Upload
henny-komala-sari-sibarani
View
111
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nx
Citation preview
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Reforming
Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang
bermutu kurang baik ( rantai karbon lurus ) menjadi bensin yang bermutu
baik (rantai karbon bercabang). Karena kedua jenis bensin ini memiliki
molekul yang sama tetapi bentuk struktur berbeda, maka proses ini disebut
juga isomerisasi. Reforming di lakukan dengan menggunakan katalitas dan
pemanasan.
Tujuan proses reforming adalah untuk merubah senyawa
hidrokarbon menjadi aromatik sehingga diperoleh bensin dengan bilangan
oktan yang lebih tinggi. Dengan kata lain reforming bertujuan untuk
meningkatkan bilangan oktan. Bilangan oktan merupakan angka yang
menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin
terbakar secara spontan.
2.2. Jenis – Jenis Reforming
1.2.1. Reforming Termis
Proses secara termis yang sinambung digunakan untuk mengubah
molekul melalui penyusunan kembali nafta dan gasolin berkualitas anti
ketuk yang rendah menjadi komponen gasolin yang mempunyai angka
oktan tinggi. Produk sekunder dari proses ini meliputi gas-gas olefin untuk
umpan polimerisasi dan tar yang digunakan untuk minyak bakar berat.
Peralatan reforming termis mirip dengan peralatan perengkahan termis,
dengan sedikit modifikasi para ahli kilang menggunakan peralatan yang sama
untuk kedua proses tersebut. Diagram alir sederhana proses reforming termis
dapart dilihat pada Gambar 10.1. Sama dengan umpan reforming katalis, tipe
umpan reforming adalah nafta ringan (virgin nafta) yang mempunyai IBP 200 –
250 oF dan FBP 300 – 400 oF. Gasolin alam dan fraksi perengkahan dapat
3
4
digunakan sebagai umpan. Suhu keluar seksi pemanas adalah 950 – 1100 oF pada
tekanan 400 – 1000 psig. Nafta dari aliran samping fraksionator ditambahkan ke
effluent heater untuk menahan reaksi dekomposisi yang sangat ekstensif. Proses
reforming termis masuk ke dalam kilang secara komersil pada tahun 1930.
Proses ini dirancang oleh UOPCo.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Reforming Termis
Proses polyforming
Proses ini merupakan proses termis yang sinambung
merubah nafta ringan (straight run) dan/atau gas oil bersama-sama
dengan gas-gas hidrokarbon sangat ringan (dominan C3 dan C4)
menjadi mogas yang mempunyai oktan tinggi dan fuel oil.
Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
5
Gambar 2. Diagram Alir Proses Polyforming
Operasi dari proses ini meliputi pemasukan umpan nafta (virgin) ke
dalam absorber untuk mengambil propana (recovery C380 – 90 %) dan
gas-gas berat. Tekanan pada aliran campuran umpan adalah 1000 – 1500
psig. Aliran quench di bagian bawah evaporator adalah 1020 – 1120 oF
turun menjadi 650 – 700 oF. Tekanan evaporator sekitar 400 psig. Bagian
lain dari bawah evaporator di-flash untuk mendapatkan fuel oil dan gas,
sedangkan overhead evaporator dikirim ke stabilizer dimana gas-gas yang
dapat dikondensasi dipisahkan dari produk gasolin untuk dipakai kembali
di absorber bersama dengan umpan gas cair. Proses polyforming ini
dikembangkan oleh Gulf Oil Corp pada tahun 1940. Proses ini sudah tidak
digunakan lagi dan diganti oleh reforming katalis.
6
2.2.2. Reforming Katalis
Reforming katalis merupakan suatu proses untuk meningkatkan
kualitas berbagai macam nafta (virgin, thermal dan catalytic cracking)
yang mempunyai oktan rendah menjadi komponen-komponen yang
mempunyai oktan tinggi untuk blending mogas atau avgas, atau digunakan
untuk bahan baku petrokimia yaitu pengolahan aromatik untuk
memproduksi BTX (benzene-toluene-xylene).
Katalitikreforming dikembangkankhususnyauntuk memproduksi
bensindengannilaioktan tinggidanhidrokarbonnon-aromatik C6-C
8. Proses
katalitikreforming terdiri darisejumlahreaksi yang
mengkonversihidrokarbonyang mengandungfraksi nafta menjadiaromatik
monosiklik
Pada proses reforming ini volatility minyak dinaikkan dan
kandungan sulfurnya dikurangi. Perbaikan bilangan oktan virgin naphta
adalah dari 20 menjadi 50 RON tanpa menggunakan pengungkit timbal.
Proses reforming katalis yang komersil dapat diklasifikasikan sebagai
proses sinambung, semi regeneratif dan siklus tergantung pada metoda dan
frekuensi regenerasi katalis, yang secara luas dikelompokkan menjadi :
1. Proses katalis unggun bergerak.
2. Proses katalis unggun diam.
3. Proses katalis unggun terfluidisasi.
Proses unggun bergerak dan terfluidisasi menggunakan
katalis tipe logam oksida yang tidak murni (katalis platina dan
molibdenum), dilengkapi dengan unit regenerasi terpisah,
sedangkan proses unggun diam menggunakan katalis tipe platina
dalam unit yang dilengkapi untuk sirkulasi, tanpa regenerasi atau
kadang-kadang dengan regenerasi. Pada kenyataannya hampir 95
% kilang minyak menggunakan unggun diam.
7
A. Proses Reforming Unggun Bergerak
Proses unggun bergerak ini menggunakan reaktor tunggal
yang berisi katalis yang dapat diregenerasi secara sinambung.
Katalis yang dipakai adalah campuran oksida logam berbentuk butir
atau pelet yang dapat dipindahkan dari reaktor ke regenerator atau
sebaliknya. Umpan yang dapat diolah tergantung pada jenis katalis
yang digunakan, yaitu mempunyai jarak didih (IBP) sekitar 150 –
175 oF dan FBP 400 – 500 oF. Proses pendahuluan terhadap umpan
biasanya tidak menjadi faktor yang dipertimbangkan kecuali kalau
mengandung air yang akan menurunkan aktifitas katalis.
Diagram alir sederhana proses ini dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 3. Diagram Alir Proses Reforming Unggun Bergerak
B. Proses Reforming Unggun Terfluidisasi
Proses reforming katalis menggunakan unggun
terfluidisasi dari katalis padat, merupakan suatu proses regenerasi
yang sinambung dengan reaktor terpisah ataupun terintegrasi untuk
8
menjaga aktifitas katalis dengan cara memisahkan kokas dan sulfur.
Sebagai umpan adalah nafta ringan hasil perengkahan atau nafta
ringan dicampur dengan gas daur ulang yang kaya hidrogen. Katalis
yang digunakan adalah molibdat 10 % dalam alumina yang secara
material tidak dipengaruhi oleh arsen, besi, nitrogen atau sulfur
dalam jumlah yang normal. Kondisi operasi dalam reaktor sekitar
200 – 300 psig dan suhu 900 – 950 oF pada space velocity 0,3 –
0,8/jam. Kecepatan gas daur ulang adalah 4000 – 6000 scf/barel
umpan dengan nisbah berat antara katalis dan minyak adalah 0,5 –
1,5. Kondisi regenerasi yang digunakan adalah 210 – 310 psig dan
suhu 1000 – 1100 oF. Pengolahan pendahuluan terhadap umpan
biasanya tidak dilakukan kecuali untuk menyesuaikan jarak didih
dalam memproduksi aromatik. Keunggulan proses reforming ini,
dapat menghasilkan yield reformat sekitar 70 – 80 % (v) dengan
RON 93 – 98. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar di
bawah ini.
Gambar 4. Diagram Alir Proses Unggun Terfluidisasi
9
2.2.3. Mekanisme Reaksi yang terjadi dalam Reforming Katalis
a. Dehydrogenation & Dehydrocyclization
Bersifat :
- Endotermis
- MenyebabkanpenurunanSuhu
- Laju reaksipalingtinggi
Kondisi :
- Suhutinggi
- Tekananrendah
- Kecepatantinggalrendah
- PerbandinganH2/HC rendah
1. Dehydrogenasidari naphtamenjadi aromatic
Produk dengan nilai oktanyangpalingtinggi. Contoh : pada
konversi methylcyclohexane (naphthene) menjadibenzena.
Reaksi :
C6H12 C6H6 + 3 H2
Sikloheksana Benzena
2. Dehydrogenasidan aromatisasiparaffins
menjadiaromatics(biasanyadisebut dehydrocyclization).
Contohnyapadakonversi normalheksanamenjadibenzena.
Reaksi :
H3C - (CH2)4 - CH3 C6H6 + 4 H2
Heksana Benzena
3. Dehidrosiklisasi parafin
Reaksi :
H3C - (CH2)4 - CH3 C6H6 + 4 H2
10
Heksana Benzena
b. Isomerisasi
Bersifat :
- Isomer bercabang meningkatkan bilanganoktan
- Pengaruhpanas rendah
- Reaksicukup cepat
Kondisi :
- Suhutinggi
- Tekananrendah
- Waktu tinggalrendah
- RatioH2/HC tidak terlalu signifikan
Isomerisasi Parafin
n –parafinmenjadiisoparafin. Contoh:konversinormaloctanemenjadi
2,5-Dimethylhexane.
Reaksi :
H3C – (CH2)5 – CH3 H3C – CH – (CH2)3 – CH3
Heptana │
CH3
2-Metil Heksana
c. Hydrocracking
Bersifat :
- Reaksieksotermal
- Reaksilambat
- Mengkonsumsi Hidrogen
- Menghasilkangas ringan
11
- Menghasilkankarbon
Kondisi :
- Suhudan tekanantinggi
- Waktutinggalrendah
Hydrocrakingparaffinsmenjadimolekullebihkecil.
Contohnyacrackingdarinormalheptanemenjadi isopentanedanethane.
Reaksi :
CH3
│
C10H22 + H2 H3C – (CH2)3 – CH3 + H3C – CH2 – CH – CH3
n-Dekana Pentana Isopentana
d. Dehidro-isomerisasi naftena
Reaksi :
H3C – C5H8 – CH3 H11C6 – CH3 H5C6 – CH3 + 3 H2
1,2-Dimetil Siklopentana Metil Sikloheksana Toluena
e. Desulfurisasi
Reaksi :
H4C4S + 4 H2 C4H10 + H2S
Tiofen Butana
f. Penjenuhan olefin (hidrogenasi olefin)
Reaksi :
C5H10 + H2 C5H12
Pentena Pentana
Reaksi dehidrogenasi naftena terjadi sangat cepat dan reaksi
isomerisasi parafin dan dehidro-isomerisasi naftena juga berlangsung
cepat, dengan demikian reaksi-reaksi tersebut sangat menonjol,
12
sedangkan reaksi-reaksi yang lambat seperti siklisasi dan hydrocracking
menjadi penting terutama pada kondisi-kondisi yang keras seperti space
velocity yang rendah, tekanan tinggi dan suhu tinggi. Reaksi
hydrocracking sebagaimana juga reaksi-reaksi dehidrogenasi dan
isomerisasi biasanya tidak diinginkan karena akan menyebabkan deposit
karbon (kokas), penurunan produk hidrogen dan yield produk cair rendah,
dengan umpan yang kaya parafin dapat dilakukan hydrocracking secara
besar-besaran. Tekanan yang rendah dapat mendorong reaksi-reaksi
dehidrogenasi dan siklisasi, tetapi pada kondisi yang sedang dapat
menekan terjadinya reaksi hydrocracking. Operasi pada 900 psi akan
menyebabkan sekitar dua kali lebih banyak terjadi hydrocracking seperti
terjadi pada tekanan 500 psi.
Meskipun hidrogen lebih banyak dihasilkan pada tekanan rendah
(200 psig), tekanan parsiel hidrogen relatif lebih rendah yang memberi
kemungkinan kecenderungan terjadinya reaksi hydrocracking yang
menghasilkan kokas. Ditinjau dari cara meregenerasi katalis maka
reforming katalis diklasifikasikan menjadi proses sinambung, semi
regeneratif dan siklus. Pertumbuhan yang cepat terhadap pemakaian
reforming katalis dalam industri minyak bumi terjadi pada kurun waktu
1953 - 1959. Namun mulai tahun 1970-an seiring dengan perbaikan
terhadap angka oktan bensin menjadi RON 98, maka katalispun
mengalami perubahan tidak lagi hanya berbasis platina tetapi juga
mengandung renium (katalis UOP R-16 dan R-20). Pada saat ini
kenaikan yang pesat dari produksi reforming katalis disebabkan karena
adanya pemakaian umpan baru selain daripada virgin naphta, yaitu light
naphta dari Timur Tengah.
2.3. Isomerisasi
Proses isomerisasi adalah proses dimana parafin rantai lurus
dikonversi menjadi senyawa-senyawa rantai cabang secara sinambung
dengan menggunakan katalis. Aluminium khlorida adalah katalis yang
13
tidak dapat diregenerasi dipakai dengan berbagai atau logam lain adalah
katalis padat yang dapat diregenerasi berada dalam unggun tetap. Kondisi
operasi beragam tergantung pada prosesnya sendiri dan umpan masuk,
yaitu 100 – 950 oF dan tekanan 150 – 1000 psig.
2.4. Jenis – Jenis Proses Isomerisasi
2.4.1. Isomerisasi dengan Katalis Aluminium Khlorida
Proses yang biasa dilakukan adalah isomerisasi butana menjadi
isobutana, pentana menjadi isopentana, nafta atau fraksi n-heksana
menjadi isoheksana.
Pada proses-proses tersebut aluminium khlorida digunakan dalam
beberapa cara yaitu :
a. Bersama dengan asam khlorida anhidrat membentuk slurry atau cairan
kompleks.
b. Berada dalam butiran alumina atau bauksit.
c. Dilarutkan dalam PbCl3 cair.
Katalis aluminium khlorida adalah katalis yang tidak dapat
diregenerasi, tetapi dapat diperoleh kembali dalam sistem cairan. Salah
satu proses isomerisasi dengan katalis aluminium khlorida dapat dilihat
padaGambar 5.
14
Gambar 5.Diagram Alir Proses Isomerisasi Aluminium Khlorida
Kondisi operasi 240 – 250 oF, tekanan 200 – 300 psig dan space
velocity adalah 1 – 2 /jam. Waktu tinggal di dalam reaktor adalah 10 – 40
menit, sehingga dicapai konversi 50 % untuk butana, 55 – 60 % untuk
pentana.
2.4.2. Isomerisasi dengan Katalis Logam Mulia
Katalis yang digunakan adalah platina atau logam-logam lain
berada dalam unggun tetap dan dapat diregenerasi. Kondisi operasi
bervariasi tergantung pada proses dan umpan yang dipakai, yaitu suhu 100
– 900 oF dan tekanan 150 – 1000 psig. Proses ini dikenal dengan nama
Isomerisasi Penex. Diagram alir proses ini dapat dilihat pada Gambar 6.
15
Gambar 6. Diagram Alir Proses Isomerisasi Logam Mulia