Upload
indra-hizkia-perangin-angin
View
69
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
I. Konsep Pijat
1. Defenisi dan Sejarah Perkembangan Pemijatan
Pijatan adalah sentuhan yang dilakukan dengan sadar, terutama saat
ibu melakukan pemijatan dengan lembut dan tenang ( Nanayakkara, 2006 ).
Menurut Carol Fallows dan Theodora Russel (2003), pemijatan adalah hal yang
dilakukan dengan rasa tenang dan rileks yang diikuti saling bercengkrama.
Menurut sejarah perkembangan, pemijatan adalah terapi tertua yang
dikenal manusia yang paling populer. Pijat juga adalah seni perawatan kesehatan
dan pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam. Laporan tertua
tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Pengurus Ebers yaitu catatan
kedokteran pada zaman Mesir Kuno. Di India juga ditemukan Ayur-Veda, buku
kodekteran tertua(sekitar 1800 SM) yang menuliskan tentang pijat, diet dan olah
raga, sebagai cara penyembuhan utama masa itu. Selain itu, 5000 tahun lalu, para
dokter di Cina dari Dinasti Tang meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari
empat tehnik pengobatan yang penting ( Roesli, 2006 ). Hingga kini, dokter dan
ahli kesehatan dari segala macam budaya seperti Jerman, Jepang dan Cina telah
menggunakan tehnik pemijatan sebagai bagian integral dari praktek pelayanan
kesehatan dimana terapi pijat bekerja sama dengan dokter sebagai tim pelayanan
kesehatan. Bahkan di Cina, terdapat rumah sakit yang memiliki bangsal khusus
untuk pemijatan serta departemen pijat yang terdiri dari dua tingkat. Dari sebuah
survei tentang pengobatan alternatif dipublikasikan di New England Journal of
Medicine, terpi pemijatan yang menduduki peringkat ketiga yang paling sering
dugunakan ( Collinge, 1996 ).
2. Manfaat Pemijatan
2.1. Manfaat Secara Umum
Secara fisiologis, pemijatan yang menurunkan kerja sistem saraf
simpatik dan meningkatkan kerja sistem parasimpatik, dapat meningkatkan
perasaan rileks dan menurunkan ketegangan neuromuskular sehingga berpengaruh
mengurangi frustasi dan stress yang menyebabkan kecemasan di malam hari
(Linardakis dan Dixon, 2004). Melalui tehnik pemijatan juga dapat mengurangi
nyeri sehingga dapat memberikan rasa nyaman ( Taylor, dkk, 2003; Okvat,
Mehmet, Ting & Narrow, 2002; Field, dkk, 2002 ).
Selain manfaat di atas, terdapat manfaat lain seperti: kekuatan dan
kelenturan pikiran, tubuh dan emosi dapat ditingkatkan, tidur dapat berkualitas,
restrukturisasi tulang, otot, dan organ dapat dibantu, cedera lama dan baru dapat
disembuhkan, konsentrasi dan ingatan dapat ditingkatkan ( Starr White, 2006 ).
2.2. Manfaat Pada Anak
Menurut Roesli (2006), pada bayi/anak, pijat ini juga memberikan
manfaat yang tertentu seperti :
2.2.1. Efek biokimia yang positif
1) Menurunkan kadar hormon stress (catechlamine)
2) Meningkatkan kadar serotonin
2.2.2. Efek fisik/klinis
1) Meningkatkan jumlah dan sitotoksitas dari sistem immunitas
(sel pembunuh alami).
2) Mengubah gelombang otak secara positif.
3) Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan.
4) Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan.
5) Meningkatkan kenaikan berat badan.
6) Mengurangi depresi dan ketegangan.
7) Meningkatkan kesiagaan.
8) Membuat tidur lelap.
9) Mengurangi rasa sakit.
10) Mengurangi kembung dan kolik (sakit perut).
11) Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayinya
(bonding).
12) Meningkatkan volume air susu ibu.
2.2.3. Manfaat lain dari pijat bayi/anak
1) Orang tua yang masih remaja (teenage parents)
Orang tua yang masih remaja, umumnya tidak ada atau
belum siap untuk menjadi orang tua karena mereka sendiri belum cukup dewasa.
Pada kasus ini pijat bayi akan meningkatkan percaya diri mereka, meningkatkan
rasa penerimaan atas keadaannya menjadi orang tua dan meningkatkan harga diri
mereka sebagai orang tua.
2) Orang tua yang rasa keterikatan dengan bayinya kurang
Biasanya terjadi pada kasus seperti kehamilan atau anak
yang tidak dikehendaki, komplikasi kehamilan dan pemisahan ibu dan bayi untuk
waktu tertentu karena kesehatan fisik/mental ibu atau kesehatan bayi. Keadaan
seperti ini, pijat bayi dapat mendekatkan hubungan orang tua dengan anaknya.
Apalagi orang tua tersebut mengikuti kelas pijat bayi, maka mereka akan merasa
mendapat dukungan dan perhatian, serta melihat orang tua yang lain bergaul
penuh kasih sayang dengan bayinya. Sehingga akan timbul rasa percaya diri dan
keinginan untuk mempunyai hubungan mesra dengan bayinya sendiri.
3) Orang tua angkat
Karena orang tua angkat tidak merasakan kedekatan dengan
bayinya. Maka pijat bayi akan membantu mereka untuk menciptakan ikatan yang
lebih kuat antara orang tua dan bayinya.
4) Bedah caesar
Bayi yang dilahirkan melalui bedah caesar tidak akan
menerima rangsangan taktil seperti bayi yang dilahirkan dengan normal. Selain
itu, umumnya bayi ini akan kurang siaga (alert) karena pengaruh obat-obatan yang
diberikan kepada ibu. Maka pijat bayi akan lebih cepat menyatukan orang tua dan
bayinya.
5) Sakit perut (colik)
Colik atau sakit perut pada bayi ditunjukkan oleh bayi
secara khas yaitu dengan “tangis sakit” yang melengking. Untuk mengurangi
kolik ini, para orang tua dianjurkan untuk memijat bayinya pada waktu kolik
berlangsung.
6) Asma
Pijat telah menunjukkan keberhasilan untuk melebarkan
saluran napas/udara yang menyempit karena salah satu manfaat pijat adalah
relaksasi. Sehingga dapat mengurangi gelsah dan depresi.
7) Janin dari ibu pecandu kokain
Penelitian terakhir membuktikan bahwa pemijatan yang
diberikan pada bayi yang ibunya pecandu kokain menunjukkan berkurangnya
kejadian komplikasi dan kenaikan berat badan yang lebih baik dari pada bayi yang
tidak dipijat.
8) Bayi dari ibu HIV positif
Penelitian menyimpulkan bahwa pemijatan pada bayi
dengan HIV-positif menghasilkan kenaikan berat badan, perkembangan motorik
yang lebih baik dan mendapat skala angka yang lebih pada tes Brazelton.
9) Bayi yang dirawat di rumah sakit
Jarum suntik dan pemeriksaan-pemeriksaan yang
menyakitkan di rumah sakit telah memberi kesan pada bayi adanya hubungan
perabaan dengan rasa sakit. Dengan pijat bayi maka akan mengetahui bahwa
perabaan juga menyenangkan, menenangkan dan penuh kasih sayang.
10) Bayi kurang bulan (premature infant)
Bayi premature mengalami kehangatan dan kenyamanan
dalam waktu yang singkat. Selanjutnya mereka akan lebih sering disuntik dan
mengalami pemeriksaan laboratorium yang menyakitkan. Dengan adanya pijat
bayi maka mereka akan merasakan bahwa perabaan juga menyenangkan dan
penuh kasih sayang.
3. Kapan dan waktu dilakukan pijat bayi
Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai
keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijitan, bayi akan
mendapat keuntungan yang lebih besar, terlebih jika pemijatan dapat dilakukan
setiap hari dari sejak kelahiran sampai berusia 6-7 bulan.
Waktu yang terbaik untuk dilakukan pemijatan bayi adalah pada
waktu pagi hari, yaitu pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru,
dan pada waktu malam hari yaitu sebelum tidur ( Roesli, 2006 ).
4. Pedoman pijat bayi
Sebelum dilakukan pemijatan pada bayi, terlebih dahulu diketahui
tahap-tahap yang akan dilakukan.
4.1. Persiapan sebelum memijat
a) Tangan bersih dan hangat
b) Hindari agar kuku dan perhiasan tidak mengakibatkan goresan
padakulit bayi
c) Ruang untuk memijat diupayakan hangat dan tidak pengap
d) Bayi sudah selesai makan atau sedang tidak lapar
e) Secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minimum
selama 15 menit guna melakukan seluruh tahapan pemijatan
f) Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang
g) Baringkanlah bayi di atas permukaan kain yang rata, lembut dan
bersih
h) Siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby
oil/lotion)
i) Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara
membelai wajah kepala bayi sambil mengajaknya bicara.
4.2.Perhatikan cara pemijatan sesuai umur bayi
a. 0-1 bulan, disarankan gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan
halus. Sebelum tali pusat bayi lepas sebaiknya tidak dilakukan
pemijatan daerah perut.
b. 1-3 bulan, disarankan gerakan halu disertai dengan tekanan ringan
dalam waktu yang singkat.
c. 3 bulan -3 tahun, disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan
tekanan dan waktu yang semakin meningkat.
4.3.Urutan pemijatan bayi
Catatan : Setiap gerakan pada tahap pemijatan ini dapat diulang
sebanyak enam kali.
1.1.1. Kaki
a. Perahan cara India
Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang
pemukul soft ball.
Gerakkan tangan ke bawah secara bergantian, seperti
memerah susu.
b. Peras dan putar
Pegang kaki pada pangkal paha dengan kedua tangan secara
bersamaan.
Peras dan putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari
pangkal paha ke arah mata kaki.
c. Telapak kaki
Urutlah telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara
bergantian, dimulai dari tumit kaki menuju jari-jari di
seluruh telapak kaki.
d. Tarikan lembut jari
Pijatlah jari-jarinya satu per satu dengan gerakan memutar
menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan kasih yang
lembut pada tiap ujung jari.
e. Gerakan peregangan (strecth)
Dengan mempergunakan sisi dari jari telunjuk, pijat telapak
kaki mulai dari batas jari-jari ke arah tumit, kemudian
ulangi lagi dari perbatasan jari ke arah tumit.
Dengan jari tangan lain regangkan dengan lembut
punggung kaki daerah pangkal kaki ke arah tumit.
f. Titik tekanan
Tekan-tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh
permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari.
g. Punggung kaki
Dengan menggunakan kedua ibu jari secara bergantian
pijatlah punggung kaki dari pergelangan kaki ke arah jari-
jari secara bergantian.
h. Peras dan putar pergelangan kaki (ankle circles)
Buatlah gerakan seperti memeras dengan mempergunakan
ibu jari dan jari-jari lainnya di pergelangan kaki bayi.
i. Perahan cara Swedia
Peganglah pergelangan kaki bayi.
Gerakkan tangan secara bergantian dari pergelangan kaki
ke pangkal paha.
j. Gerakan menggulung
Peganglah pangkal paha dengan kedua tangan.
Buatlah gerakan menggulung dari pangkal paha menuju
pergelangan kaki.
k. Gerakan akhir
Setelah gerakan a sampai k dilakukan pada kaki kanan dan
kiri, rapatkan kedua kaki bayi.
Letakkan kedua tangan secara bersamaan pada pantat dan
pangkal paha.
Usap kedua kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha ke
arah pergelangan kaki. Ini merupakan gerakan akhir bagian
kaki.
1.1.2. Perut
Catatan : hindari pemijatan pada tulang rusuk atau ujung tulang
rusuk.
a. Mengayuh sepeda
Lakukan gerakan memijat pada perut bayi seperti mengayuh
pedal sepeda, dari atas ke bawah perut, bergantian dengan
tangan dan kiri.
b. Mengayuh sepeda dengan kaki diangkat
Angkat kedua kaki bayi dengan salah satu tangan.
Dengan tangan yang lain, pijat perut bayi dari perut bagian
atas sampai ke jari-jari kaki
c. Ibu jari ke samping
Letakkan kedua ibu jari di samping kanan-kiri pusar perut.
Gerakkan kedua ibu jari ke arah tepi perut kanan dan kiri.
d. Bulan-Matahari
Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri
mulai dari perut sebelah kanan bawah (daerah usus buntu)
ke atas, kemudian kembali ke daerah kanan bawah (seolah
membentuk gambar matahari{M}) beberapa kali.
Gunakan tangan kanan untuk membuat gerakan setengah
lingkaran mulai dari bagian kanan bawah perut bayi sampai
bagian kiri perut bayi (seolah membentuk gambar bulan
{B}).
Lakukan kedua gerakan ini secara bersama-sama. Tangan
kiri selalu yang membuat bulatan penuh (matahari),
sedangkan tangan kanan akan membuat gerakan setengah
lingkaran (bulan).
e. Gerakan “I Love You”
“I” Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke
bawah dengan menggunakan jari-jari tangan kanan
membentuk huruf “I”.
“LOVE” Pijatlah perut bayi membentuk huruf “L”terbalik,
mulai dari kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri
atas ke kiri bawah.
“YOU” Pijatlah perut bayi membentuk huruf “U” terbalik,
mulai dari kanan bawah (daerah usus buntu) ka atas,
kemudian ke kiri, ke bawah, dan berakhir di perut
kiri bawah.
f. Gelembung atau jari-jari berjalan (walking fingers)
Letakkan ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian
kanan.
Gerakkan jari-jari pada perut bayi dari bagian kanan ke
bagian kiri guna mengeluarkan gelembung-gelembung
udara.
1.1.3. Dada
a. Jantung besar
Buatlah gerakan yang menggambarkan jantung dengan
meletakkan ujung-ujung dari kedua telapak tangan di tengah
dada bayi/ulu hati.
Buatlah gerakan ke atas sampai di bawah leher, kemudian ke
samping di atas tulang selangka, lalu kebawah membentuk
jantung dan kembali ke ulu hati.
b. Kupu-kupu
Buatlah gerakan diagonal seperti gambaran kupu-kupu,
dimulai dengan tangan kanan membuat gerakan memijat
menyilang dari tengah dada/ulu hati ke arah bahu kanan, dan
kembali ke ulu hati.
Gerakkan tangan kiri ke bahu kiri bayi dan kembali ke ulu
hati
1.1.4. Tangan
a. Memijat ketiak (armpits)
Buatlah gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke
bawah. Perlu diingat, kalau terdapat pembengkakan kelenjar
di daerah ketiak, sebaiknya gerakan ini tidak dilakukan.
b. Perahan cara India
Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan
seperti memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang
pergelangan tangan bayi.
Gerakkan tangan kanan mulai dari bagian pundak kearah
pergelangan tangan, kemudian gerakkan tangan kiri dari
pundak kearah pergelangan tangan.
Demikian seterusnya, gerakkan tangan kanan dan kiri
kebawah secara bergantian dan berulang-ulang seolah
memerah susu sapi.
c. Peras dan putar (squeeze and twist)
Cara lain adalah dengan menggunakan kedua tangan secara
bersamaan.
Peras dan putar lengan bayi dengan lembut mulai dari
puncak ke pergelangan tangan.
d. Membuka tangan
Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan
tangan kearah jari-jari.
e. Putar jari-jari
Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju kearah ujung jari
dengan gerakan memutar.
Akhirilah gerakan ini dengan tarikan lembut pada tiap ujung
jari.
f. Punggung tangan
Letakkan tangan bayi diantara kedua tangan anda.
Usap punggung tangannya dari pergelangan tangan kearah
jari-jari dengan lembut.
g. Peras dan putar pergelangan tangan (wrist ciscle)
Peraslah sekeliling pergelangan tangan ibu jari dan jari
telunjuk.
h. Perahan cara Swedia
Arah pijatan cara Swedia adalah dari pergelangajn tangan
kearah badan. Pijatan ini berguna untuk mengalirkan darah
kejantung dan paru-paru.
Gerakkan tangan kanan dan kiri anda secara bergantian
mulai dari pergelangan tangan kanan bayi ke arah pundak.
Lanjutklan dengan pijatan dari pergelangan kiri bayi kearah
pundak.
i. Gerakan menggulung
Peganglah lengan bayi bagian atas/bahu dengan kedua
telapak tangan.
Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju
kearah pergelangan tangan/jari-jari.
1.1.5. Muka
Umumnya tidak perlukan minyak untuk daerah muka.
a. Dahi : Menyetrika dahi (open book)
Letakkan jari-jari kedua tangan anda pada pertengahan dahi.
Tekankan jari-jari anda dengan mlembut mulai dari tengah
dahi keluar kesamping kanan dan kiri seolah menyetrika
dahi atau membuka lembaran buku.
Gerakkan kebawah ke daerah pelipis, buatlah lingkaran-
lingkaran kecil didaerah pelipis, kemudian gerakkan
kedalam melalui daerah pipi dibawah mata.
b. Alis : Menyetrika alis
Letakkan kedua ibu jari Anda di antara kedua alis mata.
Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada
alis mata dan di atas kelopak mata, mulai dari tengah ke
samping seolah menyetrika alis.
c. Hidung : senyum I
Letakkan kedua ibu jari Anda pada pertengahan alis.
Tekankan ibu jari Anda dari pertengahan kedua alis turun
melalui tepi hidung ke arah pipi dengan membuat gerakan
ke samping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum.
d. Mulut bagian atas : Senyum II
Letakkan kedua ibu jari Anda di atas mulut dibawah sekat
hidung.
Gerakkan kedua ibu jari Anda dari tengah ke samping dan
ke atas ke daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum.
e. Mulut bagian bawah : Senyum III
Letakkan kedua ibu jari Anda di tengah dagu.
Tekankan dua ibu jari pada dagu dengan gerakan dari tengah
ke samping, kemudian ke atas ke arah pipi seolah membuat
bayi tersenyum.
f. Lingkaran kecil di rahang (small circles around jaw)
Dengan kedua jari tangan, buatlah lingkaran-lingkaran kecil
didaerah rahang bayi.
g. Belakang telinga
Dengan menggunakan ujung-ujung jari, berikan tekanan
lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri.
Gerakkan ke arah pertengahan dagu dibawah dagu.
1.1.6. Punggung
a. Gerakan maju mundur (kursi goyang)
Tengkurapkan bayi melintang didepan Anda dengan kepala
di sebelah kiri dan kaki disebelah kanan Anda.
Pijatlah sepanjang punggung bayidengan gerakan maju
mundur menggunakan kedua telapak tangan, dari bawah
leher sampai ke pantat bayi, lalu kembali lagi ke leher.
b. Gerakan menyetrika
Pegang pantat bayi dengan tangan kanan.
Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher ke bawah
sampai bertemu dengan tangan kanan yang menahan pantat
bayi seolah menyetrika punggung.
c. Gerakan menyetrika dan mengangkat kaki
Ulangi gerakan menyetrika punggung, hanya kali ini tangan
kanan memegang kaki bayi dan gerakan dilanjutkan sampai
ke tumit kaki bayi.
d. Gerakan melingkar
Dengan jari-jari kedua tangan Anda, buatlah gerakan-
gerakan melingkar kecil-kecil mulai dari batas tengkuk turun
ke bawah di sebelah kanan dan kiri tulang punggung sampai
ke pantat.
Mulai dengan lingkaran-lingkaran kecil didaerah leher,
kemudian lingkaran yang lebih besar di daerah pantat.
e. Gerakan menggaruk
Tekankan dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan Anda
pada punggung bayi.
Buat gerakan menggaruk ke bawah memanjang sampai ke
pantat bayi.
5. Hal yang tidak dianjurkan dilakukan pemijatan
Memijat bayi langsung setelah makan,
Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan,
Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak sehat,
Memijat bayi pada saat bayi tidak mau dipijat
Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi.
( Roesli, 2006 )
6. Efek samping pemijatan
Pemijatan adalah tehnik relaksasi yang lembut dan jarang
menyebabkan efek samping. Namun bila pemijatan dilakukan terlalu dalam, dapat
menyebabkan perdarahan pada organ vital seperti hati dengan adanya
pembentukan penggumpalan darah (Tran, 2001).
II. Konsep Tidur
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan mekanisme
untuk memulihkan tubuh dan fungsinya, memelihara energi dan kesehatan,
memiliki manfaat untuk memperbaharui dan memulihkan tubuh baik secara fisik
maupun emosional serta diperlukan untuk bertahan hidup (Foramen & Wykle,
1995). Sepertiga again dari kehidupan manusia dihabiskan dengan tidur (Craven
& Hirnle, 2000) dan tanpa tidur yang cukup, kemampuan seseorang untuk
berkonsentrasi, membuat keputusan serta melakukan kegiatan sehari-harinya
dapat menurun (Potter & Perry, 2003).
2.1.Fisiologi Tidur
Siklus tidur dan bangun diatur secara terpusat di otak dan dipengaruhi oleh
kebiasaan sehari-hari dan faktor lingkungan (White, 2003) serta mempengaruhi
pengaturan fungsi tubuh seperti pada sistem saraf perifer, hormonal,
kardiofaskuler, pernafasan dan sistem otot (Guyton & Hall, 1997) dan respon
pelaku (Potter & Perry, 2003). Pengaturan tidur tergantung pada keselarasan
hubungan timbal balik antara dua mekanisme otak yaitu Reticular Activating
System (RAS) yang menyebabkan bangun dan Bulbar Synchronizing Region
(BSR) yang menyebabkan tidur. Pembentukan mekanisme RAS berada dibatang
otak dan akan memberi pengaruh melalui Medula, Pons, Otak Tengah dan masuk
ke Hipotalamus ( Taylor, Lilis, & LeMone, 2001 ).
RAS ini terdiri dari banyak sekali sel-sel dan serabut saraf yang
menyampaikan berbagai impuls ke korteks serebral dan susunan saraf tulang
belakangyang menyebabkan seseorang tetap terjaga/bangun (Taylor, Lilis &
Lemone, 2001). Saat seseorang mencoba untuk tidur, stimulus terhadap RAS pada
batang otak menurun dari korteks serebral dan bagian luar tubuh dan beberapa
waktu kemudian BSR mengambil alih menyebabkan seseorang tidur dan akan
terbangun saat adanya stimulus dari lingkungan atau dari korteks serebral yang
merangsang saraf-saraf di RAS ( Potter & Perry , 2003 ).
Berbagai neurotransmiter juga terlibat dalam proses terjadinya tidur seperti
norepinefrin, Acetylcholin, Sorotonin, dopamin, dll (Taylor, Lilis dan Lemone,
2001) yang berfungsi sebagai komunikasi antara saraf-saraf di RAS yang
dilepaskan dari axon untuk mengikatkan dirinya dengan reseptor spesifik pada sel
saraf lainnya (Craven & Hirnle, 2000). Serotonin adalah neurotransmiter utama
yang menurunkan aktivitas RAS sehingga menyebabkan tidur dan pada keadaan
sadar, saraf-saraf dalam RAS melepaskan kotekolamin seperti norepinefrin
(Tarwoto & Wartonah, 2003).
2.2 Tahap Tidur
Tahapan tidur normal ada dua yaitu tahapan tidur Non Rapid Eye
Movement (NREM) dan tahapan tidur Rapid Eye Movement (REM). Tahapan
tidur ini memiliki karakteristik tertentu yang dianalisis dengan bantuan
Electroencefalograph (EEG) yang menerima dan merekam gelombang otak,
Electrooculogram (EOG) yang merekam pergerakan mata dan Electromyograph
(EMG) yang merekam tonus otot ( Taylor, Lilis & LaMone, 2001 ).
2.2.1 Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)
Craskadon & Dement (1994, dalam Craven & Hirnle, 2001)
menyebutkan bahwa karakteristik dari tidur NREM adalah 75% sampai 80% dari
total waktu tidur seorang dewasa yang normal yang ditandai dengan aktivitas
mental tubuh yang minimum. Tidur NREM ini terdiri dari empat stadium tidur
yang memiliki karakteristik tertentu. Pada setiap stadium dari tidur NREM akan
mengalami beberapa perubahan seiring dengan pertambahan usia dimana terdapat
peningkatan kuantitas dari stadium satu dan dua serta penurunan kuantitas dari
stadium tiga dan empat ( Staab & Hodges, 1996 ).
Stadium 1. merupakan stadium tidur paling ringan yang artinya jika seseorang
tidur, masih dapat dibangunkan dengan mudah. Seseorang akan merasa
mengantuk, dunyut jantung dan pernafasan menurun secara perlahan dan pada
EEG tampak gelombang otak berada pada tegangan yang rendah. Stadium ini
akan berakhir dalam 10 menit setiap satu siklus (Kozier & Erb, 1987; DeLaune &
Ladner, 2001 ; White, 2003). Seiring dengan pertambahan usia, durasi dari tidur
stadium 1 akan meningkat secara bertahap dari 5% dari tidur dewasa normal
sampai 7% hingga 12% dari tidur lansia. Pada awal tidur malam hari, lansia sering
mengalami periode mengantuk yang panjang tanpa benar-benar mengalami tidur
yang sebenarnya
Stadium 2. Tidur masih tergolong tidur yang ringan dan masih relatif mudah
dibangunkan. Aktivitas fungsi tubuh terus meurun dan relaksasi menigkat walau
belum semua otot-otot tonik dalam keadaan rileks (Musadik, 1988).
Kira-kira 50% total waktu tidur dewasa normal dihabiskan pada stadium ini.
Stadium 2 berlangsung selama 20 menit setiap satu siklus (Potter & Perry, 2003).
Pada lansia, stadium 2 tidak berubah secara signifikan (Miller, 1999).
Stadium 3. Merupakan stadium awal memasuki tidur dalam yang juga disebut
dengan tidur delta dimana seseorang yang tidur pada stadium ini akan sulit untuk
membangunkannya. Jarang terjadi pergerakan tubuh dan mata, tanda-tanda vital
tubuh menurun namun dalam irama yang teratur. Stadium ini berlangsung dalam
waktu 15 menit sampai 30 menit sebelummemasuki stadium 4 ( Dewitt, 2001 ;
Potter & Perry, 2003 ).
Stadium 4. sangat sulit untuk membangunkan seseorang yang tidur pada stadium
ini. Hanya rangrasangan atau stimulus tertentu yang dapat membangunkannya.
Pada stadium ini denyut nadi, jumlah pernafasan, dan tekanan darah menurun.
Otot rileks, metabolisme lambat, suhu tubuh rendah pada EEG tampak gelombang
otak yang terekam lambat.Stadium 3 dan stadium 4 sangat bermanfaat untuk
pemulihan tubuh baik secara fisik atau psikologik karena hormon pertunbuhan
manusia disekresikan pada malam hari dan mencapai puncaknya saat stadium 3
dan stadium 4 ( Potter & Perry, 2001 ; Taylor, Lilis & LeMone, 2001; White,
2003 ).
2.2.2 Tidur Rapid Eye Movement (REM)
Tahapan tidur REM ternyata merupakan suatu dimensi
tersendiri. Dari dalam tidurnya, ia dapat dikatakan sebagai tidur yang dalam tetapi
dari bentuk gelombang yang terekam, ia mempunyai gelombang tidur yang
ringan. Karena itu tidur REM juga disebut Paradoxical sleep (Musadik, 1988).
Masuk dalam tahapan ini biasanya 90 menit setelah tidur dimulai dan ditandai
denagan aktivitas otot yang rendah atau pun tidak ada aktivitas otot (atonia otot),
tekanan darah, frekwensi pernafasan, frekwensi nadi dan sekresi kaster
meningkat.Mimpi sering terjadi pada tahapan tidur ini (Potter & Perry, 2003).
Tidur REM ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam
belajar, memori dan adaptasi (Tarwoto & Wartonah, 2003). Semakin tercukupinya
kebutuhan tidur REM, semakin seseorang semakin cukup beristirahat. Pada
dewasa normal, 20% sampai 25% dari total tidur malamnya merupakan tahapan
tidur REM (DeLaune & Laddner, 2002). Dement et al. (1985, dalam Miller,1999)
menyebutkan bahwa pada lansia, tidur REM berkurang dalam proporsi jumlah
total waktu tidurnya, namun tidak berubah secara signifikan sampai usia yang
sangat lanjut dimana perubahan tidur REM nya akan menunjukkan perubahan
secara signifikan. Tidur REM cenderung timbul dalam siklus yang sama pada
dewasa yang normal, namun durasi dari setiap siklus REM tersebut berkurang
( Miller, 1999 ).
2.3 Siklus Tidur
Saat tidur, seseorang akan melewati 4 sampai 6 siklus tidur yang lengkap
dimana disetiap siklus terdiri dari 4 stadium NREM dan 1 tahapan REM. Siklus
tidur biasanya semakin meningkat dari stadium 1 sampai stadium 4 NREM yang
diikuti pembalikan dari stadium 4 ke stadium 3, kemudian ke stadium 2 dan
diakhiri dengan periode tahapan tidur REM. Dengan satu siklus yang berurutan,
stadium 3 dan stadium 4 akan memendek dan tahapan tidur REM memanjang.
Siklus tidur pada setiap orang berbeda karena memiliki total waktu tidur yang
berbeda pula ( Potter & Perry, 2003 ).
Pada satu siklus sampai tiga siklus pertama, stadium 3 dan stadium 4
NREM mendominasi sementara pada akhir siklus ke tiga stadium 2 dan tahapan
tidur REM mendominasi dan stadium 4 NREM dapat tidak muncul (Craven &
Hirnle, 2001). Jika individu terbangun atau dibangunkan dari tidurnya, maka
individu tersebut akan kembali tidur dengan mengulangi siklus tidur dari stadium
1 NREM ( Taylor, Lilis, & LeMone, 2001 ).
3.2. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal
Pada bayi memiliki jumlah jam tidur yang berbeda dengan orang dewasa
bahkan dengan lansia. Jumlah jam tidur pada bayi pada umumnya tergantung
dengan situasi dan kondisi dari lingkungan dan keadaan bayi itu sendiri. Untuk
anak yang berusia 0-1 tahun rata-rata memiliki jumlah jam tidur 10,5 - 18 jam /
hari. Pada anak umur 0-2 bulan paling sering jumlah jam tidur ini dipenuhi
(Sekartini, 2006). Menurut Perry & Potter (2001), untuk neonatus sampai bayi
umur 3 bulan kebutuhan jam tidur sekitar 16 jam sehari dan pada bayi usia 3
bulan ke atas sudah mengalami pola tidur malam. Bayi tertidur beberapa kali pada
siang hari dan biasanya pada malam hari tidur rata-rata 8 sampai 10 jam. Pada
usia ini pula anak memiliki sifat tidur antara lain :
Pola tidur yang tidak teratur (hingga usia 6-8 minggu) yang berhubungan
dengan rasa lapar
Periode tidur yang multipel pada siang dan malam hari
tidurnya bersifat aktif : tersenyum, menghisap, pergerakan badan
Hal-hal penting yang berhubungan dengan kemampuan tidur :
Tidur dengan punggungnya untuk mencegah SIDS
* Fasilitas tidur malam
* Buatlah lingkungan tidur yang positif dan aman
* Kenalilah tanda-tanda saat bayi mengantuk (Sekartini, 2006).
3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Terlebih
pada faktor fisiologis, psikologis dan lingkungan dapat mempengaruhi dan
mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Beberapa diantaranya adalah :
3.3.1. Penyakit Fisik
Pada orang dewasa hal ini berpengaruh seperti adanya nyeri dan
ketidaknyamanan fisik antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit
pernafasan dan lain-lainnya. Pada bayi ada juga pengaruh seperti demam, adanya
trauma saat lahir yang lama dan lain-lain.
3.3.2. Gaya Hidup
Gaya hidup dari keluarga dapat juga berpengaruh terhadap tidur
anak seperti orang tua yang memiliki banyak aktivitas sehingga untuk pengaturan
jam tidur pada anak tidak terlalu diperhatikan dengan baik.
3.3.3. Lingkungan
Lingkungan fisik sangat berbengaruh terhadap tidur dewasa dan
terutama pada anak. Ventilasi udara tempat tidur, ukuran dan kekerasan serta
posisi tempat tidur yang baik juga mempengaruhi kualitas tidur.
Suara juga dapat mempengaruhi tidur karena jika terdapat suara
yang keras atau bising maka akan mengganggu kualitas tidur terlebih pada bayi,
anak dan lansia. Tetapi pada orang dewasa terkadang suara yang kuat dapat
membantu untuk tidur lelap. Untuk bayi dan anak biasanya tidak tahan akan suara
yang tinggi (keras) karena masih suka akan ketenangan dan kesenyapan.
Cahaya juga dapat mempengaruhi akan kualitas tidur baik untuk
orang dewasa terlebih pada masa bayi dan anak. Cahaya yang terang atau terlalu
terang akan mengganggu tidur karena mengakibatkan mata silau, biasanya anak
lebih suka cahaya yang remang-remang saat tidur
Suhu juga dapat mempengaruhi kualitas tidur karena suhu yang
terlalu panas akan mengganggu dan membuat gelisah, begitu juga dengan suhu
yang terlalu dingin akan mengganggu dan membuat gelisah pula.
3.3.4. Pola Tidur yang Biasa dan Mengantuk yang Berlebihan pada
Siang hari (EDS)
Pola tidur yang mengantuk pada siang hari dapat sering terjadi
pada orang dewasa karena adanya aktivitas dimalam hari atau pekerjaan yang
tidak dapat ditunda sehingga harus ada lembur di malam hari. Pada anak dapat
pula terjadi karena adanya aktivitas dari anak yang berlebihan pada pagi hari
hingga siang hari, makan makanan yang berlebihan sehingga terasa kenyang yang
kemudian membuat rasa sangat mengantuk.
3.3.5. Asuhan Makanan dan Kalori
Asuhan makanan yang berlebihan dapat mempengaruhi kualitas
tidur. Di mana makanan yang mengandung lemak serta jumlah makanan yang
banyak dapat mengganggu tidur karena membuat beban cerna pada saluran cerna
tinggi yang diakibatkan banyaknya bahan makanan yang harus dicerna. Pada bayi,
terbangun pada malam hari dan menangis atau kolik dapat disebabkan alergi susu
yang membutuhkan penggunaan ASI ibu atau formula bukan susu.
Skema 1. Siklus Tidur Normal
Mengantuk
Stadium 1 NREM Stadium 2 NREM Stadium 3 NREM Stadium 4 NREM
REM
Stadium 2 NREM Stadium 3 NREM
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkardian yang merupakan siklus 24
jam dari kehidupan manusia sehari-hari. Keteraturan irama sirkardian ini juga
mempengaruhi keteraturan tidur seseorang. Jika terganggu maka fungsi fisiologik
dapat terganggu pula ( Potter & Perry, 2003 ).
2.4 Fungsi Tidur
Fungsi tidur masih belum jelas (Potter & Perry, 2003). McCance &
Huether, (2002, dalam Potter & Perry, 2003) menyebutkan bahwa salah satu teori
mengatakan bahwa tidur adalah saat untuk memulihkan dan mempersiapkan
energi untuk periode bangun berikutnya. Denyut nadi saat tidur juga menurun
yang dapat memelihara jantung.
McCance & Huether, (2002, dalam Potter & Perry, 2003) juga
menyebutkan tidur dapat memulihkan proses biologis dimana selama tahapan
NREM stadium 4 tubuh mengeluarkan hormon pertumbuhan yang memperbaiki
dan memperbaharui sel-sel epitel penting seperti sel-sel otak. Sintesa protein juga
berlangsung selama tidur.
Tahapan tidur REM penting untuk pemulihan kognitif dengan
meningkatnya kelancaran aliran darah serebral, meningkakan aktivitas kortisol,
meningkatkan komsumsi oksigen yang membantu penyimpanan memoridan
proses belajar (Potter & Perry, 2001). Individu yang tidak mendapat tidur yang
cukup, sering mengalami rasa kantuk yang sangat pada siang hari, merasa
kelelahan, penurunan konsentrasi dan ingatan bahkan dapat menyebabkan
kecelakaan ( DeWitt, 2001 ).
3 Kualitas Tidur
3.1 Pengkajian Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah suatu keadaan yang dapat dilihat dari
kemampuan individu dalam mempertahankan tidur mendapat kebutuhan tidur
yang cukup dari tidur REM dan Non-REM (Kozier & Erb, 1987). Kualitas tidur
dapat diketahui dengan melakukan pengkajian yang meliputi data subjektif dan
objektif (Craven & Hirnle, 2000).
Data subjektif merupakan kriteria yang sangat penting untuk
menentukan kualitas tidur seseorang melalui pernyataan subjektif mengenai
kualitas tidur yang dialaminya. Pernyataan subjektif ini sangat bervariasi pada
individu. Contohnya, ada seseorang yang tidur selama 4 jam namun sudah merasa
puas dengan tidurnya sementara yang lain membutuhkan tidur selama 10 jam
untuk merasa puas akan tidurnya (Potter & Perry, 2001). Dalam pernyataan
subjektif, individu biasanya melaporkan pengalaman tidur yang dialami berkaitan
total waktu tidur, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk tertidur, frekwensi
seringnya terbangun pada malam hari dan waktu bangun dipagi hari ( Craven &
Hirnle, 2000 ).
Data subjektif merupakan kriteria yang sangat penting untuk
menentukan kualitas tidur seseorang melalui pernyataan subjektif mengenai
kualitas tidur yang dialaminya. Pernyataan subjektif ini sangat bervariasi pada
individu. Contohnya, ada seseorang yang tidur selama 4 jam namun sudah merasa
puas dengan tidurnya semtara yang lain membutuhkan tidur selama 10 jam untuk
merasa puas akan tidurnya (Potter & Perry, 2001). Dalam pernyataan subjektif,
individu biasanya melaporkan pengalaman tidur yang dialami berkaitan total
waktu tidur, lamanya waktu yang dibutuhkan unuk tertidur, frekwensi seringnya
terbangun pada malam hari dan waktu bangun dipagi hari ( Craven & Hirnle,
2000 ).
Data objektif dapat dilihat dari pemeriksaan fisik dan diagnostik
(Tarwoto & Wartonah, 2003). Pemeriksaan fisik dapat diobservasi dari
penampilan wajah seperti adanya lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu dan
konjungtiva merah. Dapat juga dilihat dari perilaku dan tingkat energi inividu
seperti perilaku iritabel, kurang perhatian, respon lambat, sering menguap,
menaeik diri dan bingung, postur tubuh tidak stabil, tangan tremor dan kurang
koordinasi.
Dari pemeriksaaan diagnostik dapat dilakukan dengan merekam proses tidur
dengan alat-alat seperti EEG (Electroencephalogram) untuk pengukuran tonus
otot dan EOG (Electroocologram) untuk melihat pergerakan mata. Untuk melihat
aktivitas listrik otak dengan menggunakan EEG, elektroda hanya di tempatkan
pada dua daerah saja yakni pada daerah frontosentral dan oksipital dan didapatkan
empat jenis gelombang yaitu gelombang Alfa, Beta, Teta dan Delta ( Musadik,
1988 ).
Gelombang Alfa. Dengan frekuensi 8 sampai 12 Hz, dengan
amplitude gelombang antara 10 sampai 15 mV. Gambaran gelombang Alfa yang
terjelas terdapat pada daerah oksipital atau parietal. Pada keadaan mata tertutup
dan ralaks, gelombang Alfa akan muncul, dan akan menghilang saat kita
membuka mata. Pada keadaan mengantuk didapatkan gambaran yang jelas yaitu
kumparan tidur yang berupa gambaran waxing dari gelombang Alfa.
Gelombang Beta. Dengan frekuensi 14 Hz atau lebih dan
amplitodo gelombang kecil rata-rata 25 mV. Gambaran gelombang Beta yang
terjelas terdapat pada daerah frontal. Gelombang ini merupakan gelombang
dominant pada keadaan jaga terutama bnila mata terbuka. Pada keadaan tidur
REM juga muncul gelombang Beta.
Gelombang Teta. Dengan frekuensi antara 4 sampai 7 Hz dengan
amplitodo gelombang bervariasi dan lokalisasi bervariasi juga. Gelombang Teta
dengan amplitudo rendah tampak pada keadaan jaga pada anak-anak sampai usia
25 tahun dan masa usia lanjut di atas 60 tahun. Pada keadaan normal orang
dewasa, gelombang Teta muncul pada keadaan tidur (stadium 1 sampai 4).
Gelombang Delta. Dengan frekuensi antara 0 sampai 3 Hz dengan
amplitudo serta lokalisasi bervariasi. Pada keadaan normal, gelombang Delta
muncul pada keadaan tidur (stadium 2 sampai stadium 4).