Upload
phungdat
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kualitas Pelayanan
2.1.1 Pengertian Kualitas
Kualitas telah menjadi harapan dan impian bagi semua orang baik konsumen
maupun produsen. Apa kualitas itu? Membicarakan tentang pengertian atau definisi kualitas
dapat berbeda makna bagi setiap orang, karena kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat
tergantung pada konteksnya. Banyak pakar di bidang kualitas yang mencoba untuk
mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Beberapa di
antaranya yang paling populer adalah yang dikembangkan oleh ketiga pakar kualitas tingkat
internasional, yaitu menurut W. Edwards Deming, Philip B. Crosby dan Joseph M. Juran yang
di kutip oleh Yamit (2004, p.7), berikut adalah definisi-definisi menurut pakar :
1. Konsisten peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu
produk yang di hasilkan baik itu barang maupun jasa, agar memenuhi kebutuhan
yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal
maupun eksternal (Gaspersz, 1998, p.1).
2. Derajat atau tingkatan dimana produk atau jasa tersebut mampu memuaskan
keinginan dari konsumen serta meningkatkan loyalitas (fitness for use atau tailor
made) (Wignjosoebroto, 2003, p.251).
3. Menurut Goetsch Davis (1994), membuat definisi kualitas yang lebih luas
cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan (Yamit, 2004, p.8).
4. Keunggulan atau keistimewaan yang dapat didefinisikan sebagai penyampaian
layanan yang relatif istimewa terhadap harapan pelanggan (Utami, 2006, p.245).
6
Pendekatan yang dikemukakan Goetsch davis ini menegaskan bahwa kualitas bukan
hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut
kualitas manusia, proses dan lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk atau jasa
yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.
Perusahaan jasa dan pelayanan lebih menekankan pada kualitas proses, karena
konsumen biasanya terlibat langsung dalam proses tersebut. Sedangkan perusahaan yang
menghasilkan produk lebih menekankan pada hasil, karena konsumen umumnya tidak
terlibat secara langsung dalam prosesnya. Untuk itu diperlukan sistem manajemen kualitas
yang dapat memberikan jaminan kepada pihak konsumen bahwa produk tersebut dihasilkan
oleh proses yang berkualitas (Yamit, 2004, p.9).
Kualitas pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan. Tujuan
keseluruhan bisnis bukanlah untuk menghasilkan produk dan jasa yang bermutu, melainkan
pelayanan yang prima. Oleh karena itu, memberikan mutu yang tinggi dan pelayanan yang
lebih prima adalah suatu keharusan apabila ingin mencapai loyalitas konsumen (Gerson,
2001, p.4)
David Garvin (1994) yang dikutip oleh yamit (2004, p.9-10), mengidentifikasikan lima
pendekatan perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu :
1. Transcendental Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit
didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur. Perspektif ini umumnya
diterapkan dalam karya seni seperti seni musik, seni tari, seni drama, dan seni rupa.
Untuk produk dan jasa pelayanan, perusahaan dapat mempromosikan dengan
menggunakan pernyataan-pernyataan seperti kelembutan dan kehalusan kulit
(sabun mandi), kecantikan wajah (kosmetik), pelayanan prima (bank), tempat
berbelanja yang nyaman (mall atau gerai). Definisi seperti ini sangat sulit untuk
dijadikan sebagai dasar perencanaan dalam manajemen kualitas.
7
2. Product-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang dapat
diukur. Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki
produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan
dalam selera dan preferensi individual.
3. User-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung
pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling memuaskan preferensi
seseorang atau cocok dengan selera merupakan produk yang berkualitas paling
tinggi. Pandangan yang subjektif ini mengakibatkan konsumen yang berbeda
memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula sehingga kualitas bagi
seseorang adalah kepuasan maksimum yang dapat dirasakannya.
4. Manufacturing-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat suply-based atau dari sudut pandang
produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan
persyaratannya dan prosedurnya. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian
spesifikasi yang ditetapkan perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang
menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan
konsumen yang menggunakannya.
5. Value-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai dan harga.
Oleh karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk yang
memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling bernilai. Produk yang
paling bernilai adalah produk yang paling tepat beli.
Meskipun sulit mendefinisikan kualitas dengan tepat dan tidak ada definisi kualitas
yang dapat diterima secara universal, dari perspektif david garvin tersebut dapat bermanfaat
8
dalam mengatasi konflik-konflik yang sering timbul di antara para manajen dalam
departemen fungsional yang berbeda. Misalnya, departemen pemasaran lebih menekankan
pada aspek keistimewaan, pelayanan, dan fokus pada pelanggan. Departemen perekayasaan
lebih menekankan pada aspek spesifikasi dan pada pendekatan product-based. Sedangkan
departemen produksi lebih menekankan pada aspek spesifikasi dan proses. Menghadapi
konflik seperti ini sebaiknya pihak perusahaan menggunakan perpaduan antara beberapa
perspektif kualitas dan secara aktif selalu melakukan perbaikan yang berkelanjutan atau
melakukan perbaikan secara terus-menerus.
2.1.2 Dimensi Kualitas
Berdasarkan perspektif kualitas, menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985)
yang dikutip oleh Yamit (2004, p. 10-11), telah melakukan berbagai penelitian terhadap
beberapa jenis jasa, dan berhasil mengidentifikasikan lima dimensi karakteristik yang
digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima dimensi
karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah :
1. Tangibles (bukti langsung), yaitu meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan
sarana komunikasi.
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan
segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan.
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
4. Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan.
5. Empaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.
Berikut di bawah ini tabel dimensi dan atribut model servqual yang dikembangkan
9
oleh Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1988) dikutip oleh Utami (2006, p.250).
Tabel 2.1 Dimensi dan Atribut Model SERVQUAL
No. Dimensi No. Atribut
1 Keberwujudan
(Tangibles)
1
2
3
4
Peralatan Terbaru.
Fasilitas fisik yang mempunyai daya tarik.
Karyawan yang berpenampilan rapi.
Fasilitas fisik sesuai dengan jenis jasa yang ditawarkan.
2 Keandalan
(Reliability)
5
6
7
8
9
Bila menjanjikan akan melakukan sesuatu pada waktu yang
telah ditentukan, pasti akan direalisasikan.
Bersikap simpatik dan sanggup menenanglan pelanggan
pada setiap masalah.
Jasa dilakukan dengan benar sejak awal.
Jasa disampaikan sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
Sistem pencatatan yang akurat dan bebas dari kesalahan.
3 Ketanggapan
(Responsiveness)
10
11
12
13
Kepastian waktu penyampaian jasa diinformasikan dengan
jelas kepada para pelanggan.
Pelayanan yang cepat dari karyawan.
Karyawan yang selalu bersedia membantu pelanggan.
Karyawan yang tidak terlalu sibuk sehingga sanggup
menanggapi permintaan pelanggan dengan cepat.
4 jaminan
(assurance)
14
15
16
Karyawan yang terpercaya.
Perasaan aman sewaktu melakukan transaksi dengan
karyawan perusahaan jasa.
Karyawan yang selalu bersikap sopan terhadap pelanggan.
10
17 Karyawan yang berpengalaman luas sehingga dapat
menjawab pertanyaan pelanggan.
5 Empati
(empathy)
18
19
20
21
22
Perhatian individual dari perusahaan.
Waktu beroperasi yang cocok bagi para pelanggan.
Karyawan yang memberikan perhatian personal.
Perusahaan yang sungguh-sungguh memerhatikan
kepentingan setiap pelanggan.
Karyawan yang memahami kebutuhan spesifik pelanggan.
Sumber: Utami (2006, p.250)
Karakteristik kualitas dari suatu produk sangat multidimensional, karena produk
dapat memberikan kepuasan dan nilai kepada pelanggan dalam banyak cara. Karakteristik
beberapa produk secara kuantitatif mulai ditentukan, seperti berat, panjang dan waktu
penggunaan. Tetapi beberapa karakteristik yang lain, seperti daya tarik produk adalah
bersifat kualitatif.
Joseph S. Martinich (1997) yang dikutip oleh Yamit (2004, p.11) mengemukakan
spesifikasi dari dimensi kualitas produk yang relevan dengan pelanggan dapat dikelompokan
dalan enam dimensi, yaitu:
1. Performance: Hal yang paling penting bagi pelanggan adalah apakah kualitas produk
menggambarkan keadaan yang sebenarnya atau apakah pelayanan diberikan dengan
cara yang benar.
2. Range and Type of Features: Selain fungsi utama dari suatu produk dan pelayanan,
pelanggan sering kali tertarik pada kemampuan atau keistimewaan yang dimiliki
produk dan pelayanan.
3. Reliability and Durability: Kehandalan produk dalam penggunaan secara normal dan
berapa lama produk dapat digunakan hingga perbaikan diperlukan.
11
4. Maintainability and Serviceability: Kemudahan untuk mengoperasikan produk dan
kemudahan perbaikan maupun ketersediaan komponen pengganti.
5. Sensory Characteristics: Penampilan, corak, rasa, daya tarik, bau, selera dan
beberapa factor lainnya mungkin menjadi aspek penting dalam kualitas.
6. Ethical Profile and Image: Kualitas adalah bagian terbesar dari kesan pelanggan
terhadap roduk dan pelayanan.
Tabel berikut ini memperlihatkan contoh perbedaan dimensi kualitas untuk barang
dan jasa berdasarkan keenam dimensi yang dikemukakan oleh Joseph S. Martinich tersebut
diatas.
Tabel 2.2 Contoh Dimensi Kualitas Barang dan Jasa Pelayanan
Karakteristik Kualitas Barang
(Komputer Note Book)
Jasa Pelayanan
(Bank Komersial)
1. Performance Kecepatan proses Ketepatan transaksi
2. Range and tipe of
Features
Modem / Networking Transaksi luar negeri
3. Reliability and
Durability
Waktu penggunaan hingga
rusak
Pelayanan segera
4. Maintainability and
Serviceability
Jumlah tempat untuk
perbaikan yang disediakan
Telepon langsung
5. Sensory
Characteristics
Menarik Fasilitas lengkap
6. Ethical Profile and
Image
Jaminan yang diberikan Advertensi yang
wajar
Sumber: Yamit (2004, p.12)
12
Dimensi kualitas yang dikemukakan oleh David Garvin, Zeithaml, Berry dan
Parasuraman maupun Martinich tersebut berpengaruh pada harapan pelanggan dan
kenyataan yang mereka terima. Jika kenyataannya pelanggan menerima produk dan
pelayanan melebihi harapannya, maka pelanggan akan mengatakan produk dan
pelayanannya berkualitas dan jika kenyataannya pelanggan menerima produk dan pelayanan
kurang atau sama deriharapannya, maka pelanggan akan mengatakan produk dan
pelayanannya tidak berkualitas atau tidak memuaskan.
2.1.3 Pengertian Jasa Pelayanan
Bagian paling rumit dari pelayanan adalah kualitasnya yang sangat dipengaruhi oleh
harapan konsumen. Harapan konsumen dapat bervariasi dari konsumen yang satu dengan
konsumen lain walaupun pelayanan yang diberikan konsisten. Kualitas mungkin dapat dilihat
sebagai suatu kelemahan kalau konsumen mempunyai harapan yang terlalu tinggi, walaupun
dengan suatu pelayanan yang baik.
Jasa pelayanan boleh jadi didefinisikan lebih baik dalam waktu tertentu tetapi tidak
cocok pada waktu yang lain. Secara formal sering dijumpai pengertian pekerjaan jasa adalah
pekerjaan diluar bidang pertanian dan pabrik seperti pekerjaan dibidang hotel, restoran dan
toko resparasi; hiburan seperti bioskop, teater, taman hiburan; fasilitas perawatan kesehatan
seperti rumah sakit dan jasa dokter; jasa profesional seperti konsultan hukum, akuntan;
pendidikan; keuangan; asuransi dan real estate; pedagang besar dan pedagang pengecer;
jasa transpotasi dan lain sebagainya.
Namun demikian, pada kenyataannya masih terdapat beberapa definisi jasa
pelayanan yang sering disebut sebagai jasa pelayanan umum, di Indonesia seperti:
perusahaan telekomunikasi, perusahaan air minum, perusahaan pos dan giro, perusahaan
listrik dan lain sebagainya.
Menurut Olsen dan Wyckoff (1978) yang dikutip oleh Yamit (2004, p.22) melakukan
13
pengamatan atas jasa pelayanan dan mendefinisikan jasa pelayanan adalah sekelompok
manfaat yang bedaya guna baik secara eksplisit maupun inplisit atas kemudahan untuk
mendapatkan barang maupun jasa pelayanan. Dan definisi secara umum dari kualitas jasa
pelayanan ini adalah dapat dilihat dari perbandingan antara harapan konsumen dengan
kinerja kualitas jasa pelanyanan. Coller (1987) memiliki pandangan lain dari kualitas jasa
pelayanan ini, yaitu lebih menekankan pada kata pelanggan, pelayanan, kualitas dan level
atau tingkat.
2.1.4 Karakteristik Jasa Pelayanan
Meskipun terjadi beberapa perbedaan terhadap pengertian jasa pelayanan dan
secara terus menerus perbedaan tersebut akan menggangu, beberapa karakteristik jasa
pelayanan berikut ini akan memberikan jawaban yang lebih mantap terhadap pengertian jasa
pelayanan. Karakteristik jasa tersebut menurut Yamit (2004, .21) adalah:
1. Tidak dapat diraba (intangibility): Jasa adalah sesuatu yang sering kali tidak dapat
disentuh atau tidak dapat diraba. Jasa mungkin berhubungan dengan sesuatu secara
fisik, seperti pesawat udara, kursi dan meja dan peralatan makan di restoran, tempat
tidur pasien di rumah sakit. Hal ini banyak terdapat di biro perjalanan atau biro travel
dan tidak terdapat pada pesawat terbang maupun kursi, meja, dan lainnya, tetapi
lebih pada nilai. Oleh karena itu, jasa atau pelayanan yang terbaik menjadi penyebab
khusus yang secara alami disediakan.
2. Tidak dapat disimpan (inability to inventory): Salah satu ciri khusus dari jasa adalah
tidak dapat disimpan. Misalnya, ketika kita menginginkan jasa tukang potong
rambut, maka setelah pemotongan rambut dilakukan kita tidak dapat menyimpan
sebagiannya untuk besok, jika hal ini dilakukan konsumen tetap akan di kenakan
biaya pemotongan untuk keduakalinya.
3. Produksi dan konsumsi secara bersamaan: Jasa adalah sesuatu yang dilakukan
14
secara bersamaan dengan produksi. Misal tempat praktek dokter, restoran,
pengurusan asuransi mobil dan lain sebagainya.
4. Memasukinya lebih murah: Mendirikan usaha dibidang jasa membutuhkan investasi
yang lebih sedikit, mencari lokasi lebih mudah dan banyak tersedia, tidak
membutuhkan teknologi tinggi. Untuk kebanyakan usaha jasa hambatan untuk
memasukinya lebih rendah.
5. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar: Jasa sangat dipengaruhi oleh faktor dari
luar seperti: teknologi, peraturan pemerintah dan kenaikan harga energi. Sektor jasa
keuangan merupakan contoh yang paling banyak dipengaruhi oleh peraturan dan
perundang-undangan pemerintah, dan teknologi komputer.
2.1.5 Jenis-jenis Pelayanan
Retail service (pelayanan eceran) bertujuan memfasilitasi para pembeli saat mereka
berbelanja di gerai. Hal-hal yang dapat memfasilitasi para pembeli terdiri atas layanan
pelanggan, personal selling, layanan transaksi berupa pembayaran yang mudah, layanan
keuangan berupa penjualan dengan kredit, dan fasilitas-fasilitas seperti contoh toilet, tempat
mengganti pakaian bayi, food court, telepon umum, dan sarana parkir.
Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran ritel lainnya mempunyai
fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dalam berbelanja. Meskipun yang dijual oleh sebuah
gerai eceran berupa barang yang kasat mata (tangible), pada hakikatnya pembeli mencari
barang untuk memenuhi kebutuhannya.
Adapun jenis-jenis pelayanan yang disediakan dalam sebuah retail, yaitu sebagai
berikut:
1. Customer service
• Pramuniaga dan staf lain (kasir dan SPG) yang terampil dengancara
pelayanan dan kesigapan membantu.
15
• Personal shopper, perusahaan ritel yang melayani pembeli melalui telepon
dan menyiapkan barang pesanan yang nantinya tinggal diambil oleh
pelanggan.
2. Terkait fasilitas gerai
• Jasa pengantaran
• Gift wrapping (bingkisan/kado kecil)
• Gift certificates (voucher)
• Jasa pemotongan pakaian jadi (atau perbaikan)
• Cara pembayaran dengan credit card atau debit card
• Fasilitas tempat makan (food corner)
• Fasilitas kredit
• Fasilitas kenyamanan dan keamanan berupa tangga jalan dan tangga
darurat
• Fasilitas telepon dan mail orders
• Dan lain-lain
3. Terkait jam operasional toko
• Jam buka yang panjang atau buka 24 jam
4. Fasilitas-fasilitas lain
• Ruang/lahan parkir
• Gerai laundry
• Gerai cuci cetak film
2.1.6 Tingkatan Pelayanan
Prinsip roda ritel (the wheel of retailing) mengatakan antara lain bahwa suatu bisnis
ritel yang bermula dari sebuah gerai kecil ketika tumbuh berkembang akan menjadi gerai
besar dengan kualitas lebih baik sehingga membutuhkan staf seperti pramuniaga untuk
16
memberikan nilai tambah berupa layanan. Adanya karyawan yang bertugas melayani pembeli
menambah beban, atau biaya, operasional sehingga harga jual barang pun dinaikan untuk
bisa menutup pengeluaran tersebut. Namun membesarnya gerai tidak harus diikuti dengan
adanya pelayanan oleh pramuniaga. Gerai besar bisa memutuskan sistem penjualannya
adalah swalayan, yakni tanpa pramuniaga. Didalam pelayanan memiliki beberapa tingkatan,
tingkatan-tingkatan tersebut adalah:
1. Swalayan (self service).
2. Bisa memilih sendiri walau disediakan pramuniaga (self selection).
3. Pelayanan terbatas, yaitubanyak barang disediakan sehingga pembeli memerlukan
jasa pramuniaga.
4. Pelayanan penuh (full service) yaitu pramuniaga yang mendampingi pembeli dalam
semua proses belanjanya (datang-mencari-membandingkan-memilih).
2.2 Harga
Menurut kotler, harga adalah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk suatu
manfaat atas pengkonsumsian, penggunaan atau kepemilikan barang atau jasa. Biasanya
seorang penjual menetapkan harga berdasarkan kombinasi barang secara fisik ditambah
beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan.
Harga berdasarkan pendapat Tjiptono (2001, p151) adalah satuan moneter atau
ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak
kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.
Dalam dunia bisnis, Menurut Sutojo (2001, p62) harga diartikan sebagai sejumlah
uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau jasa yang mereka
perdagangkan dan “sasuatu yang lain” yang diadakan perusahaan untuk memuaskan
keinginan konsumen. Sesuatu yang lain itu dapat berupa kebanggaan milik produk yang
tenar mereknya, jaminan mutu, perasaan yang aman karena memiliki produk tersebut.
17
Sedangkan menurut Chandra (2002, p149) istilah harga dapat diartkan sebagai
sejumlah uang dan atau aspek lain yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang
diperlukan untuk mendapatkan suatu produk.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa harga adalah “suatu nilai yang
harus dibayarkan oleh konsumen kepada produsen yang berfungsi untuk memperoleh
barang dan jasa yang diinginkan”.
2.2.1 Metode Penetapan Harga
Metode penetapan harga harus mempertimbangkan sampai dimanakah tingkat
loyalitas konsumen terhadap merek tertentu, apakah masih dalam skala kognitif saja ataukah
sudah mencapai tingkat devosi (sikap hati di mana seorang mengarahkan diri kepada
seseorang atau sesuatu yang dijunjung tinggi dan dicinta). Menurut pimetel dan reynolds
(2004) devosi konsumen terhadap merek adalah tingkat loyalitas yang sangat intens
sehingga tidak terpengaruh oleh harga yang tinggi, skandal, publisitas buruk, kinerja buruk,
maupun hilangnya aktivitas promosi.
Beberapa metode penetapan harga (Kotler 2002, pp 529-534) yaitu :
• Mark Up Pricing
Harga jual ditentukan berdasarkan persentase keuntungan yang diharapkan
ditambahkan dengan keseluruhan biaya produksi sebagai keuntungan atau laba.
• Target Return Pricing
Perusahaan menentukan tingkat harga yang akan menghasilkan pengembalian
dengan target yang sudah ditentukan.
• Perceived-Value Pricing
Harga ditentukan berdasarkan penilaian konsumen terhadap produk, bila konsumen
menilai produk tinggi maka harga yang di terapkan atas produk juga tinggi.
• Going-Rate Pricing
18
Harga yang ada mengikuti harga pasar yang ada, berdasarkan harga-harga jual yang
diterapkan pesaing.
• Sealed-Bid Pricing
Harga ditentukan berdasarkan dugaan perusahaan tentang berapa besar harga yang
akan diterapkan pesaing, bukan biaya dan permintaannya sendiri yang digunakan
ketika perusahaan ingin memenangkan kontrak.
2.2.2 Peranan Harga
Harga mempunyai peranan penting dalam keberhasilan pemasaran suatu produk dan
kelangsungan hidup perusahaan serta sebagai pemicu awal untuk menarik konsumen. Peran
harga dalam keberhasilan suatu produk dan kelangsungan hidup perusahaan berdasarkan
pendapat sutojo (2001, p64-69) adalah sebagai berikut :
1. Harga adalah salah satu faktor penentu jumlah permintaan produk dipasar.
Dalam kehidupan sehari-hari permintaan produk dapat bersifat elastis atau tidak
elastis terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastis terhadap
harga apabila permintaan berubah setiap kali harga turun atau naik. Sedangkan
harga dikatakan tidak elastis apabila permintaan tidak atau tidak banyak berubah
karena perubahan harga. Yang termasuk dalam kategori produk yang elastis
terhadap perubahan harga adalah barang atau jasa yang dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan sekunder, misalnya barang atau jasa rekreasi atau kebutuhan
rumah tangga. Oleh karena sifat kebutuhan akan barang atau jasa tersebut tidak
mendesak apabila ada kenaikan harga maka konsumen akan menunda, mengurangi
jumlah atau menghentikan pemakaiannya.
2. Harga menentukan jumlah hasil penjualan dan keuntungan.
Hasil penjualan produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama dengan
jumlah satuan yang terjual kali harga persatuan produk. Sedangkan keuntungan
19
yang diperoleh setiap asa tertentu sama dengan hasil penjualan dikurangi jumlah
biaya yan ditanggung perusahaan dalam masa yang sama.
3. Harga dalam strategi harga mempengaruhi keberhasilan distribusi produk.
Harga persatuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran
mempunyai peranan penting terhadap kesediaan distributor mendistribusikan
produk. Dimana harga tersebut harus kompetitif dalam arti tidak terlalu besar
bedanya dengan harga produk saingan yang setaraf. Apabila perbandingan harga
tersebut terlalu besar maka kelancaran penjualan produk yang bersangkutan dapat
terhambat. Akibatnya resiko yang ditanggung distributor menjadi lebih besar
dibandingkan dengan apabila mereka mendistribusikan produk lain yang lebih laku.
Hal itu dapat menimbulkan keseganan distributormendistribusikan produk yang
bersangkutan, apabila syarat penjualan adalah kredit penjualan dan bukan
konsinyasi (penjualan titpan).
4. Harga dapat mempengaruhi segmen pasar yang dapat ditebus perusahaan.
Melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segmen pasar yang lain
yang belum digarap sebelumnya dapat menambah jumlah keuntungan. Salah satu
segmen pasar di banyak negara yang dipergunakan sebagai sasaran melebarkan
jangkauan pemasaran produk adalah segmen pasar tingkat bawah.
2.3 Loyalitas Pelanggan
2.3.1 Pengertian pelanggan
Definisi customer (pelanggan) berasal dari kata custom, yang didefinisikan sebagai
”membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa” dan ”mempraktekan kebiasaan”.
Pelanggan adalah seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli. Kebiasaan itu terbentuk
melalui pembelian dan interaksi yang sering selama periode waktu tertentu. Tanpa adanya
hubungan yang kuat dan pembelian berulang, orang tersebut bukanlah pelanggan, ia adalah
20
pembeli. Pelanggan yang sejati tumbuh seiring dengan waktu (Griffin, 2005, p.31).
Sesuai pandangan tradisional pelanggan adalah setiap orang yang membeli dan
menggunakan produk perusahaan tersebut. Sesuai pandangan modern pelanggan mencakup
pelanggan external dan internal. Pelanggan external adalah setiap orang yang membeli
produk dari perusahaan, sedangkan pelanggan internal adalah semua pihak dalam organisasi
Yang sama, yang menggunakan jasa suatu bagian / departemen tertentu (Tjiptono, 2002,
p.5).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelanggan yang terdiri dari
pelanggan internal maupun pelanggan external, merupakan bagian terpenting bagi
perkembangan suatu perusahaan. Tanpa pelanggan suatu perusahaan tidak akan dapat
menjalankan kegiatan usahanya, karena pelanggan adalah seseorang yang secara terus
menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginan
atau kebutuhannya dengan memiliki suatu produk atau jasa dari perusahaan tersebut.
2.3.2 Pengertian Loyalitas Pelanggan
Loyalitas pelanggan merupakan tujuan inti yang diupayakan pemasar. Hal ini
dikarenakan dengan loyalitas sesuai dengan yang diharapkan, dapat dipastikan perusahaan
akan meraih keuntungan. Istilah loyalitas pelanggan sebetulnya berasal dari loyalitas merek
yang mencerminkan loyalitas pelanggan pada merek tertentu (Dharmmesta, 1999). Loyalitas
pelanggan sangat penting untuk dikenali pemasar dalam rangka menentukan strategi yang
diperlukan untuk meraih, memperluas, dan mempertahankan pasar.
Menurut Olson (1993), loyalitas pelanggan merupakan dorongan perilaku untuk
melakukan pembelian secara berulang-ulang dan untuk membangun kesetiaan pelanggan
terhadap suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut membutuhkan
waktu yang lama melalui suatu proses pembelian yang berulang-ulang tersebut (Musanto,
2004). Seorang pelanggan yang loyal memiliki prasangka spesifik mengenai apa yang akan
21
dibeli dan dari siapa. Pembelinya bukan merupakan peristiwa acak. Selain itu, loyalitas
menunjukan kondisi dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian
terjadi tidak kurang dari dua kali.
Pelanggan yang membeli barang atau jasa tertentu secara berulang kali belum tentu
merupakan pelanggan yang setia. Pelanggan ini bisa saja melakukan pembelian secara
berulang karena tidak ada pilihan lain. Kesetiaan pelanggan yang sebenarnya mencerminkan
komitmen psikologis pelanggan terhadap merek tertentu. Kesetiaan sebagai suatu komitmen
untuk membeli kembali secara konsisten barang atau jasa dimasa yang akan datang.
Pelanggan menjadi setia bukan disebabkan salah satu aspek dalam perusahaan saja,
tetapi biasanya pelanggan menjadi setia karena ”paket” yang ditawarkan seperti produk,
pelayanan, dan harga. Kriteria untuk mengidentifikasi pelanggan setia, yaitu :
1. Keinginan untuk membeli produk atau jasa dari perusahaan dan memberi perhatian
yang lebih sedikit kepada produk atau jasa yang ditawarkan oleh pesaing.
2. Merekomendasikan perusahaan, produk, pelayanan perusahaan dari mulut ke mulut
kepada orang lain.
3. Membeli lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
memperbaharui produk-produk yang ada.
4. Membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan produk-produknya.
5. Kurang peka terhadap harga dan tindakan proaktif untuk memberikan saran produk
atau jasa kepada perusahaan.
Dua kondisi penting yang berhubungan dengan loyalitas adalah retensi pelanggan
dan total pangsa pelanggan. Tingkat retensi pelanggan adalah persentase pelanggan yang
telah memenuhi sejumlah pembelian ulang selama periode waktu yang terbatas. Pangsa
pelanggan suatu perusahaan menunjukan persentase dari anggaran pelanggan yang
dibelanjakan ke perusahaan tersebut.
Setiap kali pelanggan membeli, pelanggan akan bergerak melalui siklus pembelian.
22
Pembelian pertama kali akan bergerak melewati lima langkah :
1. Kesadaran
Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggan akan
produk. Pada tahap ini perusahaan mulai membentuk ”pangsa pikiran” yang
dibutuhkan untuk memposisikan kedalam pikiran calon pelanggan bahwa produk
atau jasa yang ditawarkan lebih unggul dari pesaing.
2. Pembelian awal
Pembelian pertama kali merupakan pembelian percobaan, perusahaan dapat
menanamkan kesan positif atau negatif kepada pelanggan dengan produk atau jasa
yang diberikan.
3. Evaluasi pasca pembelian
Setelah pembelian dilakukan, pelanggan secara sadar atau tidak sadar akan
mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas, atau ketidak puasannya tidak
terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan dasar pertimbangan berlalih ke
pesaing.
4. Keputusan membeli kembali
Keputusan membeli kembali sering kali merupakan langkah selanjutnya yang terjadi
secara ilmiah bila pelanggan telah memiliki ikatan emosional yang kuat dengan
produk tertentu. Cara lain untuk memotivasi pelanggan supaya membeli kembali
adalah dengan menanamkan gagasan ke dalam pikiran pelanggan bahwa beralih ke
pesaing lain akan membuang waktu, uang, atau menghambat kinerja pelanggan.
5. Pembelian kembali
Langkah akhir dari siklus pembelian adalah pembelian kembali yang aktual. Untuk
dapat dianggap benar-benar loyal, pelanggan harus terus membeli kembali dari
perusahaan yang sama, mengulangi langkah ketiga sampai kelima berkali-kali atau
berulang-ulang. Hambatan terhadap peralihan dapat mendukung pelanggan untuk
23
membeli kembali. Pelanggan yang benar-benar loyal menolak pesaing dan membeli
kembali dari perusahaan yang sama kapan saja item itu dibutuhkan. Itu adalah jenis
pelanggan yang harus didekati, dilayani, dan dipertahankan.
2.3.3 Karakterisik Loyalitas Pelanggan
Banyak perusahaan mengandalkan kepuasan pelanggan sebagai jaminan
keberhasilan di kemudian hari tetapi kemudian kecewa mendapati bahwa para pelanggannya
yang merasa puas dapat berbelanja produk pesaing tanpa ragu-ragu. Sebaliknya, loyalitas
pelanggan tampaknya merupakan ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk memprediksi
pertumbuhan penjualan dan keuangan. Berbeda dari kepuasan, yang merupakan sikap,
loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Pelanggan yang loyal menurut
Griffin (2005, p.31) adalah orang yang :
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur
Pelanggan melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih.
Pelanggan tersebut membeli produk yang sama sebanyak dua kali atau lebih, atau
membeli dua macam produk yang berbeda dalam dua kesempatan.
2. Membeli antar lini produk dan jasa
Pelanggan membeli semua barang atau jasa yang dibutuhkan dan yang ditawarkan.
Melakukan pembelian secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah
kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh produk
pesaing.
3. Merefrensikan kepada orang lain
Pelanggan membeli semua barang atau jasa yang dibutuhkan dan yang ditawarkan,
serta melakukan pembelian secara teratur. Selain itu mereka juga mendorong
teman-teman mereka atau kluarga mereka untuk membeli barang dan jasa
perusahaan, dengan begitu secara tidak langsung mereka telah melakukan
24
pemasaran untuk perusahaan dan membawa konsumen untuk perusahaan.
4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing
Pelanggan tidak mudah terpengaruh oleh produk atau jasa yang di tawarkan oleh
perusahaan pesaing.
25
2.4 Kerangka Pemikiran
Loyalitas Pelanggan
(Y)
-Melakukan pembelian
berulang secara teratur
-Membeli antar lini produk
dan jasa
-Merefrensikan kepada
orang lain
-Menunjukan kekebalan
terhadap tarikan dari
pesaing Peranan Harga
(X2)
- Perilaku pembelian
dalam 1 tahun
- Kuantitas produk yang
dibeli
- Struktur potongan harga
- Syarat pembayaran
- Harga yang bersaing
- Kesesuaian harga
Kualitas Pelayanan
(X1)
- Tangibles
- Reliability
- Responsiveness
- Assurance
- Empathy