Upload
irfan-rusdi
View
114
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
DESKRIPSI WILAYAH
2.1UMUM
Pada bab ini digambarkan wilayah studi yang dimaksudkan untuk memberikan
deskripsi secara umum wilayah studi PLTM Cikandang di kecamatan Pakenjeng,
Kabupaten Garut. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mengenal kondisi wilayah studi
dari beberapa aspek serta mengidentifikasi masalah.
2.1.1 Lokasi Potensi Minihidro
Nama Sungai : Cikandang
Desa : Jatiwangi
Peta Topografi : Bakosurtanal RI
Skala : 1: 25.000
2.1.2 Lokasi Administratif
Desa : Jatiwangi
Kecamatan : Pakenjeng
Kabupaten : Garut
Provinsi : Jawa Barat
2.1.3 Lokasi Geografis
Bendung (Intake) : S 7°27'9.38"
: E 107°40'30.91"
Bak Penenang (Headpond) : S 7°27'39.58"
: E 107°40'17.97"
Gedung Sentral (Power House) : S 7°27'46.25"
: E 107°40'10.94"
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-1
BAB
2
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
2.1.4 Pencapaian Lokasi
Untuk menuju ke lokasi proyek diperlukan waktu tempuh sebagai berikut:
- Jakarta – Garut : Perjalanan menggunakan kendaraan
roda empat yang ditempuh dalam
waktu sekitar 4 jam dengan jarak ±
200 km.
- Garut - Lokasi : Ditempuh dengan kendaraan roda
empat dalam waktu sekitar 1,5 jam
dengan jarak ± 45 km.
2.1.5 Lokasi JTM Terdekat
Jarak dari Powerhouse : 700 m
2.2GEOLOGI REGIONAL
2.2.1 Fisiografi dan Morfologi
Secara Fisiografi bagian utara peta Geologi adalah merupakan Zona Pegunungan
Selatan Jawa Barat bagian tengah (Bemmelen, 1949). Secara Morfologi daerah ini
dibagi menjadi dua bagian yaitu Satuan morfologi kerucut gunung api dan
Perbukitan bergelombang.
Satuan Morfologi Kerucut gunung api, menempati bagian tengah peta yang
tersusun oleh batuan gunung api kuarter, puncaknya antara lain gunung Malabar
(2321 m), gunung Papandayan ( 2622 m), dan lainnya. Pada gunung api tersebut
pola alirannya memencar yang sebagian mengalir kearah utara sebagai hulu
sungai seperti K. Cisangkuy, K Citarum, K. Cimanuk dan sebagian kearah selatan
seperti K. Ciwulan, K. Cikandang, K. Cilaki. Daerah ini merupakan pegunungan
pemisah air dari sungai-sungai yang mengalir kearah berlawanan.
Satuan Morfologi perbukitan menggelombang dibentuk dari batuan sedimen
Tersier, bukit umumnya rendah dengan kemiringan lereng tidak terjal, sungainya
mengalir keselatan dengan pola agak sejajar pada ketinggian kurang dari 1000
meter dari permukaan laut.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-2
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat
Bentang alam Kabupaten Garut terdiri dari atas dua aransemen bentang alam,
yaitu : (1) dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke
arah utara, (2) rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran
dan cekungan antar gunung, seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G.
Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan
tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G. Galunggung di sebelah timur.
Bentang alam di sebelah Selatan terdiri dari dataran dan hamparan pesisir pantai
dengan garis pantai sepanjang 80 Km.
Evolusi bentang alam Kabupaten Garut dapat dijelaskan melalui 2 (dua)
pendekatan hipotesis, yaitu :
Bemmelen (1949) berpendapat bahwa terbentuknya tataan bentang alam,
khususnya di sekitar Garut, dikontrol oleh aktifitas volkanik yang berlangsung
pada periode Kuarter (sekitar 2 juta tahun lalu sampai sekarang). Setelah terjadi
pergerakan tektonik yang memicu pembentukan pegunungan di akhir Pleistosen,
terjadilah deformasi regional yang digerakan oleh beberapa patahan, seperti
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-3
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
patahan Lembang, patahan Kancana, dan patahan Malabar-Tilu. Khusus di
sekitar dataran antar gunung Garut diperkirakan telah terjadi :
(1) suatu penurunan (depresi) akibat isostasi (proses menuju keseimbangan) dari
batuan dasar dan pembebanan batuan sedimen volkaniklasik diatasnya.
(2) Menurut konsep Tektonik Lempeng (Hamilton, 1979), proses pembentukan
gunung api di Zona Bandung tidak terlepas dari proses pembentukan busur
magmatis Sunda yang dikontrol oleh aktifitas penunjaman (subduksi) Lempeng
Samudera Hindia yang menyusup sekitar 6-10 cm/tahun di bawah Lempeng
Kontinen Asia. Bongkahan (slab) lempeng samudera setebal lebih dari 12 km
tersebut akan tenggelam ke mantel bagian luar yang bersuhu lebih dari 3000°,
sehingga mengalami pencairan kembali. Akibat komposisi lempeng kerak
samudera bersifat basa, sedangkan mantel bagian luar bersifat asam, maka pada
saat pencairan akan terjadi asimilasi magma yang memicu bergeraknya magma
ke permukaan membentuk busur magmatis berkomposisi andesitis-basaltis.
Setelah terbentuk busur magmatis, pergerakan tektonik internal (intra-
arctectonics) selanjutnya bertindak sebagai penyebab utama terjadinya proses
perlipatan, patahan, dan pembentukan cekungan antar gunung.
2.2.2 Stratigrafi
Tataan Stratigrafi,
Batuan yang tertua tersingkap dipeta Geologi ini adalah Lava dan Breksi Andesit
serta Tuff yang sempat terpropilisasikan. Sisipan batugamping menunjukan umur
Oligosen Akhir – Miosen Tengah.
Formasi Jampang ditindih tidak selaras Formasi Bentang yang berumur Miosen
Akhir – Pliosen Awal. Bagian bawah formasi Bentang terdiri dari Konglomerat,
Batupasir tufaan dan sisipan lempung. Bagian atas terdiri dari Tuf kaca berbatu
apung.
Satuan batuan gunung api yang diduga berumur Pliosen (TPV), menindih tidak
selaras Formasi Bentang terdiri dari Tuf Hablur, Breksi Tuf, Andesit. Disamping
dijumpai Batuan terobosan berupa Andesit Piroksin (Tpap) dan Andesit
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-4
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Hornblende (Tpah). Batuan gunung api tersebut ditindih tidak selaras oleh Batuan
gunung api muda berumur Plio Plistosen (QTv), terdiri dari Tuf Hablur, Breksi Tuf
berbatuapung, Breksi Lava Andesit.
Satuan Batuan gunung api Kuarter Tua, menindih tidak selaras batuan gunung api
Plio Plistosen. Batuan gunung api tua diduga merupakan hasil kegiatan G.
Waringin, G. Bedil, G. Malabar Tua. Sedangkan Gunung Api Kuarter muda.
Dihasilkan oleh G. Windu, G. Papandayan, G. Masigit, G. Haruman dan Kaledong.
Endapan yang paling muda adalah endapan danau, Kolovium, dan Aluvium.
Pemerian Peta,
Qa = Aluvium : lempung, lanau, pasir halus hinggá kasar, kerikil dan bongkahan
batuan beku dan sedimen.
Satuan ini meliputi endapan sungai dan dataran banjir. Dataran Leles- Garut
sebagian besar terbentuk oleh genangan banjir Cimanuk yang mengendapkan
bahan-bahan tersebut dengan ketebalan puluhan meter.
Qd = Endapan Danau : lempung, lanau, pasir halus hinggá kasar dan kerikil,
umumnya bersifat tufan.
Setempat batuannya membentuk lapisan mendatar dengan sisipan breksi,
mengandung sisa-sisa tumbuhan, moluska air tawar dan verte terbrata. Endapan
ini membentuk Dataran Bandung dan tebalnya mencapai lebih dari 100 m
(Silitonga,1973)
Qk = Kolovium : Endapan talus, rayapan dan runtuhan bagian tubuh kerucut
gunung api tua.
Satuan ini berupa bongkahan batuan beku, breksi tuf dan pasir tuf, yang
diendapkan pada lereng pegunungan atau badan kerucut gunung api, membentuk
kipas kolovium, tidak mengalami pengangkutan dan setempat agak mampat.
Rempah rayapan yang diendapkan pada lereng timar laut Gunung Kendang
dipengaruhi oleh kegiatan panas bumi daerah kawah Manuk – Darajat.
BATUAN SEDIMEN
Tmpb = Formasi bentang : batu pasir tuf, tuf batuapung, batu lempung,
konglomerat dan lignit.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-5
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Bagian bawah terdiri dari konglomerat, batu pasir tuf, tuf batuapung; bersisipan
batulempung, batu lanau dan lignit; berlapis baik, kurang mampat. Bagian atas
terdiri dari batu pasir tuf dan tuf kaca halus berbatuapung, mampat, berlapis baik,
gampingan dan mengandung foraminifera kecil. Setempat mengandung disipan
konglomerat atau batu pasir kasar ganpingan dan batugamping pasiran.
Batu pasir berwarna kelabu,padat, terdapat kongkresi oksida besi, mengandung
pasir magnetit. Singkapannya ditemukan pada tebing K. Cirompang dan
K.Limuspiit, daerah Bungbulang. Sebarannya meluas ke ujung barat dan sedikit
diujung timar dari bagian selatan Lembar.
Disisipan atau lensa lignit, Setúbal 5 cm hingga 40 cm, terdapat dalam batupasir
tuf yang halus dan berwarna kehitaman.
Fosil yang dijumpai dalam satuan ini antara lain moluska, gastri dopoda, koral dan
foraminifera.Foraminifera plankton maupun bentos terdapat secara berlimpah.
Foraminifera plankton yang dijumpai dalam batupasir gampingan ádalah :
Orbulina universa (D’ORBIGNY),Globorotalia minardii
(D’ORBIGNY),Globogerinoides immaturus (LEROY), Globigerinoiedes trilobus
(REUSS) dst.
BATUAN GUNUNG API
Tojm = Formasi Jampang ; Lava bersusunan andesit yang menunjukkan kekar
dan breksi andesit yang mengandung hornblenda, disipan tuf hablur halus,
setempat terpropilitkan. Pemiritan terbentuk di sekitar kontak dengan batuan
terobosan diorit kuarsa.
Di daerah Singajaya di jumpai batugamping yang mengandung foraminifera besar.
Hubungannya dengan batu-batuan tersebut diatas tidak diketahui ; Namur
menurut Bemmelen (1949), batu camping ini tersisip di dalam Formasi Jampang.
Singkapan Formasi Jampang dijumpai di sepanjang S. Cihideung, daerah
Singajaya. Bagian dasar dari satuan ini tidak tersingkap di Lembar ini. Satuan ini
tertindih tak selaras oleh Formasi Bentang.
Qyp = Batuan gunung api muda , Eflata dan Lava aliran bersusun Andesit dan
Basal terobosan/ kerucut parasit dan kubah lava. Bukit menggelombang rendah
terbentuk oleh aliran rempah lepas pada bagian kaki kerucut. Batuan gunung api
Papandayan (QYp) terdiri dari eflata dan lava yang bersusun andesit piroksin yang
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-6
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
mengandung hablur hornblende dan olivine. Batuan gunung api ini dihasilkan oleh
sumber G. Bungbrung, G. Papandayan, G. Alunalun.
QTV = Batuan gunung api tak teruraikan, Tuf, Breksi tuf dan Lava. Tuf terdiri dari
tuf hablur yang halus tersilika dan terpropilisasikan secara setempat. Breksi tuf
berkomponen Andesit dengan masa dasar tuf batuapung. Lava bersusun Andesit
Piroksin dan basal menunjukan kekar lembar , kekar meniang dan struktur aliran.
Umur satuan ini diduga Plio Plistosen.
Tpv = Breksi Tufan : Breksi, Tuf dan Batupasir. Breksi mengandung komponen
Andesit Hornblende yang berukuran bom. Tuf terdiri dari tuf sela, mampat dan
juga sebagai masa dasar didalam breksi. Satuan ini dibeberapa tempat diterobos
oleh Andesit Piroksin dan Andesit hornblende. Pada bagian dasar tuf terdapat
batupasir kasar yang mengandung muluska dan berumur Pliosen. Tebal sekitar
600 – 700 m.
Qwb = Andisit Waringin, Bedil, Malabar Tua. Berselingan dengan lava, breksi dan
tuf bersusun andesit piroksen dan hornblende, berkekar lempeng dan kekar
meniang. Breksi lava dan tuf mengandung batu apung yang berukuran lapili.
QoPu = Endapan rempah lepas, gunung api tua tak teruraikan. Tuf hablur, Breksi
tufa dan lahar tua. Tuf hablur berbutir halus sampai kasar dan bersusun asam
berkomponen andesit.
Kondisi Geologi di sekitar area proyek harus dipetakan berdasarkan kondisi lokal
dan regional.
2.2.3 Struktur dan Tektonika
Struktur Geologi yang terdapat didaerah ini adalah lipatan, sesar dan kekar.
Lipatan terjadi mempunyai arah sumbu barat laut – timur tenggara pada Formasi
Bentang dan Utara Barat Laut – Selatan Tenggara pada Formasi Jampang. (pada
kedua satuan tersebut.
Sesar yang dijumpai adalah sesar Normal dan sesar geser. Sesar Normal yang
utama merupakan bagian unsur pembentukan depresi Bandung (Zona Bandung),
yang dicirikan sebagai sesar pegunungan selatan berarah Barat - Timur.
Arah jurus sesar geser umumnya barat daya-timur laut, beberapa ada yang
hamper barat timur dan barat laut tenggara. Sesar-sesar tersebut melibatkan
satuan batuan Tersier dan Kuarter sehingga dapat ditafsirkan sebagai sesar yang
muda. Melihat pola arahnya diperkirakan gaya tektonika berasal dari selatan
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-7
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
keutara yang diduga sejak Oligosen Akhir – Miosen Awal. Dengan demikian
diduga bahwa sesar tersebut merupakan sesar lama yang aktif kembali.
Sesar yang berkembang dalam Kuarter umumnya sebagai kontak tumbuhnya
gunung api muda terutama system sesar berarah barat daya-timur laut yang
memotong peta geologi lembar ini. Gunung api aktif antara lain, Gunung
Papandayan, Gunung Guntur.
Kekar terjadi terutama terjadi pada batuan yang berumur tua antara lain Formasi
Jampang dan terobosan diorite kuarsa pada batuan Neogen seperti Formasi
Beser dan batuan gunung api Plio Plistosen. Seperti halnya daerah lain pada
bagian selatan peta pada zaman Tersier sangat dipengaruhi oleh penunjaman
lempeng samudera Hindia kebawah lempeng asia Tenggara. Penunjaman terjadi
pada Oligosen Akhir – Miosen Tengah menghasilkan gunung api bersusun
Andesit yang diikuti dengan sedimentasi karbonat pada laut dangkal.
Setelah terjadi perlipatan, pengangkatan dan erosi terjadi sedimentasi formasi
Bentang dengan kegiatan gunung api pada Miosen Akhir – mPliosen Awal.
Setelah perlipatan, pengangkatan dan erosi terjadi lagi kegiatan magmatic yang
menghasilkan kegunung apian dan diakhiri oleh penerobosan retas-retas andesit
pada Pliosen. Pada Plio Plistosen kegiatan gunung api kembali terjadi dan disusul
oleh serangkaian kegiatan gunung api awal hingga sekarang.
2.3GEOLOGI LOKAL
Struktur Geologi
Berdasarkan hasil analisa dan pengamatan ciri-ciri struktur di lapangan dengan
menggunakan peta skala 1 : 10000, maka pola struktur yang berkembang di
daerah penelitian adalah pengaruh adanya gaya utama Barat - Timur.
Terdapat struktur kebal akibat pembekuan lava, dan struktur patahan normal dan
patahan geser.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-8
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Gambar 2.2 Patahan
Geologi lokal daerah Pakenjeng secara umum terdapat patahan normal dengan
ciri-ciri :
1. Adanya pembelokan sungai secara tiba-tiba
2. Adanya air terjun
3. Adanya breksi sesar
4. Adanya batuan beku yang terfoliasikan secara tegak
5. Adanya gawir sesar
Sehingga disimpulkan lokasi tersebut berada pada zona sesar.
2.4KEGEMPAAN
2.4.1 Faktor Koreksi
Dalam perencanaan struktur bangunan air biasanya dipakai gempa dengan
periode ulang 100 tahun. Karena kondisi pondasi bendung dan bangunan
pelengkap lainnya secara umum terletak pada batuan, maka faktor koreksi diambil
0,9. Berdasarkan zona seismik proyek terletak pada nilai 0,8-1,0 dari perhitungan
rumus di atas, diperoleh koefisien gempa di daerah sekitar proyek sebesar k =
0,13-0,16. Namun untuk kebutuhan perencanaan proyek PLTM Cikandang,
koefisien gempa yang digunakan adalah harga rata-ratanya yaitu k = 0,15.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING
Jenis Batuan
Dasar
Periode Predominan
Ts (det)
Faktor Koreksi
(v)
Batuan
Dilluvium
Alluvium
Alluvium Lunak
Ts 0,25
0,25 Ts < 0,50
0,50 Ts < 0,75
Ts 0,75
0.90
1.00
1.10
1.20
2-9
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Tabel 2.1 Faktor Koreksi Pengaruh Jenis Tanah / Batuan
Percepatan Gempa Dasar
Untuk memperhitungkan resiko gempa yang mungkin terjadi di lokasi proyek
PLTM Cikandang digunakan Peta Zona Seismik Untuk Perencanaan Bangunan
Air yang dikeluarkan oleh Puslitbang Pengairan tahun 1995.
Berdasarkan peta tersebut, lokasi proyek PLTM Cikandang terletak pada zona
seismik (z) antara 0,8 – 1,0.
Untuk mendapatkan percepatan gempa desain, digunakan rumus sebagai berikut:
ad = z x ac x v
dimana :
ad : percepatan gempa desain (gal)
z : koefisien zona
ac : percepatan gempa dasar (gal), tergantung pada periode ulang
(T) gempa
v : faktor koreksi pengaruh jenis tanah setempat
Sedangkan nilai koefisien gempa (k) diperoleh dari rumus :
k : ad/g,
dimana :
g : percepatan gravitasi (980 cm/det2)
1 gal = 1 cm/det2
Nilai - nilai ac (percepatan gempa dasar) dan v (faktor koreksi jenis tanah
setempat) diperoleh dari tabel-tabel berikut :
T (tahun) Ac (gal)
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-10
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
10
20
50
100
200
500
1.000
5.000
10.000
98.42
119.62
151.72
181.21
215.81
271.35
322.35
482.35
564.54
Tabel 2.2 Hubungan Periode Ulang (T) dan Percepatan Gempa Dasar (ac)
2.5HASIL PENYELIDIKAN GEOTEKNIK
2.5.1 Pengeboran Inti
Pengeboran inti total dilakukan sebanyak tiga titik dengan total kedalaman 35
meter dengan uji lapangan (Insitu Tes) berupa standar penetration tes (SPT) dan
pengambilan contoh tanah asli di lokasi penyelidikan pengambilan contoh batuan
dan Test Constant Head, untuk uji laboratorium. Secara rinci periksa lampiran.
2.5.2 Uji Permeability Lapangan
Untuk mengukur rata-rata aliran air melalui suatu jenis tanah. Ada beberapa jenis
percobaan yang dapat dilaksanakan antara lain :
- Percobaan dengan menaikkan muka air
- Percobaan dengan menurunkan muka air
- Percobaan dengan muka air tetap
- Percobaan Packer
- Percobaan dengan pemompaan
Percobaan dengan cara menurunkan muka air adalah percobaan yang paling
sederhana dan baik untuk tanah berbutir halus sedang cara dengan permukaan
tetap lebih teliti tetapi juga tidak cocok untuk tanah berbutir kasar. Percobaan
Packer sering digunakan pada batuan sedang percobaan dengan pemompaan
bisa dilaksanakan baik pada tanah maupun batuan dengan permeabilitas tinggi
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-11
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
dan biasanya digunakan untuk mengevaluasi sumber air (aquifer) untuk
penyediaan air.
2.5.3 Tes Pit
Untuk sumur uji sampai kedalaman 5,00 m dapat digunakan alat backhoe, jika
sampai kedalaman 1,00 – 1,50 m dapat digunakan tenaga manusia.
Penggunaan Umum
Sumur uji berguna untuk daerah timbuanan dan secara visual dapat memberikan
gambaran tentang lapisan tanah yang ada. Dengan sumur uji juga dapat dilihat
adanya daerah-daerah patahan, lapisan dasar batuan. Sumur uji dapat
diperpanjang menjadi paritan uji (tranches) untuk mengikuti atau menyilang
daerah longsor.
Contoh tanah dan percobaan di tempat
Contoh tanah terganggu bisa diperoleh langsung. Contoh tanah asli bisa diperoleh
dengan menekan tabung contoh pada dasar sumuran.
Percobaan di tempat yang dapat dilaksanakan :
- Percobaan kipas geser (vane test)
- Percobaan penetrometer
- Percobaan daya dukung plat (plate bearing)
Batasan
Untuk tanah yang sangat lepas dan adanya muka air tanah yang tinggi maka
percobaan ini sulit dilaksanakan, juga untuk daerah batuan yang keras.
2.5.4 Geologi Teknik
Bendung - Intake
Rencana Iokasi bendung dan bangunan pengambilan rencana PLTM Cikandang akan
terietak pada elevasi ± 330 m diatas permukaan laut. Rata-rata sudut kemiringan lereng
sebelah kiri rencana bendung ± 15° dan rata-rata sudut kemiringan lereng sebelah kanan
rencana bendung ± 20° , dengan rata-rata lebar sungai ± 35 m.
Dan" hasil invesitgasi dilapangan satuan batuan yang akan mendasari rencana bendung
serta bangunan pengambilan adalah interkalasi breksi volkanik dengan lava andesit.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-12
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Satuan batuan "mi dibagian dilereng kiri -kanan bendung sebahagian telah telah ditutupi
oleh residual soil dan lapisan tipis top soil
Dilihat dari bentuk lereng sebelah kiri sungai agak melebar serta lereng sungai tidak begitu
terjal, maka Intake direncanakan akan ditempatkan disebelah kiri sungai, dan saluran
penghantarnya akan terietak disebelah kiri sungai juga.
Gambaran Kcndisi geologi pada Peta Geologi pada Kawasan PLTM Cikandang - Garut
berdasarkan pada peta Geologi Regional Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa ( M.
Alzawar dan S.Bachri, 1992 ) menyatakan Pada daerah penyelidikan di kaki Gn.
Papandayan , desa Jati Wangi, Kabupaten Garut tersusun atas endapan Vulkanik yang
berumur kuarter dan termasuk kepada dua formasi :
1. Formasi Qypu, endapan rempah lepas gunung api muda tak
teruraikan yang terdiri atas abu gunung api dan lapili, tuf pasiran bongkah- bongkah
andesit – andesit, breaksi lahar dan rempah lepas, berumur kuarter holosen menindih
tidak selaras pada QTv.
2. Formasi QTv, batuan gunung api tua tak teruraikan, yang terdiri
atas tuf breksi tuf dan lava, berumur Milosen Akhir – Pliosen.
Gambar 2.3 Morfologi Didaerah Bendung
Saluran Penghantar
Bentuk morfologi yang akan dilalui oleh saluran penghantar, yaitu sisi lereng sebelah kiri
aliran sungai, menunjukkan peralihan antara terjal sampai dengan agak landai, dengan
kemiringan lerengnya berkisar antara 15° s/d 40°. Saluran penghantar ini panjangnya
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-13
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
sebesar ± 1024 m, Dibeberapa tempat disekitar lokasi saluran penghantar terdapat bentuk
morfoligi yag menonjol, merupakan bagian puncak dari beberapa bukit.
Kondisi geologi Iokasi penyeiidikan dibangun oleh breksi gunung api dengan tanah
penutupnya disusun oleh lanau pasiran bercampur dengan komponen batuan beku
andesit, berukuran kerikil hingga boulder. Tanah penutup tersebut mempunyai ketebalan
kurang lebih antara 0,5 m s/d 2 m. Kondisi geologi daerah sekitar bendung dilokasi ini
hubungannya untuk kepentingan konstrusi teknik sipil dapat di paparkan dalam bentuk
Gambar 2.4 Morfologi Jalur Waterway
Kolam Penenang.
Kolam penenang direncanakan dilereng bukit dengan mempunyai kemiringan lereng ± 30°
serta ketinggian ± 329 mdpl. Lithologi lokasi ini terdiri dari lanau pasiran hingga kerikilan,
berwarna coklat kemerahan, piastisitas sedang, ketebalan antara 0,5 m s/d 2 m. Kondisi
geologi daerah sekitar lokasi kolam penenang hubungannya terhadap kepentingan
konstruksi.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-14
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Gambar 2.5 Morfologi Headpond
Penstock (Pipa Pesat)
Pipa pesat direncanakan dilereng bukit yang mempunyai kemiringan ± 15° s/d 30°, dengan
panjang ± 320 m. Lithologi lokasi ini dibangun oleh campuran lanau pasiran hingga kerikilan,
berwama coklat kemerahan,plastisitas sedang,kohesif dengan ketebalan antara 0,5 s/d 2
m.
Kondisi geologi daerah sekitar pipa pesat hubungannya untuk kepentingan konstruksi teknik
sipil.
Power House (Gedung Sentral)
Power house terletak pada ketinggian ± 288 mdpl. Daerah ini merupakan persawahan
dengan bentuk morfologi relative datar, dan aman terhadap banjir. Lithologi Iokasi ini terdiri
dari breksi gunung api telah mengalami pelapukan. Pelapukan breksi gunung berapi ini
terdiri dari susunan lanau pasiran s/d pasir lempungan, berwarna cokiat kemerahan,
plastisitas sedang, ketebalan antara 0,5 m s/d 2 m.
Kondisi geologi daerah sekitar Gedung sentral hubungannya untuk kepentingan konstruksi
teknik sipil.
Gambar 2.6 Morfologi Power House
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-15
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Gambar 2.7 Peta Geologi Wilayah Garut
Data – Data Penyelidikan Geoteknik
Pengujian sifat tanah dan batuan diuji baik dilapangan maupun di laboratorium.
Daftar titik – titik pemboran dan uji yang dilakukan dapat dilihat pada daftar berikut :
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-16
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
NO LOKASIKODE
PEMBORAN
UJI
SPTSAMPLE
UJI
PERMIABILITAS
I
II
Pemboran:
Bendung / Sandtrap
Sondir/Handbor
Saluran Penghantar
BH -1(10m)
BH-2 (10m)
6 titik
5
5
-
2
2
6
2
2
-
Tabel 2.3 Daftar Pemboran dan Pengujian Data – Data Geoteknik
2.6 Hidrologi
2.6.1 Daerah Aliran Sungai
Peta Rupa bumi diperlukan untuk menentukan batas Daerah Aliran Sungai (DAS)
PLTM Cikandang yang berkontribusi terhadap aliran di sungai lokasi pengukuran.
Semua anak sungai yang mengalir ke dalam Sungai Cikandang menjadi bagian
DAS. Peta topografi juga digunakan untuk menentukan letak koordinat dan desa
awal intake, power house, serta ketinggian berdasarkan kontur sehingga dapat
memperkirakan potensi yang ada di suatu wilayah. Selain itu Peta topografi juga
digunakan untuk menentukan lokasi stasiun hujan, automatic water level recorder
( AWLR ) dan meteorologi didalam dan sekitar DAS. Selain itu topogari digunakan
untuk menentukan karakteristik DAS seperti panjang sungai utama, kemiringan
rata-rata, ketinggian titik-titik dalam DAS.
Peta Rupa bumi dikumpulkan dari kantor Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal) office di Cibinong, kabupaten Bogor. Peta Rupa bumi
tersebut dibuat oleh Bakosurtanal di tahun 1999 dengan skala 1 : 25.000.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-17
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Peta tersebut di atas mencakup seluruh DAS PLTM Cikandang mulai dari hulu
sampai ke lokasi Intake yang dapat dilihat pada daftar berikut ini :
Tabel 2.4 Daftar Lembar Peta DAS Cikandang
Adapun luas catchment area PLTM CIKANDANG yaitu seluas 201.76 Km2 yang
terdiri dari hutan, semak belukar serta persawahan. Adapun catchment area
dapat terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.8 Peta Das dan Catchment Area PLTM Cikandang
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING
Nomor Lembar Nama Lembar Edisi
1208-632
1208-613
Lebak Sari
Cibungur
I – 1999
I – 1999
1208-614
1208-623
1208-621
Negla
Cikajang
BaruBandung
I – 1999
I – 1999
I – 1999
2-18
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
2.6.2 Data Meteorologi
Data hujan diperlukan untuk analisa hujan, analisa banjir dan analisa ketersediaan
air. Hujan harian dikumpulkan dari stasiun hujan di leles dari tahun 1994 sampai
2005. Stasiun tersebut dikelola oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
Stasiun hujan tersebut merupakan stasiun hujan manual yang biasanya
mengamati sekali sehari pada jam 7:00 pagi. Stasiun hujan ada dalam kondisi
baik dan masih beroperasi. Data data curah hujan harian dapat dilihat dalam
lampiran 1 laporan ini. Berdasarkan hasil perhitungan, besarnya hujan curah
hujan tahunan pada lokasi proyek adalah 2962.57 mm,rerata curah hujan bulanan
246,88 mm. Selengkapnya hasil rekapitulasi besarnya curah hujan tersebut
seperti ditunjukan pada tabel 2.5 dan pola curah hujan bulanan dilokasi proyek
seperti gambar 2.1
Year Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec1994 458.68 327.25 476.40 283.21 111.47 206.81 76.88 133.55 290.51 230.76 464.83 694.771995 423.84 586.56 485.81 522.50 67.70 82.83 226.94 0.00 148.44 109.56 463.46 393.741996 454.18 679.84 349.60 246.71 106.01 189.00 214.81 0.00 0.00 0.00 265.08 225.541997 333.38 165.43 126.56 170.66 250.85 157.70 0.00 0.00 0.00 0.00 296.06 200.631998 418.86 390.61 426.10 265.00 113.97 117.91 178.25 50.32 160.52 216.00 252.09 361.271999 539.51 52.90 547.00 541.88 28.94 146.51 142.13 116.00 195.74 527.34 360.50 283.922000 495.45 49.95 538.11 559.58 151.20 30.38 122.85 91.26 47.25 328.05 389.91 266.902001 485.33 577.13 473.58 455.63 124.20 418.50 44.55 0.00 23.36 81.81 252.84 344.442002 481.95 75.24 331.56 211.82 456.98 87.75 0.00 56.03 0.00 220.73 262.31 388.842003 454.01 285.53 332.51 310.50 266.63 39.15 83.70 147.83 69.53 374.36 472.57 864.002004 272.70 555.53 304.02 213.98 99.90 54.00 147.15 0.00 0.00 342.50 225.86 195.752005 465.75 260.55 264.74 233.28 202.50 76.28 104.76 45.90 0.00 0.00 365.85 362.48
Average 440.30 333.87 388.00 334.56 165.03 133.90 111.83 53.41 77.94 202.59 339.28 381.86 Tabel 2.5 Data Curah Hujan Bulanan di Lokasi Proyek
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-19
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Grafik 2.1 Pola Hujan Bulanan (mm) di Lokasi Proyek
2.6.3 Analisis Hidrologi
Umum
Tujuan survey hidrologi adalah untuk mendapatkan data hidrologi primer dengan
melakukan pengukuran lapangan dan mendapatkan hasil langsung. Dalam studi
ini survey hidrologi mencakup pengukuran debit desain dihitung dengan synthetic
water balance metode Thornthwaite dan sebagai pembanding digunakan metode
NRECA dan debit banjir didesain dengan menggunakan hidrograf sintetik
Nakayasu.
Pengukuran Debit
Biasanya pengukuran debit dilakukan jauh dari stasiun Automatic Water Level
Recorder (AWLR) atau staff gauge dimana tinggi muka air sungai diamati dan
dicatat secara teratur. Staff gauge diperlukan untuk menghubungkan debit yang
diukur dengan suatu ketinggian yang diketahui sehingga data debit dapat dipakai
dalam analisa. Namun lokasi pengukuran mungkin jauh lokasinya dari staff gauge
seperti dalam studi ini. Untuk mengatasi masalah ini sebuah bench mark (BM)
sementara didirikan di tebing kiri sungai Cikandang dekat lokasi pengukuran. BM
sementara ini memberikan tinggi relatif permukaan air sungai. Kemudian hari, BM
ini harus diikat terhadap suatu BM nasional yang diketahui ketinggiannya.
Debit sungai diperoleh secara tidak langsung dari pengukuran debit. Pengukuran
debit hanya memberikan kecepatan rata-rata aliran sungai dan luas area
potongan sungai. Debit diperoleh dengan mengalikan kecepatan rata-rata dan
area.
Hasil pengukuran debit dilaporkan sebagai pasangan elevasi dan debit. Bila
terdapat cukup banyak pasangan elevasi-debit maka bisa digambarkan suatu
kurva rating. Kurva rating mempunyai elevasi sebagai sumbu vertikalnya dan debit
sebagai sumbu horizontalnya. Karena itu jika elevasi diketahui maka debit dapat
diketahui dari kurva rating. Untuk mendapatkan kurva rating yang baik, diperlukan
untuk melakukan pengukuran debit sungai pada saat air rendah, menengah dan
tinggi.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-20
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Jadi diperlukan suatu pengukuran debit yang mencakup perbedaan ketinggian
yang besar. Karena itu pengukuran debit harus dilakukan sepanjang tahun
sehingga melewati musim kemarau dan hujan.
1. Lokasi
Pengukuran debit dilakukan di sungai Cikandang di lokasi calon bendung
pengambilan dengan koordinat 07027’9.38” Lintang Selatan dan 107040’30.91”
Bujur Timur.
2. Peralatan
Dalam studi ini pengukuran debit dilakukan oleh team survei yang terdiri atas 2
orang. Adapun cara pengukuran debit dengan menggunakan Current meter.
Peralatan yang digunakan berupa current meter A-Ott yang menggunakan baling-
baling dengan sumbu mendatar untuk mengukur kecepatan aliran sungai. Bila
kedalaman air kurang dari 3 meter maka dapat digunakan tiang besi untuk
menggantungkan current meter. Bila lebih dalam maka digunakan kabel baja yang
diturunkan dari penggulung.
Jumlah putaran baling-baling selama 40 detik dicatat. Kecepatan rata-rata
didapatkan dari rumus berikut :
Jika n 0.30, maka V = 0.4775 n + 0.014 (m/det)
Jika n 0.30, maka V = 0.5167 n + 0.001 (m/det)
dimana
n : jumlah putaran per detik
V : kecepatan aliran (m/det)
3. Metoda
Sebuah bench mark (BM) sementara dipasang pada tebing kiri sungai. Potongan
melintang sungai dibagi atas segmen dengan memilih vertikal pada beberapa titik.
Jarak antara vertikal bergantung kepada lebar sungai, karakteristik dasar sungai
dan variasi dari distribusi kecepatan aliran. Pengukuran dimulai dari tepi air sungai
sebelah kiri dekat BM.
Pada setiap vertikal, diukur dahulu kedalaman dan nilainya yang fungsinya
digunakan untuk menghitung letak kedalaman sungai. Kecepatan rata-rata tiap
vertikal dapat ditentukan dengan beberapa metode yang berupa pengukuran pada
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-21
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
satu atau lebih titik kedalaman pada suatu vertikal. Dalam studi ini, kecepatan
diukur pada kedalaman 0.2 m/det dan 0.8 m/det dari kedalaman air pada vertikal
tersebut. Setelah current meter siap, baling-baling harus disiapkan dulu berputar
untuk menyesuaikan diri dengan kecepatan aliran sebelum pengukuran dimulai.
Kecepatan pada kedua kedalaman tersebut kemudian dirata-ratakan. Ketinggian
muka air sebelum dan sesudah pengukuran dicatat. Debit total sungai dihitung
sebagai jumlah debit sungai pada tiap vertikal seperti yang diberikan oleh rumus-
rumus berikut.
dimana :
Q : debit total sungai (m3/det)
: kecepatan rata-rata di vertikal i (m/det)
Ai : luas area di vertikal i (m2)
V0.2 : kecepatan pada 0.2 kedalaman (m/det)
V0.8 : kecepatan pada 0.8 kedalaman (m/det)
Hi : kedalaman di vertikal i (m)
bi : lebar segmen i (m)
2.6.4 Ketersediaan Air Di Sungai Cikandang
Tujuan analisa ketersediaan air adalah untuk memperkirakan ketersediaan air di
sungai, yang diketahui sebagai dependable flow. Ketersediaan air biasanya
diperlukan dalam studi pendahuluan proyek-proyek yang akan memanfaatkan air
dari sungai. Analisa ketersediaan air memerlukan data debit harian atau bulanan
dengan panjang lebih dari 10 tahun. Untuk ketepatan yang lebih baik diperlukan
data yang lebih panjang. Data harus berupa data pengukuran pada stasiun
Automatic Water Level Recorder (AWLR) di atau dekat lokasi pengukuran. Namun
data debit sangat jarang tersedia, dan juga lokasi AWLR terletak jauh dari lokasi
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-22
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
pengukuran, seperti yang terjadi dalam studi ini. Bila data yang panjang tidak
tersedia, maka bergantung kepada tersedianya data hujan, data debit dapat
diperpanjang dengan suatu model yang menghubungkan hujan dan limpasan
(runoff). Dalam study ini tidak terdapat AWLR di atau dekat lokasi pengukuran.
Dalam hal ini data debit yang telah diperpanjang dapat di transfer ke lokasi sudi
dengan menggunakan perbandingan daerah aliran sungai (DAS). Dengan
demikian ketersediaan air dapat diperkirakan.
Terdapat beberapa stasiun AWLR di dalam dan sekitar DAS PLTM Cikandang,
tetapi tidak tersedia data dari stasiun-stasiun tersebut, dan kebanyakan dari
mereka tidak beroperasi lagi. Untuk melakukan pemodelan hujan-lipmasan hal ini
diperlukan data hujan yang panjang. Data lain yang juga diperlukan adalah data
evapotranspirasi. Data ini tidak didapatkan dari pengukuran lapangan langsung
melainkan dapat dihitung berdasarkan data klimatologi, data ketersedian air
harian Cikandang dapat dilihat dlm lampiran 2, hasil rekapitulasi Debit Cikandang
dapat di lihat dalam tabel 2.6 berikut :
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec1994 14.53 17.57 23.22 19.61 14.89 12.94 9.27 8.65 12.46 13.97 21.07 30.301995 29.66 36.36 33.14 32.50 19.52 12.66 14.22 6.87 7.24 6.70 17.59 19.851996 24.17 37.50 27.31 20.74 14.99 13.42 13.61 7.02 3.79 2.05 7.51 12.241997 15.06 12.66 10.02 10.05 13.39 10.14 5.00 2.67 1.44 0.78 7.97 8.941998 16.17 19.95 21.64 19.26 13.16 10.51 10.93 5.87 7.34 11.42 10.83 17.791999 24.14 13.83 23.36 29.65 15.57 12.61 10.18 9.09 8.93 20.42 21.48 20.392000 25.03 13.80 21.26 30.87 19.81 11.94 9.40 8.05 4.89 11.31 17.17 18.512001 22.91 32.12 31.03 27.77 18.44 25.36 12.40 6.74 4.01 3.81 7.87 14.182002 22.13 13.48 16.32 15.13 25.02 12.20 6.68 5.50 2.57 8.45 9.25 17.802003 21.17 20.55 20.13 18.81 20.07 10.30 7.75 8.17 6.35 14.42 19.99 36.122004 27.83 35.29 24.47 18.68 13.74 8.73 8.69 4.52 2.44 10.02 11.08 13.442005 20.07 17.26 16.99 15.08 14.07 9.27 7.91 4.68 2.73 1.48 9.35 16.86
Average 21.91 22.53 22.41 21.51 16.89 12.51 9.67 6.49 5.35 8.73 13.43 18.87
Tabel 2.6 Data Rekapitulasi Debit Bulanan Cikandang
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-23
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Grafik 2.2 Data Debit Bulanan Cikandang
2.6.5 Model NRECA
Struktur Model
Banyak model hidrologi untuk mensimulasikan hujan-limpasan yang tujuannya
adalah untuk pengisian atau memperpanjang data debit, antara lain model Tank,
model Mock, model SSARR dan model NRECA. Dalam studi ini model hujan-
limpasan yang dipakai adalah model NRECA (USA) yang dikembangkan oleh
Norman H. Crawfort yang merupakan penyederhanaan dari Stanford Watershed
Model IV yang memiliki 34 parameter. Model ini telah banyak diterapkan oleh
Puslitbang Pengairan pada berbagai daerah pengaliran di Indonesia, selain
parameter model relatif sedikit dan mudah dalam pelaksanaannya serta
memberikan hasil yang cukup handal.
Secara umum persamaan dasar dari model ini dirumuskan sebagai berikut :
Q = P - E + S
dimana :
Q = limpasan (mm)
P = hujan rata-rata DAS (mm)
E = evapotranspirasi aktual (mm)
S = perubahan kandungan (simpanan) air dalam tanah (mm)
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-24
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Persamaan keseimbangan air diatas merupakan dasar dari model NRECA untuk
suatu daerah aliran sungai pada setiap langkah waktu, dimana hujan, actual
evapotranspirasi dan limpasan adalah volume yang masuk kedalam dan keluar
pada suatu DAS untuk setiap langkah waktu tertentu.
Dalam model NRECA terdapat dua tampungan yaitu simpanan kelengasan
(moisture storage) dan simpanan air tanah (groundwater storage). Simpanan
kelengasan ditentukan oleh hujan dan actual evapotranspirasi. Simpanan air
tanah ditentukan oleh kelebihan kelengasan (excess moisture).
Secara skematis struktur dari model NRECA dapat dilihat berikut ini.
Parameter Karakteristik DPS
Pada model NRECA ini ada tiga parameter yang menggambarkan karateristik
DPS yang besar pengaruhnya terhadap keluaran sistem, yaitu :
NOMINAL : indeks kapasitas kelengasan tanah (mm) dapat didekati dengan
persamaan :
NOMINAL = 100 + C × RA
dimana C = 0,2 dan RA = hujan tahunan (mm)
Nilai NOMINAL dapat berkurang sampai 25 % pada DPS yang vegetasinya
terbatas dan tanah penutupnya tipis.
PSUB : prosentase dari limpasan yang bergerak keluar dari DPS melalui
limpasan permukaan. PSUB merupakan parameter karakteristik lapisan tanah
pada kedalaman 0 ~ 2 m. Nilai PSUB berkisar 0,3 ~ 0,9 bergantung kepada sifat
lulus air tanah.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-25
Simpanan kelengasan
Simpanan air tanah
Debit Total
EvapotranspirasiHujan
(nominal)
Excess Moisture
Lengas lebih(PSUB)
Imbuhan keair tanah
Aliran air tanah
Direct f low
(GWF)
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
PSUB = 0,3 bila tanah bersifat kedap air
PSUB = 0,9 bila tanah bersifat lulus air
GWF : prosentase dari tampungan air tanah yang mengalir ke sungai sebagai
aliran dasar. GWF merupakan parameter karakteristik lapisan tanah pada
kedalaman 2 ~ 10 m.
GWF = 0,2 bila tanah bersifat lulus air
GWF = 0,8 bila tanah bersifat kedap air
Selain ketiga parameter tersebut, ada dua parameter lagi yang pengaruhnya kecil
terhadap keluaran sistem (low effect parameter), yaitu :
SM stor : simpanan kelengasan tanah (soil moisture storage)
GW stor : simpanan air tanah (ground water storage)
Simpanan Kelengasan Tanah
Simpanan kelengasan tanah adalah cadangan air yang besarnya ditentukan oleh
selisih dari tampungan akhir dan tampungan awal. Besar tampungan ini
ditentukan oleh hujan, evapotranspirasi dan kelebihan kelengasan yang menjadi
limpasan langsung dan imbuhan air tanah. Simpanan kelengasan tanah bulanan
selanjutnya ditentukan dengan persamaan :
Dimana :
SMi = simpanan kelengasan tanah bulan ke i
SMi-1 = simpanan kelengasan tanah bulan ke i-1
SM0 = simpanan kelengasan awal yang ditentukan dengan cara coba-coba
I = indeks 1, 2, 3,…
Stori-1 = perubahan simpanan kelengasan bulan ke i-1
Simpanan Air Tanah (Ground Water Storage/GWstor)
Kelebihan kelengasan tanah yang masuk kedalam tanah dan mengalami perkolasi
akan masuk ke dalam tampungan air tanah, yang biasa disebut akuifer. Akibat
proses hidrologi sebelumnya, akuifer ini biasanya tidak kosong. Simpanan air
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-26
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
tanah dalam akuifer akibat proses hidrologi sebelumnya disebut tampungan awal
air tanah ( begin storage groundwater). Sementara itu tampungan yang telah
mendapat air perkolasi disebut sebagai tampungan akhir air tanah (end storage
groundwater).
Pada bulan selanjutnya tampungan akhir ini akan menjadi tampungan awal,
proses ini berlanjut terus-menerus sebagai fungsi waktu. Selanjutnya tampungan
akhir inilah yang akan menjadi aliran air tanah bila kondisi tampungan
memungkinkan. Dalam model ini tampungan awal ditentukan dengan cara coba-
coba. Sementara itu tampungan awal bulan selanjutnya ditentukan dengan
persamaan berikut.
dimana
BSGi+1 = tampungan awal bulan ke i+1
ESGi = tampungan akhir bulan ke i
GW Flowi = aliran air tanah bulan ke i
Dalam model ini tampungan akhir dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
dimana
RECHi = kelebihan kelengasan tanah yang masuk ke dalam
tanah pada bulan ke i
Urutan langkah perhitungan untuk limpasan bulanan adalah sebagai berikut :
1) Perhitungan hujan wilayah dan evapotranspirasi potensial standar di daerah
pengaliran (P dan ET0)
2) Menentukan parameter model : NOMINAL, PSUB, GWF dan nilai awal tampungan
kelengasan tanah (SMstor) dan tampungan air tanah (GWstor) yang akan
digunakan dalam proses kalibrasi
3) Perhitungan angka tampungan tiap bulan (storage ratio) :
Sr = SMstor/NOMINAL, dimana untuk bulan ke 1 SMstor = angka awal tampungan
dan untuk bulan selanjutnya adalah SMstor (i) = SMstor (i-1) + S(i-1), dimana S(i-
1) adalah perubahan tampungan pada bulan sebelumnya
4) Perhitungan angka perbandingan antara hujan dan evapotranspirasi potensial:
R = P/PET
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-27
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
5) Perhitungan evapotranspirasi actual (AET), dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut ini :
AET = k1 × PET, dimana k1 adalah koefisien evapotranpirasi yang bergantung
kepada nilai R dan Sr, dengan persamaan regresi sebagai berikut : k1 = P/PET (1
- 0,5 × Sr) + 0,5 × Sr, bila R < 1 dan Sr < 2 ; k1 = 1 bila P/PET ≥ 1 atau Sr ≥ 2
6) Menghitung ratio kelebihan kelengasan (extrat) :
Jika Sr ≤ 0 , maka extrat = 0
Jika Sr > 0 , maka extrat = 0.5 × ( 1 + tanh (x))
x = (Sr - 1)/0.52
tanh = {exp (x) - exp(-x)} / {exp (x) + exp (-x)}
7) Perhitungan kelebihan kelengasan (excm), perubahan tampungan (S) dan perkolasi
(rech) dengan rumus sebagai berikut :
excm = exrat ( P - AET)
S = P - AET - excm
rech = PSUB × excm
8) Perhitungan angka awal dan akhir tampungan air tanah (BSG dan ESG) :
Untuk bulan ke-1 :
BSG = GWSTOR
Untuk bulan berikutnya :
BSG(n) = ESG(n-1) - GF(n-1)
ESG = rech + BSG
GF = limpasan air tanah
9) Perhitungan limpasan
Limpasan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu limpasan langsung (DRF) dan limpasan
air tanah (GF) :
DRF = excm - rech
GF = GWF × ESG
Total limpasan tiap bulan adalah sebagai berikut :
Q = GF + DRF (mm)
Perhitungan dilakukan dengan interval 1 harian.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-28
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Hasil Simulasi
Simulasi dilakukan dengan menggunakan data hujan stasiun leles selama 10
tahun dari 1994 sampai 2005. Debit simulasi kemudian disusun dari besar ke kecil
dan pada tiap debit diberikan probabilitas yang dihitung dengan persamaan
Weibull seperti berikut :
dimana
p = probabilitas terlampaui (%)
i = nomor urut debit simulasi
n = jumlah debit simulasi
Debit simulasi dan probabilitasnya kemudian digambarkan dalam suatu flow
duration curve yang menggambarkan persentase ketersediaan air dan besar
debitnya PLTM Cikandang, seperti yang ditampilkan pada tabel 2.7 dan grafik
kurva 2.3
Probability DischargeFactor (%) m3/sec
2%5% 38.71
10% 30.7215% 26.4420% 23.5025% 21.5230% 19.6435% 17.9440% 16.2545% 15.1450% 14.1355% 13.2160% 12.2665% 11.2870% 10.3575% 9.5180% 8.8185% 7.9090% 6.9995% 6.11
100% 5.32
Tabel 2.7 FDC Sungai Cikandang
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-29
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Grafik 2.3 FDC Sungai Cikandang
2.7 Analisa Debit Banjir
2.7.1 Umum
Tujuan analisa banjir adalah untuk memperkirakan besarnya banjir rencana
dengan periode ulang yang berbeda-beda, termasuk Probable maximum Flood
(PMF) di lokasi studi.
Banjir rencana dan PMF diperkirakan dengan analisa hidrograf. Banjir
diperkirakan dari data curah hujan maksimum harian dengan analisa frekuensi.
Sesudah dikurangi dengan kehilangan akibat infiltrasi, hujan efektif didapatkan.
Hujan efektif kemudian didistribusikan kedalam hujan jam-jaman berdasarkan pola
hujan yang ada. Sebuah hidrograf satuan dapat dibentuk berdasarkan
karakteristik DAS. Hujan ja-jaman kemudian dikalikan dengan hidrograf satuan
untuk mendapatkan hidrograf banjir.
2.7.2 Analisa Hujan
Tujuan analisa hujan adalah untuk memperkirakan hujan rencana dengan periode
ulang tertentu dan juga Probable Maximum Precipitation (PMP). Untuk melakukan
analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum yang diambil dari data
analisa hidrologi.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-30
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Deb
it (m
3 /s)
Durasi
KDA Sintetis
Model NRECA
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Resume analisa hujan maksimum harian yang digunakan dapat dilihat dalam tabel
2.8 sebagai berikut:
Tabel 2.8 Curah Hujan Harian Maksimum
TAHUN CH MAX
1994 84.441995 121.751996 194.641997 49.861998 156.601999 92.802000 118.802001 108.002002 133.652003 98.552004 162.002005 60.75
2.7.3 Analisa Frekuensi
Tujuan analisa frekuensi adalah untuk memperkirakan besarnya hujan rencana
dengan periode ulang tertentu dari data hujan maksimum harian dengan
menggunakan distribusi frekuensi yang dipilih dalam tahap sebelumnya.
Bila menggunakan distribusi Normal, persamaannya adalah sebagai berikut.
dimana :
XT = hujan rencana dengan periode ulang T tahun
= rata-rata hujan maksimum tahUnan
Sx = standard deviasi hujan maksimum tahunan
KT = variabel standard normal yang didapatkan dari tabel normal
Bila menggunakan distribusi Log Normal, persamaannya adalah sebagai berikut:
y = log (X)
dimana :
X = hujan
y = logaritma dari hujan
= rata-rata dari logaritma dari hujan
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-31
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Sy = standard deviasi dari logaritma dari hujan
KT = variabel standard normal yang didapatkan dari tabel normal
Bila menggunakan distribusi Gumbel, persamaannya adalah sebagai berikut.
dimana :
= rata-rata hujan maksimum tahunan
Sx = standard deviasi hujan maksimum tahunan
Y = perubahan reduksi
N = jumlah data
Bentuk lain persamaan e Gumbel adalah :
dimana :
XT = hujan rencana untuk periode ulang T tahun
= rata-rata hujan maksimum tahunan
Sx = standard deviasi hujan maksimum tahunan
K = konstanta yang didapat dari tabel
Bila menggunakan distribusi Log Pearson Type III distribution, persamaannya
adalah sebagai berikut:
dimana :
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-32
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Hasil analisa frekuensi cikandang dengan menggunakan distribusi Log Pearson
Type III ditampilkan dalam tabel 2.8 berikut:
Tabel 2.8 Analisa frekuensi dengan distrubusi Log Person III
No. Tahun Hujan Max. y = log
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-33
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
X (y - y)2 (y - y)3X (mm)
1 1994 84.445 1.9266 0.011 -0.0012 1995 121.750 2.0855 0.003 0.000
3 1996194.641
2.2892 0.066 0.017
4 1997 49.864 1.6978 0.112 -0.0375 1998 156.600 2.1948 0.027 0.004
6 1999 92.800 1.9675 0.004 0.000
7 2000 118.800 2.0748 0.002 0.000
8 2001108.000
2.0334 0.000 0.000
9 2002 133.650 2.1260 0.009 0.001
10 200398.550
1.9937 0.001 0.000
11 2004 162.000 2.2095 0.032 0.00612 2005 60.750 1.7835 0.062 -0.015
Jumlah 12 1382 24.3823 0.328 -0.026 Rata-rata X = 115.2
Std. dev S = 42.2 Skewness Cs = 0.29
Tr (year) K log XT XT
2 0.000 2.0319 107.61
5 0.000 2.0319 107.61
10 0.000 2.0319 107.61
25 0.000 2.0319 107.61
50 0.000 2.0319 107.61
100 0.000 2.0319 107.61
200 0.000 2.0319 107.61
Unit : mm
Nama
Stasiun
Kala Ulang
2 5 10 25 50 100 200
leles 111 151 174 199 215 230 244
Tabel 2.8 Hujan di Lokasi Proyek
Test Kecocokan
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-34
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Tiap distribusi akan memberikan hasil yang berbeda. Kaena itu diperlukan test
kecocokan untuk menetukan distribusi mana yang paling cocok, yaitu yang
memiliki deviasi terkecil dari data yang ada. Terdapat dua metoda yang lazim
digunakan yaitu Chi-squared (c2) test dan Kolmogorov-Smirnov test.
1) Chi-squared (2) test
Statistic 2 dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
dimana :
k = jumlah kelas interval data
Oi = frekuensi yang diamati dalam kelas interval i
Ei = frekuensi yang diharapkan dalam kelas interval i
N = jumlah data
Derajat kebebasan ditentukan dari :
Dk = k - u - 1
dimana :
u = jumlah parameter (untuk Chi-squared, u = 2)
Bila nilai 2 hasil hitungan lebih kecil dari nilai kritis 2 dalam tabel, maka distribusi
yang dipilih dapat digunakan. Chi-squared test ditampilkan dalam Tabel. Hasil
chi-square test menunjukkan bahwa distribusi Log Pearson Type III dapat
digunakan untuk data hujan di stasiun Unaaha.
2) Kolmogorov-Smirnov test
Test ini digunakan untuk menghindari masalah kehilangan informasi data akibat
pengelompokan data kedalam kelas interval. Test ini juga dikenal sebagai test non
parametric sebab tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Data mula-mula disusun dari besar ke kecil atau sebaliknya. Kemudian
probabilitas tiap data dihitung dengan persamaan Weibull sebagai berikut :
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-35
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
dimana
p = probabilitas (%)
m = nomor urutr data yang disusus
n = jumlah total data
Nilai teoritis tiap probabilitas dihitung dengan menggunakan persamaan yang
sesuai dengan distribusinya. Dari kedua probabilitasnya, dicari nilai perbedaan
terbesar antara probabilitas yang diamati dan teoritis seperti dalam rumus berikut.
Bila perbedaan terbesar kurang dari nilai kritis (dari tabel), maka distribusi yang
dipilih dapat digunakan Hasil test Kolmogorov-Smirnov ditampilkan dalam Tabel.
Test Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa distribusi Log Pearson Type III
dapat dipakai untuk data hujan di stasiun Cibatarua.
Analisa Probable Maximum Precipitation
Probable Maximum Precipitation (PMP) dapat diinterpretasikan sebagai hujan
maksimum terbesar dengan durasi tertentu yang mungkin terjadi pada suatu
stasiun hujan yang akan menghasilkan banjir besar yang dikenal sebagai
Probable Maximum Flood (PMF). PMF biasanya digunakan untuk perencanaan
pelimpah. Untuk melakukan analisa ini diperlukan data hujan yang panjang.
Salah satu metode untuk memperkirakan PMP adalah dengan cara Hershfield
yang merupakan prosedur statistic untuk memperkirakan PMP dalam kondisi
dimana data meteorologi sangat kurang. Persamaan Hershfield adalah sebagai
berikut.
Xm = Xn + Km × Sn
dimana :
Xm = probable maximum precipitation (PMP) (mm)
Xn = hujan harian maksimum yang dikoreksi (mm)
Km = koefisien statistik
Sn = standard deviasi hujan harian maksimum (mm)
Km ditentukan berdasarkan pengamatan hujan harian pada 2.600 stasiun hujan
yang 90 % berada di Amerika Serikat, yang diberikan dalam bentuk grafik yang
menghubungkan antara durasi hujan dan rata-rata hujan harian maksimum.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-36
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Koreksi juga dilakukan terhadap panjang data dan periode pengamatan. Hasil
analisa PMP ditampilkan dalam
1. Analisa Distribusi Hujan Jam-jaman
Tujuan analisa distribusi hujan jam-jaman adalah untuk memperkirakan
persentase dari hujan total yang jatuh dalam tiap jam. Hujan jam-jaman diproses
dan dirata-ratakan. Hasil rata-rata hujan jam-jaman cikandang ditampilkan dalam
tabel berikut :
Jam ke- 1 2 3 4 5 6
Persentase 40.1 30.7 15.7 7.4 4.6 1.5
Tabel 2.9 Distribusi Hujan Cikandang Dalam Jam
2. Analisa Hujan Efektif
Hujan efektif (excess rainfall) adalah bagian dari total volume hujan yang
berkontribusi langsung terhadap limpasan (direct runoff). Hujan efektif adalah
hujan total setelah dikurangi dengan kehilangan akibat intersepsi dan infiltrasi.
Sebuah cara yang umum digunakan untuk mrnghitung hujan efektif adalah
dengan metoda Horton yang dijelaskan berikut :
A) Metoda Horton
Ketika hujan berlangsung, sebagian air akan langsung mengalir di permukaan
tanah dan sisanya akan meresap kedalam tanah. Menurut Horton, kehilangan
akibat infiltrasi mengikuti kurva eksponensial. Karena itu semakin banyak air yang
meresap, semakin cepat tanah menjadi jenuh. Akibatnya infiltrasi akan berkurang
menurut persamaan berikut.
fp = fc + (f0 - fc) e-kt
dimana :
fp = kapasitas infiltrasi pada waktu t (mm)
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-37
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
fc = kapasitas infiltrasi akhir (mm)
f0 = kapasitas infiltrasi awal yang bergantung kepada hujan
yang jatuh sebelumnya; dapat diperkirakan sebesar 50 -
80 % dari hujan total
k = konstanta yang bergantung kepada tekstur tanah
t = waktu sejak dimulainya hujan (jam)
2.7.4 Analisa Banjir Rencana
Tujuan analisa banjir rencana adalah untuk menggunakan hujan rencana untuk
memperkirakan banjir rencana dengan berbagai periode ulang dan juga Probable
Maximum Flood (PMF).
Langkah-langkah dalam perhitungan banjir rencana adalah sebagai berikut :
a) Analisa Hidrograf Satuan
Hubungan antara hujan dan limpasan digambarkan oleh hidrograf satuan.
Hidrograf satuan dapat diturunkan dari banjir yang pernah terjadi, tetapi biasanya
sangat sulit untuk mendapatkan data seperti itu. Untuk mengatasi masalah ini,
digunakan hidrograf satuan sintetik. Hidrograf satuan ini diturunkan dari
karakteristik DAS. Dalam studi ini, hidrograf satuan sintetik digunakan karena
tiadanya data banjir. Hidrograf satuan Nakayasu merupakan hidrograf satuan
sintetik yang umum digunakan di Indonesia dan juga digunakan dalam studi ini.
b) Nakayasu Unit Hydrograph
Hidrograf satuan Nakayasu diturunkan dari hasil analisa sejumlah besar DAS di
Jepang. Beberapa karakteristiknya adalah i) bagian naiknya merupakan garis
lurus, ii) 0,3 Qp terjadi pada waktu T0,3, sedangkan (0,3)2 Qp terjadi pada saat 1,5
× T0,3.
Debit puncak dapat dihitung dengan persamaan berikut.
dimana :
Qp = debit puncak (m3/det)
C = koefisien pengaliran (C = 0,7)
A = luas DAS (km2)
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-38
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Ro = volume hujan satuan (Ro = 1 mm)
Tp = waktu debit puncak (jam)
T0.3 = waktu sejak debit puncak sampai debit
mencapai 0,3 Qp
Waktu puncak banjir dan T0,3 dihitung sebagai berikut.
Tp = Tg + 0,8 Tr
T0,3 = Tg
Dimana time of concentration Tg dihitung sebagai berikut.
Tg = 0,40 + 0,058 L untuk L > 15 km
Tg = 0,21 L 0,70 untuk L < 15 km
dimana :
L = panjang sungai utama (km)
Tr = durasi hujan (jam)
= parameter yang mempunyai nilai antara 1,5 dan 3,5
Persamaan hidrograf satuan Nakayasu dinyatakan dengan persamaan-
persamaan berikut.
0 t Tp :
Tp < t < (Tp +T0,3) :
(Tp + T0,3) < t < (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3) :
t (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3) :
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-39
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Grafik 2.4 Hidrograf Nakayasu Cikandang
Adapun data karakteristik DAS bendung Cikandang dimana rencana bangunan
utama dari PLTM Cikandang direncanakan adalah sebagai berikut :
Luas tangkapan hujan A = ± 201 km²
Panjang Sungai L = ± 31 km
Elevasi hulu H1 = + 1200 m
Elevasi lokasi site H2 = + 330 m
Data Debit Banjir Cikandang dapat lihat dalam lampiran 3 dan Hasil rekapitulasi
debit banjir rencana DAS Cikandang ditampilkan dalam grafik 2.5 dan tabel 2.11
sebagai berikut :
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-40
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Tabel 2.10. Input data hidrograf sintetik Nakayasu
NO Parameter Unit Hidrograf
1 Panjang sungai ( L ) L 31 km²2 Luas DAS 201 km²
3 Koef.Pengaliran Das 0.75
4 Time Tag (Tg) 2.20 jam
Syarat :
L< 15 Km;Tg=0.4 + 0.058 L L> 15 Km;Tg= 0.21 L0.7
5 Durasi (Tr) 1.50 jam
Syarat :
Tr = 0.5 tg s.d tg 1.0
6 Peak time (Tp) Tp = tg + 0,8 tr 3.40 jam
7 Parameter hidrograf
Parameter alfa 2
T0,3 4.40 0,5 T0,3 2.20 jam 1,5 T0,3 6.60 jam 3,0 T0,3 13.20 jam8 Curah Hujan spesifik ( R0 ) ( R0 ) 1 mm9 Debit Puncak Qp 10.35 m³/dt/mm
10 Base flow Qb 1.50 m³/dt/mm
Grafik 2.5 Hidrograf Debit Banjir PLTM Cikandang
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-41
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Periode Ulang Debit
(tahun) (m3/det)
2 78.9
5 181.7
10 240.4
25 310.5
50 356.4
100 399.6
200 438.1
Tabel 2.11. Debit Banjir PLTM Cikandang
2.8 Sedimentasi
2.8.1 Umum
Sedimentasi untuk PLTM Cikandang menjadi hal yang penting sekali karena tidak
terdapat genangan yang cukup besar sehingga sedimentasi bakal menjadi
masalah. Tujuan analisis sedimentasi untuk PLTM Cikandang terutama ditujukan
untuk menentukan jenis material sediment dan ukuran butir yang akan digunakan
dalam analisis peralatan penguras pada bendung dan kolam penguras, serta
untuk menentukan daya tahan turbin.
Pengambilan contoh sediment dilakukan bersama-sama dengan pengukuran debit
pada waktu dan lokasi yang sama. Dalam studi ini, pengambilan contoh sediment
dilakukan di tempat calon lokasi bendung pengambilan PLTM Cikandang.
Contoh air dilakukan pengujian di laboratorium untuk menentukan kandungan
sedimen laying dan dasar. Hasil pengujian laboratorium ini selanjutnya dianalisa
untuk memperoleh hubungan antara besarnya debit dan kandungan sedimennya.
Pengujian laboratorium contoh sediment dasar meliputi analisis ukuran butir dan
berat spesifik.
Pada dasarnya, sedimentasi didalam sungai dapat dibagi menjadi 2 bagian,
sebagai berikut.
Sedimen dasar meliputi material yang bergerak pada dasar sungai disebabkan
oleh gaya traksi pada penampang sungai.
Sedimen layang meliputi material yang bergerak, meloncat dan mengapung
disebabkan oleh turbulensi aliran air.
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-42
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
2.8.2 Sedimen Dasar
Partikel kasar yang bergerak di sepanjang dasar sungai disebut sediment dasar.
Definisi sediment dasar meliputi partikel yang bergerak pada dasar sungai,
dimana ukurannya besar dan pergerakannya dengan cara seperti bergeser,
menggelinding atau melompat tetapi tidak pernah kehilangan kontak atau selalu
berada pada dasar sungai.
Pada umumnya, besarnya sediment dasar dapat diperkirakan karena biasnya
hanya merupakan bagian yang minor dari seluruh pergerakan sediment didalam
sungai. Borland dan Maddock (Sediment Studies for Planning of Reservoirs,
USBR IV Congress on Large Dam 1951) memberikan hubungan antara
konsentrasi sediment layang, jenis material dan persentasi sediment dasar
terhadap sediment layang, sebagai berikut:
Tabel 2.12. Jenis Material Sedimentasi
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING
Konsentrasi
Sedimen
Layang (mg/l)
Jenis Material
Dasar Sungai
Jenis Material
Sedimen Layang
Persentasi Sedimen
Dasar terhadap
Sedimen Layang
Rendah
(<1000)
Pasir Sama dengan
dasar
50%
Kerikil/Batu Lempung, lanau
+ sedikit pasir
50%
Sedang (1000-
7500)
Pasir Sama dengan
dasar
10% - 20%
Kerikil/Batu Lempung, lanau
+ 25% pasir
5% - 10%
Tinggi (>7500) Pasir Sama dengan
dasar
10% - 20%
Kerikil/Batu Lempung, lanau
+ 25% pasir
2% - 8%
2-43
Studi Kelayakan PLTM CIKANDANG
Sedangkan dari analisis ukuran butir, persentase rata-rata sediment yang
diangkut oleh oleh Sungai Cikandang adalah sebagai berikut.
Fraksi Diameter (mm) Persentasi rata-
rata
Kerikil >2.00 53.6
Pasir 0.074 - 2.00 35.2
Lanau 0.002 – 0.074 4.3
Lempung < 0.002 6.9
Tabel 2.13. Ukuran Butir
2.8.3 Sedimen Layang
Sedimen layang dapat dilihat sebagai material didalam sungai yang melayang
didalam aliran air dan terutama terdiri dari pasir yang berbutir halus yang selalu
melayang dikarenakan turbulensi aliran air.
Karena pengukuran debit dan pengambilan contoh sedimen dilakukan pada waktu
yang sama, maka debit sediment dapat dihitung dan ditetapkan dengan
menggunakan hasil analisis konsentrasi sediment dan besarnya debit, sebagai
berikut.
Qs = k . c . Qw
dimana :
Qs = debit sediment (ton/hari)
K = factor konversi (0.0864)
c = konsentrasi sediment (mg/l)
Qw = debit (m3/s)
PT BUKAKA HYDRO CONSULTING 2-44