13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010). Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Diananda,Rama, 2009). Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel

BAB 2_Ca Cerviks

Embed Size (px)

DESCRIPTION

maternitas

Citation preview

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina (Cunningham, 2010). Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina (Diananda,Rama, 2009).

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam rahim (Sarjadi, 2001).

2.2 Anatomi Fisiologi

2.3 Klasifikasi Stadim

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :Tingkatkriteria

Tahap O : Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidakterdapat bukti invasi.

Tahap I : Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Prosesterbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpusuteri.

Tahap Ia : Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusakdan sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, seltumor tidak terdapat pada pembuluh limfa atau pembuluhdarah.

Tahap Ib : Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukkan invasi serviks uteri.

Tahap II : Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hinggamengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau areapara servikal pada salah satu sisi atau kedua sisi.

Tahap IIa : Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor.

TahapIIb : Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapbelum sampai pada dinding panggul.

Tahap III : Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telahmeluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakitnodus limfe yang teraba tidak merata pada dindingpanggul. Urogram IV menunjukkan salah satu atau keduaureter tersumbat oleh tumor.

Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina,sedang ke parametrium tidak dipersoalkan.

Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengandinding panggul ( frozen pelvic ) atau proses padatingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faalginjal.

Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil danmelibatkan mukosa rektum dan atau kandang kemih(dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastasiskeluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.

Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudahmenginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.

Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh. ( Dr Imam Rasjidi, 2010 )

2.4 Etiologi

Penyebab karsinoma serviks masih berupa perkiraan, tetapi sebagian besar data epidemiologik memasukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual. Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker serviks.Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat berkembang menjadi kanker serviks (Cunningham, 2010). Virus HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual dan HPV dapat bertahan dalam suhu panas (Cunningham, 2010).

2.5 Manifestasi Klinis

Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).

Perdarahan yang terjadi diluar senggama.

Perdarahan spontan saat defekasi.

Perdarahan diantara haid.

Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.

Anemia akibat pendarahan berulang.

Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.

(Dr RamaDiananda, 2009 )

2.6 Patofisiologi

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks; epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar (Rahmawan, 2009).

Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwahuman papilloma virus(HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinomain-situadalah gangguan maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana basalis masih utuh (Rahmawan, 2009).Klasifikasi terbaru menggunakan istilahNeoplasia Intraepitel Serviks(NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinomain-situ. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang; dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinomain-situ.

Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinomain-situuntuk kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 30-35% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana yang tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus ditatalaksanai sebagaimana mestinya.(Rahmawan, 2009)

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut WHO, wanita berusia antara 25 dan 65 tahun hendaknya menjalaniscreeningtest untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan awal. Wanita di bawah usia 25 tahun hampir tidak pernah terserang kanker serviks dan tidak perlu di-screening. Wanita yang tidak pernah berhubungan badan juga tidak perlu di-screening.

1.Tes Pap Smear

Wanita bisa mengurangi risiko terserangnya kanker serviks dengan melakukan Pap Smear secara teratur. Tes Pap adalah suatu tes yang digunakan untuk mengamati sel-sel leher rahim. Tes Pap dapat menemukan adanya kanker leher rahim atau sel abnormal (pra-kanker) yang dapat menyebabkan kanker serviks (Bryant, 2012).Hal yang paling sering terjadi adalah, sel-sel abnormal yang ditemukan oleh tes Pap bukanlah sel kanker. Sampel sel-sel yang sama dapat dipakai untuk pengujian infeksi HPV (Puteh, 2008).

2. Tes IVA

IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupakan metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant, 2012).

Jika hasil tes Pap atau IVA anda tidak normal, dokter akan menganjurkan tes lain untuk membuat diagnosis yaitu Kolposkopi: Dokter menggunakan kolposkop untuk melihat leher rahim. Kolposkop menggunakan cahaya terang dan lensa pembesar untuk membuat jaringan lebih mudah dilihat. Alat ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Kolposkopi biasanya dilakukan di tempat praktek dokter atau klinik.

Biopsi: Dengan bius lokal, jaringan yang dimiliki wanita diambil di tempat praktek dokter. Lalu seorang ahli patologi memeriksa jaringan di bawah mikroskop untuk memeriksa adanya sel-sel abnormal.

Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat yang tajam untuk menjumput sampel kecil jaringan serviks.

LEEP: Dokter menggunakan loop kawat listrik untuk mengiris sepotong, bulat tipis dari jaringan serviks.

Endoservikal kuret: Dokter menggunakan kuret (alat, kecil berbentuk sendok) untuk mengikis contoh kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa dokter mungkin menggunakan kuas tipis lembut, bukan kuret.

Conization: Dokter mengambil sebuah sampel jaringan berbentuk kerucut. Sebuah conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah ada sel-sel abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Para dokter mungkin melakukan tes ini di rumah sakit dengan anestesi / bius total.

Pengambilan sampel jaringan dari leher rahim dapat menyebabkan perdarahan. Daerah ini biasanya sembuh dengan cepat. Beberapa wanita juga merasakan rasa sakit yang mirip dengan kram menstruasi. Dokter dapat meresepkan obat yang akan membantu mengurangi rasa sakit (Bryant, 2012)

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

1.Radiasi

a.Dapat dipakai untuk semua stadium

b.Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk

c.Tidak menyebabkan kematian seperti operasi.

2.Operasi

a.Operasi limfadektomi untuk stadium I dan II

b.Operasi histerektomi vagina yang radikal

3.Kombinasi (radiasi dan pembedahan)

Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema.Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.

Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

Penatalaksanaan Keperawatan

a. Promotif:

Penyuluhan kesehatan masyarakat dan tingkat gizi yang baik

Pemeliharaan kesehatan perseorangan dan lingkungan

Olahraga secara teratur

Pendidikan seksual yang baik dan benar (penjelasan tentang alat kontrasepsi dan perilaku seksual yang sehat)

b. Preventif

1.Perubahan pola diet atau suplemen dengan makan banyak sayur dan buah mengandung bahan-bahan antioksidan dan berkhasiat mencegah kanker misalnya alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam, tomat.

2.Vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Vaksin ini dibuat dengan teknologi rekombinan, sehingga mempunyai ketahanan yang kuat. Vaksinasi ini merupakan pencegahan yang paling utama. Vaksinasi ini diberikan untuk wanita yang belum terinfeksi atau tidak terinfeksi HPV risiko tinggi (16 dan 18).

3.Pemeriksaan kesehatan reproduksi ke rumah sakit melalui tes pap smear

c. Kuratif

Imunoterapi

Imunoterapi yang merupakan teknik pengobatan baru untuk kanker, yang mengerahkan dan lebih mendayagunakan sistem kekebalan tubuh untuk memerangi kanker. Karena hampir selalu menggunakan bahan-bahan alami dari makhluk hidup, terutama manusia, maka imunoterapi sering juga disebut bioterapi atau terapi biologis.Sejauh ini ada beberapa jenis imunoterapi yang telah dikembangkan, antara lain:InterferonMerupakan sitokin yang berupa glikoprotein. Interferon, khususnya interferon alfa, adalah obat imunoterapi pertama yang digunakan untuk mengobati kanker. Antibodi MonoklonalMerupakan antibody yang dihasilkan oleh satu klon sel. Digunakan dalam identifikasi sel, typing darah dan penegakan diagnosa.

VaksinSaat ini penggunaan vaksin kanker baru saja dimulai. Sebagian besar masih dalam tahap penelitian dan uji klinis, sehingga belum bisa digunakan secara umum.

Colony Stimulating Factor (CSFs)vCSFs kadang disebut juga hematopoietic growth factors. Obat imunoterapi jenis ini merangsang sumsum tulang belakang untuk membelah dan membentuk sel darah putih, sel darah merah, maupun keping darah, yang kesemuanya berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.

Terapi GenTerapi gen yang masih bersifat eksperimental ini memberi harapan besar. Dengan memasukkan material genetic tertentu ke dalam sel tubuh penderita kanker, perilaku sel tubuh orang tersebut bisa dikendalikan sesuai kebutuhan.

d. Rehabilitatif1) Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik.2) Bagi stadium akhir, sebagai perawat melakukan paliatif care

2.9 Woc

2.10 Komplikasi

2.11 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan