuntungan yang didapat oleh domain bisnis atas penggunaan
teknologi informasi.
Model analisa dua domain dalam information economics dapat dilihat dalam
gambar 2.3 di bawah ini:
Gambar 2.3 Information Economics two-domain model
(Sumber : Parker et al. 1988, p76)
21
2.2.8.1. Business Domain
Business domain adalah variabel yang ditambahkan dalam menghitung nilai
total dari sebuah proyek TI dalam membuat ranking keseluruhan dari proyek menjadi
lebih realistis. Variabel ini ditambahkan untuk menghitung faktor – faktor yang tidak
dapat dihitung secara langsung oleh simple ROI. Dengan kata lain untuk menghitung
manfaat – manfaat yang bersifat intangible.
Menurut Parker, faktor – faktor unik dalam business domain yaitu:
• Strategic Match (SM)
Strategic Match menaksir nilai tujuan jangka panjang dan mensyaratkan adanya
eksistensi yang terwujud (Parker, 1996, p318). Strategic Match menyediakan
metode untuk menigkatkan skor dari aplikasi yang inovatif dan secara langsung
memberikan dukungan bagi pencapaian tujuan bisnis. Penekanan juga terdapat pada
hubungan yang erat antara TI dan perencanaan bisnis, serta penilaian derajat
potensi dari proyek terhadap pencapaian strategi bisnis.
• Competitive Advantage (CA)
Competitive Advantage termasuk strategi utama yang diikuti oleh bisnis dan
termasuk sebuah implementasi dari cost leadership, differentiation atau fokus.
Gradasi penilaian sangat berbeda untuk setiap tipe startegi.
Tiga tujuan dasar yang harus dicapai perusahaan jika perusahaan menginginkan
peningkatan Competitive Advantage, yaitu:
o Perusahaan harus memposisikan diri untuk mengubah struktur industri.
Contoh : mengubah kapasitas industri.
22
o Perusahaan harus memperbaiki posisi perusahaan dalam bisnis yang dijalani.
Perusahaan harus mendukung inisiatif yang dapat membedakan produk
perusahaan atau pelayanannya, bahkan merubah lingkup persaingan dari bisnis.
Contoh : menciptakan sebuah produk yang unik dan keunikan tersebut harus
menjadi nilai utama di mata pelanggan.
o Perusahaan harus menciptakan kesempatan bisnis baru.
• Competitive Response (CR)
Competitive Response mengukur tingkat dimana kegagalan sistem dapat
menyebabkan kegagalan persaingan bagi perusahaan (Parker et al., 1988, p320).
Hal ini muncul karena persaingan telah lebih dulu menyediakan jasa, produk,
pertukaran data, kapasitas yang dibutuhkan oleh industri serta beberapa otoritas
dalam menjalankan sistem sebagai kondisi dari jalannya suatu aktivitas bisnis.
• Management Information Support for CSF’s (MI)
Management Information Support for CSF’s berfokus pada aktivitas internal yang
secara langsung mempengaruhi produk dan pelanggan eksternal. Management
Information Support for CSF’s memperkirakan kontribusi langkah – langkah yang
diambil terhadap kebutuhan informasi manajemen untuk aktivitas yang kritis
(Parker, 1996, p320). Informasi dalam dukungannya pada CSF’s bisnis
mencerminkan derajat dimana tindakan menyediakan informasi manajemen pada
kunci aktivitas dari perusahaan.
23
• Service and Quality (SQ)
Penyampaian produk dan pelayanan yang benar, bebas dari kesalahan dan tepat
waktu dengan harga yang sesuai adalah indikator dan kriteria pengukuran yang
dipertimbangkan oleh para stakeholder (Parker et al. 1988, p353).
• Agility, Learning, and Empowerment (ALE)
Agility, Learning, and Empowerment secara berkesinambungan memusatkan
perhatian pada peningkatan fleksibilitas, intelijen dan kemampuan adaptasi untuk
mengubah kedua faktor penting organisasi yaitu tenaga kerja dan proses bisnis.
Selain itu untuk memperkuat investasi organisasi dengan menyediakan informasi
yang diperlukan, pertanggungjawaban dan otoritas dalam pengambilan keputusan.
• Cycle Time (CT)
Peningkatan cycle time adalah suatu keharusan dalam berkompetisi. Cycle time
berfokus pada semua elemen yang masih dalam proses, mulai dari
menyelenggarakan budaya inovatif untuk memacu ide baru melalui pengembangan
dan produksi yang sukses dan penyalurannya ke konsumen dengan tepat waktu
sampai pada pembangunan standar industri baru atau praktik terbaik (Parker, 1996,
p323).
• Business Strategy Risk (BSR)
Business Strategy Risk mencerminkan level kesuksesan strategi bisnis itu sendiri,
memberikan pasar yang dinamis, dan waktu (Parker, 1996, p325).
24
• Business Organization Risk (BOR)
Business Organization Risk berfokus pada kemampuan organisasi dalam
melakukan perubahan yang diperlukan untuk proyek, yaitu kebutuhan pengguna
dan bisnis.
2.2.8.2. Technology Domain
Variabel pada teknologi domain lebih membahas pada resiko dan keuntungan
yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi pada sebuah proyek.
Menurut Parker terdapat empat variabel dalam domain teknologi yang
digunakan untuk menghitung manfaat – manfaat maupun resiko yang bersifat
intangible yaitu:
• Strategic IT Architecture (SA)
Strategic IT Architecture mengevaluasi tingkat dimana proyek itu sesuai dengan
keseluruhan strategi sistem informasi (Parker, 1996, p324). Kesesuaian ini
direfleksikan dalam perencanaan TI (blueprint). Hasil blueprint dalam proses
pengembangan sistem diperlukan untuk menyelesaikan rencana yang telah
ditetapkan. Blueprint menjelaskan urutan proyek – proyek yang diperlukan untuk
mengimplementasikan rencana. Implementasi TI yang baik harus mampu
menunjang strategi sistem informasi secara keseluruhan untuk merefleksikan
rencana TI yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
• IT Strategy Risk (ISR)
IT Strategy Risk berfokus pada resiko kompetitif strategi yang dilibatkan sebagai
hasil dari perubahan struktur bisnis, termasuk aliansi, joint ventures, dan virtual
25
corporation, dan kepentingan untuk mendukung perusahaan disesuaikan untuk
permintaan baru dari pasar (Parker, 1996, p326).
• IT Definitional Uncertainly (IDU)
IT Definitional Uncertainly bersama dengan IT Technical and Implementation Risk,
dan IT Services Delivery Risk berfokus pada implementasi dan penyampain resiko
dan mencerminkan level of stability dari lingkungan penerima (Parker, 1996, p327).
• IT Technical and Implementation Risk (ITIR)
IT Technical and Implementation Risk merupakan alat untuk menilai
ketergantungan proyek pada teknologi baru yang melibatkan teknologi tunggal /
kombinasi dari beberapa set keahlian teknis, perangkat keras ataupun piranti lunak.
Resiko tersebut merupakan bagian dari kriteria pengambilan keputusan bisnis
dalam pendanaan dan pengembangan strategi teknologi organisasi.
• IT Services Delivery Risk (ISDR)
Faktor ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan dihadapi
perusahaan dengan adanya sistem yang baru. Penilaian ini dipusatkan pada resiko
jangka pendek yang mungkin dihadapi oleh organisasi. Resiko ini ditekankan pada
tingkat perubahan yang diperlukan organisasi, termasuk biaya awal, integrasi,
manajemen pelatihan, kebutuhan reorganisasi, dan ancaman terhadap ekuilibrium
yang ada.
2.2.9. Analisis Biaya Manfaat (Cost Benefit Analysis)
Menurut Parker et al. (1988, p91), analisis biaya manfaat dapat digunakan dalam
dua cara. Yang pertama adalah sebagai alat perencana yang membantu dalam
26
pengambilan keputusan, maksudnya adalah apakah suatu sistem layak atau tidak layak.
Yang kedua adalah analisa biaya manfaat digunakan sebagai alat evaluasi apakah
proyek sistem informasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam analisis biaya manfaat ini. Pertama adalah studi kelayakan
untuk proyek. Kedua, pada tahap akhir proyek. Dan terakhir adalah menganalisa
apakah biaya dan manfaat yang telah dikeluarkan penting untuk proyek – proyek besar.
Analisa cost dan benefit sangat dibutuhkan karena untuk mengambil sebuah keputusan
dibutuhkan sekumpulan data yang konsisten.
Setelah menentukan manfaat – manfaat yang diharapkan dan biaya – biaya
implementasi proyek, hubungan antara manfaat – manfaat dengan biaya – biaya
membutuhkan definisi (Parker et al., 1988, p93). Ada beberapa pendekatan yang
digunakan untuk mengembangkan hubungan antara biaya dan manfaat, diantaranya:
• Simple Return on Investment (ROI)
Teknik ini biasanya disebut juga sebagai accounting rate of return. Simple return
on investment (ROI) merupakan rasio dari rata – rata pendapatan bersih proyek
untuk tiap tahun yang dibagi dengan investasi internal dalam proyek tersebut.
Metode ini merupakan metode yang biasa digunakan dalam pengolahan data dan
proyek sistem informasi. Penggunaan metode ini mengasumsikan tersedianya dana
untuk mendukung implementasi SI. Tentu saja kondisi tidak selalu benar, oleh
karena itu ROI tidak dapat berdiri sendiri.
• Net Present Value
Metode ini menggunakan discount rate yang ditentukan dari biaya modal
perusahaan untuk membuat nilai uang dari proyek. Discount rate kemudian
27
digunakan untuk menyajikan nilai dari manfaat yang diterima dengan biaya yang
dikeluarkan, dan digunakan untuk merefleksikan kriteria lain yang dibuat oleh
perusahaan seperti penyesuaian kompensasi bagi resiko yang dapat dilihat.
Menurut Sutojo (2000, p117), nilai saat ini sejumlah uang, keuntungan atau net
cash flow yang akan diterima pada masa yang akan datang, dapat dihitung dengan
menggunakan rumus present value yang berikut:
Dimana PV adalah simbol nilai saat ini (present value) yang dicari, FV adalah
simbol nilai uang, keuntungan atau net cash flow yang akan diterima pada masa yang
akan datang, r adalah simbol masa (tahun) uang, keuntungan atau net cash flow itu akan
diterima. Sebagai cacatan dikatakan, dalam istilah manajemen keuangan suku bunga
yang dipergunakan untuk mendiskonto nilai uang pada masa yang akan datang, agar
ditemukan present value nya, disebut tingkat pendoskonto (discount rate atau discount
factor).
Present value uang, keuntungan, atau net cash flow, yang dinyatakan dalam
satuan,
Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa net present value (NPV) adalah selisih
antara nilai saat ini (present value) seluruh net cash flow tahunan yang akan diterima
28
investor selama umur ekonomis proyek, dan nilai (anggaran) investasi proyek. Dalam
studi kelayakan proyek, yang dimaksud dengan nilai saat ini adalah nilai pada saat
proyek selesai dibangun.
Sebagai pedoman umum dikatakan apabila net present value proyek positif,
ditinjau dari segi profitabilitas, proyek yang direncanakan akan dibangun cukup layak.
Sebaliknya apabila net present value negatif, rencana investasi proyek yang
bersangkutan tidak layak.
Net present value dapat dihitung dengan mempergunakan rumus persamaan
matematis yang berikut:
Dimana NPV adalah simbol net present value proyek yang dicari, CFI adalah
simbol net cash flow tahunan dari tahun ke satu sampai tahun ke-n, Io adalah simbol
jumlah investasi yang telah tertanam dalam proyek, r adalah simbol discount rate yang
dipergunakan untuk mencari present value. Dalam praktek sehari – hari discount rate
yang dipergunakan adalah biaya modal (cost of capital) yang berlaku di pasar uang,
misalnya suku bunga deposito, atau suku bunga kredit yang harus dibayar investor.
Corak arus kas masuk (net cash flows) dan arus kas keluar (jumlah investasi-Io)
dalam proses pembangunan dan operasi proyek tersebut di atas dapat dilukiskan
dengan diagram pada gambar di bawah ini:
29
Gambar 2.4 Diagram Sederhana Arus Kas Proyek
Kotak panjang di bawah garis angka 0 menggambarkan jumlah dana yang
diinvestasikan dalam proyek, sedangkan kotak – kotak panjang dan pendek di atas garis
0 menggambarkan net cash flow yang ditentukan, kotak – kotak net cash flow dicari
present value nya (dalam gambar dilukiskan dengan anak panah) hingga tahun 0, untuk
dijumlah dan dibandingkan dengan kotak panjang di bawah garis 0.
Apabila ternyata lebih panjang berarti NPV positif sehingga proyek yang
direncanakan cukup layak, sebaliknya apabila lebih pendek berarti NPV negatif
sehingga proyek yang direncanakan tidak layak.
• Discount Rate of Return (IRR)
IRR disebut juga dengan metode Discounted Cash Flow atau Internal Rate of
Return yang biasa digunakan dalam teknik analitikal.
Menurut Sutojo (2000, p120), Internal Rate of Return (IRR) adalah cara
mengevaluasi profitabilitas rencana investasi proyek kedua yang mempergunakan nilai
waktu uang. Internal Rate of Return (IRR) adalah discount rate yang apabila digunakan
30
untuk mendiskonto net cash flows dan salvage value akan menghasilkan jumlah present
value yang sama dengan jumlah investasi proyek. Internal Rate of Return (IRR)
merupakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh imvestor dari investasi proyek
mereka.
Persentase Internal Rate of Return (IRR) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut:
Persentase IRR dapat dicari secara coba – coba menggunakan kalkulator yang
sudah diprogram atau dengan personal komputer yang telah diprogram untuk tujuan
tersebut.
2.2.10. Lembar Kerja Untuk Menghitung ROI
Menurut Parker et al. (1988, p95), untuk menghitung nilai pengembalian suatu
investasi dapat menggunakan tiga macam lembar kerja, yaitu:
2.2.10.1. Development Costs Worksheet
Dalam lembar kerja ini mencakup lima kategori utama yaitu:
• Development Effort (usaha pengembangan), mencakup biaya peningkatan sistem
dan pemrograman, biaya peningkatan adanya tambahan karyawan, seperti
administrasi data.
• New hardware, mencakup biaya – biaya tambahan untuk berbagai peralatan.
Misalnya terminal, printer, monitor, jaringan komunikasi dan lain sebagainya.
31
• New purchased software, mencakup semua biaya yang berkaitan dengan adanya
software baru dalam perusahaan.
• User training, mencakup keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan
pelatihan bagi karyawan dengan adanya suatu sistem baru.
• Other cost, mencakup semua biaya yang dikeluarkan, termasuk juga didalamnya
sistem pengujian sistem baru pada saat implementasi.
Gambar 2.5 Lembar Kerja Pengembangan
2.2.10.2. Ongoing Expense Worksheet
Menurut Parker et al. (1988, p95), lembar biaya kerja saat ini mencakup enam
kategori, yaitu:
• Application Software Maintenance (pemeliharaan aplikasi software).
32
• Incremental Data Storage Expense (peningkatan biaya penyimpanan data).
• Incremental Communication (peningkatan biaya komunikasi).
• New Software and Hardware Lease (peningkatan perangkat lunak dan perangkat
keras yang baru).
• Supplies (perlengkapan).
• Other (lainnya).
Gambar 2.6 Lembar Kerja Biaya Saat Ini
2.2.10.3. Economic Impact Worksheet
Menurut Parker et al. (1988, p97) dalam lembar kerja ini berisi ringkasan
dampak ekonomis dari proyek teknologi informasi. Skor (nilai) diperoleh dari adanya
hubungan garis lurus untuk menghitung Return On Investment (ROI) dari periode
aliran kas bersih selama masa waktu lima tahun. Bagian – bagian utama dari lembar
33
kerja ini adalah investasi bersih yang dibutuhkan (net investment required) yang
diambil langsung dari lembar kerja biaya pengembangan. Arus kas tahunan (yearly
cash flow) didapat manfaat ekonomis bersih (net economic impact) ditambah dengan
pengurangan biaya operasi (operating cost reduction) menghasilkan pendapatan yang
belum kena pajak (pre tax income), kemudian dikurangi lagi dengan yang sedang
berjalan. Simple Return On Investment (ROI) dikalkulasi rata – rata lima tahun arus kas
bersih yang dibagi dengan investasi bersih. Setelah simple ROI didapat, maka dampak
ekonomis dapat ditentukan.
Berikut ini adalah contoh lembar kerja dampak ekonomis menurut Parker et al.
(1988, p97):
34
Gambar 2.7 Lembar Kerja Dampak Ekonomis
2.2.11. Corporate Values
Corporate Value digunakan perusahaan untuk menilai kekuatan nilai yang
relatif dalam investasi teknologi informasi.
35
2.2.11.1. Value Based On Corporate Culture
Menurut Parker et al. (1988, p180) hal ini dilakukan untuk dapat mengerti
bagaimana menguraikan nilai atau bobot yang tepat untuk dikontribusikan sebagai
value dan risk dalam teknologi informasi dan kebiasaan perusahaan merupakan sistem
kepercayaan yang meliputi sejarah perusahaan, kepercayaan, dan nilai – nilai termasuk
juga pandangan dan nilai dari manajemen yang menanyakan pihak yang
berkepentingan dalam perusahaan. Kebiasaan perusahaan mewakili semangat dan
kemauan keras dari suatu organisasi. Manajer sistem informasi harus mengerti
perusahaan sebelum dapat bersaing untuk sumber daya yang ada dalam perusahaan.
Dahulu keputusan dibuat berdasarkan pada aspek kebiasaan perusahaan dan sistem
kepercayaan bersama.
2.2.11.2. Establishing Corporate Value
Metode ini digunakan untuk menguraikan corporate value dengan
menentukan bobot relatif sebagai sesuatu yang penting untuk setiap kategori dan risk.
• Kuadran A (Invesment)
Menjelaskan sebuah organisasi dengan bisnis yang kuat dengan dukungan sistem
informasi yang lemah. Hal ini tidak biasa dalam perusahaan yang sedang
berubah, khususnya ketika pendapatan membawa divisi baru dengan
dukungan komputer yang sebelumnya sangat kurang. Interpretasinya adalah line
of business ini mempunyai dasar bisnis yang kuat, dan mempunyai waktu dan
peluang untuk investasi di masa mendatang.
36
• Kuadran B (Strategic)
Kuadran strategic menggambarkan sebuah organisasi yang mempunyai dasar
bisnis yang kuat dengan dukungan komputer yang kuat juga. Interpretasinya
adalah bahwa perusahaan yang kuat mempunyai peluang untuk berinvestasi
dalam competitive advantage dan rintangan dalam competitive application.
• Kuadran C (Infrastructure)
Kuadran infrastruktur menggambarkan sebuah organisasi bisnis yang lemah
dengan dukungan sistem informasi yang lemah. Interpretasinya, bisnis yang
dijalankan kurang baik tetapi tetap ada dukungan komputer untuk bisnis.
Jadi keputusan untuk investasi teknologi informasi berhubungan dengan
pengembangan area infrastruktur sebelumnya.
• Kuadran D (Break Thru)
Kuadran Break Thru menggambarkan sebuah organisasi yang lemah dengan
dukungan sistem informasi yang kuat. Interpretasinya, mempertahankan tujuan
bisnis, tetapi dengan kemampuan komputer yang ada sekarang dapat
membuka kemungkinan ada investasi dan pengembangan yang secara
signifikan dapat memperkuat potensi bisnis.
37
Gambar 2.8 Establishing Corporate Value
2.2.12. Information Economics Scorecard
Proses terakhir dari Information Economics adalah memasukkan semua
nilai hasil pembobotan Simple ROI dan pembobotan variabel domain teknologi dan
bisnis ke dalam sebuah scorecard untuk mendapatkan skor akhir dari proyek TI
tersebut. Semua nilai positif dan negatif yang mewakili nilai dan resiko dijumlahkan.
2.2.12.1. Kerangka Kerja Information Economics
Metode yang digunakan pada Information Economics pada umumnya dibagi 2
jenis yaitu pendekatan finansial dan pendekatan non finansial. Tahap awal penelitian
ini ditujukan untuk mengetahui komponen – komponen yang berhubungan erat dengan
38
investasi teknologi informasi tersebut. Misalnya biaya pemeliharaan, biaya perbaikan,
dan lain – lain.
Setelah itu dilakukan analisis biaya dan manfaat (cost benefit analysis) untuk
mendapatkan ROI atas investasi tersebut. Tangible benefit diperoleh dengan
menggunakan traditional cost benefit sedangkan value linking, value acceleration,
value restructuring, dan innovation valuation digunakan untuk mengukur quasi
tangible.
Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis dari dua sisi perusahaan (two
domain analysis) yaitu domain teknologi dan domain bisnis. Hal ini dilakukan karena
perhitungan ROI merefleksikan nilai dan resiko tertentu. Ada beberapa yang unik di
domain bisnis dan yang lainnya unit domain teknologi. Analisis ini dilakukan untuk
intangible benefit investasi teknologi informasi tersebut.
Setelah dilakukan pembobotan, gabungan dari hasil analisis ROI, domain
bisnis dan teknologi inilah yang akan memberikan angka atau skor yang menunjukkan
besarnya dampak ekonomis dari penerapan teknologi terhadap perusahaan.
39
Gambar 2.9 Information Economics Scorecard
(Sumber : Parker et al. 1988, p145)
2.2.13. Skala pengukuran
Dalam penelitian kuantitatif, instrumen akan digunakan untuk mengumpulkan
data. Setiap instrumen mempunyai skala pengukuran. Menurut Sugiono (2005, p84),
skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang. Dengan skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item – item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
40
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif hingga sangat negatif, yang dapat berupa kata – kata antara
lain:
• Sangat setuju/ setuju/ sangat positif.
• Setuju/ sering/ positif.
• Ragu – ragu/ kadang – kadang/ netral.
• Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif.
• Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor,
misalnya:
• Sangat setuju/ setuju/ sangat positif = 5
• Setuju/ sering/ positif = 4
• Ragu – ragu/ kadang – kadang/ netral = 3
• Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif = 2
• Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif = 1