21
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuan Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2011). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu dan begitupula aspek sebaliknya (Dewi & Wawan, 2010). 1. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif dan mempunyai 6 tingkatan (Bloom, 1956) yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2011).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu

aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang

semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

sikap makin positif terhadap objek tertentu dan begitupula aspek sebaliknya

(Dewi & Wawan, 2010).

1. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif dan mempunyai 6

tingkatan (Bloom, 1956) yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehention)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi

atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

kreteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

(Bloom, 1956)

Gambar 2.1 Gambar aspek koginitif

2.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

Pengetahuan dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan

eksternal. Adapun faktor internal terdiri dari pendidikan, minat, pengalaman, dan

usia. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari ekonomi, kebudayaan, dan

kebudayaan (Notoatmodjo, 2011).

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri

sendiri atau sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan

potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai

yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan (Fuad, 2005).

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah

menerima informasi. Pendidikan itu sendiri adalah bimbingan yang diberikan oleh

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu pengetahuan

(Notoatmodjo, 2011).

proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan agar

manusia menjadi lebih baik dan berkembang lagi (Fransiska, 2010).

b. Pekerjaan

Manfaat analisis pekerjaan akan memberikan informasi tentang aktivitas

pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan personalia, perilaku

manusia dan alat alat yang dipergunakan (Hasibuan, 2011).

pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pada umumnya bekerja akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan dan menyita waktu (Notoatmodjo,

2011).

c. Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun. Tingkat kematangan berfikir akan bertambah seiring dengan

bertambahnya usia (Notoatmodjo, 2011). satuan waktu yang mengukur waktu

keberadaan suatu benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati.

Semisal, umur manusia dikatakan lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga

waktu umur itu dihitung. Oleh yang demikian, umur itu diukur dari sejak lahir

sehingga masa kini (Depkes, 2013).

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

d. lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh cukup besar. Lingkungan sangat

bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori dalam aspek-aspek yang

dibutuhkan, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik, biologi dan sosial (Endra

Febri, 2015). lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok (Notoatdmojo, 2011).

Didalam bidang perilaku kesehatan, terdapat beberapa teori yang menjadi

acuan didalam penelitian mengenai kesehatan di masyarakat yakni teori dari

WHO dan Snehandu B. Karr.

WHO membagi 4 determinan mengapa seseorang berperilaku yakni :

1. Pemikiran dan perasaan.

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang atau dapat disebut pula

pertimbangan pribadi terhadap obyek kesehatan merupakan langkah awal

seseorang untuk berperilaku. Pemikiran dan perasaan dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal seperti pengetahuan, kepercayaan, dan sikap.

2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang yang dipercayai.

Perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting

oleh dirinya seperti tokoh masyarakat. Apabila seseorang itu dipercaya, maka apa

yang dilakukan atau dikatakannya akan cenderung untuk diikuti.

3. Sumber daya yang tersedia.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

Adanya sumber daya seperti fasilitas, uang, waktu, tenaga kerja akan

mempengaruhi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Pengaruh ini dapat

bersifat positif maupun negatif.

4. Kebudayaan, kebiasaan, nilai, maupun tradisi yang ada di masyarakat.

Teori kedua adalah menurut Snehandu B. Karr dimana terdapat lima

determinan perilaku yang dapat mempengaruhi antara pengertahuan individu

dengan perilaku yang diperbuat yakni:

i. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau

perawatan kesehatannya.

ii. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya. Didalam kehidupan

bermasyarakat, perilaku seseorang cenderung memerlukan dukungan dari

masyarakat sekitarnya. Apabila suatu perilaku tidak didukung oleh

masyarakat sekitar, maka orang tersebut akan merasa tidak nyaman

terhadap perilakunya tersebut.

iii. Ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan.

Seseorang akan cenderung mengikuti suatu tindakan apabila ia

mempunyai penjelasan yang lengkap tentang tindakan yang akan

dilakukannya tersebut.

iv. Otonomi pribadi, yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan

atau keputusan.

v. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak. Hal ini

disebabkan untuk melakukan suatu tindakan apapun, diperlukan suatu

kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi dan situasi mempunyai pengertian

yang luas, baik fasilitas yang tersedia maupun kemampuan yang ada.

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

2.3 Konsep Dasar Anemia Dalam Kehamilan

Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil

mengalami defisiensi zat besi dalam darahnya. Anemia atau sering disebut kurang

darah adalah keadaan di mana darah merah kurang dari normal, dan biasanya

yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). WHO menetapkan

kejadian anemia defisiensi besi pada ibu hamil berkisar antara 20% sampai 89%

dengan menentukan Hb 11 gr% sebagai dasarnya (Depkes RI, 2009).

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi,

menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20% sampai dengan 89%

dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Hb 9–10 gr % disebut anemia

ringan. Hb 7–8 gr % disebut anemia sedang. Hb <7 gr % disebut anemia berat

(Manuaba, 2010).

Pengaruh anemia pada kehamilan antara lain resiko pada masa antenatal:

berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada

masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal,

shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang

dapat terjadi pada neonatus: premature, apgar score rendah, gawat janin

(Manuaba, 2010).

Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko

2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi

tablet Fe (Jamilus dan Herlina 2008). Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur

dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi

tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe

merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif

karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat

mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009).

2.4 Epidemiologi

Dari hasil survey di Indonesia maka di ketahui angka kematian ibu (AKI)

di Indonesia saat ini berkisar antara 300-400 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup. Angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat

kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil

memberikan dampak negatif terhadap janin yang di kandung dari ibu dalam

kehamilan, persalinan maupun nifas yang di antaranya akan lahir janin dengan

berat badan lahir rendah (BBLR), partus premature, abortus, pendarahan post

partum, partus lama dan syok (Depkes,2013).

Frekuensi anemia selama kehamilan bergantung terutama pada status besi

sebelumnya dan suplementasi prenatal. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada

wanita miskin dan dipengaruhi oleh kebiasaan makan makanan sehari-hari

(American college of Obstetricians and Gynecologists, 2008).

Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah gizi

terutama anemia defisiensi besi. Wanita hamil berisiko tinggi mengalami anemia

defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat secara signifikan selama

kehamilan. Pada masa kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih

banyak dibandingkan saat tidak hamil menginjak trimester kedua sampai dengan

trimester ketiga. Pada trimester pertama kehamilan, kebutuhan zat besi lebih

rendah disebabkan jumlah zat besi yang ditransfer ke janin masih rendah

(Waryana, 2010).

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

2.4.1 Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan

payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan

dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun

sedikit menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi

yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron (Rukiah, 2010).

Zulhaida Lubis, 2005 mengklasifikasikan anemia defisiensi besi menjadi

beberapa stadium :

Stadium 1

Kehilangan zat besi melebihi ukuran, menghabiskan cadangan dalam

tubuh terutama disumsum tulang.

Stadium 2

Cadangan zat besi yang berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan

membentuk sel darah merah yang memproduksi lebih sedikit.

Stadium 3

Mulai terjadi anemia kadar hemoglobin dan haemotokrit menurun.

Stadium 4

Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan

mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah baru yang sangat

kecil (Mikrositik).

Stadium 5

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

Semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia maka timbul

gejala – gejala karena anemia semakin memburuk.

Ibu hamil memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel

darah merah dan membentuk sel darah merah, janin dan plasenta. Kenaikan

volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe dan zat besi

(Zulhaida Lubis, 2005).

(

W

HO, 2013)

Gambar 2.2 Sel Darah Merah Normal dan Abormal karena anemia

2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Kehamilan

Pemeriksaan Antenatal Care pada ibu hamil dilakukan tahap pemantauan

dan pemeriksaan terhadap keadaan anemia pada ibu hamil sehingga apabila ibu

menderita gejala anemia defisiensi besi dapat dideteksi sedini mungkin dengan

pemeriksaan antenatal yang secara teratur untuk diberi penanganan segera. Pada

pemeriksaan ini tablet penambahan darah (tablet Fe) juga diberikan pada ibu yang

tidak mengalami anemia untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi besi. Pada

beberapa penelitian yang sudah dilakukan bahwa jumlah penderita semakin

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

menurun pada kelompok yang sering mengunjungi klinik antenatal dan meningkat

pada kelompok yang tidak melakukan pemeriksaan antenatal.

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia

akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan.

Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau

banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita

hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi

tidak hamil.

Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan berperilaku

kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet tersebut serta dalam pemilihan

makanan untuk sumber zat besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang

memiliki pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka cenderung lebih

banyak menggunakan pertimbangan rasional dan semakin patuh dalam

mengkonsumsi tablet zat besi (Mardliyanti, 2006).

Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko

1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia defisiensi besi di banding dengan

paritas rendah. Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran

(paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia defisiensi besi.

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang

di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah

pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan

dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial

ekonomi rendah (Manuaba, 2010).

2.4.3 Gejala Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

Secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah

(malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia defisiensi besi atau

tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah

tepi. Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar.

Manifestasi klinik dari ibu hamil dengan anemia adalah keluhan lemah, pucat,

mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia

defisiensi besi. Awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam

bentuk feritin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup, feritin

inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi

pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari

sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat

untuk memenuhi kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering

berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata

berkunang kunang, mengantuk, selaput lendir, kelopak mata, dan kuku pucat

(Wiknjosastro, 2005).

2.4.4 Faktor Faktor Internal Dan Eksternal kejadian anemia pada ibu hamil

Beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi

terjadinya anemia pada ibu hamil pada umumnya adalah:

1. Umur

Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari

20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia defisiensi besi dan

ibu hamil yang berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita

yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

yang tinggi untuk hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan

ibu hamil maupun janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat

menyebabkan ibu mengalami anemia.

2. Paritas

Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko

1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah.

Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka

akan semakin tinggi angka kejadian anemia.

3. Kurang Energi Kronis (KEK)

41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah

gizi pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial,

ekonomi, dan bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, konsumsi pangan, umur, paritas, dan sebagainya.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko

Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LILA tidak

dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek.

Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan

status gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang

mempunyai ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang

rendah mencerminkan kekurangan energi dan protein dalam intake makanan.

4. Infeksi dan Penyakit

Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan

tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan

kadar Hb <10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

rendah pula. Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan

tubuh akibat kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan,

pascabedah atau menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing

tambang, malaria, TBC). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan

penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu,

tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat

mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam

kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya

tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan

kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak

cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).

Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan

bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat

mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus

penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun

Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan

keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat menimbulkan cacat

pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat menimbulkan komplikasi

kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30% (Bahar, 2006).

5. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu

dengan prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata

jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak.

Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya.

Pada ibu hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam

kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk

keperluan janin yang dikandungnya.

6. Pendidikan

Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang

di derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah

pedesaan dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan

dengan jarak yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial

ekonomi rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin (2007), faktor

yang mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.

2.5 Konsep Sehat-Sakit model Hendrik L Blum

Menurut teori Hendrik L. Blum (1974) dalam Hartati (2011), status

kesehatan dipengaruhi secara simultan oleh empat faktor penentu yang saling

berinteraksi satu sama lain dalam mempengaruhi status kesehatan setiap individu

sehingga terjadi keselarasan dan keseimbangan antara faktor satu dengan faktor

lainnya. Adapun beberapa faktor penentu tersebut adalah lingkungan, perilaku

(gaya hidup), keturunan dan pelayanan kesehatan. Bagan kerangka pikir Hendrik

L. Blum dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

LINGKUNGAN PELAYANAN

KESEHATAN

KETURUNAN

PERILAKU

STATUS

KESEHATAN

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

(Hendrik L Blum dalam Hartati,

2011)

Gambar 2.3 Faktor yang mempengaruhi status kesehatan

Makna panah berdasarkan model Hendrik L. Blum yang menuju kepada

status kesehatan memiliki ukuran yang berbeda, dimana perilaku memiliki ukuran

panah paling besar. Hal ini disebabkan karena perilaku memiliki peranan yang

paling besar, karena dapat di intervensi dengan mudah kemudian yang kedua

adalah lingkungan dan yang ketiga adalah pelayanan kesehatan. Genetik atau

keturunan tidak dapat di intervensi oleh sebab itu memiliki panah dengan ukuran

paling kecil (Endra Febri, 2015). Gambar diatas memperlihatkan sehat tidaknya

seseorang tergantung 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan

pelayanan kesehatan. Faktor tersebut berpengaruh langsung pada kesehatan dan

juga berpengaruh satu sama lain. Status kesehatan akan tercapai optimal jika

empat faktor tersebut kondisinya juga optimal. Bila salah satu faktor terganggu,

status kesehatan tergeser kearah di bawah optimal. Keempat faktor risiko yang

mempengaruhi kejadian pneumonia pada balita adalah (Hartati, 2011) :

1. Faktor genetik atau keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia

yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti

diabetes melitus dan asma bronchial. Keturunan adalah faktor risiko yanng tidak

mungkin kita hindari (Endra Febri, 2015).

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

2. Faktor pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi

derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat

menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap

penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok dan masyarakat

yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan

dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Yang kedua

adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan itu sendiri apakah

sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan (Endra Febri,

2015).

Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan.

Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan

pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan

pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan

kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas

dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti

ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan

kesehatan masyarakat sangat besar peranannya, sebab di puskesmas akan

ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer

(Endra Febri, 2015).

3. Faktor perilaku

Perilaku merupakan faktor pertama yang mempengaruhi derajat

kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan

kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh

kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan

perilaku-perilaku yang melekat pada dirinya (Endra Febri, 2015).

Perilaku, baik individu maupun masyarakat dalam menjaga

kesehatan memegang peranan sangat penting untuk mewujudkan

Indonesia Sehat 2015. Hal ini dikarenakan budaya hidup bersih dan sehat

harus dapat dimunculkan dari dalam diri sendiri maupun masyarakat untuk

menjaga kesehatannya. Individu dan masyarakat yang berprilaku hidup

bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan yang

bersih dan sehat. pembuatan peraturan tentang berperilaku sehat juga harus

dibarengi dengan pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran pada

individu dan masyarakat. Pembinaan dapat dimulai dari lingkungan

keluarga, sekolah dan msayarakat. Tokoh-tokoh masyarakat sebagai role

model harus diajak turut serta dalam menyukseskan program-program

kesehatan. Faktor perilaku, seperti pada penjelasan sebelumnya,

mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tercapainya derajat

kesehatan. Perilaku dapat mempengaruhi lingkungan, pemanfaatan

terhadap pelayanan kesehatan yang telah disiapkan maupun terhadap

kemungkinan masalah genetik yang timbul (Endra Febri, 2015).

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh cukup besar. Lingkungan sangat

bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang

berhubungan dengan aspek fisik, biologi dan sosial (Endra Febri, 2015).

a. Lingkungan fisik

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

Bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca,

makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini

berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa

serta memegang peranan penting dalam proses terjadinya penyakit pada

masyarakat. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat

menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan

kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak

dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat

menjadi penyebab (Endra Febri, 2015).

b. Lingkungan biologis

Bersifat biologis atau benda hidup misalnya tumbuh-tumbuhan,

hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga, dan lain-lain yang dapat

berperan sebagai agen penyakit, reservoir infeksi, vektor penyakit, dan

hospes intermediate. Hubungan manusia dengan lingkungan biologisnya

bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat terjadi

ketidakseimbangan di antara hubungan tersebut, manusia akan menjadi

sakit (Endra Febri, 2015).

c. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti

kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Berupa kultur, adat

istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar, gaya hidup,

pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan poolitik.

Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media

seperti radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu, dan sebagainya. Bila

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial,

akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik

seperti stres, insomnia, depresi, dan lain-lain (Endra Febri, 2015).

2.6 Bahaya Anemia Defisiensi Besi Dalam Kehamilan

Pengaruh anemia pada kehamilan akan meningkatkan resiko pada masa

antenatal yaitu: berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini,

anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah,

perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi.

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus: premature, apgar skor

rendah, gawat janin ( Manuaba, 2010).

Bahaya anemia pada Trimester II dan trimester III dapat menyebabkan

terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan

janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestasional mudah

terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer A. dkk.,

2008).

Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran

prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85% ,merupaka

penyebab kematian bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi

adalah kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan

kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat

setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82%

kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari

golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2008 adalah disebabkan

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dasar pengetahuaneprints.umm.ac.id/41282/3/jiptummpp-gdl-hioldalubv-47044-3-babii.pdfmasa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan

penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09% (Depkes,

2009).

Ahmad Rofiq (2008) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan

prioritas 1-3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang

dari 2 tahun menunjukkan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak

kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk

memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu

hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia defisiensi besi

dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang

untuk keperluan janin yang dikandungnya.