Upload
others
View
0
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dukungan Keluarga
2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock, 2012).
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi
dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi
sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota
keluarga merasa ada yang memperhatikan.
2.1.2 Jenis-jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010), terdapat empat tipe dukungan keluarga yaitu:
1. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk bersistirahat dan juga
menenangkan pikiran. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga.
Individu yang menghadapi persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau
ada keluarga yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang
dihadapi.
2. Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan juga
sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dukungan
dan perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang
8
9
diberikan kepada individu.
3. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal pengawasan,
kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang dapat membantu individu
dalam melakukan kegiatan.
4. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi. Disini
diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga dapat digunakan oleh
individu dalam mengatasi persoalan- persoalan yang sedang dihadapi.
2.1.3 Cara Menilai Dukungan Keluarga
Menurut Nursalam (2012), untuk mengetahui besarnya dukungan keluarga
dapat diukur dengan menggunakan kuisioner dukungan keluarga yang terdiri dari
12 buah pertanyaan yang mencakup empat jenis dukungan keluarga yaitu
dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan penilaian dan dukungan
instrumental.
2.2 Konsep Keluarga2.2.1 Pengertian Keluarga.
Adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2008). Keluarga adalah dua atau
tiga individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu
10
sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing, menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Setiadi, 2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
social diri tiap anggota keluarga (Setiadi, 2008).
Dari tiga definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa keluarga
adalah :
1. Unit terkecil dari masyarakat.
2. Terdiri atas dua orang atau lebih.
3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah.
4. Hidup dalam satu rumah tangga.
5. Di bawah asuhan seseorang kepala rumah tangga.
6. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
8. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2.2.2 Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam
yaitu :
1. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
11
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah)
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarried teenege mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
12
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama
atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
13
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.
$ 2.2.3 Struktur Keluarga
Menurut Setiadi (2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantarannya adalah :
1) Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
14
2) Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.3) Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.4) Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.5) Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembina keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.$ 2.2.4 Fungsi keluarga
Menurut Setiadi (2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang
dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi Biologis1. Untuk meneruskan keturunan.2. Memelihara dan membesarkan anak.3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga4. Memelihara dan merawat anggota keluarga
2) Fungsi Psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.4. Memberikan identitas keluarga.
3) Fungsi sosialisasi1. Membina sosial pada anak.2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.3. Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
4) Fungsi Ekonomi1. Mencari sumber – sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
15
2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
5) Fungsi pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimiliki.2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi, 2008) dari berbagai fungsi
diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, adalah :
1) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
2) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan
anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan
menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental,
sosila dan spiritual.
3) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga
siap menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam
mempersiapkan masa depannya.
$ 2.2.5 Peran Keluarga
16
Menurut Setiadi (2008) peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga
adalah sebagai berikut :1. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkunmgan.2. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.3. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.$ 2.2.6 Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan,
yaitu:
1) Keluarga Baru (Bargaining Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
17
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua).
2) Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan
menimbulkan krisis keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46
orang tua dinyatakan 17 % tidak bermasalah selebihnya bermasalah
dalam hal :
1. Suami merasa diabaikan.2. Peningkatan perselisihan dan argument.3. Interupsi dalam jadwal kontinu.4. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Konseling KB post partum 6 minggu.
6) Menata ruang untuk anak.
7) Biaya / dana Child Bearing.
8) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3) Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
18
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan
pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar
dan kotak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
4. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah
dan lingkungan lebih luas.
2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan
anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan
dan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
19
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan
nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak – anaknya.
7. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
20
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat social dan waktu santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
8. Keluarga Lanjut Usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.
$ 2.3 Konsep Kepuasan Hidup
2.3.1 Pengertian Kepuasan Hidup ( Life Satisfaction)
Life Satisfaction merupakan satu keadaan kesenangan dan kesejahteraan,
disebabkan karena orang telah mencapai satu tujuan atau sasaran (Chaplin,
2012). Sedangkan Diener, Emmons, Larsen, & Griffin (1985) mendefinisikan
kepuasan hidup sebagai penilaian menyeluruh terhadap kualitas kehidupan
seseorang berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkannya sendiri.
Amat & Mahmud (2013) menegaskan kepuasan hidup adalah melibatkan
berbagai konstruk yang memerlukan seseorang itu menilai berbagai aspek
kehidupannya seperti kesehatan, keuangan, kerja, serta hubungan
interpersonalnya. Tetapi kebanyakan masyarakat meletakkan berbagai nilai
21
tersebut terhadap salah satu aspek saja.
Sedangkan Diener (2012) menegaskan seseorang itu perlu melihat
kepada aspek kepuasan hidupnya secara kognitif dan menyeluruh. Pavot dan
Diener (2012) menyatakan kepuasan hidup sebagai penilaian secara keseluruhan
terhadap perasaan dan sikap seseorang berkaitan dengan kehidupannya pada
suatu waktu.
Sementara itu Sousa dan Lyubomirsky (2011) menyatakan kepuasan
hidup seseorang itu merujuk kepada penerimaan seseorang terhadap keadaan
kehidupannya serta sejauh mana seseorang itu dapat memenuhi apa yang
dikehendakinya secara menyeluruh. Secara umum kepuasan hidup merujuk
kepada sejauh mana seeseorang itu berpuas hati dengan apa yang diperolehnya
selama ini. Ia adalah aspek yang diukur secara kognitif oleh seseorang terhadap
dirinya sendiri. Kepuasan hidup sukar untuk didefinisikan karena aspek
kepuasan hidup adalah bersifat subjektif.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa kepuasan hidup adalah penilaian secara menyeluruh terhadap berbagai
konstruk dalam kehidupan seseorang dengan didasarkan pada kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri. Sedangkan aspek kepuasan hidup
bukanlah dinilai berdasarkan area-area tertentu melainkan dinilai berdasarkan
aspek kognitif seseorang secara menyeluruh terhadap kualitas hidupnya
didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri.
2.3.2 Karakteristik Individu yang Memiliki Kepuasan Hidup
Menurut Pavot dan Diener (2012) aspek kepuasan hidup dinilai dari
aspek kognitif seseorang secara keseluruhan terhadap kualitas hidupnya
22
berdasarkan kriteria yang dipilih oleh mereka sendiri. Jadi, aspek kepuasan
hidup bukanlah merujuk kepada kepuasan hidup dari aspek-aspek seperti
kesehatan, persahabatan, keuangan dan taraf sosial seseorang.
Diener (2012) mengatakan bahwa individu yang puas akan kehidupannya
adalah individu yang menilai bahwa kehidupannya memang tidak sempurna
tetapi segala sesuatunya berjalan dengan baik, selalu mempunyai keinginan
untuk berkembang dan menyukai tantangan.
Kepuasan hidup seseorang menunjukkan sebuah kesenangan atau
penerimaan hidup individu tersebut, atau pemenuhan keinginan dan kebutuhan
hidup individu secara keseluruhan (Sousa & Lyubomirsky, 2011).
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup
Menurut Hurlock (2012), beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan
hidup pada seorang individu antara lain:
1. Kesehatan
Kesehatan yang baik memungkinkan individu pada usia berapa pun
dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidak
mampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi
keinginan dan kebutuhan individu.
2. Psikologi
Kepuasan hidup adalah kesejahteraan psikologis secara umum atau
kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan. Kepuasan hidup
mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada orang dewasa lanjut. Pada
23
lansia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi dengan baik, kecuali kalau
mereka mengalami gangguan kesehatan jiwanya atau tergolong patologik.
Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan nampak jelas setelah
memasuki lansia sehingga masa muda diartikan sebagai karikatur
kepribadian lanisa. Dengan memahami kepribadian lansia tentu akan lebih
memudahkan masyarakat secara umum dan anggota keluarga lansia tersebut
secara khusus, dalam memperlakukan lansia dan sangat berguna bagi kita
dalam mempersiapkan diri jika suatu hari nanti memasuki lansia.
3. Hubungan Sosial
Hubungan sosial merupakan peristiwa sosial yang saling
memoengaruhi antara satu individu maupun kelompok terhadap kelompok
lainnya, serta pada interaksi sosial terjadi proses komunikasi untuk
mencapai tujuan bersama, yang selanjutnya akan diukur menggunakan
aspek-aspek komunikasi, sikap, tingkah laku dan norma sosial. Semakin
tinggi interaksi sosial yang dilakukan lanjut usia, semakin tinggi pula
kepuasan hidup.
4. Kesempatan–kesempatan Interaksi di luar keluarga atau lingkungan
Karena nilai sosial yang tinggi ditekankan pada popularitas, maka
tingkat usia berapa pun orang akan merasa bahagia apabila mereka
mempunyai kesempatan untuk mengadakan hubungan social dengan orang–
orang di lingkungan luar keluarga seperti dengan masyarakat sekitar, teman
seusia baik sesama jenis maupun berbeda jenis kelamin dengan cara
mengikuti kegiatan yang diadakan di lingkungan atau di masyarakat sekiatar
tempat tinggal lansia seperti arisan, pengajian, kerja bhakti, maka lansia
24
tersebut akan mendapat lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan
lingkungannya.5. Jenis pekerjaan
Semakin rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk
otonomi dalam pekerjaan, semakin kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat
pada tugas sehari-hari yang diberikan kepada anak-anak dan juga pekerjaan
orang-orang dewasa.
6. Status kerja
Baik di bidang pendidikan maupun pekerjaan, semakin berhasil
seseorang melaksanakan tugas semakin hal itu dihubungkan dengan prestise
maka, semakin besar kepuasan yang ditimbulkan.
7. Kondisi kehidupan
Jika pola kehidupan memungkinkan seseorang untuk berinteraksi
dengan orang-orang lain baik di dalam keluarga maupun dengan teman-
teman dan tetangga di dalam masyarakat, maka kondisi demikian
memperbesar kepuasan hidup.
8. Keseimbangan antara Harapan dan Pencapaian
Jika harapan-harapan itu realistis, orang akan puas dan bahagia
apabila tujuannya tercapai.
9. Daya tarik fisik
Daya tarik fisik menyebabkan individu dapat diterima dan disukai
oleh masyarakat dan sering merupakan penyebab dari prestasi yang lebih
besar daripada apa yang mungkin dicapai individu kalau kurang mempunyai
daya tarik.
25
Schaie dan Willis (1991) menyatakan bahwa kepuasan hidup dapat dicapai
dengan menjaga kesehatan fisik dan psikis melalui kebiasaan mengatur gizi, olah
raga dan terlibat aktivitas yang membutuhkan proses berpikir.
$ 2.4 Konsep Lansia
2.4.1 Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Usia lanjut
merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu
yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari
(Notoatmodjo, 2013).
Lansia merupakan dua kesatuan fakta sosial dan biologi. Sebagai suatu
fakta sosial, lansia merupakan suatu proses penarikan diri seseorang dari
berbagai status dalam suatu struktur masyarakat. Secara fisik pertambahan usia
dapat berarti semakin melemahnya menusia secara fisik dan kesehatan (Prayitno,
2010)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2015 Pasal 1 ayat 1 bahwa Lanjut usia adalah seseorang yang
telah mencapai 60 (enam puluh) tahu ke atas.
2.4.2 Klasifikasi Lansia
Menurut Maryam (2012), lima klasifikasi pada lansia antara lain:
1. Pra lansia adalah seseorang yang berusia 45-59 tahun
26
2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih3. Lansia Resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang masih dapat menghasilkan barang/ jasa.5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho (2012),
lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun2. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun3. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
2.4.3 Tipe Lansia
Menurut Maryam (2012), beberapa tipe lansia bergantung pada karakter,
pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya. Tipe
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman menyesuaikan diri dengan perubahan
jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru dan selektif dalam
mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas
27
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak
menuntut.4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan
melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,
pasif dan acuh tidak acuh.
Mangkunegoro IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.I.
Widyapranata menyebutkan bahwa orang tua (lanjut usia) dalam literatur lama
(Jawa) dibagi dua golongan, yaitu:
1) Wong Sepuh: orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu
“DwiTunggal”, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk, sejati dan
palsu, Gusti (Tuhan) dan kawulanya atau hambanya.
2) Wong Sepah lanjut usia yang kosong, tidak tahu rasa, bicaranya muluk-
muluk tanpa isi, tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan, serta
memalukan. Hidupnya menjadi hambar (kehilangan dinamika dan
romantika hidup).2.4.4 Tugas Perkembangan Lanjut Usia
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus.
Menurut Potter dan Perry (2015), tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia
meliputi:
28
1. Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring
terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini
tidak dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.
2. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh
karena itu mungkin perlu untuk meyesuaikan dan membuat perubahan karena
hilangnya peran bekerja.
3. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman, dan
kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan, apalagi bagi lansia
yang menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya dan
sangat berarti bagi dirinya.
4. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan ketidakmampuannya sebagai
koping dengan menyangkal penurunan fungsi, meminta cucunya untuk tidak
memanggil mereka “nenek” atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang
menempatkan keamanan mereka pada resiko yang besar.
5. Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
29
Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya kerusakan
fisik dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk
seorang diri mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa.Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan
anak-anaknya yang telah dewasa.
6. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima akivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya aktif secara
sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu
orang baru dan mendapat minat baru. Akan tetapi, seseorang yang introvert
dengan sosialisasi terbatas, mungkin menemui kesulitan bertemu orang baru
selama pensiun.
2.4.5 Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada
lansia adalah:
1. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka
2. Mudah Lelah Disebabkan oleh:1) faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan
depresi)2) gangguan organis
30
3) pengaruh obat-obat
3. Berat Badan Menurun Disebabkan oleh:1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah
hidup atau kelesuan2) Adanya penyakit kronis3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan
makanan terganggu4) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun)
5) Sukar Menahan
4. Buang Air Besar Disebabkan oleh:1) Obat-obat pencahar perut2) Keadaan diare3) Kelainan pada usus besar4) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus)
5. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan Disebabkan oleh:
1) Presbiopi2) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)3) Kekeruhan pada lensa (katarak)4) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
2.4.6 Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat
erat hubungannya dengan proses menua yakni:
1. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh
darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal.
2. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus,
klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid.
31
3.Gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau
penyakit kolagen lainnyaberbagai macam neoplasma.