28
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian Beban Kerja Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008). Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia (Menpan, 1997, dalam. Utomo, 2008). Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beban Kerja

2.1.1. Pengertian Beban Kerja

Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan

yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara

volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008).

Pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus

diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu

tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan

informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang

jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis

jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut

dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik

manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan

pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan

agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang

kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia (Menpan, 1997, dalam.

Utomo, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.1.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja

Rodahl (1989) dan Manuaba (2000, dalam Prihatini, 2007), menyatakan

bahwa beban kerja dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut :

1) Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti :

a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata

ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,

sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental seperti kompleksitas pekerjaan,

tingkat kesulitan pekerjaan, pelatihan atau pendidikan yang diperoleh,

tanggung jawab pekerjaan.

b. Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja

malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan

wewenang.

c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,

lingkungan kerja biologis, dan lingkungan kerja psikologis.

Ketiga aspek ini disebut wring stresor.

2) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi

beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat ringannya strain dapat

dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Faktor internal meliputi faktor somatis

(Jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis

(motivasi, persepsi, kepercayaan. keinginan dan kepuasan).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.1.3. Dampak Beban Kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik

maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan

pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit

dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan

kebosanan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas

atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada

pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, 2000, dalam

Prihatini, 2007).

2.1.4. Tanda-Tanda Stres Berkaitan Tingkat Beban Kerja

Menurut Keith W. Sehnert (1981), tanda-tanda stres yang dialami berkaitan

dengan tingkat beban kerja yaitu :

Tabel 2.1. Tanda-tanda Stres Berkaitan dengan Beban Kerja

Terlalu Sedikit Beban Penampilan Optimal Terlalu Banyak Beban

• Kebosanan • Terlalu mampu dalam

pekerjaan • Apatis • Tidur yang tak menentu

dan terganggu • Lekas Marah • Menurunnya semangat

kerja • Kecanduan alcohol • Kelesuan

• Kegembiraan • Semangat yang tinggi • Kewaspadaan mental • Energi yang tinggi • Daya ingat yang lebih

baik • Persepsi yang tajam • Ketenangan dalam

keadaan tertekan

• Insomnia (tidak dapat tidur) • Lekas marah • Kecanduan alcohol • Perubahan dalam hal nafsu

makan • Apatis • Hubungan yang tegang • Penilaian yang tidak baik • Kesalahan yang meningkat • Kurangnya kejelasan • Keragu-raguan • Pengunduran diri • Hilangnya perspektif • Ingatan yang kurang

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.2. Stres

2.2.1. Pengertian Stres

National Safety Council (2003), mendefinisikan stres sebagai

ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional,

spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia

tersebut.

Stres adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang

mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau

banyak pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan

dilakukannya (Clonninger, 1996, dalam Safaria dan Safutra, 2009).

Lain halnya dengan pendapat Kartono dan Gulo (2000, dalam Safaria dan

Safutra, 2009), yang mendefinisikan stres sebagai berikut :

1) Suatu stimulus yang menegangkan kapasitas-kapasitas (daya) psikologis atau

fisiologis organisme

2) Sejenis frustasi, dengan aktivitas yang terarah pada pencapaian tujuan telah

terganggu atau dipersukar, tetapi tidak terhalang-halangi, peristiwa ini biasanya

disertai oleh perasaan was-was khawatir dalam pencapaian tujuan.

3) Kekuatan yang diterapkan pada suatu sistem, tekanan-tekanan fisik dan psikologis

yang dikenakan pada tubuh dan pribadi.

4) Suatu kondisi ketegangan fisik atau psikologis disebabkan oleh adanya persepsi

ketakutan dan kecemasan.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.2.2. Sumber Stres

Menurut Rasmun (2004), sumber stres dapat berasal dari dalam tubuh dan di

luar tubuh, sumber stres dapat berupa biologik, fisiologik, kimia, psikologik, sosial

dan spiritual, terjadinya stres karena stresor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh

individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan

tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis.

1) Stresor biologik dapat berupa mikroba, bakteri, virus dan jasad renik lainnya,

hewan, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat

mempengaruhi kesehatan, misalnya tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit

binatang, dan lain-lain, yang dipersepsikan dapat mengancam konsep diri

individu.

2) Stresor fisik dapat berupa perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi, yang

meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi, berupa jumlah anggota dalam

keluarga, nutrisi, radiasi, kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dan lain-lain.

3) Stresor kimia, dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa sedangkan

dari luar tubuh dapat berupa obat, pengobatan, pemakaian alkohol, nikotin,

kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-

bahan kosmetika, bahan-bahan pengawet, pewarna dan lain-lain.

4) Stresor sosial psikologik, yaitu labeling (penamaan) dan prasangka,

ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya, perkosaan), konflik

peran, percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif, dan

kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

5) Stresor spiritual, yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ketuhanan.

Tidak hanya stresor negatif yang menyebabkan stres, tetapi stresor positif pun

dapat menyebabkan stres, misalnya kenaikan pangkat, promosi jabatan, tumbuh

kembang, menikah, mempunyai anak, dan lain-lain, semua yang terjadi sepanjang

daur kehidupan.

2.2.3. Jenis Stres

Para ahli psikologi mendefinisikan stres dalam berbagai bentuk. Definisi

kontemporer menyebut stres dari lingkungan eksternal sebagai stresor (misalnya

masalah pekerjaan), respon terhadap stresor sebagai stres atau distres (misalnya

perasaan terhadap tekanan). Para peneliti Juga membedakan antara stres yang

merugikan dan merusak yang disebut distres, dan stres yang positif dan

menguntungkan, yang disebut eustres.

Selye (Sarafino, 1998), menyebutkan satu jenis stres sangat berbahaya dan

merugikan, disebut dengan distres. Satu jenis stres lainnya yang justru bermanfaat

atau konstruktif disebut eustres. Stres jangka pendek mungkin mempunyai akibat

yang bermanfaat, tetapi jika stres berlangsung terus-menerus akibat yang terjadi

menjadi negatif, karena akan menggangu kesehatan dan kehidupan pada umumnya

(Safaria dan Safutra, 2009).

2.2.4. Reaksi Stres

Menurut Helmi (2000, dalam Safaria dan. Safutra, 2009), ada 4 macam reaksi

stres, yaitu reaksi psikologis, fisiologis, proses berpikir, dan tingkah laku. Keempat

macam reaksi ini dalam perwujudannya dapat bersifat positif, tetapi juga dapat

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

berwujud negatif reaksi yang bersifat negatif antara lain berikut ini :

(1) Reaksi psikologis, biasanya lebih dikaitkan pada aspek emosi, seperti mudah

marah, sedih ataupun mudah tersinggung.

(2) Reaksi fisiologis, biasanya muncul dalam bentuk keluhan seperti pusing, nyeri

tengkuk, tekanan darah naik, nyeri lambung, gatal-gatal di kulit, ataupun rambut

rontok.

(3) Reaksi proses berfikir (kognitif), biasanya tampak dalam gejala sulit

berkonsentrasi, mudah lupa, ataupun sulit mengambil keputusan.

(4) Reaksi perilaku, pada para remaja tampak dari perilaku-perilaku menyimpang

seperti mabuk, ngepil, frekuensi merokok meningkat, ataupun menghindar

bertemu dengan temannya.

2.2.5. Dampak Negatif Stres

Stres dapat menimbulkan dampak negatif bagi individu. Dampak bisa

merupakan gejala fisik maupun psikis dan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu.

Reaksi stres bagi individu dapat digolongkan menjadi beberapa gejala (Rice, 1992,

dalam Safaria dan Safutra, 2009), yaitu sebagal berikut :

(1) Gejala fisiologis, berupa keluhan seperti sakit kepala, konstipasi, diare, sakit

pinggang, urat tegang pada tengkuk, tekanan darah tinggi

gangguan pencernaan, berubah selera makan, susah tidur dan kehilangan

semangat.

(2) Gejala emosional, berupa keluhan seperti gelisah, cemas, mudah marah, gugup,

takut, mudah tersinggung, sedih dan depresi.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

(3) Gejala kognitif, berupa keluhan seperti susah berkonsentrasi, keputus asaan,

mudah lupa, melamun secara berlebihan dan pikiran kacau.

(4) Gejala interpersonal, berupa sikap acuh tak acuh pada lingkungan, apatis,

agresif, minder, kehilangan kepercayaan pada orang lain, dan mudah

mempersalahkan orang lain.

(5) Gejala organisasional, berupa meningkatnya keabsenan dalam kerja/kuliah,

menurunnya produktivitas, ketegangan dengan rekan kerja, ketidakpuasan kerja

dan menurunnya dorongan untuk berpretasi.

2.2.6. Dampak Psikofisiologis dari Stres

Dampak negatif yang terjadi akibat stres dapat dijelaskan menurut teori

sindrom adaptasi umum (General Adaptation System) dari Selye. Menurut Selye

(Rice, 1992) ada 3 tahap yang disebut sebagai sindrom adaptasi umum , yaitu berikut

ini.

Tahap pertama : reaksi alarm (alarm reaction). Reaksi alarm terjadi ketika

stimulasi pertama kalinya dari stresor yang menimbulkan ketegangan yang diterima

oleh reseptor. Selama tahap ini, sistem simpatetik dan kelenjar-kelenjar tubuh mulai

mengeluarkan hormon-hormonnya untuk tujuan penciptaan energi tubuh menghadapi

tegangan. Jika ketegangan itu terus terjadi maka tubuh akan memasuki tahap

berikutnya.

Tahap kedua : resistensi (resistence). Selama tahap ini tubuh terus menerus

mengeluarkan energinya untuk bertahan dan melawan ketegangan yang ada. Hormon-

hormon stres mulai meningkat kadarnya di dalam tubuh seperti adrenalin,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

noradrenalin, dan kortisol. Semua hormon-hormon itu digunakan untuk memberi

energi pada tubuh untuk melawan ketegangan. Keadaan ini akan menyebabkan

sistem-sistem pertumbuhan dalam tubuh akan terganggu fungsinya. dan jika

ketegangan masih terus berlangsung tubuh akan masuk pada tahap akhir.

Tahap ketiga : kelelahan (exhaustion). Selama tahap ini tubuh telah kehabisan

energi untuk terus menerus melawan ketegangan-ketegangan yang ada sehingga jika

hal ini terus berlangsung akan berdampak negatif karena rusaknya sistem-sistem

pertumbuhan di dalam tubuh. Dampak tersebut antara lain timbulnya penyakit

jantung, maag, hipertensi, migrain, diabetes, dan lain sebagainya.

Beberapa dampak negatif dari stres yang berlebihan telah diteliti oleh

beberapa ahli diantaranya dapat menyebabkan serangan jantung (Haskel, 1987)

penurunan kekebalan tubuh dan peningkatan pertumbuhan tumor (Rice, 1986),

ketidak hadiran kerja dan turn over (Crampton dkk, 1995, dalam Safaria dan Safutra,

2009).

2.2.7. Klasifikasi Stres

Potter dan Perry (1998, dalam Rasmun, 2004), mengklasifikasikan stres

menjadi 3 yaitu :

(1) Stres ringan, biasanya tidak merusak aspek fisiologis, sebalikmya stres sedang

dan berat mempunyai resiko terjadinya penyakit, stres ringan umumnya

dirasakan oleh setiap orang misalnya, lupa ketiduran, kemacetan, dikritik. Situasi

seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi

seperti ini nampaknya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

terus menerus.

(2) Stres sedang, terjadi lebih lama, beberapa jam sampai beberapa hari, contohnya

kesepakatan yang belum selesai, beban kerja yang berlebih, mengharapkan

pekerjaan baru, anggota keluarga pergi dalam waktu yang lama, Situasi seperti

ini dapat bermakna bagi individu yang mempunyai faktor predisposisi suatu

penyakit koroner.

(3) Stres berat, adalah stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa

tahun, misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan financial

dan penyakit fisik yang lama.

2.3. Stres kerja

2.3.1. Pengertian Stres Kerja

Stres kerja dapat diartikan sebagai sumber atau stresor kerja yang

menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis. Seperti yang telah

diungkapkan di atas, lingkungan pekerjaan berpotensi sebagai stresor kerja. Stresor

kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan sebagai suatu

tuntutan (Selye, dalam Widyasari, 2010).

Menurut Greenberg (2004), stress kerja merupakan kombinasi dari sumber-

sumber stress pada pekerjaan, faktor individu, dan sumber stress ekstra organisasi.

Satu alur yang menggambarkan kompleksitas dari stress kerja diperlihatkan pada

gambar 2.1 berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

Gambar 2.1. Skema Model Stres Kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.3.2. Penyebab stres kerja

Alasan yang meyebabkan stres kerja sangat banyak, berkisar dari perubahan

ekonomi sampai ke kemajuan teknologi yang sangat cepat. Kemajuan di bidang

teknologi, yang seharusnya dapat menambah waktu luang, ternyata malah menambah

tekanan untuk berbuat lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat. Penyebab

lainnya dapat dikelompokkan kedalam 3 kategori (Safaria dan Safutra, 2009) yaitu :

(1) Penyebab organisasional.

a. Kurangnya otonomi dan kreativitas.

b. Harapan, tenggat waktu, dan kuota yang tidak logis.

c. Relokasi pekerjaan.

d. Kurangnya pelatihan.

e. Karier yang melelahkan.

f. Hubungan dengan majikan (penyelia) yang buruk.

g. Selalu mengikuti perkembangan teknologi (mesin faks, voice mail, dan lain-

lain).

h. Downsizing, bertambahnya tanggung jawab tanpa penambahan gaji.

i. Pekerja dikorbankan (penurunan laba yang didapat).

(2) Penyebab individual.

a. Pertentangan antara karier dan tanggungjawab keluarga.

b. Ketidakpastian ekonomi.

c. Kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja.

d. Kejenuhan, ketidakpuasan kerja, kebosanan.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

e. Perawatan anak yang tidak adekuat.

f. Konflik dengan rekan kerja.

(3) Penyebab lingkungan.

a. Buruknya kondisi lingkungan kerja (pencahayaan, kebisingan, ventilasi, suhu,

dan lain-lain).

b. Diskriminasi ras.

c. Pelecehan seksual.

d. Kekerasan di tempat kerja.

e. Kemacetan saat berangkat dan pulang kerja.

Banyak ahli mengemukakan mengenai penyebab stres kerja itu sendiri.

Soewondo 1992 (dalam Widyasari, 2010), mengadakan penelitian dengan sampel 300

karyawan swasta di Jakarta, menemukan bahwa penyebab stres kerja terdiri atas 4

(empat) hal utama, yakni:

(1) Kondisi clan situasi pekerjaan

(2) Pekerjaannya

(3) Job requirement seperti status pekerjaan dan karir yang tidak jelas

(4) Hubungan interpersonal

Luthans (1992, dalam Widyasari, 2010), menyebutkan bahwa penyebab stres

(stresor) terdiri atas empat hal utama, yakni:

(1). Extra organizational stresors, yang terdiri dari perubahan sosial dan teknologi,

keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan

komunitas/tempat tinggal.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

(2). Organizational stresors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur

organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam

organisasi.

(3). Group stresors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya

dukungan sosial, serta adanya konflik intraindividu, interpersonal, dan intergrup.

(4). Individual stresors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran,

serta disposisi individu seperti pola Tipe A, kontrol personal, learned

helplessness, sel-efficacy, dan daya tahan psikologis.

Sedangkan Cooper dan Davidson (1991, dalam Widyasari, 2010) membagi

penyebab stres dalam pekerjaan menjadi dua, yakni:

(1). Group stresor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan

di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik

antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari

sesama karyawan di dalam perusahaan.

(2). Individual stresor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu,

misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat kepasrahan

seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi

konflik peran serta ketidakjelasan peran.

Cooper (dalam Widyasari, 2010), memberikan daftar lengkap stresor dari

sumber pekerjaan yang tertera pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

Tabel 2.2. Stresor dari Sumber Pekerjaan

Stresor dari Stres Kerja

Faktor yang Memengaruhi (Hal-hal yang Mungkin Terjadi

di Lapangan)

Konsekuensi Konsisi yang Mungkin Muncul

Kondisi pekerjaan

• Beban kerja berlebihan secara. kuantitatif.

• Beban kerja berlebihan secara kualitatif

• Assembly-line hysteria • Keputusan yang'dibuat oleh

seseorang • Bahaya fisik • Jadwal. Bekerja • Technostres

• Kelelahan mental dan/atau fisik • Kelelahan yang amat sangat

dalam bekerja (burnout) • Meningkatkan kesensitivan dan

ketegangan

Stres karena peran

• Ketidakjelasan peran • Adanya bias dalam

membedakan gender dan stereotype peran gender

• Pelecehan seksual

• Meningkatnya kecemasan dan ketegangan

• Menurunnya prestasi pekerjaan

Faktor interpersonal

• Hasil kerja dan sistem dukungan sosial yang buruk

• Persaingan politik, kecemburuan dan kemarahan

• Kurangnya perhatian manajemen terhadap karyawan

• Meningkatnya ketegangan • Meningkatnya tekanan darah • Ketidakpuasan kerja

Perkembangan karir

• Promosi ke jabatan yang lebih rendah dari kemampuannya

• Promosi ke jabatan yang lebih tinggi dari kemampuannya

• Keamanan pekerjaannya • Ambisi yang berlebihan

sehingga mengakibatkan frustasi

• Menurunnya produktivitas • Kehilangan rasa percaya diri • Meningkatkan kesensitifan

dan ketegangan • Ketidakpuasan kerja

Struktur Organisasi

• Struktur yang kaku dan tidak bersahabat

• Pertempuran politik • Pengawasan dan pelatihan

yang tidak seimbang • Ketidakterlibatan dalam

membuat keputusan

• Menurunnya motivasi dan produktivitas

• Ketidakpuasan kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

Tabel 2.2 (Lanjutan)

Tampilan rumah-pekerjaan

• Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi

• Kurangnya dukungan dari pasangan hidup

• Konflik pernikahan • Stres karena memiliki dua

pekerjaan

• Meningkatnya konflik dan kelelahan mental

• Menurunnya motivasi dan produktivitas

• Meningkatnya konflik pernikahan

2.3.3. Dampak Stres Kerja

Pada urnumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun

perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya

gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustrasi dan sebagainya (Rice, 1999).

Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja saja,

tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti tidak dapat tidur

dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan

sebagainya. Sedangkan Arnold (1986), menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi

yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya

kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, serta mempengaruhi individu

dalam pengambilan keputusan (Widyasari, 2010). Penelitian yang dilakukan Halim

(1986), di Jakarta dengan menggunakan 76 sampel manager dan mandor di

perusahaan swasta menunjukkan bahwa efek stres yang mereka rasakan ada dua. Dua

hal tersebut adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

1. Efek pada fisiologis mereka, seperti : Jantung berdegup kencang, denyut jantung

meningkat, bibir kering, berkeringat, mual.

2. Efek pada psikologis mereka, dimana mereka merasa tegang, cemas. tidak bisa

berkonsentrasi, ingin pergi ke kamar mandi, ingin meninggalkan situasi stres.

2.3.4. Gejala Stres Kerja

Terry Beehr dan John Newman (dalam Widyasari, 2010), mengkaji ulang

beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada

individu, yaitu:

1. Gejala psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil

penelitian mengenai stres pekerjaan :

a. Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersingmmg

b. Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

c. Sensitif dan hyperreactivity

d. Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

e. Komunikasi yang tidak efektif

f. Perasaan terkucil dan terasing

g. Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

h. Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi

i. Kehilangan spontanitas dan kreativitas

j. Menurunnya rasa percaya diri

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2. Gejala fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah :

a. Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami

penyakit kardiovaskular

b. Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)

c. Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)

d. Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

e. Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang

kronis (chronic fatigue syndrome)

f. Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada

g. Gangguan pada kulit

h. Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot

i. Gangguan tidur

j. Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena

kanker

3. Gejala sosial

Gejala-gejala sosial yang utama dari stres kerja adalah:

a. Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

b. Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

c. Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

d. Perilaku sabotase dalam pekerjaan

e. Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan,

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

mengarah ke obesitas

f. Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri

dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi

dengan tanda-tanda depresi

g. Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir

dengan tidak hati-hati dan berjudi

h. Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

i. Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman

j. Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

2.4. Perawat

2.4.1. Definisi Perawat

Ellis dan Hartley (1984) dalam Gaffar (1999), menjelaskan pengertian dasar,

seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara,

membantu dan melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan.

Di Indonesia, keperawatan sebagai profesi dirumuskan melalui Lokakarya

Nasional Keperawatan, 1983. Keperawatan didefinisikan suatu bentuk pelayanan

professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan meliputi aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual yang bersifat

komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat

maupun sakit mencakup siklus hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan

optimal (Gaffar, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.4.2. Peran Perawat

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri peran

sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat, pasien, pendidik, koordinator,

kolaborator, konsultan dan pembaharu (Hidayat, 2004).

a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat

dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui

pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan

sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan

dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,

kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan

keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

b. Peran sebagai advokat klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga, dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi

lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang,

diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi

hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya hak atas

informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya

sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

c. Peran edukator

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga

terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

d. Peran koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian

pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

e. Peran kolaborator

Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

f. Peran konsultan

Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau

tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas

permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang

diberikan.

g. Peran pembaharu.

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan

perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan

metode pemberian layanan keperawatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.4.3. Fungsi Perawat

Dalam menjalankan perannya, perawat (Hidayat, 2004) akan melaksanakan

berbagai fungsi diantaranya :

a. Fungsi independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana

perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan

sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar

manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis, pemenuhan keamanan dan

kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga

diri dan aktualisasi diri.

b. Fungsi dependen.

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan

atau instruksi perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang

diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat

umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.

c. Fungsi interdependen.

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling

ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila

bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan

seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai

penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja

melainkan juga dari dokter atau lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.5. Masa Bekerja

Durasi masa bekerja yang lama juga akan membentuk pola kerja yang efektif,

karena berbagai kendala yang muncul akan dapat dikendalikan berdasarkan

pengalamnya. Sehingga karyawan yang berpengalaman akan dapat menyelesaikan

tugas yang sebaiknya. Menurut Nitisemito (2006), senioritas atau sering disebut

dengan istilah “length of service” atau masa bekerja adalah lamanya seorang

karyawan menyumbangkan tenaganya pada perusahaan tertentu. Sejauh mana tenaga

kerja dapat mencapai hasil yang memuaskan dalam bekerja tergantung dari

kemampuan, kecakapan dan ketrampilan tertentu agar dapat melaksanakan

pekerjaanyan dengan baik. Masa bekerja merupakan hasil penyerapan dari berbagai

aktivitas manusia, sehingga mampu menumbuhkan keterampilan yang muncul secara

otomatis dalam tindakan yang dilakukan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Masa bekerja seseorang berkaitan dengan pengalaman kerjanya. Karyawan yang telah

lama bekerja pada perusahaan tertentu telah mempunyai berbagai pengalaman yang

berkaitan dengan bidangnya masing-masing, dalam pelaksanakan kerja sehari-harinya

karyawan menerima berbagai input mengenai pelaksanaan kerja dan berusaha untuk

memecahkan berbagai persoalan yang timbul, sehingga dalam segala hal kehidupan

karyawan menerima informasi atau sebagai pelaku segala kegiatan yang mereka

lakukan.

Universitas Sumatera Utara

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

2.6. Pendidikan Perawat

Tingkat pendidikan formal yang semakin tinggi berakibat pada peningkatan

harapan dalam hal karir dan perolehan pekerjaan dan penghasilan. Akan tetapi di sisi

lain, lapangan kerja yang tersedia tidak selalu sesuai dengan tingkat dan jenis

pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja tersebut

(Ellitan, 2003).

Menurut Arfida (2003), terdapat dua konsekuensi yang dihadapi oleh

organisasi pengguna tenaga kerja, yaitu :

a. Menyelenggarakan pelatihan secara intensif dan terprogram agar para pegawai

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

b. Menawarkan pekerjaan yang sebenarnya memerlukan pengetahuan dan

keterampilan yang lebih rendah dari yang dimiliki oleh para pekerja berkat

pendidikan formal yang pernah ditempuhnya apabila diterima oleh pekerja yang

bersangkutan berarti tingkat imbalan yang diperoleh lebih rendah dari yang semula

diharapkan.

Konfigurasi ketenagakerjaan menuntut kesiapan dan kesediaan manajemen

melakukan perubahan, bukan hanya dalam bentuk berbagai kebijaksanaan

manajemen SDM, tetapi juga menyangkut kultur organisasi, etos kerja dan persepsi

tentang pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia. Seiring dengan

meningkatkan persaingan global maka tersedianya sumber daya manusia berkualitas

berpengaruh terhadap hubungan teknologi dan kinerja (Ellitan, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

Salah satu faktor yang dapat meingkatkan produktifitas atau kinerja perawat

adalah pendidikan formal perawat. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja

yang langsung dengan pelaksanaan tugas, tetapi juga landasan untuk

mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana yang ada di

sekitar kita untuk kelancaran tugas, semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula

produktivitas kerja (Arfida, 2003).

Menurut Grossman (1999), pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar

manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat

pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan

dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya akan

meningkatkan kesejahteraan keluarga. Agar perawat termotivasi untuk meningkatkan

kinerjanya, sebaiknya instansi pelayanan kesehatan menggunakan keterampilan

sebagai dasar perhitungan kompensasi. Kepada perawat juga perlu dijelaskan bahwa

kompensasi yang diberikan, dihitung berdasarkan keterampilan dan kemampuannya

menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada perawat. Misalnya perawat yang

mampu menggunakan komputer dengan terampil, dinilai lebih dari perawat yang

hanya mampu mengoperasikan mesin ketik manual.

2.7. Landasan Teori

Dalam bekerja hampir setiap orang mempunyai stres yang berkaitan dengan

pekerjaan mereka. Menurut Beer dan Newman (dalam Luthans, 1998), stres kerja

adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan

Universitas Sumatera Utara

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

mereka, dimana terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan

yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan. Stres kerja menurut Kahn, dkk

(dalam Cooper, 2003), merupakan suatu proses yang kompleks, bervariasi, dan

dinamis dimana stressor, pandangan tentang stres itu sendiri, respon singkat, dampak

kesehatan, dan variabel- variabelnya saling berkaitan.

Selye (dalam Rice, 1992), menyatakan bahwa stres kerja dapat diartikan

sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa gejala

pada fisiologis, psikologis, dan perilaku. Terry B dan John N menyatakan gejala stres

kerja dapat dibagi dalam 3 aspek yaitu gejala psikologis seperti : hipersensitif emosi

dan hiperaktif, merasa frustasi, marah, dan kebencian, cemas, tegang, kebingungan

dan sensitive, merasa tertindas, berkurangnya efektifitas berkomunikasi, menarik diri

dan depresi, merasa terisolasi dan terasing, kebosanan dan ketidakpuasan kerja,

kelelahan mental dan penurunan fungsi intelektual, kehilangan konsentrasi,

kehilangan spontanitas dan kreatifitas, menurunnya self-esteem. Sedang gejala

fisiologis seperti: meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya

sekresi adrenalin dan nonadrenalin, gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan

lambung), mudah terluka, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan

kardiovaskuler, gangguan pernafasan, lebih sering berkeringat, gangguan pada kulit,

kepala pusing, migrain, kanker, ketegangan otot, problem tidur (sulit tidur, terlalu

banyak tidur). Serta gejala perilaku seperti : Menunda atau menghindari pekerjaan

atau tugas, meningkatnya penggunaan minuman keras dan mabuk, perilaku sabotase,

meningkatnya frekuensi absensi, perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

atau kekurangan), kehilangan nafsu makan dan penurunan drastis berat badan,

meningkatnya kecenderungan perilaku beresiko tinggi seperti berjudi, kecenderungan

bunuh diri, meningkatnya agresifitas, kriminalitas dan mencuri, penurunan kualitas

hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman, serta penurunan prestasi dan

produktivitas.

Banyak hal yang dapat menyebabkan pegawai mengalami stres kerja, seperti

yang dikatakan oleh (Rice, 1992), ada beberapa hal yang dapat menyebabkan stres

kerja, salah satunya adalah kondisi kerja, seperti people decisions, kondisi fisik yang

berbahaya, pembagian waktu kerja, kemajuan teknologi (technostres), beban kerja

yang kurang (work underload) dan beban kerja yang berlebihan (work overload).

Seringkali beban kerja yang berlebihan (work overload) diakibatkan oleh pegawai

sendiri yang selalu menunda dan tidak dapat mengatur jadwal dalam menyelesaikan

tugasnya, namun terkadang pegawai menunda mengerjakan tugasnya diakibatkan

karena pekerjaan yang terlalu mudah ataupun sedikit Pada umumnya pegawai yang

memiliki beban kerja yang tinggi cenderung menimbulkan stres kerja, hal ini juga

dipengaruhi oleh masa bekerja dan faktor internal pegawai (Buchari, 2007).

2.8. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Stres Kerja

- Tingkat Pendidikan - Masa Bekerja - Beban Kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 28: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beban Kerja 2.1.1. Pengertian ...repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31742/3/Chapter II.pdf · jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen

Kerangka konsep di atas menjelaskan tentang Pengaruh Tingkat Pendidikan,

Masa Bekerja dan Beban Kerja terhadap Tingkat Stres Kerja Perawat di Rumah Sakit

Jiwa Pemerintah Aceh. Beban kerja akan dikategorikan menjadi 3 yaitu beban kerja

ringan, sedang dan berat, sedangkan stres akan dikategorikan menjadi stres fisik,

psikologis, dan sosial.

Universitas Sumatera Utara