Upload
voque
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori-Teori Dasar/Umum
2.1.1 Pengertian Sistem
Menurut Bentley dan Whitten (2007, p6), sistem merupakan
kumpulan dari komponen berhubungan yang berfungsi bersama untuk
mencapai hasil yang diinginkan
Menurut Wasson (2006, p18), sistem merupakan sekumpulan
elemen yang terintegrasi, dimana setiap elemen mempunyai kapabilitas
yang sudah ditetapkan batasnya, bekerja secara sinergis untuk
menyediakan proses penambahan nilai yang memungkinkan
penggunanya untuk memenuhi kebutuhan operasional di dalam
lingkungan organisasi yang sudah ditetapkan dengan hasil yang sudah
ditetapkan dan kemungkinan berhasilnya.
Dapat disimpulkan bahwa sistem adalah sekumpulan komponen
berhubungan yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu,
dengan merubah input yang ada menjadi output yang merupakan hasil
yang diingikan.
2.1.1.1 Komponen Sistem
Menurut O’Brien (2006, p29), sistem memiliki tiga
komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi:
10
• Input melibatkan penangkapan dan perakitan
berbagai elemen yang memasuki sistem untuk
diproses.
• Pemrosesan melibatkan proses transformasi yang
mengubah input menjadi output
• Output melibatkan perpindahan elemen yang telah
diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan
akhirnya.
Selain tiga komponen atau fungsi dasar yang berinteraksi
tersebut, sistem juga memiliki dua komponen tambahan :
• Umpan balik adalah data mengenai kinerja sistem.
• Pengendalian melibatkan pengawasan dan
pengevaluasian umpan balik untuk menetapkan
apakah sistem bergerak menuju pencapaian tujuan
atau tidak
2.1.2 Pengertian Informasi
Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p10), informasi merupakan
data yang sudah diolah, sehingga mempunyai nilai dan arti kepada orang
yang menerimanya.
11
Menurut Bentley dan Whitten (2007, p21), informasi adalah data
yang sudah diolah atau diorganisir menjadi bentuk yang sudah
mempunyai arti untuk seseorang. Informasi dibentuk dari kombinasi dari
data yang diharapkan mempunyai arti kepada penggunanya.
Dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan kumpulan dari
data yang sudah diolah, sehingga mempunyai arti bagi penggunyanya.
2.1.3 Sistem Informasi
2.1.3.1 Konsep dan Definisi
Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p38), sistem
informasi merupakan proses mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis serta menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.
Bentley dan Whitten (2007, p6) menuturkan bahwa sistem
informasi merupakan pengarahan dari orang, data, proses, dan
teknologi informasi yang saling berinteraksi untuk
mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan
output berupa informasi yang dibutuhkan perusahaan.
Pada Jurnal Piranti Warta Mulyo, Setiawan dan
Darmadi(2008,p360) menyatakan bahwa Sistem informasi
cenderung berkembang dan menjadi lebih formal ketika
perusahaan berkembang dan menjadi lebih kompleks. Sistem
12
informasi suatu perusahaan dalam dunia bisnis dan pemerintahan
mempunyai tiga sasaran utama menyediakan mendukung operasi
harian, dan menyediakan informasi yang menyangkut
pengelolaan kekayaan.
Menurut Rainer dan Turban (2009, p6-7), salah satu
tujuan utama dari sistem informasi yaitu untuk memproses data
menjadi informasi dan pengetahuan secara ekonomis.
• Data Items, merujuk kepada deskripsi dasar dari benda,
kejadian, aktivitas, dan transaksi yang dicatat, digolongkan,
dan disimpan, tetapi belum diolah sehingga belum mempunyai
arti.
• Information, merupakan data yang sudah diolah sehingga
sudah mempunyai arti dan nilai kepada penerimanya.
• Knowledge, terdiri dari data dan informasi yang sudah diolah
dan diproses untuk menyampaikan pengertian, pengalaman,
pembelajaran, dan keahlian yang diterapkan terhadap masalah
bisnis yang ada.
Dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah proses
mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis serta
menyebarkan informasi yang merupakan kombinasi dari orang,
13
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data
yang mengumpulkan, merubah, dan menyebarkan informasi di
dalam organisasi
2.1.3.2 Komponen Sistem Informasi
Terdapat beberapa komponen utama dari sistem informasi
menurut Rainer dan Cegielski (2011, p40) :
• Hardware, merupakan perangkat seperti monitor, keyboard,
dan printer.
• Software, merupakan kumpulan program yang
menghubungkan hardware untuk melakukan pemrosesan data.
• Database, merupakan kumpulan dari table atau fields yang
mengandung data di dalamnya.
• Network, merupakan sistem penghubung yang memungkinkan
komputer berbeda untuk berbagi sumber daya
• Procedures, merupakan satu set dari instruksi bagaimana untuk
menggabungkan komponen – komponen di atas untuk
memproses informasi.
• People, adalah individu yang menggunakan hardware dan
software, berhubungan dengannya atau menggunakan output.
14
2.1.3.3 Dampak Penerapan Sistem Informasi
Rainer dan Turban (2009, p6) mengatakan bahwa salah
satu tujuan utama dari sistem informasi yaitu untuk memproses
data menjadi informasi dan knowledge. Sistem Informasi
mempunyai beberapa dampak terhadap perusahaan dan sosial ,
berikut ini beberapa dampak dari implementasi dan penerapan
sistem informasi di perusahaan ,menurut Rainer dan Turban
(2009, p33) :
• IT akan mengurangi jumlah dari Manajer tingkat menengah
• IT akan merubah pekerjaan Manajer
• IT akan berdampak terhadap pekerjaan karyawan
• IT berdampak terhadap kesehatan dan keamanan karyawan
• IT membuka peluang untuk masyarakat yang mempunyai
”kekurangan”
• IT meningkatkan kualitas hidup.
2.1.4 Pengertian Proses Bisnis
Menurut Rainer & Cegeilski (2011, p7), proses bisnis merupakan
aktivitas saling terkait yang menghasilkan jasa berupa nilai kepada
15
perusahaan, partner bisnis, dan atau kepada customer-nya. Setiap proses
mempunyai input dan output, serta setiap aktivitasnya dapat diukur.
Jones dan Rama (2006, p18) mengatakan bahwa proses bisnis
adalah tindakan yang dilakukan oleh bisnis untuk memperoleh,
memproduksi dan menjual barang dan jasa. Terdapat cycle yang
umumnya terdapat di suatu perusahaan, cycle tersebut yaitu :
Acquisition , mengacu kepada proses dari membeli barang dan jasa.
Conversion , mengacu kepada proses merubah sumber daya yang ada
menjadi barang dan jasa.
Revenue , mengacu kepada proses menyediakan barang dan jasa
kepada customer.
Dapat disimpulkan bahwa proses bisnis merupakan satu set
aktivitas / tindakan yang merubah input, melalui proses dan
menghasilkan output berupa jasa dan barang, dan juga nilai bagi
perusahaan, partner bisnis dan atau customer-nya.
Gambar 2.1. Proses Bisnis
Input Process Output
16
2.1.5 Pengertian Analisis Sistem
Menurut McLeod (2007, p74), analisis sistem adalah penelitian
atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem baru
atau memperbaharui sistem yang telah ada.
Menurut Bentley dan Whitten (2007, p 32-33), analisis sitem
merupakan pembelajaran dari masalah bisnis yang ada untuk
merekomendasikan perbaikan dan menetapkan kebutuhan bisnis serta
prioritasnya. Analisis sistem dimaksudkan untuk memberikan tim proyek
pengertian yang mendalam tentang masalah dan kebutuhannya. Area
bisnis akan dipelajari dan dianalisis untuk memperoleh pengertian yang
mendetail dari apa yang dikerjakan, apa yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan. Analisis sistem membutuhkan kerjasama dengan pengguna
user untuk dapat menetapkan dengan jelas kebutuhan dan harapan dari
sistem yang akan dibeli atau dikembangkan.
Dapat disimpulkan bahwa analisis sistem merupakan
pembelajaran atas masalah bisnis dengan tujuan untuk
merekomendasikan perancangan atau perbaharuan sistem untuk
memenuhi kebutuhan bisnis.
17
2.1.6 Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, p384), evaluasi
adalah penilaian yang hasilnya hingga saat ini belum diperoleh, upaya
penilaian teknis dan ekonomi.
Menurut Vincent (2006, p16), evaluasi merupakan fungsi
manajemen yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu dan setelah suatu
kegiatan telah berlalu.
Selain itu, evaluasi merupakan salah satu fungsi dari manajemen
program. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh atau sebagai unsur-unsur
program serta terhadap pelaksanaan program. Evaluasi program harus
dapat diselenggarakan secara terus-menerus, berkala, dan atau sewaktu-
waktu. Kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan pada saat sebelum, sedang,
atau setelah program dilaksanakan untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah program sesuai dengan
rencana, dan atau dampak apa yang terjadi setelah program dilaksanakan.
Evaluasi program berguna bagi pengambilan keputusan untuk
menetapkan apakah program akan dihentikan, diperbaiki, dimodifikasi,
diperluas, atau ditingkatkan.(Vincent, 2006, p28).
Jadi, evaluasi merupakan suatu penilaian yang berguna dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu
mengenai kesesuaian atas suatu kegiatan.
18
2.1.7 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2008. p193), Pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting
alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan
berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dll. Bila dilihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber
primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpulan data. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan
dengan interview, kuesioner, observasi, dan gabungan ketiganya.
2.1.7.1 Interview (wawancara)
Menurut Sugiyono (2008, p.194), wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan
diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-
19
tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Wawancara
tersebut dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face)
maupun dengan menggunakan telepon. Wawancara terbagi 2
jenis, yaitu :
a) Wawancara terstruktur
Menurut Sugiyono (2008, p194-195), wawancara terstruktur
digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang
informasi apa yang akan diperoleh. Dengan wawancara
terstruktur ini, setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara
terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunkaan
beberapa pewawancara sebagai pengumpul data. Dalam
melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen
sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data
juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder,
gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
b) Wawancara tidak terstruktur
Menurut Sugiyono (2008, p197), wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
20
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garisgaris besar
permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak
terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian
pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih
mendalam tentang responden. Dalam wawancara tidak
terstruktur, peneliti belum mengetahui secara persis data apa
yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak
mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden.
2.1.7.2 Observasi
Menurut Sugiyono (2008, p.203), observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner.
Jika wawancara dan kuesioner secara berkomunikasi dengan
orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga
obyek-obyek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar.
Menurut Sugiyono (2008, p203), dari segi proses
pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
21
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan
non-participant observation.
a. Observasi Berperan Serta (Participant Observation)
Menurut Sugiyono (2008, p203) dalam observasi ini, peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan
observasi partisipan ini, maka data yang diperolah akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang Nampak.
b. Observasi non-partisipan (non-Participant Observation)
Menurut Sugiyono (2008, p204), kalau dalam observasi
partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas orang-
orang yang sedang diamati, maka dalam observasi
nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen Pengumpulan data dengan observasi
nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan data yang
mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna.
Menurut Sugiyono (2008, p203), dari segi instrumentasi
yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan tidak terstruktur.
a. Observasi terstruktur
22
Menurut Sugiyono (2008, p204), observasi terstruktur adalah
observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa
yang akan diamati, di mana tempatnya. Jadi,
observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu
dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Pedoman
wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat
juga digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi.
b. Observasi tidak terstruktur
Menurut Sugiyono (2008, p205), observasi tidak terstruktur
adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena
peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.
Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak menggunakan
intrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
2.1.7.3 Kuesioner
Menurut Sugiyono(2008, p199) kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan
data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
23
Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat
berupa pertanyaan/ pernyataan tertutup atau terbuka, dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui
pos, atau internet.
2.1.8 Teori Skala Likert
Menurut Sugiyono (2008, p132), skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variable penelitian.
Dengan skala Likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indicator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala Likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata – kata antara lain :
a. Sangat setuju a. Selalu
b. Setuju b. Sering
c. Ragu – ragu c. Kadang-kadang
24
d. Tidak setuju d. Tidak pernah
e. Sangat tidak setuju
a. Sangat positif a. Sangat baik
b. Positif b. Baik
c. Negatif c. Tidak baik
d. Sangat negative d. Sangat tidak baik
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat
diberi skor, misalnya :
1. Setuju/selalu/sangat positif diberi skor 5
2. Setuju/sering/positif diberi skor 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang/netral diberi skor 3
4. Tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju/tidak pernah diberi skor 1
2.2 Teori – Teori Khusus
2.2.1 Enterprise Resource Planning (ERP).
2.2.1.1 Pengertian ERP
Menurut Jones dan Rama (2006, p18), Enterprise
Resource Planning adalah sistem manajemen bisnis yang
25
mengintegrasikan seluruh aspek dari proses bisnis, termasuk
subsistemnya.
Menurut Noerlina pada jurnal piranti warta(2008,p268)
sistem ERP adalah sebuah terminologi yang secara de facto
adalah aplikasi yang dapat mendukung transaksi atau operasi
sehari-hari yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya
sebuah perusahaan, seperti dana, manusia, mesin, suku cadang,
waktu, material, dan kapasitas.
Menurut Rainer dan Turban (2009, p33), sistem ERP
didesain untuk mengatasi kekurangan dari komunikasi antara area
fungsional dari sistem informasi, dimana sistem tersebut
dikembangkan sendiri dan terpisah, sehingga tidak dapat
berhubungan secara efektif dengan yang lain. Sistem ERP
mengatasi masalah ini dengan mengintegrasikan area fungsional
dari sistem informasi melalui database yang sama.
Bentley dan Whitten (2007, p26 – 27) menuturkan bahwa
solusi yang ditawarkan dari ERP menyediakan fungsi inti dari
sistem informasi untuk seluruh bisnis. Biasanya perusahaan harus
melakukan redesign dari proses bisnisnya untuk menggunakan
ERP. Kebanyakan perusahaan masih harus menambahkan ERP
26
dengan aplikasi software yang dikostumisasi untuk memenuhi
kebutuhan bisnisnya yang unik
2.2.1.2 Sejarah ERP
Menurut Wijaya (2009, p15-22), sistem ERP telah ada
sejak tahun 1960an, dimana awalnya hanya berfokus pada sistem
fabrikasi untuk pengendalian persediaan.
Dan sekarang ini, sistem ERP banyak mengalami evolusi
pergeseran dari pengendalian menjadi pengelolaan sumber daya.
Tabel 2.1. Sejarah sistem ERP
Tahun Peristiwa
1960an Sistem Fabrikan fokus kepada pengendalian Inventory
(Inventory Control).
1970an Fokus bergeser pada MRP (Material Requirement
Planning) yang menerjemahkan jadwal utama suatu
produk menjadi kebutuhan berbasis time phased net untuk
perencanaan dan pengadaan barang sebagian jadi,
komponen maupun bahan baku.
1980an MRP-II (Manufacturing Resource Planning) berkembang
mencakup pengelolaan operasi produksi (shop floor) dan
aktivitas pengelolaan distribusi.
27
1990an MRP-II dikembangkan lagi mencakup aktivitas rekayasa,
keuangan, sumber daya manusia, pengelolaan proyek
yang melingkupi hampir semua aktivitas sistem organisasi
usaha (business enterprise), yang kemudian dikenal
dengan istilah Enterprise Resource Planning (ERP).
2000an
–
sekarang
Entended ERP menjadi ERP-II.
Dalam situasi krisis ekonomi seperti sekarang ini, maka
penetapan sistem ERP tidak hanya sekedar memberikan suatu
informasi bagi pengguna, tetapi dituntut dapat memberikan
alternatif keputusan yang diperlukan bagi level managerial untuk
pengambilan keputusan lebih lanjut, terutama dapat memberikan
solusi bisnis dan dapat memenangkan persaingan bisnis bagi
suatu perusahaan.
Tujuan perubahan perluasan sistem ERP berdasarkan
kebutuhan bagi suatu organisasi adalah untuk dapat berkompetitif
dan memenangkan persaingan bisnis sehingga suatu organisasi
dituntut untuk memberikan informasi yang akurat, up-to-date, dan
informative bagi pengambilan keputusan lebih lanjut. Berikut
adalah tahapan perubahan atau evolusi dalam sistem ERP.
28
Awalnya sejak tahun 1960an, peranan sistem ERP hanya
pada area fungsional sebagai pengendalian Inventory dan
produksi saja yang dikenal dengan istilah Material Requirement
Planning. Kemudian sejak tahun 1970an, sistem ERP mengalami
perluasan pada areal fungsional Finance dan Human Resource
Management yang dikenal dengan istilah Manufacturing
Resource Planning (MRP II). Kemudian sejak tahun 2000an
hingga sekarang, sistem ERP telah mengalami perluasan pada
semua area fungsional suatu organisasi, yaitu Sales and
Marketing, Customer Support, dan Supplier Management yang
dikenal dengan istilah Extended ERP (ERP II).
Menurut Wijaya (2009, p 17) Perkembangan sistem ERP
telah mengalami evolusi yang cukup drastis hingga mencapai
bentuk seperti yang sekarang dikenal. Tahapan perkembangan
sistem ERP adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Material Requirement Planning
Tahap 2: Close Loop MRP
Tahap 3: Manufacturing Resource Planning (MRP II)
Tahap 4: Enterprise Resource Planning
Tahap 5: Extended ERP (ERP II)
29
Gambar 2.2. Tahapan Evolusi Sistem ERP
2.2.1.3 Konsep dan Arsitektur ERP
Menurut Wijaya (2009, p26-28), Enterprise Resource
Planning (ERP) merupakan singkatan dari tiga elemen kata
Enterprise (Perusahaan/Organisasi), Resource (Sumber Daya),
dan Planning (Perencanaan). Tiga kata tersebut mencerminkan
sebuah konsep yang berujung pada kata kerja, yaitu Planning.
Dengan demikian, berarti ERP menekankan kepada aspek
perencanaan.
Integrasi dalam konsep sistem ERP berhubungan dengan
interpretasi sebagai berikut:
• Menghubungkan antara berbagai aliran proses bisnis
• Metode dan teknik berkomunikasi
2000an Extended ERP (ERP II)
Enterprise Resource Planning (ERP) 1990an
1980an
1970an
1960an
Manufacturing Resource Planning (MRP II)
Close Lop MRP
Material Requirement Planning
Arel Fungsional
Supplier Mgt
Inventory Mgt
Production
Engineering
Finance Human Resource Mgt
Delivery
Sales & Marketing
Customer Support
30
• Keselarasan dan sinkronisasi operasi bisnis
• Koordinasi operasi bisnis
Perusahaan adalah organisasi yang terstruktur, baik dalam
perencanaan maupun dalam pelaksanaan aktivitas. Untuk itu,
dalam pelaksanaan operasionalnya untuk memperoleh tujuan
organisasi, ditentukan keberhasilan dalam menangani faktor
eksternal dan faktor internal. Salah satu faktor internal adalah
sistem ERP, yang dapat dikatakan sebagai back bone dalam
mendukung sistem operasional yang dapat mempengaruhi
kemampuan kompetitif perusahaan.
Enterprise digunakan untuk menggambarkan situasi bisnis
secara umum dalam satu entitas korporat, dalam berbagai ukuran,
mulai dari bisnis ukuran kecil hingga bisnis multinasional. Secara
konsep, dapat dikatakan bahwa enterprise dapat digambarkan
sebagai sebuah kelompok orang dengan tujuan tertentu yang
memiliki sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu.
Organisasi/Perusahaan dibagi-bagi menjadi unit-unit dengan
fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi personalia, keuangan,
pemasaran, pengadaan, dan analisis masing-masing. Enterprise
secara keseluruhan organisasi dianggap sebagai sebuah sistem
dan masing-masing fungsi adalah subsistem. Informasi mengenai
semua fungsi disimpan dan dikelola secara terpusat dan tiap
31
fungsi dapat diakses sesuai kebutuhan sehingga terjadi
transparansi informasi bagi tiap-tiap fungsi untuk mendukung
pekerjaan sebagai upaya mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Resource merupakan sumber daya yang berupa aset
perusahaan, seperti aset keuangan, sumber daya manusia,
konsumen, supplier, order, teknologi, dan strategi. Resource
dapat meliputi semua hal yang menjadi tanggung jawab dan
tantangan manajemen untuk dikelola agar dapat menghasilkan
keuntungan bagi organisasi secara keseluruhan.
Jadi, Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan
konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya
perusahaan, yaitu berupa paket aplikasi program terintegrasi dan
multi modul yang dirancang untuk melayani dan mendukung
berbagai fungsi dalam perusahaan sehingga pekerjaan menjadi
lebih efisien dan dapat memberikan pelayanan lebih bagi
konsumen, yang akhirnya dapat menghasilkan nilai tambah dan
memberikan keuntungan maksimal bagi semua pihak yang
berkepentingan (stake holder) atas perusahaan.
Konsep dasar ERP dapat diterjemahkan sebagai berikut:
ERP terdiri atas paket software komersial yang menjamin
integrasi yang mulus atas semua aliran informasi di perusahaan,
32
yang meliputi keuangan, akuntansi, sumber daya manusia, rantai
pasok, dan informasi konsumen.
Sistem ERP adalah paket sistem informasi yang dapat
dikonfigurasi, yang mengintegrasikan informasi dan proses yang
berbasis informasi di dalam dan melintasi area fungsional dalam
sebuah organisasi.
ERP merupakan satu basis data, satu aplikasi dan satu kesatuan
antarmuka di seluruh enterprise.
Gambar 2.3. Konsep Sistem ERP
33
2.2.1.4 Infrastruktur ERP
Menurut Wijaya (2009, pp22-pp26), sebelum suatu
perusahaan menggunakan sistem ERP, maka perlu dibangun suatu
pondasi yang kuat, seperti infrastruktur dan bisnis proses. Hal ini
dikarenakan, jika pondasi yang dibangun kurang kuat, maka yang
terjadi adalah bukan keuntungan yang diperoleh dari sistem ERP,
melainkan seperti bom waktu saja yang akhirnya mengalami
kegagalan sistem ERP.
Infrastruktur merupakan hal utama dalam perencanaan
pemakaian sistem ERP. Karena dengan adanya infrastruktur yang
kuat, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan telah membangun
pondasi yang kuat. Secara umum, infrastruktur sistem ERP yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
• People
Orang-orang yang terlibat dalam penerapan sistem ERP
merupakan faktor yang sangat penting, terutama dalam hal
komitmen waktu, dukungan top management, rasa memiliki
(sense of belonging), keterlibatan (involvement), semangat
(spirit), dan rasa perlawanan yang minimum (resistance). Hal
ini dimulai saat pemilihan sistem ERP, pelaksanaan,
penyelesaian, dan pemeliharaan (maintenance). Pada saat
pelaksanaan implementasi, top management dengan didukung
34
level managerial dapat menjadi motor penggerak untuk
mengendalikan dan mengevaluasi jalannya pelaksanaan
implementasi. Demikian pihak konsultan tetap peduli untuk
memberikan support dan memberikan dokumentasi yang jelas.
• Process
Berkaitan dengan proses bisnis berjalan dan proses bisnis ke
depan dengan penerapan sistem ERP. Dalam proses
implementasi sistem ERP, harus ada control dari tiap bagian.
Hal terpenting dalam proses yang merupakan acuan utama
dalam melakukan implementasi sistem ERP adalah sebelum
mengambil keputusan menggunakan sistem ERP, maka
perusahaan harus sudah memiliki prosedur bisnis yang baik
yang akan diterapkan dalam implementasi sistem ERP.
• Technology
Penerapan sistem ERP identik dengan infestasi yang relatif
lebih besar, dimana teknologi meliputi dari infrastruktur
jaringan, hardware, dan software. Jaringan yang dibangun
adalah jaringan untuk internal (Local Area Network), dan
untuk eksternal (Wide Area Network). Untuk hardware, lebih
baik jika melihat dari karakteristik software, apakah
kompatible atau hanya bisa diinstal pada hardware tertentu.
Untuk database, umumnya memakai relational database, di
35
mana arsitekturnya sudah menggunakan client server, dan
untuk beberapa sistem ERP tertentu sudah ada yang
menggunakan web based.
Gambar 2.4. Komponen Infrastruktur ERP
2.2.2 ORACLE
Oracle menyediakan sistem hardware dan software bisnis yang
paling lengkap, terbuka dan terintegrasi di dunia kepada 370.000
customernya – termasuk 100 perusahaan dari majalah Fortune 100 –
yang terdiri dari berbagai macam ukuran dan industri di lebih dari 145
negara di seluruh dunia. Kombinasi dari Oracle dan Sun memberikan
customer keuntungan dengan sistem terintegrasi yang lebih cepat, dapat
dipercaya dan biaya yang lebih rendah.
(http://www.oracle.com/us/corporate/welcome/index.html)
Operation
Technology
People Process
36
Dalam e-book Oracle E-Business Suite 3rd Edition yang
dikeluarkan oleh ISACA (2010, p7) Produk dari Oracle Corp. dapat
dikategorikan kedalam dua area, yaitu system software dan aplikasi.
System software meliputi sebuah platform untuk mengembangkan
dan menyebarkan aplikasi pada internet dan intranet perusahaan. Produk
dari system software meliputi database management software ;
application server software; dan development tools yang memungkinkan
user untuk membuat, mengambil dan memodifikasi berbagai tipe data
yang disimpan di dalam computer. Aplikasi dari Oracle Corp., yang
sekarang dapat didesain untuk diakses dengan web browser standar pada
computer client, mengotomatisasi kinerja dari proses dan fungsi bisnis
untuk Asset Lifecycle Management, Customer Relationship Management,
ERP, Supply Chain Management, Product Lifecycle Management,
Procurement and Manufacturing.
Software ini berjalan pada berbagai macam komputer, meliputi
central and distributed processing servers, mainframes, workstations,
personal computers, laptop computers , information appliances dan juga
dapat dijalankan pada beberapa operating systems, termasuk Windows
dan UNIX.
37
2.2.3 ORACLE E-Business Suite
Menurut Passi dan Ajvaz (2010, p2), Oracle E-Business Suite
merupakan paket software yang memungkinkan organisasi untuk me-
manage proses bisnis utama, pasar menyebutnya dengan nama lain
seperti Oracle Enterprise Resource Planning (ERP), Oracle Apps, Oracle
Applications, Oracle Financials, e-Biz dan EBS (E-Business Suite).
Dulu, banyak organisasi dan perusahaan mengembangkan sendiri
software untuk mengotomatisasi proses bisnis mereka, dengan kata lain
mereka men-develop software secara in-house. Kebanyakan software
yang dikembangkan sendiri oleh perusahaan cocok dengan kebutuhan
dari bisnis mereka. Bagaimanapun juga, alur bisnis dan proses seperti
accounting, procurement, human resource, dan order management
hampir sama dan umum pada semua perusahaan.
Oracle E-Business Suite menawarkan hampir semua proses bisnis
yang digunakan oleh perusahaan. Perusahaan dapat
mengimplementasikan modul yang dibutuhkan dalam bisnisnya sesuai
dengan kebutuhan dan terintegrasi dengan arsitektur dari E-Business
Suite. Hal ini mempersatukan informasi agar tersedia di semua bagian
organisasi, yang juga mengurangi biaya dari Information Technology dan
membantu menjalankan bisnis lebih efektif.
38
Produk yang ditawarkan di dalam E-Busniess Suite
dikelompokkan ke dalam product families. Beberapa dari product
families yang utama seperti :
o Financials
o Procurement
o Customer Relationship Management (CRM)
o Project Management
o Supply Chain Planning and Management
o Discrete Manufacturing
o Process Manufacturing
o Order Management
o Human Resource Management (HRMS)
o Applications Technology
39
Gambar 2.5. Oracle E-Business Suite-shared data model
Gambar di atas menjelaskan bahwa data umum di aplikasi dapat
digunakan kembali atau informasinya dapat disebarkan di modul lainnya,
contohnya seperti item yang ada pada Oracle Inventory, informasinya
dapat digunakan pada Purchasing, Order Management, dan Receivables.
Menurut Passi dan Ajvaz (2010, p5), Oracle E-Business Suite
sudah didesain dan dikembangkan berdasarkan pada berbagai macam
alur bisnis yang umum di sebagian besar perusahaan. Bagaimanapun
juga, setiap bisnis mempunyai kebutuhan yang unik. Oracle E-Business
Suite merupakan paket yang juga memenuhi kebutuhan dari perusahaan
yang mempunyai kebutuhan bisnis yang unik dan berbeda. Oracle E-
Business Suite menawarkan pilihan untuk menjawab kebutuhan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bisnisnya yang unik dan
berbeda, pilihan tersebut yaitu :
40
o Konfigurasi, E-Business Suite merupakan paket software off-
the-shelf yang dapat dikonfigurasi dan dapat diperluas. Sebagian
besar perubahan dibuat pada produk ERP dengan melakukan
setup dan konfigurasi. Melakukan setup pada umumnya
dimaksudkan dengan melakukan perubahan pada produk, tanpa
melakukan perubahan atau penulisan (coding) pada program.
Konfigurasi sistem atau produk biasanya dilakukan oleh
functional analysts.
o Personalisasi, pada E-Business Suite, pengimplementasi sistem
dan end user memungkinkan untuk melakukan personalisasi dari
isi dari form aplikasi dan halaman web. Jika kebutuhan bisnis
tidak dapat dipenuhi dengan konfigurasi dan setup sistem, maka
personalisasi merupakan pilihan pertama, dimana personalisasi
merupakan cara yang aman untuk merubah sistem.
o Kostumisasi dan Ekstensi, jika kebutuhan bisnis tidak bisa
dipenuhi dengan konfigurasi produk dan personalisasi, maka tim
technical development diperlukan untuk memperluas fungsi dari
produk atau untuk mengkostumisasi modul yang terintegrasi
dengan standar dan fungsi produk. Kostumisasi dan ekstensi
biasanya dimaksudkan utuk memperluas fungsi dari produk
41
dengan menulis atau menambahkan kode yang sudah di-custom,
lalu digabungkan dengan kode aplikasi dari E-Business Suite.
2.2.4 Descriptive Flexfields
Menurut Passi dan Ajvaz (2010, p48), terkadang organisasi yang
mengimplementasi E-Business Suite butuh untuk menangkap informasi
tambahan melalui user interface dari sistem. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan konfigurasi dari descriptive flexfields, yang
menyediakan mekanisme untuk menangkap informasi tambahan di
dalam tabel dari aplikasi melalui field yang user definisikan sebelumnya
tanpa mengkostumisasi skema dari database
Dengan kata lain, descriptive flexfields menambahkan informasi
tambahan pada sebuah transaksi. Setiap screen dari transaksi terdiri atas
grup dari fields, dan setiap fields menyimpan data yang dimasukkan oleh
user, dimana setiap fields mempunyai kegunaan untuk bisnis. Fields
yang ada dapat digunakan untuk menyimpan nilai untuk tambahan field
pada setiap kebutuhan bisnis.
2.2.5 ORACLE Order Management
Menurut Siddiqui (2010, p16), di dalam Oracle Order
Management, kita dapat membuat dokumen sales dan internal orders
melalui sistem. Dokumen order ini memuat informasi tentang customer
42
seperti kemana barang harus dikirim, kemana invoice harus ditagihkan,
seperti apa syarat dan ketentuan yang berlaku untuk pembayaran, dan
harga dari barang yang dipesan. Di dalam Oracle Order Management,
kita dapat membuat perjanjian tentang transaksi penjualan yang
dilakukan. Kita juga dapat melacak dan melihat status dari order.
Gambar 2.6. Alur proses Oracle Order Management
Gambar di atas merupakan alur dari proses Oracle Order
Management, berikut penjelasan umum mengenai proses Order
Management :
• Sales Orders
Kita dapat membuat berbagai tipe dari sales order tergantung dari
kebutuhan kita, contohnya seperti membuat order untuk daerah lokal
43
dan internasional. Dokumen sales order berisi tentang informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan booking orders seperti informasi tentang
customers, lokasi pengiriman barang dan penagihan invoice, detil dari
barang, dan harga dari barang.
• Pick Release
Setelah melakukan booking sales order di dalam Oracle Order
Management, kita melakukan proses pick release. Proses ini membuat
terjadinya move order atau proses pemindahan barang di dalam Oracle
inventory sebanyak kuantitas sales order yang sudah di-booked.
Setelah itu Inventory akan dipindahkan ke staging location sebelum
dikirimkan ke lokasi customer.
• Ship Confirm
Setelah melakukan pemilihan barang, barang akan dipindahkan ke
staging area. Barang tersebut akan dikirimkan. Proses ship
confirmation digunakan untuk mengirimkan barang.
Menurut Siddiqui (2010, p93-94) beberapa fungsi atau
kemampuan utama dari Oracle Order Management Suite, yaitu :
o Menggunakan Oracle Order Management, kita dapat membuat dan
mengatur sales order.
44
o Kita dapat melakukan pengaturan terhadap internal orders, dimana
untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
o Oracle Order Management memungkinkan tentang adanya
fungsionalitas back-to-back orders.
o Menggunakan Oracle Order Management, kita dapat membuat orders
di aplikasi lain dan kemudian meng-import sales order tersebut.
o Menggunakan Oracle Order Management Workbench, kita dapat
membuat sales order baru, membuat quotation, membuka sales order
yang sudah ada, dan membuat amandemen.
Siddiqui (2010, p96-97) mengatakan bahwa Oracle Order
Management terintegrasi penuh dengan modul Oracle E-Business Suite
yang lainnya. Berikut ini merupakan modul yang terintegrasi dengan
Oracle Order Management Suite :
• Oracle Inventory Management, Oracle Order Management Suite
terintegrasi penuh dengan modul ini. Sebagai contoh yaitu ketika kita
membuat order untuk penjualan, maka Inventory Management akan
me-reserve barang yang dipesan di order, sama juga ketika kita
menerima retur dari customer, maka Inventory Management akan
mencatatnya.
45
• Oracle Advance Pricing, Order Management Suite terintegrasi penuh
dengan modul ini. Hubungannya dengan modul ini yaitu ketika kita
memilih price list untuk item yang dipesan di sales order.
• Oracle Accounts Receivables, Order Management Suite terintegrasi
penuh dengan modul ini. Dokumen Invoice dibuat terhadap dokumen
sales order di dalam piutang.
• Oracle E-Business Tax, Order Management Suite terintegrasi penuh
dengan modul ini. Pajak terhadap penjualan dibuat di dalam E-
Business Tax (EBT) dan digunakan pada saat pembuatan sales order.
Menggunakan EBT, kita dapat membuat berbagai macam tipe pajak
penjualan, seperti tarif pajak yang berbeda dan kondisi yang
diterapkan.
Berikut ini modul-modul lainnya yang juga terintegrasi dengan
modul Oracle Order Management Suite :
Oracle Bill of Material
Oracle Purchasing
Shipping Execution
Trading Community Architecture
46
Gambar 2.7. Integrasi antar modul Oracle Order Management
Oracle Order Management memungkinkan perusahaan untuk
memperoleh keunggulan kompetitif dari proses Order Management.
Customer yang menggunakan Oracle's Order Fulfillment mampu untuk:
• Menangkap dan memproses Perfect Order secara ekonomi.
• Beradaptasi terhadap permintaan customer sekaligus memastikan
profitabilitas.
• Meningkatkan Profitabilitas Pesanan.
• Mengurangi Biaya Manajemen Pesanan.
• Menangani banyak pesanan
47
2.2.6 Fit/Gap Analysis
2.2.6.1 Pengertian Fit/Gap Analysis
Menurut Hoffman dan Bateson (2006, p334), Gap
analysis adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui
mengenai kondisi aktual yang sedang berjalan di perusahaan
tersebut, untuk kemudian diperbandingkan dengan sumber daya
perusahaan tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat
mengetahui apakah suatu perusahaan sudah bergerak di proses
bisnisnya secara optimal untuk memaksimalkan kinerja
perusahaan tersebut. Gap analysis dapat dilihat melalui beberapa
perspektif, yaitu :
1. Organisasi (sumber daya manusia)
2. Arah bisnis perusahaan
3. Proses bisnis perusahaan
4. Teknologi informasi
Dalam penggunaan Gap analysis dengan service quality,
menurut Hoffman dan Bateson (2006, p335) bahwa terdapat 5
quality perspective dari service quality yaitu :
1. Service Gap, yaitu mengindikasikan bahwa adanya perbedaan
antara pengharapan antara keinginan yang diinginkan oleh
customer dengan keadaan yang telah mereka terima sekarang.
48
2. Knowledge Gap, yaitu pengharapan yang diinginkan oleh
customer dan pengharapan yang diinginkan oleh manajemen
perusahaan.
3. Standard Gap, adalah terjadinya ketimpangan antara persepsi
manajemen perusahaan dengan customer, yang dimaksud di
sini adalah standard dari delivery standard.
4. Delivery Gap, adalah terjadinya persepsi yang diinginkan
perusahaan kepada customer dengan keadaan yang telah terjadi
sebenarnya di perusahaan tersebut.
5. Communication Gap, adalah terjadinya antara kesenjangan
customer dengan komunikasi yang terdapat atau yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut, dalam hal ini adalah mengantarkan
informasi yang akurat, tepat dan jelas kepada customer
mengenai produk atau jasa yang ditawarkan.
2.2.6.2 Tujuan Fit/Gap Analysis
Fit / Gap Analysis bertujuan untuk mengevaluasi
kebutuhan pengguna terhadap sistem dan mengidentifikasikan
apakah Fit dan Gap antara kebutuhan dan pengguna dengan
sistem. Fit berarti kebutuhan / requirement terpenuhi oleh sistem.
Sedangkan Gap berarti kebutuhan / requirement tidak terpenuhi
oleh sistem.
49
Tujuan dari antara Fit/Gap adalah :
1. Mengumpulkan requirement dari perusahaan
2. Langkah awal untuk menentukan penyesuaian (customization)
yang diperlukan
3. Memastikan sistem yang baru memenuhi kebutuhan proses
bisnis perusahaan
4. Memastikan bahwa proses bisnis akan menjadi Best Practice
5. Mengidentifikasikan permasalahan yang membutuhakan
perubahan kebijakan
2.2.6.3 Langkah Pembuatan Fit/Gap Analysis
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisa Fit /
Gap:
1. Ranking Requirements
Tahapan ini mendukung tim proyek dan sponsor proyek
untuk memastikan proses bisnis dapat diakomodasi selama
implementasi sistem yang baru. Selain itu, berfungsi untuk
memastikan tim proyek berfokus pada area yang paling
penting bagi organisasi agar functionality yang baru dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam
meningkatakan proses bisnis.
50
Requirement harus di identifikasikan sesuai dengan
tingkat prioritasnya. Ada pun tingkat prioritasnya akan
dijelaskan sebagai berikut :
• High Critical Requirement : merupakan requirement yang
sangat penting untuk kegiatan operasi dan tanpa
requirement tersebut perusahaan tidak dapat berfungs i,
termasuk didalamnya kebutuhan akan pelaporan internal
dan eksternal yang penting.
• Medium Crtical Requirement : merupakan requirement
dimana ketika dipenuhi akan meningkatkan proses bisnis
perusahaan.
• Low Critical Requirement : merupakan requirement yang
hanya menambah nilai yang kecil / minor value bagi proses
bisnis perusahaan apabila requirement tersebut dipenuhi.
Adapun requirement tersebut akan dikelompokan
berdasarkan kategori, yaitu :
• Operasional : requirement pada kategori operasional
merupakan requirement yang bersifat sebagai peningkatan
produktivitas karyawan seperti efisiensi waktu, dan
penyempuranaan operasional.
51
• Strategis : requirement pada kategori strategis merupakan
requirement yang bersifat sebagai alat pendukung
pengambilan keputusan bagi pihak manajemen.
2. Degree Of Fit
Degree Of Fit merupakan aktivitas penentuan sejauh
mana kebutuhan dapat diakomodasi oleh sistem yang baru.
Kategori ini terdiri dari :
• Fit
Apabila software dapat memenuhi kebutuhan yang
diperlukan.
• Gap
Apabila software tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Komentar, saran alternative dan rekomendasi akan
menghasilkan usulan untuk melakukan customizing
terhadap software.
• Partial Fit
Apabila software mempunyai fungsi yang memenuhi
kebutuhan. Perubahan sementara, laporan khusus atau
52
customizing akan dibutuhkan agar dapat memenuhi
kebutuhan secara maksimal.
2.2.7 ISO/IEC 9126 quality standard
Menurut Jung Ho-Won(2004, p91) ISO/IEC 9126
merupakan standar kualitas software yang diterbitkan oleh
organisasi standarisasi internasional sesuai ketentuan
International Electronical Commision. Model ini terbagi atas 6
karakteristik utama dengan masing-masing subkarakteristik di
bawahnya.
Model ini dapat dinilai dari 3 sisi yaitu, atribut yang
dapat diukur saat pengembangan disebut sebagai atribut internal;
atribut yang dapat diukur saat testing disebut atribut eksternal;
dan , atribut yang ditemui saat penggunaannya disebut user’s
view of quality.
Tabel 2.2 ISO/IEC 9126 quality standard
Characteristics Subcharacteristics
Functionality Suitability
Accuracy
Interoperability
Security
53
Functionality compliance
Reliability Maturity
Fault tolerance
Recoverability
Reliability compliance
Usability Understandability
Learnability
Operability
Attractiveness
Usability compliance
Efficiency Time behavior
Resource utilization
Efficiency compliance
Maintainability Analyzability
Changeability
Stability
Testability
Maintainability compliance
Portability Adaptability
Installability
Co-existence
54
Replaceability
Portability compliance
Berikut merupakan pengertian dari masing-masing karakteristik:
• Fungsionalitas adalah suatu set atribut yang mengukur apa
yang dimiliki atau dapat dilakukan suatu sistem untuk
memenuhi kebutuhan keadaan.
• Reliabilitas merupakan atribut yang mengukur kemampuan
aplikasi untuk mempertahankan performanya pada kondisi
tertentu atau setelah jangka waktu tertentu.
• Kegunaan (Usability) adalah atribut yang mengukur usaha
yang dibutuhkan untuk menggunakan aplikasi. Pengukuran
didasarkan kepada user.
• Efisiensi adalah atribut yang mengukur hubungan antara
performa dari software dengan sumber yang digunakan.
• Pemeliharaan (Maintainability) adalah atribut yang digunakan
untuk mengukur usaha yang dilakukan untuk melakukan
sejumlah modifikasi.
55
• Portabilitas adalah atribut yang digunakan untuk mengukur
kemampuan software untuk dipindahkan dari suatu
lingkungan ke lingkungan lainnya