Upload
hoangnhi
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Internet, Intranet dan Ekstranet
2.1.1 Internet
Konsep Internet berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.98), mengacu pada
jaringan fisik yang menghubungkan komputer di seluruh dunia. Bentuk ini terdiri
dari infrastruktur jaringan server dan link komunikasi antara mereka yang digunakan
untuk menyimpan dan mengangkut informasi antara PC client dan server web.
Konsep Internet berdasarkan Martin et al (2009, p.112), yaitu serangkaian
jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP dengan koneksi yang mengarah ke
lebih dari satu jaringan yang tidak menggunakan protokol TCP/IP.
Jadi Internet adalah serangkaian jaringan fisik yang menggunakan protocol
TCP/IP yang terdiri dari infrastruktur jaringan server dan link komunikasi untuk
menyimpan dan berbagi informasi.
2.1.2 Intranet
Konsep Intranet berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.12), yaitu sebuah
jaringan pribadi dalam satu perusahaan yang menggunakan standar internet untuk
memungkinkan karyawan untuk mengakses dan berbagi informasi dengan
menggunakan teknologi penerbitan web.
Konsep Intranet berdasarkan Stair dan Reynolds (2010, p.10) adalah sebuah
jaringan internal yang berbasis pada teknologi web yang memperbolehkan orang-
orang di dalam organisasi untuk saling bertukar informasi dan mengerjakan proyek.
Jadi Intranet adalah suatu jaringan pribadi internal dalam perusahaan yang
berbasis pada teknologi web yang bermanfaat untuk karyawan dalam mengakses dan
berbagi informasi dalam mengerjakan suatu proyek.
8
2.1.3 Ekstranet
Konsep Ekstranet berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.15), yaitu layanan
yang disediakan melalui internet dan teknologi web yang disampaikan dengan
memperluas intranet di luar perusahaan untuk pelanggan, pemasok dan kolaborator.
Konsep Ekstranet berdasarkan Stair dan Reynolds (2010, p.15) yaitu sebuah
jaringan yang berbasis pada teknologi web yang memungkinkan pihak –pihak luar
yang terpilih, seperti mitra bisnis dan konsumen, untuk mengakses sumber daya yang
diijinkan oleh intranet sebuah perusahaan.
Jadi Ekstranet adalah sebuah layanan jaringan yang berbasis pada teknologi
web dengan cara memperluas intranet perusahaan untuk mitra bisnis perusahaan.
2.2 Sistem Informasi
2.2.1 Pengertian Sistem Informasi
Konsep Sistem Informasi berdasarkan Stair dan Reynolds (2010, p.10) bahwa
sistem informasi adalah seperangkat elemen yang saling terhubung atau komponen-
komponen yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan dan menyebarkan data
dan informasi. Dan juga menyiapkan feedback untuk mencapai suatu objektif yang
diperlukan.
Konsep Sistem Informasi berdasarkan O’Brien (2005, p.7) adalah gabungan
suatu kegiatan yang terorganisir dari user, hardware, software, jaringan komunikasi
dan sumber data.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
adalah suatu kegiatan yang saling terhubung dari berbagai komponen – komponen
yang mendapatkan, menyimpan dan mengolah data.
A. Komponen Sistem Informasi
1. Komponen Input
Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi.
2. Komponen Model
Kombinasi prosedur,logika,dan model matematika yang memproses data
yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah di tentukan untuk
menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3. Komponen Output
9
Output informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk
semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
4. komponen Teknologi
Teknologi merupakan alat dalam sistem informasi, teknologi digunakan
untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data,
menghasilkan dan mengirimkan output dan memantu pengendalian sistem.
5. Komponen Basis Data
Merupakan kumpulan data yang saling berhubungan yang tersimpan di dalam
komputer dengan menggunakan software database.
6. Komponen Kontrol
Pengendalian yang dirancang untuk menanggulangi gangguan terhadap
sistem informasi.
B. Karakter Sistem informasi
1. Sistem informasi memiliki komponen yang berupa sub sistem yang
merupakan elemen-elemen yang lebih kecil yang membentuk sistem
informasi tersebut misalnya bagian input, proses, output. Contoh input adalah
salesman memasukan data penjualan bulan ini, maka disana terdapat manusia
yang melakukan pekerjaan input dengan menggunakan hardware keyboard
dan menggunakan interface sebuah aplikasi laporan penjualan yang sudah di
sediakan oleh sistem informasi tersebut.
2. Ruang lingkup sistem informasi yaitu ruang lingkup yang ditentukan dari
awal pembuatan yang merupakan garis batas lingkup kerja sistem tersebut
sehingga sistem informasi tersebut tidak bersinggungan dengan sistem
informasi lainnya.
3. Tujuan sistem informasi adalah hal pokok yang harus ditentukan dan dicapai
dengan menggunakan sistem informasi tersebut, sebuah informasi dianggap
berhasil apabila dapat mencapai tujuan tersebut.
10
4. Lingkungan sistem informasi yaitu sesuatu yang berada diluar ruang lingkup
sistem informasi yang dapat mempengaruhi sistem informasi, hal ini urut
dipertimbangkan pada saat perencanaan sistem informasi.
2.3 Data
Konsep data menurut Malhotra (2010, p.132) terbagi atas dua, yaitu primary
data dan secondary data. Primary data yaitu data yang berasal dari peneliti khusus
untuk mengatasi masalah penelitian. Secondary data yaitu data yang dikumpulkan
untuk beberapa tujuan lain selain masalah yang dihadapi. Secondary data terbagi atas
internal data dan eksternal data. Internal data adalah data yang tersedia dalam
sebuah penelitian pada suatu organisasi yang sedang berjalan. Eksternal data adalah
data yang berasal dari luar organisasi.
Data adalah fakta mentah yang menggambarkan karakteristik dari suatu
peristiwa atau obyek. Sebelum era informasi, manajer yang mengumpulkan secara
manual dan menganalisis data, memakan waktu dan tugas yang rumit tanpa itu
mereka akan memiliki sedikit wawasan tentang bagaimana untuk menjalankan bisnis
mereka. Data yang kurang akurat , manajer sering menemukan diri mereka membuat
keputusan bisnis tentang berapa banyak karyawan untuk disewa berdasarkan pada
perasaan intuisi atau usus. Dalam era informasi, manajer yang sukses
mengkompilasi, menganalisis dan memahami data dalam jumlah besar setiap hari,
yang membantu mereka membuat keputusan bisnis yang lebih sukses.
Memahami data merupakan bagian penting dari bentuk disiplin dalam
analisis sistem, dan harus dilihat seperti itu. Analisis sistem melibatkan studi dari
(antara lain) dataflow dan penyimpanan data. Dataflow bekerja dengan bagaimana
data bergerak melalui organisasi, dari orang ke orang dan tempat ke tempat. Ia
berkonsentrasi pada proses data yang harus dijalani dan bagaimana hal itu diubah
oleh proses-proses tersebut. Perhatian utama di sini adalah dengan penyimpanan data
dan kita menggunakan istilah database untuk menggambarkan semua data yang
tersimpan dalam sistem.
Sebuah elemen data adalah setiap bagian data yang perusahaan butuhkan
seperti hal –hal Nama Pelanggan, Alamat, Nomor telepon, Quantity di saham,
Warna, Tinggi, Waktu Kedatangan, dan sebagainya
11
Dalam sistem komputer elemen data harus didefinisikan sangat erat. Sebagai
manusia kita memiliki pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menyimpulkan
hal-hal dari data yang ambigu atau tidak konsisten. Dalam sistem komputer, semua
data harus dijelaskan ke sistem, dan akan memperlakukan setiap nilai yang berbeda
dari elemen data sebagai dasarnya hal yang berbeda. Sistem komputer dibatasi untuk
definisi data lebih ketat daripada yang diperlukan dalam sistem manual.
2.4 Analisis dan Perancangan Sistem
2.4.1 Pengertian Analisis Sistem
Konsep analisis berdasarkan Satzinger (2010, p.4) adalah sebuah proses
dalam memahami dan menangkap sistem informasi secara detail agar ke depannya
dapat merekomendasikan sistem yang lebih baik dan fungsional dari saat ini.
Konsep analisis berdasarkan Bentley dan Whitten (2007, p.32) adalah sebuah
pembelajaran mengenai masalah suatu bisnis dalam merekomendasikan
pengembangan dan mendefinisikan suatu persyaratan yang dibutuhkan dalam suatu
solusi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis
adalah sebuah proses pembelajaran yang isinya memahami dan menangkap sistem
informasi secara detail agar suatu masalah dalam bisnis dapat ditemukan solusinya
dengan sebuah pemikiran yang mengarah ke pengembangan.
2.4.2 Pengertian Perancangan Sistem
Konsep perancangan berdasarkan Satzinger (2010, p.33) adalah sebuah
proses dalam menentukan suatu hal secara detail bagaimana komponen-komponen
dapat diimplementasikan.
Konsep perancangan berdasarkan Bentley dan Whitten (2007, p.33) adalah
sebuah pengembangan atau sebuah hal yang spesifikasi dari solusi teknikal.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
perancangan adalah sebuah proses pengembangan dalam menentukan suatu hal
secara detail dan spesifikasi dalam komponen-komponen yang nantinya akan
diimplementasikan
12
2.5 e-Commerce dan e-Business
2.5.1 Pengertian e-Commerce
Konsep e-commerce berdasarkan Laudon dan Traver (2012, p.49) adalah
proses kegiatan transaksi dalam hal membeli ataupun memasarkan suatu produk baik
barang ataupun jasa yang dilakukan secara elektronik, dalam hal ini pihak penjual
adalah suatu organisasi dan pihak pembeli adalah perorangan atau bisa disebut juga
business to customer.
Konsep e-commerce berdasarkan Turban (2010, p.46) adalah suatu proses
membeli, menjual, memindahkan, atau menukar produk, jasa dan informasi melalui
jaringan komputer.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa e-commerce
yaitu suatu proses kegiatan transaksi baik itu berupa barang maupun jasa yang
dilakukan melalui jaringan komputer.
E-commerce sering hanya dianggap untuk merujuk pada membeli dan
menjual menggunakan internet, orang langsung berpikir pembelian ritel konsumen
dari perusahaan seperti Amazon. Tapi e-commerce melibatkan lebih dari elektronik
yang melayani transaksi keuangan antara organisasi dan pelanggan. E-commerce
harus dipertimbangkan karena semua transaksi elektronik yang melayani antara
organisasi dan pihak ketiga berhubungan dengan itu. Dengan definisi ini, transaksi
non finansial seperti permintaan pelanggan untuk informasi lebih lanjut juga akan
dianggap sebagai bagian dari e-commerce.
2.5.2 Pengertian e-Business
Konsep e-business berdasarkan Rainer dan Cegielski (2011, p.201) adalah
sebuah konsep yang ruang lingkupnya lebih luas dari e-commerce. Selain pembelian
dan penjualan barang dang jasa, e-business juga mengacu dalam hal melayani
pelanggan, berkolaborasi dengan mitra bisnis dan melakukan kegiatan transaksi
elektronik dalam sebuah organisasi.
Konsep e-business berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.13) adalah kegiatan
mediasi yang menggunakan elektronik untuk bertukar informasi yang mencakup
dalam organisasi dan stakeholder yang berada di luar perusahaan dan masih dalam
ruang lingkup proses bisnis.
13
Jadi konsep e-business adalah semua bentuk kegiatan pertukaran informasi
secara elektronik yang melayani baik di dalam organisasi dan dengan pemangku
kepentingan eksternal yang mendukung berbagai proses bisnis. Inti dari e-business
yaitu sebagai konsep yang dapat diterapkan untuk strategi dan operasi.
2.6 Supply Chain Management
2.6.1 Pengertian Supply Chain Management
Konsep Supply Chain Management berdasarkan Satzinger (2010, p.9) adalah
sebuah sistem yang dengan halus mengintegrasikan suatu pengembangan produk,
akuisisi produk, manufaktur, dan manajemen persediaan.
Konsep Supply Chain Management berdasarkan Turban (2010, p.289) adalah
proses yang kompleks yang membutuhkan koordinasi dari berbagai kegiatan agar
pengiriman barang dan jasa dari supplier ke pelanggan dilakukan secara efektif dan
efisien bagi seluruh pihak yang berkaitan.
Supply Chain Management terdiri dari semua pihak yang terlibat langsung
maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan. Supply Chain
meliputi tidak hanya produsen dan pemasok, tetapi juga pengangkut, gudang,
pengecer, dan bahkan pelanggan sendiri. Dalam setiap organisasi, seperti produsen,
Supply Chain mencakup semua fungsi yang terlibat dalam menerima dan mengisi
permintaan pelanggan. Fungsi-fungsi ini meliputi pada, pengembangan produk baru,
pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan.
Supply Chain yang khas mungkin melibatkan berbagai tahapan, termasuk
yang berikut:
•Pelanggan
•Pengecer
•Grosir/Distributor
•Produsen
•Pemasok bahan baku
Setiap tahap dalam rantai pasokan dihubungkan melalui aliran produk, informasi dan
dana. Arus ini sering terjadi di kedua arah dan dapat dikelola oleh salah satu tahapan
atau perantara.
14
Tujuan dari Supply Chain adalah untuk memaksimalkan nilai keseluruhan
yang dihasilkan. Nilai (juga dikenal sebagai surplus dari Supply Chain) Supply Chain
menghasilkan perbedaan antara nilai produk akhir kepada pelanggan dan biaya
Supply Chain.
Supply Chain Surplus = Customer Value – Supply Chain Cost
Nilai produk akhir dapat bervariasi dari setiap pelanggan dan dapat
diperkirakan dengan jumlah maksimum pelanggan yang bersedia membayar untuk
itu. Selisih antara nilai produk dan harga tetap sesuai dengan pelanggan sebagai
surplus konsumen. Sisa surplus Supply Chain menjadi profitabilitas rantai pasokan,
perbedaan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan dan biaya keseluruhan
di seluruh rantai pasokan.
2.6.2 Konsep Supply Chain Management
Terdapat dua konsep yang banyak digunakan dan dikembangkan dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pergerakan barang menurut Indrajit dan
Djokopranoto (2006, p.9) yaitu:
1. Mengurangi jumlah supplier :
Konsep ini dikembangkan sejak akhir taun 1980-an yang bertujuan mengurangi
perbedaan, biaya-biaya negoisasi dan pelacakan (tracking). Konsep ini adalah awal
bentuk dari konsep multiple supplier ke single supplier. Dengan demikian cara lama
yang dahulu dianggap ampuh dengan cara tender terbuka menjadi tidak popular,
karena tender terbuka tidak menjamin terbatasnya jumlah supplier.
2. Mengembangkan supplier partnership / strategic alliance :
Konsep ini dikembangkan pada pertengahan 1990-an dan masih digunakan
sampai saat ini. Konsep ini menganggap bahwa dengan supplier partnership, key
suppliers untuk barang tertentu merupakan sumber strategi yang dapat diandalkan
dan dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply chain. Pada konsep
ini selalu dijalankan secara bersama dengan konsep perbaikan dalam biaya dan
kualitas barang.
15
Konsep model ini disebut juga sebagai The Interenterprise Supply Chain Model.
Model ini merupakan suatu mata dari supply chain yang disebut Four Step Model,
yang terdiri dari :
a. Supplier
b. Manufacturers (Terdiri dari beberapa unit)
c. Distributors (Terdiri dari distribution center, wholesaler)
d. Retailers
2.6.3 Push and Pull Supply Chain Models
Konsep push and pull supply chain models menurut Chopra dan Meindl
(2013, p.22) adalah semua proses dalam supply chain yang jatuh ke dalam salah satu
dari dua kategori tergantung pada waktu eksekusi mereka yang relatif untuk
mengakhiri permintaan pelanggan. dengan proses Pull, eksekusi dimulai untuk
mengantisipasi pesanan pelanggan berdasarkan ramalan.
Berbagai jenis sistem memerlukan jenis informasi yang berbeda. Sistem Push
dimulai dengan perkiraan yang digunakan untuk membangun jadwal produksi master
dan gulung kembali, membuat jadwal untuk pemasok dengan jenis bagian, jumlah,
dan tanggal pengiriman. Tarik sistem memerlukan informasi mengenai permintaan
aktual untuk ditransmisikan sangat cepat sepanjang seluruh rantai sehingga produksi
dan distribusi produk dapat mencerminkan kebutuhan riil akurat.
Proses Pull juga dapat disebut sebagai proses reaktif karena mereka bereaksi
terhadap permintaan pelanggan. Proses mendorong juga dapat disebut sebagai proses
spekulatif karena mereka menanggapi berspekulasi (atau diperkirakan) daripada
permintaan yang sebenarnya.
2.6.4 Komponen Utama Supply Chain Management
Konsep utama dalam supply chain management terbagi atas tiga berdasarkan Turban
(2013, p.288) yaitu :
1. Upstream Supply Chain
Kegiatan transaksi antara suatu organisasi atau perusahaan dengan
pemasok dan perantaranya. Procurement merupakan aktivitas utama
dalam kegiatan ini.
2. Internal Supply Chain
16
Seluruh kegiatan proses internal yang digunakan untuk mengubah input
dari supplier menjadi output pada perusahaan. Aktivitas supply chain
yang terdapat disini seperti manajemen produksi, memproduksi ,dan
mengendalikan stock. Seluruh aktivitas pada internal supply chain
membahas value chain perusahaan yang berisi tentang aktivitas utama
dan aktivitas pendukung perusahaan yang dijalankan perusahaan.
3. Downstream Supply Chain
Kegiatan transaksi antara suatu organisasi atau perusahaan dengan
pemasok dan perantaranya.
2.6.5 Faktor Penentu Keberhasilan Supply Chain Management
Konsep faktor penentu keberhasilan supply chain management berdasarkan
Anatan dan Ellitan (2008, p.101) adalah :
1. Proses Informasi
Aliran pembagian informasi pada supply chain perlu diperhatikan agar dapat
mengatasi masalah Bullwhip Effect. Perusahaan perlu mengaplikasikan
teknologi informasi ke dalam infrastruktur organisasi untuk mendukung
proses produksi, jaringan kerja dan penyimpanan data.
2. Biaya Transaksi
Ketidaktentuan permintaan yang melonjak tinggi dapat menimbulkan biaya
interaksi lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan dapat
menimbulkan rush order atau stock out lebih besar. Berbeda apabila
permintaan konsumen relatif stabil dan dapat diprediksi maka biaya
transaksinya akan semakin rendah.
3. Integrasi Aliran Persediaan
Suatu supply chain harus mampu mengintegrasikan aliran, baik itu dari awal
sampai akhir. Strategi aliran persediaan pada supply chain yang terintegrasi
bertujuan untuk mencegah timbulnya optimasi lokal. Tujuan utama dalam
mengkoordinasikan aliran barang dalam Supply chain management untuk
mengurangi, persediaan, meminimalkan biaya dan menyamakan kedudukan
antara penawaran dengan permintaan.
4. Information Sharing
Dalam information sharing terbagi atas dua yaitu Upstream dan Downstream.
Informasi upstream berisi mengenai pemesanan, peramalan dan informasi
17
penjualan, dan matriks kinerja supply chain. Informasi downstream berisi
mengenai perubahan informasi tentang kapasitas penyimpanan, jadwal
pengiriman, dan informasi produk. Dibutuhkan koordinasi dan integrasi
supply chain dalam proses produksi yang bertujuan untuk merespon
perubahan permintaan konsumen yang cepat.
2.7 e- Supply Chain Management
Pengertian e-Supply Chain Management berdasarkan Turban (2010, p.289)
yaitu suatu bentuk penggabungan dalam penggunaan teknologi dalam memperluas
proses business to business (B2B) dan meningkatkan kecepatan kinerja,
pengendalian tepat waktu dan kepuasan pelanggan. Selain itu tujuan utamanya
adalah untuk meningkatkan kegiatan operasi dan manajemen supply chain.
Konsep e-Supply Chain Management adalah suatu konsep manajemen
dimana dalam mengintegrasikan mitra kerja perusahaan, terutama hal-hal yang
berkaitan dengan supplier dengan memanfaatkan internet dan teknologi informasi
yang ada. Pengertian tersebut menurut Indrajit dan Djonopranoto (2006, p.169).
Berdasarkan jurnal yang dibuat Ivanovska dan Kaleshovska. 2013,
“ Implementation of e-Supply Chain Management” bahwa e-SCM adalah dimensi
baru yang dikembangkan dari hasil evolusi teknologi informasi dalam proses bisnis
organisasi terhadap partner organisasi yang dihubungkan dengan internet.
Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep e-supply chain management adalah
suatu kegiatan dalam proses bisnis yang menggabungkan penggunaan teknologi
dalam kegiatan bisnis dengan mitra kerja perusahaan dalam meningkatkan kinerja
dan kepuasan pelanggan.
2.7.1 Prinsip Dasar Dalam e-SCM
Prinsip dasar dalam e-Supply Chain Management berdasarkan Indrajit (2006,
p.130) terbagi atas tiga dalam perencanaannya dalam perusahaan, yaitu:
1. Dapat melihat bahwa hakikat informasi dalam hal ini harus merupakan
pengganti atau substitusi dari keberadaan inventory. Jadi sebuah informasi
harus diperlakukan sama dengan manajemen inventory.
18
2. Informasi yang mengalir dari mitra perusahaan ke perusahaan dan sebaliknya
harus sesuai informasi yang diberikan sehingga memberikan manfaat yang
signifikan terhadap proses e-SCM. Informasi tersebut keberadaannya harus
tepat waktu pada saat yang dibutuhkan karena dalam pengambilan keputusan
dibutuhkan informasi yang tepat waktu dan data yang dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Manajemen harus dapat mempertanggungjawabkan hubungan dengan mitra
perusahaan, karena hubungan dengan mitra perusahaan merupakan aset yang
berharga dan harus dibina sebaik-baiknya. Tujuan dari hal tersebut agar
menghasilkan kinerja dalam kerja sama yang saling menguntungkan.
2.7.2 Keuntungan dari e-SCM
Keuntungan dari penggunaan e-SCM terbagi atas enam hal berdasarkan Dave
Chaffey (2011, p.289), diantaranya adalah:
1. Reduce order to delivery time
2. Reduce costs of manufacturing
3. Manage inventory more effectively
4. Improve demand forecasting
5. Reduce time to introduce new products
6. Improve aftermarket / post sales operations
2.7.3 Komponen e-SCM
Konsep e-SCM yang baik adalah memiliki komponen yang saling
mendukung. Berdasarkan Indrajit (2006, p.172) komponen tersebut adalah:
1. Supply Chain Replenishment
Suatu proses yang berkaitan dengan bagaimana cara pemasok saling
bekerja sama dalam menyediakan produk atau bahan – bahan yang
dibutuhkan oleh perusahaan sehingga memenuhi taget dan service level
yang direncanakan.
2. Collaborative Planning
Suatu proses yang memfokuskan diri pada aktivitas perencanaan yang
berkaitan dengan operasi, produksi, inventory, dan distribusi sehingga
keseluruhan bagian dalam perusahaan mengetahui fungsinya masing-
19
masing untuk mencegah adanya konflik yang dapat mengakibatkan tidak
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
3. Collaborative Product Development
Suatu proses mengenai aktivitas penciptaan suatu produk atau jasa yang
membutuhkan kerja sama antara berbagai mitra perusahaan dengan
perusahaan agar kualitas produk atau jasa dapat terpenuhi sesuai dengan
yang telah disepakati.
4. E-Procurement
Bentuk manifestasi baru dari proses pengadaan konvensional dimana
dalam aktivitas ini penerapan teknologi internet dan bentuk e-business
benar-benar di aplikasikan.
5. E-Logistic
Konsepnya sama dengan e-procurement, hanya saja ruang lingkup disini
berhubungan dengan aktivitas manajemen, pergudangan dan transportasi.
2.7.4 Preliminary Step
Konsep pengertian preliminary step berdasarkan Ross (2003, p.131-138)
yaitu untuk menerapkan strategi e-supply chain management yang membutuhkan
langkah – langkah dari preliminary step. Tujuan dari langkah – langkah preliminary
step adalah untuk memfokuskan perusahaan terhadap dampak dari arti e-business
pada semua orang, baik itu di dalam organisasi maupun mitra perusahaan dalam
jaringan supply chain. Preliminary step pada pengembangan strategi e-SCM
memiliki lima langkah pendekatan yaitu:
Step 1: Energize the Organization
Mempersiapkan organisasi untuk e-SCM sangat penting sebelum strategi bisnis yang
komprehensif dapat diaplikasikan. Dalam mempersiapkan organisasi untuk e-SCM
dibutuhkan dua inisiatif utama sumber daya manusia, yaitu membuat manajemen
tingkat atas untuk memulai usaha dan mengintegrasikan orang – orang di dalam
perusahaan ke dalam teknologi e-SCM.
Langkah-langkah berikut ini yang harus diikuti untuk menginformasi dan
mengaktifkan tim manajemen tingkat atas:
20
1. Edukasi SCM dan e-business
2. Bertindak sebagai sponsor atau penyokong
3. Mengembangkan strategi SCM
4. Mengembangkan sumber daya manusia pada perusahaan
5. Berinvestasi pada peningkatan supply chain
Bentuk inisiatif kedua dalam pengembangan strategi e-SCM selanjutnya
adalah dengan meningkatkan tingkat kemauan dalam bekerja pada orang-orang di
perusahaan. Terdapat 6 faktor utama dalam mengintegrasikan e-SCM dan orang-
orang di perusahaan. Faktor pendorong pertama berfungsi sebagai tema dalam
strategi bisnis, sedangkan 5 faktor lainnya sebagai pendukung.
1. Meningkatkan cara bekerja orang-orang di perusahaan
2. Membangun proses multi enterprise yang kuat dengan IT yang tepat
3. Menyeimbangkan peran antara manusia dengan teknologi
4. Mengatur proses multi enterprise secara fleksibel dan dinamis
5. Mengelola strategi perusahaan
6. Meningkatkan efektivitas individu
Step 2: Enterprise Vision
Melihat kekuatan daya saing bisnis adalah langkah selanjutnya dalam
membangun strategi e-SCM yang efektif. Dalam langkah ini berisi tentang
bagaimana mendefinisikan sifat kompetensi yang sifatnya kompetitif yang dimiliki
dalam infrastruktur saat ini. Dalam mendefinisikan visi tim eksekutif perusahaan
perlu dipikirkan beberapa faktor seperti :
1. Seperti apa sifat dahulu perusahaan ?
2. Bagaimana cara terdahulu perusahaan tersebut dalam mendekati pasar ?
3. Proses apa yang memberikan nilai lebih kepada pelanggan ?
4. Bagaimana perkembangan hubungan dengan supplier dengan seiringnya
waktu ?
5. Bagaimana sifat dari sisi internal organisasi ?
6. Apa saja kekuatan dan kelemahan dari mitra bisnis ?
7. Apa kemampuan yang paling penting dalam menciptakan dan
mempertahankan keunggulan kompetitif ?
21
Tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan tingkat kesadaran yang
mendalam pada bagian tim eksekutif, mengenai apa artinya e-business untuk
perusahaan, langkah apa saja yang diperlukan perusahaan untuk membangun model
strategi e-SCM yang efektif dan bagaimana peran internet dalam suatu proses
tertentu.
Step 3: Supply Chain Value Assessment
Metode yang paling efektif untuk memulai penggabungan inisiatif internet,
proses bisnis, dan visi yang strategis adalah dengan menggunakan supply chain value
assessment (SCVA). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan
memprioritaskan langkah e-business yang harus dilakukan dan dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan dan mitra bisnis perusahaan.
Dalam menerapkan SCVA yang efektif terbagi menjadi tiga hal pokok,
yaitu:
1. Tim kolaboratif yang terbentuk dari mitra supply chain perusahaan. Dasar
operasi tim ini adalah untuk mengintegrasikan supply chain, proses bisnis dan
pengetahuan e-business. Hal tersebut merupakan tanggung jawab tim untuk
mengidentifikasi perusahaan dan isu-isu bisnis supply chain dengan
menyiapkan proses model yang kompetitif dan mulai merinci implikasi
evolusioner dibandingkan pendekatan revolusioner untuk memanfaatkan e-
business demi keunggulan kompetitif.
2. Pada langkah yang kedua, tim SCVA memecahkan temuan mereka menjadi
critical performance indicator (KPIs) dan supply network opportunities.
Ketika garis besar solusi e-business kemungkinan menjadi jelas, maka tim
akan mulai mengidentifikasi dan membuat pendekatan yang mendetail dalam
solusi dan masalah, hambatan dan resiko , dan dijadikan tolak ukur untuk
memvalidasi kinerja masa depan.
3. Pada langkah yang ketiga, tim SCVA mulai mencocokkan KPIs dengan
aplikasi internet yang diusulkan untuk menentukan keputusan sebagai titik
objektif dari sebuah inisiatif, risk / return profil, faktor resiko utama, hasil
metrik, value adding processes impacted, nilai kompetensi yang dibutuhkan
dan dampak keseluruhan tentang organisasi dan supply chain. Ketika latihan
22
telah dilaksanakan, perusahaan dan mitra bisnis supply chain yang
mendukung kegiatan tersebut harus diberikan ringkasan yang detail tentang
kemungkinan memilih alternatif e-business. Dan kemudian daftar – daftar
tersebut yang akan digunakan dalam proses prioritasi yang akan datang.
Step 4: Opportunity Identification
Pada tahapan ini hal yang dilakukan adalah dengan memprioritaskan
kemungkinan alternative e-business. Untuk menyelesaikan tugas ini dibutuhkan tim
SCVA untuk membagikan inisiatif ke model yang evolutionary dan model
revolutionary. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memulai proses dalam
menentukan jenis implementasi e-SCM yang diinginkan, berbagai rangkaian peluang
kompetitif yang tersedia, dan perkiraan biaya untuk perusahaan dan mitra supply
chain.
Step 5: Strategy Decision
Setelah kesuluruhan tahap telah dilaksanakan, para eksekutif perusahaan
dapat memulai proses perencanaan inisiatif jaringan atau kelompok inisiatif
pendukung. Terlepas dari solusi yang diajukan melibatkan taktik evolusi atau strategi
berbasis web, keputusan harus fokus pada keuntungan yang diharapkan. Apakah
inisiatif e-SCM tersebut difokuskan pada mengotomatisasi dan mengintegrasikan
proses, mengurangi biaya dan meningkatkan arus informasi melalui supply chain,
atau melahirkan seluruh bisnis baru dan bentuk nilai pelanggan yang tidak penting.
Yang penting adalah pemahaman tim eksekutif dengan sendirinya bahwa
teknologi tidak menyelesaikan apa-apa, dan bahwa tujuan sebenarnya dari inisiatif e-
SCM adalah dengan memanfaatkan kekuatan mitra dagang untuk memperkuat
keuntungan pasar yang ada.
Pada tahap ini, langkah awal yang diperlukan untuk perencanaan strategi
jaringan nilai e-SCM telah selesai. Setelah ini bagian tim eksekutif mengalihkan
perhatian mereka untuk memilih strategi e-SCM perusahaan dan diatur dalam suatu
mekanisme untuk meninjau strategi yang berkelanjutan.
23
2.7.5 Bullwhip Effect
Konsep pengertian bullwhip effect berdasarkan Anatan dan Ellitan
(2008,p.99) adalah peramalan jumlah permintaan yang terjadi akan berfluktuasi
secara terus menerus jika sistem informasi dalam e-SCM buruk, artinya apabila
kondisi manufakur perusahaan semakin ke hulu, sehingga perusahaan tidak dapat
men-supply kuantitas permintaan yang ada.
Konsep pengertian bullwhip effect berdasarkan Pujawan (2005,p.193) adalah
sebuah permintaan yang relatif stabil di tingkat pelanggan akhir yang berubah
menjadi fluktuatif di bagian hulu supply chain dan semakin ke hulu peningkatannya
semakin besar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bullwhip
effect adalah jumlah permintaan yang realtif stabil namun berubah menjadi fluktuatif
di bagian hulu supply chain yang disebabkan jika sistem informasi dalam e-SCM
berjalan buruk.
Penyebab timbulnya bullwhip effect disebabkan oleh 4 faktor, yaitu:
1. Permintaan yang tidak stabil, hal ini membuat perusahaan mengambil
langkah antisipasi dengan membuat safety stock. Hal tersebut dikarenakan
proses sharing information yang tidak tepat.
2. Order Batching, dapat terjadi pada saat penumpukan order sehingga
perusahaan melakukan pemesanan secara periodik. Salah satu masalah yang
dihadapi untuk melakukan pemesanan secara periodik adalah masalah
transportasi, dimana perusahaan akan merugi apabila jika pemesanan yang
ada namun muatan pengirimannya tidak penuh.
3. Fluktuasi harga, hal ini terjadi karena adanya permintaan yang tinggi yang
disebabkan oleh promosi harga barang tersebut. Hal ini akan menyebabkan
rush order material meningkat dan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi
tinggi.
4. Rationing, suatu kondisi dimana permintaan meningkat melebihi persediaan
yang ada sehingga menimbulkan kekacauan di supply chain management
yang ada.
24
2.8 Persediaan
Konsep persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan
untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan
terdiri dari barang setengah jadi dan barang jadi. Pengertian tersebut menurut
Ristono (2009, p.1).
Konsep persediaan menurut Alexandri (2009, p.135) adalah suatu aktiva yang
meliputi barang – barang milik perusahaan dengan tujuan untuk dijual dalam suatu
periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan
atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah
barang-barang yang disimpan atau akan digunakan dalam waktu yang akan datang
atau periode tertentu. Baik itu barang yang sudah siap dipakai atau masih dalam
proses produksi.
2.8.1 Jenis Persediaan
Jenis persediaan dapat dibagi menjadi tiga macam berdasarkan tujuannya, hal
tersebut menurut Ristono (2009, p.7) yang diantaranya adalah:
a. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Persediaan pengamanan atau yang sering disebut safety stock adalah
persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian dari
permintaan dan persediaan. Apabila safety stock tidak mampu
mengantisipasinya maka akan menyebabkan kekurangan persediaan
(stockout).
Faktor-faktor yang menentukan besarnya safety stock yaitu:
- Penggunaan bahan baku rata-rata
- Faktor lama atau procurement time.
b. Persediaan Antisipasi (Stabilization Stock)
Persediaan antisipasi atau stabilization stock merupakan persediaan
yang dilakukan untuk menghadapi hal fluktuasi permintaan yang telah
diperlukan sebelumnya
c. Persediaan Dalam Pengiriman (Transit Stock)
25
Persediaan dalam pengiriman disebut work in process stock yaitu
persediaan yang masih dalam pengiriman. Transit Stock dibagi atas dua jenis,
diantaranya adalah:
- Eksternal Transit Stock, yaitu persediaan yang masih berada dalam
transportasi
- Internal Transit Stock, yaitu persediaan yang masih menunggu untuk proses
atau menunggu sebelum dipindahkan.
2.8.2 Biaya Dalam Persediaan
Konsep faktor biaya dalam persediaan menurut Ristono (2009, p.4) dibagi
menjadi tiga, yaitu:
a. Biaya penyimpanan di gudang, semakin banyak barang yang disimpan
maka akan semakin besar biaya penyimpanannya.
b. Resiko kerusakan barang, semakin lama barang disimpan di gudang maka
semakin tinggi resiko kerusakan barang tersebut.
c. Resiko kadaluarsa barang, barang-barang yang tersimpan lama di gudang
semakin lama akan kadaluarsa atau out of date.
2.8.3 Fungsi dan Tujuan Dalam Persediaan
Fungsi persediaan dibagi menjadi tiga fungsi, pengertian tersebut menurut
Sumayang (2003, p.201-203), yang diantaranya adalah:
a. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian
Dalam menghadapi ketidakpastian dalam sistem inventory ditetapkan
persediaan darurat yang disebut safety stock. Apabila sumber
ketidakpastian ini dapat dihilangkan, maka jumlah inventory maupun
safety stock dapat dikurangi.
b. Memberikan waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian
Pada proses memproduksi barang dalam jumlah besar memang
ekonomis, maka dari itu disimpan sebagai persediaan. Selama persediaan
masih ada maka proses produksi akan dihentikan dan akan dimulai lagi
apabila persediaan telah menipis. Beberapa pertimbangan berikut
memberikan kemudahan yang diantaranya adalah:
- Memberikan keuntungan untuk menyebarkan dan meratakan beban
biaya investasi pada sejumlah besar produk.
26
- Memungkinkan pengunaan satu peralatan untuk menghasilkan
bermacam-macam jenis produk.
c. Mengantisipasi demand dan supply
Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang
menunjukkan perubahan pada demand dan supply , yaitu:
- Apabila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan baku.
- Sebagai persiapan dalam menghadapi promosi pasar dimana sejumlah
barang besar jadi disimpan untuk menunggu penjualan tersebut.
- Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan
mengalami perubahan produk pada kondisi permintaan yang rendah atau pada
kondisi musim lesu atau low season. Kelebihan produk ini akan disimpan
sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila output tidak dapat
memenuhi lonjakan permintaan pada musim ramai atau peak season.
Tujuan dalam persediaan menurut Ristono (2009, p.4) adalah:
- Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan
cepat.
- Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan
tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan
terhentinya proses produksi.
- Untuk mempertahankan dan apabila memungkinkan untuk
meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
- Menjaga agar pembelian secara skala kecil dihindari karena dapat
membebani ongkos pengiriman.
- Menjaga agar penyimpanan dalam emplacement tidak terlalu besar
karena akan menyebabkan biaya menjadi besar.
2.9 Metode Analisa Bisnis
2.9.1 Value Chain Analysis
Konsep value chain analysis berdasarkan Pearce II dan Robinson (2008,
p.208) adalah sebuah metode yang digunakan untuk memahami bagaimana suatu
kegiatan bisnis dapat menciptakan nilai bagi pelanggannya dari berbagai aktivitas
27
yang ada. Kegiatan aktivitas disini terbagi menjadi dua yaitu aktivitas utama dan
aktivitas pendukung.
a. Aktivitas Utama
Aktivitas utama dalam perusahaan berkaitan dengan hal –hal yang terkait
tentang penciptaan barang jadi dari produk, pemasaran dan layanan
dengan customer. Aktivitas utama terdiri atas 5, diantaranya adalah,
1. Inbound Logistic
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan
perolehan bahan bakar, energy, bahan baku, suku cadang, barang
dagangan, dan perlengkapan lainnya dari pemasok, penerimaan,
penyimpanan, dan distribusi dari supplier.
2. Operation
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan
konversi input menjadi bentuk produk akhir (produksi, perakitan,
pengemasan, pemeliharaan peralatan, operasi fasilitas, penjaminan
mutu, perlindungan lingkungan)
3. Outbound Logistic
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
barang jadi dari produk kepada pembeli.
4. Sales and Marketing
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
upaya tenaga penjualan, iklan dan promosi, riset dan perencanaan
pasar, serta dukungan bagi dealer/distributor.
5. Service
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
penyediaan bantuan bagi pembeli, seperti instalasi, pengiriman suku
cadang, pemeliharaan dan perbaikan, bantuan teknis, penanganan atas
pertanyaan dan keluhan dari customer.
28
b. Aktivitas Pendukung
Aktivitas pendukung adalah bentuk aktivitas dalam perusahaan yang
membantu perusahaan secara keseluruhan dengan cara menyediakan
infrastruktur atau masukan yang memungkinkan aktivitas-aktivitas primer
dilakukan secara berkelanjutan. Aktivitas pendukung terbagi atas
berbagai kegiatan, diantaranya adalah,
1. Firm Infrastructure
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
manajemen umum, akuntansi dan keuangan, hukum dan masalah
peraturan, keselamatan dan keamanan, sistem informasi manajemen,
dan fungsi-fungsi “overhead” lainnya.
2. Human Resource Management
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
perekrutan, pelatihan, pengembangan, dan kompensasi dari seluruh
jenis karyawan, aktivitas hubungan dengan karyawan, pengembangan
keahlian yang berbasis pengetahuan.
3. Technological Development
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
produk, proses, perbaikan desain proses, desain peralatan,
pengembangan software komputer, sistem telekomunikasi, desain dan
rekayasa dengan bantuan komputer, kapabilitas basis data , dan
pengembangan sistem pendukung yang terkomputerisasi.
4. Procurement
Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan
pembelian dan penyediaan bahan baku, perlengkapan, jasa.
29
Gambar 2. 1 Value Chain
Sumber: Pearce II dan Robinson (2008, p. 209)
2.9.2 Five Forces Porter
Untuk mengetahui lingkungan kompetitif pada perusahaan dapat diketahui
melalui lima kekuatan yang ada. Berdasarkan teori Five Forces Porter (2011, p.106)
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Ancaman persaingan dari perusahaan lain
Persaingan antara perusahaan yang telah ada merupakan kekuatan utama
dalam sebuah persaingan. Sesuatu yang dilakukan perusahaan hanya akan
berarti apabila hasil yang didapat dapat memberikan keunggulan yang
kompetitif terhadap pesaing.
Di bawah ini ada beberapa hal yang menyebabkan persaingan yang tinggi
di antara perusahaan adalah:
• Jumlah pesaing yang banyak
• Perusahaan pesaing yang memiliki kemampuan yang sama
• Penurunan permintaan
30
• Perusahaan pesaing memiliki produk yang sama
• Pelanggan dapat berganti ke merek lain dengan mudah
b. Ancaman persaingan dari perusahaan baru
Pada saat perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam suatu
industry, maka otomatis persaingan yang ada pada industry tersebut akan
meningkat. Perusahaan yang telah ada akan mengidentifikasi ancaman
perusahaan baru dan akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk
mengantisipasi ancaman dari perusahaan baru. Tindakan yang umum
dilakukan adalah dengan menurunkan harga, meningkatkan pelayanan,
dan menambahkan suatu bentuk fitur terbaru.
c. Ancaman dari produk substitusi
Bentuk persaingan dari produk substitusi semakin meningkat pada saat
harga produk pesaing menjadi lebih murah dan switching cost pelanggan
menjadi menurun. Kekuatan kompetitif dari produk substitusi dapat
dinilai dari pangsa produk tersebut dan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan kapasitasnya serta melakukan penetrasi pasar.
d. Ancaman kekuatan daya tawar menawar supplier
Daya tawar menawar supplier dapat mempengaruhi tingkat persaingan
dalam suatu industry, terutama pada saat terdapat sedikit supplier namun
hanya ada sedikit substitusi dari bahan baku, atau switching cost untuk
bahan baku yang tinggi. Untuk mengatasi kekuatan persaingan dari daya
tawar menawar supplier banyak perusahaan yang melakukan kerjsasama
dengan supplier.
e. Ancaman kekuatan daya tawar menawar konsumen
Ancaman persaingan dari daya tawar menawar konsumen meningkat pada
saat jumlah pembeli sedikit dan pembeli yang ada membeli dalam jumlah
besar. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan dalam industri bersaing
semakin ketat dalam memperebutkan pelanggan.
2.10 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Konsep object oriented analysis and design menurut Satzinger (2010, p.60)
adalah menentukan semua objek yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan dalam
31
sistem dan untuk berkomunikasi dengan orang-orang. Hal tersebut bertujuan untuk
menunjukkan bagaimana objek melakukan tugas hingga mampu diimplementasikan.
Konsep object oriented analysis and design menurut Whitten et al (2004,
p.31) adalah alat dan teknologi dalam mengembangkan sistem yang akan
.mengutilisasi objek untuk membangun sistem dan software nya.
Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa object
oriented analysis and design adalah suatu metode dalam menentukan objek yang
dilakukan dalam melakukan pekerjaan dalam sistem dan untuk berkomunikasi
dengan orang-orang dengan cara menganalisis dan merancang sistem tersebut hingga
dapat diimplementasikan.
2.11 Unified Modeling Language (UML)
UML adalah singkatan dari Unified Modeling Language. Artinya UML
adalah bahasa. Sebagai bahasa, UML dapat digunakan untuk menggambarkan sistem
informasi yang dikembangkan menggunakan paradigm tradisional atau salah satu
dari banyak versi dari paradigma berorientasi objek, termasuk Unified Process.
Dengan kata lain, UML adalah notasi bukan metodologi. Notasi ini dapat digunakan
untuk berhubungan dengan metodolig apapun, konsep UML tersebut adalah menurut
Schach (2005, p.189-190).
Konsep UML berdasarkan Bennet et al (2010, p.118-119) adalah sebuah
grafik yang merupakan terdiri dari berbagai jenis bentuk yang dikenal dengan node,
dan dihubungkan dengan garis yang dikenal sebagai path.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa UML
merupakan suatu bahasa yang berupa grafik untuk menggambarkan pengembangan
suatu sistem informasi.
2.11.1 Activity Diagram
Konsep Activity Diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.141) menjelaskan
bahwa Activity Diagram hanyalah sebuah diagram alur kerja yang menggambarkan
kegiatan berbagai pengguna (atau sistem), orang yang melakukan setiap kegiatan dan
urutan dari berbagai aliran aktivitas mereka. Activity Diagram adalah salah satu dari
32
diagram UML yang berhubungan dengan pendekatan yang berorientasi dengan
objek, namun dapat digunakan juga pada pendekatan suatu pembangunan.
Konsep Activity Diagram berdasarkan Bennet et al (2010, p.113) bahwa
Activity Diagram digunakan untuk menggambarkan proses pembangunan dalam
Unified Process. Activity Diagram sangat berguna dalam menggambarkan urutan –
urutan dari proses bisnis dalam sebuah organisasi.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Activity
Diagram adalah bagian dari salah satu diagram UML yang menggambarkan alur
kerja pada suatu aktivitas maupun menggambarkan proses pembangunan dalam
Unified Process.
Gambar 2.2 menunjukan notasi-notasi dasar yang digunakan dalam
menggambarkan Activity Diagram.
Gambar 2. 2 Notasi Activity Diagram
Sumber: Satzinger (2010, p.142)
2.11.2 Use Case Diagram
Konsep Use Case Diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.242) bahwa Use
Case Diagram digunakan untuk mengidentifikasi kegunaan atau untuk
mengidentifikasi bagaimana sistem tersebut akan digunakan. Sebuah use case
diagram adalah cara yang nyaman untuk mendokumentasikan suatu kegiatan sistem.
33
Konsep Use Case Diagram berdasarkan Bennet et al (2010, p.154) adalah
suatu penjelasan fungsionalitas sistem dari sudut pandang pengguna. Yang dimaksud
dengan penjelasan fungsionalitas apabila sistem menyediakan dan menggambarkan
user mana yang berkomunikasi dengan sistem dalam cara menunjukkan
fungsionalitas.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Use Case
Diagram adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi kegunaan
atau mengidentifikasi bagaimana sistem tersebut akan digunakan secara fungsional.
Gambar 2.3 menunjukan notasi-notasi dasar yang digunakan dalam
menggambarkan Use Case Diagram.
Gambar 2. 3 Notasi Untuk Use Case Diagram
Sumber : Satzinger (2010, p.244)
2.11.3 Event Table
Konsep Event Table berdasarkan Satzinger (2010, p.168) adalah sebuah
katalog usecase yang berisi daftar peristiwa dalam baris dan potongan kunci
informasi tentang setiap peristiwa dalam kolom.
Konsep Event Table berdasarkan Muhairat, Al-Qutaish, dan Abdelqader (
2010, p253 ) adalah sebuah dokumentasi dari hasil analisa kejadian mengenai
kumpulan kegiatan dari proses usecase dan class diagram.
34
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Event Table
adalah sebuah dokumentasi yang berupa katalog yang berisi tentang kegiatan dan
peristiwa kunci informasi yang terdapat pada usecase.
Gambar 2.4 Menggambarkan penjelasan pada kolom-kolom yang terdapat di
dalam Event Table.
Gambar 2. 4 Event Table
Sumber: Satzinger (2010, p.169)
2.11.4 Class Diagram
Konsep Class Diagram berdasarkan Bennet et al. (2010, p.134) adalah bahwa
setiap use case analysis diuraikan secara terpisah untuk memasukkan detil sebuah
rancangan yang relevan. Model – model yang terpisah ini lalu diintegrasikan untuk
menghasilkan suatu rancangan class diagram yang detil.
Konsep Class Diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.60) yaitu model grafis
yang digunakan dalam perorientasian objek yang digunakan dalam pendekatan untuk
menunjukkan kelas dari objek dalam suatu sistem.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Class
Diagram yaitu sebuah model grafis yang terdiri dari bagian – bagian use case
analysis yang diintegrasikan untuk menghasilkan suatu rancangan.
Class Diagram terbagi atas tiga menurut Satzinger, diantaranya adalah:
35
a. Domain Model Class Diagram
Class Diagram digunakan untuk menunjukkan kelas objek untuk
suatu system. UML yang telah menjadi standar untuk model yang digunakan
dengan sistem pengembangan object oriented. Salah satu jenis class diagram
UML menunjukkan hal dalam users work domain atau disebut domain model
class diagram. Tipe lain dari notasi UML class diagram digunakan untuk
membuat design class diagrams ketika merancang suatu software. Simbol
domain kelas adalah rectangle dengan dua bagian. Bagian atas berisi nama
kelas dan bagian bawah berisi daftar atribut kelas. Nama kelas selalu diawali
dengan huruf kapital dan nama atribut selalu dengan huruf kecil. Hal tersebut
menurut Satzinger (2010, p,187).
Gambar 2.5 menggambarkan Domain Model Class Diagram.
Gambar 2. 5 Domain Model Class Diagram
Sumber: Satzinger (2010, p.187)
b. First Cut Design Class Diagram
First Cut Design Class Diagram dikembangkan dengan memperluas
domain model class diagram. Hal ini membutuhkan dua langkah yaitu
menguraikan pada atribut dengan jenis dan nilai awal informasi dan
menambahkan panah navigation visibility. Hal ini menurut Satzinger (2010,
p.413).
Terdapat beberapa panduan dalam menentukan arah panah navigation
visibility menurut Satzinger (2010, p.415), diantaranya adalah:
36
- One to Many Relationships yang menunjukkan hubungan
superior/subordinate biasanya dinavigasikan dari atas ke bawah. Contohnya
dari Order ke Order Item. Kadang-kadang hubungan ini membentuk hierarki
rantai navigasi,Contohnya dari catalog ke product item lalu ke inventory item.
- Mandatory Relationships, dimana objek dalam suatu kelas tidak bisa ada
tanpa objek kelas lain. Biasanya dinavigasi dari independent class ke
dependent class. Contohnya, dari Customer ke Order.
- Ketika sebuah objek membutuhkan informasi dari objek lain, panah
navigasi mungkin diperlukan untuk menunjuk baik ke objek itu sendiri atau
perusahaan induknya dalam suatu hirarki.
- Arah panah navigasi juga memungkinkan dua arah.
Gambar 2.6 menggambarkan First Cut Design Class Diagram.
Gambar 2. 6 First Cut Design Class Diagram
Sumber : Satzinger (2010, p.414)
c. Updating and Packaging The Design Classes
Untuk metode yang terakhir ini, pertama kita harus menambahkan method
signatures sebelum memfinalisasi tampilan. Terdapat tiga jenis metode yang
ditemukan di sebagian class, yaitu constructor methods, data get and set
methods, dan usecase specific methods. Data get and set methods mengambil
dan memperbarui nilai atribut. Karena setiap class harus mempunyai
constructor dan sebagian besar biasanya memiliki data get and set method,
hal ini merupakan pilihan untuk memasukkan method signatures ke dalam
37
desain class diagram. Yang ketiga yaitu usecase specific methods harus
dimasukkan ke dalam desain class diagram. Hal ini menurut Satzinger (2010,
p.457).
Gambar 2.7 menggambarkan Updating and Packaging The Design Classes.
Gambar 2. 7 Updating and Packaging The Design Classes
Sumber : Satzinger (2010, p.458)
2.11.5 Sequence Diagram
Konsep sequence diagram berdasarkan Bennet et al. (2010, p.262) adalah
ekuivalen semantic untuk mengkomunikasikan diagram dalam interaksi yang
sederhana dan menunjukkan sebuah interaksi diantara objek-objek yang disusun
dalam sebuah urutan waktu. Aplikasi umum dari sebuah sequence diagram adalah
mewakili interaksi yang terjadi untuk satu use case atau untuk satu operasi.
38
Konsep sequence diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.242) bahwa
digunakan untuk input dan output dan menunjukkan urutan dari messages antara
eksternal aktor dan sistem dalam use case atau skenario.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sequence
diagram yaitu sebuah diagram yang digunakan untuk input dan output dalam
menunjukkan urutan dari messages dan untuk mengkomunikasikan diagram dalam
interaksi yang sederhana dan menunjukkan sebuah interaksi pada objek-objek yang
disusun.
Terdapat empat tahapan dalam melakukan sequence diagram , diantaranya
adalah :
a. System Sequence Diagram (SSDs)
Diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan
sistem selama kasus penggunaan atau scenario. Hal ini menurut Satzinger
(2010, p.242).
Gambar 2.8 menggambarkan System Sequence Diagram (SSDs).
Gambar 2. 8 System Sequence Diagram (SSDs)
Sumber : Satzinger (2010, p.253)
39
b. First Cut Sequence Diagram
Dalam memulai first cut sequence diagram harus sesuai dengan
elemen-elemen dari system sequence diagram (SSDs). Yang pertama dengan
mengganti objek sistem dengan use case controller. Selanjutnya
menambahkan objek lain yang diperlukan use case. Langkah yang terakhir
menentukan message, termasuk objek yang harus menjadi sumber dan tujuan
dari setiap message untuk mengumpulkan semua informasi yang dibutuhkan.
Hal tersebut menurut Satzinger (2010, p.316).
Gambar 2.9 menggambarkan First Cut Sequence Diagram
Gambar 2. 9 First Cut Sequence Diagram
Sumber : Satzinger (2010, p.439)
c. Three Layer Design Sequence Diagram
Konsep pengertian three layer design sequence diagram berdasarkan
Satzinger (2010, p.320-322) adalah gambaran lengkap dari sequence diagram
dan juga merupakan pengembangan dari first cut sequence diagram yang
terdiri berbagai tambahan layer sebagai berikut :
- View Layer
40
View Layer melibatkan antara interaksi manusia dan computer dan
membutuhkan rancangan user interface dalam setiap use case.
- Data Access Layer
Dalam data access layer pemisahan tanggung jawab juga berlaku.
Desain multilayer penting dalam mendukung jaringan multitier
dimana pada saat database dalam satu server. Cara baru dalam
merancang sistem yang tidak hanya menciptakan sistem yang lebih
kuat namun sistem yang lebih fleksibel.
Gambar 2.10 menggambarkan Three Layer Design Sequence Diagram
Gambar 2. 10 Three Layer Design Sequence Diagram
Sumber : Satzinger (2010, p.454)
2.11.6 Navigation Diagram
Konsep Navigation Diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.504) adalah
proses mengakses objek dengan menampilkan objek pengenal dengan objek lain
yang saling berkaitan.
41
Konsep Navigation Diagram berdasarkan Christian dan Azzahra (2011, p.42)
adalah suatu jenis khusus dari statechart diagram yang berfokus pada alur dinamika
suatu user interface.
2.11.7 User Interface
User Interface merupakan komponen penting dari setiap sistem baru yang
akan digunakan. User Interface merupakan bagian dari sistem informasi yang
memerlukan interaksi langsung pada system user dalam membuat input dan output.
Pengertian tersebut menurut Satzinger (2010, p.531).
Dalam membuat user interface terdapat aturan yang disebut eight golden
rules. Eight golden rules bermanfaat dalam merancang user interface yang interaktif.
Hal tersebut diantara lain adalah:
a. Strive for Consistency
Merancang sebuah interface yang berfungsi secara konsisten merupakan
salah satu tujuan desain yang paling penting. Cara agar informasi dapat
diatur pada bentuk, nama dan pengaturan komponen menu, ukuran dan
bentuk icon, dan urutan diikuti untuk melaksanakan tugas harus konsisten
di seluruh sistem.
b. Enable Frequent Users to Use Shortcuts
User yang bekerja dengan satu aplikasi sepanjang hari harus bersedia
dalam menginvestasikan waktunya untuk mempelajari shortcut. Shortcut
mengurangi jumlah interaksi untuk pekerjaan tertentu. Dan juga seorang
desainer harus menyediakan fasilitas macro bagi pengguna untuk
membuat shortcut-nya sendiri.
c. Offer Informative Feedback
Setiap tindakan pada user harus dapat menghasilkan beberapa jenis
feedback dari komputer sehingga user mengetahui bahwa tindakan
tersebut diakui.
d. Design Dialogs to Yield Closure
Setiap interaksi dengan sistem harus diatur dengan urutan yang jelas yaitu
awal, tengah, dan akhir. Setiap tugas yang jelas memiliki urutan awal,
tengah, dan akhir, sehingga penggunan tugas di komputer seharusnya juga
merasakan hal seperti itu.
42
e. Offer Simple Error Handling
Kesalahan pada user membutuhkan biaya, baik dalam waktu yang
dibutuhkan untuk memperbaiki hasil kesalahannya. Perancang sistem
harus dapat mencegah user dari membuat kesalahan bila memungkinkan.
Sebuah cara utama untuk melakukan ini adalah membatasi pilihan yang
tersedia dan memungkinkan user untuk memilih dari pilihan yang valid
pada setiap titik dalam dialog. Feedback yang memadai, seperti yang
dibahas sebelumnya juga membantu mengurangi kesalahan.
f. Permit Easy Reversal of Actions
User harus merasa bahwa mereka dapat mengeksplorasi pilihan dan
mengambil tindakan yang dapat dibatalkan atau dibatalkan tanpa
kesulitan. Ini adalah salah satu cara user belajar tentang sistem dengan
melakukan percobaan. Hal ini juga merupakan cara untuk mencegah
kesalahan.
g. Support Internal Locus of Control
User yang berpengalaman merasa bahwa mereka bertanggung jawab atas
sistem dan bahwa sistem merespon perintah mereka. Mereka seharusnya
tidak dipaksa untuk melakukan sesuatu atau dibuat merasa seolah-olah
sistem mengendalikan mereka. Sistem harus membuat user merasa bahwa
mereka memutuskan apa yang harus dilakukan. Desainer dapat
memberikan banyak fasilitas dalam hal ini dan bentuk pengendalian
melalui kata-kata petunjuknya dan pesan.
h. Reduce Short Term Memory Load
Orang-orang memiliki banyak keterbatasan, dan memori jangka pendek
adalah salah satu yang terbesar. Interface desainer tidak bisa berpendapat
bahwa user akan mengingat apa pun dari form ke form, atau dialog box
untuk dialog box, selama interaksi dengan sistem.
43
2.12 Kerangka Pikir
Analisis SCM PT. Bina Mentari Tunggal
Metode Pengumpulan Data
Data Primer
(Observasi &
Wawancara)
Data Sekunder
(Studi Pustaka)
Identifikasi Masalah
Preliminary Steps
Perencanaan Strategi
Perencanaan OOAD
Perancangan User
Interface
1. Energize The Organization
2. Enterprise Vision
3. Supply Chain Value Assesment
4. Opportunity Identification
5. Strategy Decision
1. Activity Diagram
2. Usecase Diagram
3. Class Diagram
4. Sequence Diagram
Gambar 2. 11 Kerangka Pikir