22
3.1 Satelit Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Bethesda Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasi di Rumah sakit, Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Instalasi rawat inap merupakan salah satu penunjang Pelayanan Kefarmasian untuk mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit bagi pasien rawat inap. Satelit farmasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda berfungsi untuk melayani permintaan dan pendistribusian perbekalan farmasi bagi pasien rawat inap secara rasional sesuai kebutuhan pasien dan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Pelayanan yang dilakukan di satelit rawat inap meliputi pelayanan obat bagi pasien rawat inap regular (kartu obat warna putih), pasien yang ditanggung dinas kota (kartu obat warna merah muda), dan untuk karyawan, pensiunan, dan jaminan lainnya (kartu obat warna biru). Alur pasien rawat inap Rumah Sakit Bethesda adalah: Pasien Datang Pasien Rujukan Pendafta ran Klinik yang dituju/ IGD Adminis i Radiologi Laboratorium Rawat Inap AKPN Kasa Bank Pulang

bab 3 revisi ichidoc.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan PKPA Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Angkatan XVII

3.1 Satelit Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit BethesdaDalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasi di Rumah sakit, Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Instalasi rawat inap merupakan salah satu penunjang Pelayanan Kefarmasian untuk mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit bagi pasien rawat inap. Satelit farmasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda berfungsi untuk melayani permintaan dan pendistribusian perbekalan farmasi bagi pasien rawat inap secara rasional sesuai kebutuhan pasien dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelayanan yang dilakukan di satelit rawat inap meliputi pelayanan obat bagi pasien rawat inap regular (kartu obat warna putih), pasien yang ditanggung dinas kota (kartu obat warna merah muda), dan untuk karyawan, pensiunan, dan jaminan lainnya (kartu obat warna biru).

Alur pasien rawat inap Rumah Sakit Bethesda adalah:

Gambar 12. Alur pasien rawat inapPeran apoteker di satelit farmasi rawat inap adalah dalam manajemen dan fungsional. Secara manajemen, apoteker berperan dalam mengelola SDM, sarana dan prasarana, sistem pelayanan, metode, finansial, ketersediaan perbekalan farmasi, dan pengelolaan lingkungan. Berdasarkan kompetensi 8 Stars Pharmacist, peran apoteker adalah:

1. Melakukan pelayanan yang berorientasi kepada pasien terutama mencegah terjadinya medication error (Care Giver)

2. Memutuskan segala hal terkait obat (Decision Maker)

3. Mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat (baik memimpin diri sendiri, atau orang lain) dan bertanggung jawab (Leader)

4. Mengelola sumber daya manusia (staf) danperbekalan farmasi (Manager)

5. Berkomunikasi dengan staf satelit farmasi rawat inap dan atau petugas dari satelit lain (Communicator)

6. Keinginan untuk terus belajar, terbuka dan update terhadap setiap informasi baru terkait dunia kesehatan (Life Long Learner)

7. Memberikan pelatihan kepada staf untuk meningkatkan kemampuan (Teacher)

8. Melakukan perbaikan secara berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan (Researcher).

3.1.1 Sumber Daya Manusia di Satelit Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit BethesdaPelayanan satelit farmasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda dipimpin oleh seorang kepala pelaksana harian (Kalakhar) pelayanan yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kalakhar dibantu oleh tiga orang koordinator yang bertanggung jawab kepada Kalakhar Pelayanan Farmasi, yaitu koordinator ambulatory, koordinator satelit khusus, dan koordinator rawat inap, JKN, karyawan dan operasional. Koordinator rawat inap, JKN, karyawan, dan operasional merupakan koordinator yang bertanggung jawab terhadap pelayanan di rawat inap yang dibantu oleh seorang wakil koordinator dalam pelaksanaan pelayanan di rawat inap. Total karyawan di satelit farmasi rawat inap adalah 21 orang (1 Apoteker, 1 orang KSP, 1 orang wakil KSP 16 Asisten Apoteker serta 2 Reseptir).

Kepala Instalasi Farmasi

Kalakhar Pelayanan

Koord. Ambulatory Koord. Satelit KhususKoord. Rawat Inap, ASKES, Karyawan & Operasional

Wakil Koordinator

16 Asisten Apoteker 2 Reseptir

Gambar 13. Kedudukan dalam struktur organisasi

Pembagian jam kerja di instalasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda dibagi menjadi 5 shift yaitu, 07.00-14.00, 07.30-14.30, 14.00-21.00 dan 21.00-07.00. Tujuan pembagian shift kerja adalah untuk menanggulangi beban kerja pada peak hour sehingga pelayanan tidak terlalu lama dan dapat meminimalkan medication error. Pembagian tugas di satelit farmasi rawat inap yaitu bagian penerimaan dan entry resep masuk termasuk didalamnya skrining resep dan labelling, bagian aerocom, bagian filling obat, bagian koreksi, dan bagian penyerahan. Resep yang masuk bisa melalui perawat yang langsung memberikan kartu obat / resep / memo maupun melalui aerocom dari setiap ruangan. Khusus bagian aerocom, bertugas untuk menerima kartu obat / resep / memo dari ruangan dan mendistribusikannya kembali ke setiap ruangan melalui aerocom. Aerocom merupakan suatu alat transportasi antar ruang dengan sistem pneumatic tube, yang dapat mengirimkan obat ke ruangan yang dituju dengan cepat.Di satelit farmasi rawat inap, peran apoteker secara professional adalah dalam proses skrining. Apoteker berperan untuk memastikan apakah obat yang diberikan aman (mengecek apakah ada interaksi antar obat satu dengan obat lain, tidak overdose), efektif (tidak underdose) serta tepat (obat diberikan sesuai dengan indikasi, tidak ada duplikasi obat). Jika obat yang diresepkan tidak rasional (aman, efektif dan tepat), apoteker harus segera menghubungi dokter. Dan jika obat yang diminta tidak tersedia di satelit farmasi rawat inap maka asisten apoteker akan meminta petugas yang khusus melakukan pemesanan untuk memesan obat tersebut ke gudang atau meminta ke satelit rawat jalan (farmasi timur).

Setelah dilakukan proses skrining dan validasi, maka selanjutnya dilakukan proses filling obat ke dalam embalage dan dikoreksi terlebih dahulu sebelum diserahkan kepada perawat. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 58 tahun 2014, Apoteker berkewajiban untuk meminimalkan medication error dengan melakukan pengecekan terhadap obat-obat sebelum diserahkan kepada perawat antara lain mengecek apakah obat yang diberikan sesuai dengan resep (meliputi bentuk sediaan, kekuatan, jumlah dan ukuran yang diminta), etiket dan label sesuai serta perhatian untuk obat-obat khusus (seperti pemberian es batu untuk sediaan yang perlu disimpan dalam suhu khusus).Dalam tahap penyerahan obat, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian, dimana Apoteker perlu menyampaikan informasi mengenai indikasi obat, cara dan waktu pemakaian (terutama untuk antibiotik, obat dengan indeks terapi sempit, dan obat high alert) serta cara penyimpanan obat.Berdasarkan observasi selama di stase satelit farmasi rawat inap, apoteker tidak selalu berada di satelit farmasi rawat inap untuk melakukan skrining, begitu pula tahap koreksi dan penyerahan obat. Hal ini menunjukkan bahwa peran apoteker secara fungsional belum sepenuhnya dilakukan. 3.1.2 Sarana dan Prasarana Satelit Farmasi Rawat InapSatelit farmasi rawat inap Rumah Sakit Bethesda memiliki layout perbekalan farmasi yang diletakkan di dalam lemari dengan rak bersusun. Obat oral, obat luar, injeksi dan alat kesehatan diletakkan pada tempat yang berbeda (dipisah). Penataan obat-obat diatur berdasarkan bentuk sediaan, farmakologi, alfabetis, suhu penyimpanan, serta undang-undang. Pada lemari penyimpanan obat terdapat angka-angka penomoran di setiap rak, juga adanya katalog obat untuk mempermudah pencarian letak obat. Obat dengan merk yang sama dan mempunyai kekuatan yang berbeda, pada kotak obat diberikan tanda berupa tulisan I of II atau II of II sesuai ketersediaan jumlah obat, penandaan ini mempunyai arti bahwa terdapat dua obat dengan nama paten / dagang yang sama yang memiliki 2 kekuatan yang berbeda sehingga untuk menghindari kesalahan pengambilan maka letaknya tidak didekatkan melainkan diberi pembatas dengan obat lain. Ada pula informasi perhatian agar berhati-hati dalam pengambilan obat seperti: poster BO3 (Baca obat pada saat mengambil, Baca obat pada saat memasukkan ke dalam embalase, dan Baca obat pada saat mengembalikan ke rak obat), penegasan beberapa obat yang look alike sound alike (LASA) dengan menempelkan peringatan di rak obat, misalnya seperti Pastikan torasic atau orasic, untuk meminimalkan kejadian medication error. Pada lemari obat-obat kardiovaskuler terdapat peringatan PERHATIAN!. Obat-obat jantung, anti hipertensi dan obat antidiabetika oral terdapat peringatan seperti BELAJARLAH UNTUK TIDAK MEMBAHAYAKAN PASIEN. Di satelit farmasi rawat inap terdapat 6 komputer yang digunakan dalam proses validasi, entry, dan labelling.

Terdapat dua almari pendingin (cooler) dengan suhu yang berbeda yaitu 2C - 8C dan 15C - 25C untuk obat-obat yang harus disimpan pada suhu tertentu sehingga saat obat didistribusikan kepada pasien harus diberi perlakuan khusus, misalnya diletakkan dalam steroform dan pemberian etiket disimpan di lemari es. Namun dalam pelaksanaannya tidak didistribusikan dalam steroform, hanya diberi etiket disimpan dilemari es, sehingga kemungkinan terjadi penyimpangan suhu dari yang ditetapkan selama jeda waktu dari penyiapan sampai obat tersebut sampai di farmasi bangsal untuk kemudian dimasukkan kembali ke lemari pendingin.

Obat-obat yang termasuk dalam golongan narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari tersendiri. Psikotropika yang rawan disalahgunakan disimpan dalam lemari tertutup sedangkan untuk psikotropika yang lainnya disimpan dirak etalase. Semua narkotika disimpan dalam lemari khusus dengan pintu ganda dengan kunci yang berbeda. Narkotika dan psikotropika disertai dengan kartu stok untuk menuliskan jumlah obat yang masuk maupun keluar disertai dengan tanggal, jumlah obat masuk/keluar, jumlah sisa obat, nama pasien, nomor rekam medis, ruangan, dokter penulis resep serta nama karyawan yang mengambil obat tersebut. Petugas yang dapat melayani narkotika dan psikotropika slow moving adalah petugas khusus yang memiliki kewenangan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 pasal 14 ayat 1 tahun 2009, dinyatakan bahwa narkotika wajib disimpan secara khusus, hal ini juga didukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 1978 pasal 5 dan 6, narkotika disimpan dalam sebuah lemari khusus dari kayu yang harus mempunyai kunci yang kuat, dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.

Pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan oleh petugas. Petugas mengumpulkan laporan penggunaan psikotropika dan narkotika ke Kepala Instalasi Farmasi Rumah sakit. Kepala Instalasi Rumah sakit kemudian melaporkan setiap penggunaan psikotropika dan narkotika ke Kepala Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan Provinsi serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dengan sepengetahuan Direktur Rumah sakit. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang menyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya.

Berikut merupakan denah satelit farmasi rawat inap:

Keterangan :

Gambar 14. Denah satelit farmasi rawat inapEmbalage (pengemas) yang digunakan dalam pelayanan berupa 3 macam kantong klip plastik, yaitu:

Warna transparan putih untuk obat dengan rute oral dengan kemasan (blister/strip). Warna transparan biru untuk obat luar dengan rute non oral dengan kemasan diberikan tanda obat luar. Warna coklat tua untuk obat oral lepasan atau tanpa kemasan blister/strip dan obat racikan kapsul, disertai dengan silika gel untuk mencegah obat menjadi lembab.

Rumah Sakit Bethesda juga menggunakan stiker yang ditempelkan pada pemberian obat-obat yang memerlukan perhatian (penggunaan maupun penyimpanan), misalnya untuk obat-obat High Alert seperti LASA, Insulin, Elektrolit kosentrasi tinggi, Sitostatika dan Narkotika. Untuk obat-obat yang penyimpanannya di lemari es maka pada embalage diberikan stiker disimpan di lemari es, sediaan cair diberikan stiker kocok dahulu. Alur Pengadaan Farmasi Rawat InapPengadaan perbekalan farmasi di farmasi rawat inap dilakukan berdasarkan pola peresepan dokter dan sistem konsumsi dimana obat-obat atau alat kesehatan yang jumlahnya menipis atau habis akan dilakukan IR (internal requisition) ke bagian gudang logistik. Dalam pengelolaan perbekalan farmasi di IFRS rawat inap Rumah Sakit Bethesda, pengecekan jumlah obat atau alkes pada rak dan mengirim IR ke bagian gudang logistik dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-09.00 WIB setiap hari. IR akan diterima oleh petugas gudang logistik kemudian dibuatkan DO. Petugas gudang logistik akan mengecek persediaan obat yang ada di gudang logistik berdasarkan DO dan disiapkan untuk dikirim ke instalasi rawat inap. Pengiriman obat atau alkes yang diminta dan DO dilakukan pada jam 10.00-12.00. Kesalahan dalam pengiriman dihindarkan dengan cara, petugas instalasi rawat inap mencocokkan daftar obat atau alkes yang ada pada DO dengan barang yang telah dikirim kemudian diletakkan pada rak masing-masing obat atau alkes. Pengelolaan inventory pada Satelit Farmasi Rawat Inap dilakukan dengan stock opname/stock take yang diadakan 3 bulan sekali.3.1.3 Alur Pelayanan CITO dan Reguler Satelit Farmasi Rawat InapAlur pelayanan di Satelit Farmasi Rawat Inap secara umum dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 15. Alur pelayanan resep di satelit farmasi rawat inapPenjelasan alur pelayanan resep adalah:

1. Kartu obat, resep atau memo yang datang ke Satelit Farmasi Rawat Inap dapat berasal dari aerocom atau dibawa langsung oleh perawat. Resep CITO dan pasien pulang harus didahulukan

2. Dilakukan proses validasi, verifikasi, entry, labelling menggunakan komputer kecuali untuk ICU karena kebutuhannya yang dianggap sebagai CITO dan harus segera diberikan

3. Dilakukan proses entry, kemudian dilakukan filling dan koreksi. Proses filling dengan menyiapkan obat-obat yang diletakkan dalam baki warna merah muda yang menandakan resep CITO atau pasien pulang dan baki biru untuk pasien reguler.4. Petugas farmasi akan menghubungi perawat untuk mengambil perbekalan farmasi yang telah disiapkan di Satelit Farmasi Rawat Inap atau menelpon ruangan yang bersangkutan untuk memberitahukan bahwa perbekalan farmasi yang dipesan akan dikirimkan lewat aerocom.Pelayanan di satelit farmasi rawat inap dibagi menjadi 2 pelayanan yaitu pelayanan CITO yang ditandai dengan baki bewarna merah muda dan regular yang ditandai dengan baki bewarna biru. Untuk pelayanan CITO ditujukan untuk keadaan yang membutuhkan kecepatan pelayanan yang singkat dan harus didahulukan sedangkan untuk regular tidak dibutuhkan pelayanan yang mendesak. Pelayanan CITO ditujukan untuk pasien yang sangat membutuhkan obat dalam waktu singkat (segera) dan untuk pasien pulang. Batas minimal waktu yang diperlukan untuk melayani resep CITO yakni 30 menit.Retur atau pengembalian obat dari bangsal dapat dilakukan bila obat dihentikan oleh dokter, pasien meninggal, pasien pulang atas persetujuan dokter atau pulang atas permintaan sendiri. Prosedur retur obat adalah sebagai berikut :

1. Perawat dari bangsal membawa dan menyerahkan obat yang diretur beserta dengan nota retur obat dan memberikan alasan melakukan retur obat

2. Petugas farmasi akan memeriksa jumlah, jenis dan kondisi obat yang diretur dan melakukan entry data ke komputer

3. Petugas farmasi kemudian menulis obat-obat yang diretur pada kolom retur kartu obat.

3.1.4 Evaluasi3.1.4.1 Sumber Daya Manusia

Apoteker

1. Apoteker yang ditunjuk untuk bertugas di rawat inap juga memiliki tugas di tempat lain sehingga Apoteker tidak selalu berada di Satelit Farmasi Rawat Inap untuk melakukan skrining. Resep yang masuk hanya divalidasi oleh asisten apoteker. Begitu pula pada tahap koreksi.2. Dalam penyerahan obat, Apoteker perlu menyampaikan informasi mengenai indikasi obat, cara dan waktu pemakaian (terutama untuk antibiotik, obat dengan indeks terapi sempit, obat high alert serta cara penyimpanan obat. Pada Satelit Farmasi rawat inap, penyerahan obat dilakukan oleh asisten apoteker sehingga tidak adanya pemberian informasi dari apoteker untuk perawat. Jika terjadi ketidaktahuan penggunaan obat, maka biasanya perawat di bangsal akan menanyakan kepada apoteker melalui telepon.3. kewenangan apoteker dalam hal skrining resep, pemberian intervensi, penggantian obat atas persetujuan dokter, seharusnya tidak dapat didelegasikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian. Untualak penyerahan dan pelayanan informasi obat alangkah lebih baik jika dilakukan langsung oleh apoteker. Namun, di unit rawat inap RS Bethesda, dikarenakan hanya terdapat 1 Apoteker di setiap shift nya, sehingga Apoteker mendelegasikan pekerjaan kefarmasian seperti skrining resep, penyerahan dan pelayanan informasi obat juga dilakukan oleh Asisten Apoteker. Bahkan kadang-kadang penggantian obat juga dilakukan oleh asisten apoteker.Asisten apoteker

1. asisten apoteker hanya memiliki wewenang membantu apoteker dalam hal melakukan pekerjaan kefarmasian terkait pengadaan, penyiapan obat, penyimpanan dan pengendalian mutu. Asisten apoteker seharusnya tidak memiliki wewenang dalam melakukan skrining dan review resep, penggantian obat dan pemberian intervensi karena hal tersebut merupakan kompetensi apoteker.k membuat pasien dan perawat menunggu lama.2. Asisten apoteker dapat membantu dalam hal meracik obat racikan sehingga pelayanan bisa lebih cepat sehingga tidak membuat pasien dan perawat menunggu obat terlalu lama.Reseptir

1. reseptir telah melakukan tugas sesuai wewenangnya dalam meracik obat. Namun, kadang-kadang reseptir juga melakukan pekerjaan di area aerocom atau membantu di bagian mengangkut barang sehingga pembuatan obat racikan biasanya tidak langsung dikerjakan sehingga tertumpuk sampai banyak terlebih dahulu sehingga memperlama waktu penyerahan obat ke pasien.3.1.4.2 Sarana dan prasarana (Machine)Satelit farmasi rawat inap memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam melakukan pelayanan dan pekerjaan kefarmasian. Tempat pelayanan di farmasi rawat inap sudah sesuai dengan permenkes RI no. 58 tahun 2014 yaitu menyatu dengan sistem pelayanan rumah sakit, berada di dalam rumah sakit bethesda namun terpisah dari fasilitas lain untuk penyelenggaraan managemen, pelayanan langsung kepada pasien, peracikan, produksi dan laboratorium mutu. Di satelit farmasi rawat inap sendiri, ruangan untuk penerimaan resep dan peracikan berada terpisah.

Peralatan-peralatan yang tersedia di satelit rawat inap adalah:

a. peralatan untuk peracikan obat non steril

b. peralatan kantor untuk administrasi dan arsip

c. sistem komputer untuk mengentry resep dilengkapi SIM RS Bethesda untuk mengirim IR atau DO ke bagian logistik atau satelit pelayanan yang lain.

d. kepustakaan untuk mendukung pemberian informasi obate. lemari dan rak penyimpanan obat

f. lemari penyimpanan khusus untuk narkotika

g. lemari pendingin untuk obat-obatan yang harus disimpan pada suhu penyimpanan di bawah 25o C.

h. Pendingin ruangan untuk mempertahankan suhu ruangan

i. Termometer ruangan maupun di dalam lemari pendingin

j. Penerangan lampu, sarana air, ventilasi, dan sistem pembuangan limbah yang memadaik. Aerocom untuk mempercepat pengantaran resep dari bangsal ke Satelit Farmasi rawat inap ataupun pengantaran obat ke bangsal sehingga meningkatkan waktu peyerahan obat ke bangsal. Sarana dan prasarana yang tersedia di satelit farmasi rawat inap sudah efektif dan efisien dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari segi kebersihan, tempat pelayanan di satelit rawat inap selalu terjaga kebersihannya karena selalu rutin dibersihkan oleh petugas kebersihan, peralatan-peralatan di ruang racik juga terjaga kebersihannya karena sebelum dan sesudah meracik selalu dibersihkan dan dirapikan oleh reseptir.

3.1.4.3 Alur pelayanan (Material and Methode)

1. Tata letak obat sudah baik dengan disusun berdasarkan kelas farmakoterapi namun urutan abjad di setiap rak kelas farmakoterapi masih perlu diperbaiki atau diurutkan dengan benar.

2. Dalam sistem distribusi, satelit farmasi rawat inap juga menggunakan sistem ODD (One Daily Dose) dimana pendistribusiannya berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis sehari yang akan digunakan oleh pasien tersebut. Namun terdapat berbagai kendala dalam sistem pendistribusian ini yaitu jadwal visite dokter yang tidak tetap sehingga waktu sistem distribusi ODD sering terlambat dan sistem ODD ini sangat tergantung oleh adanya apoteker di bangsal sedangkan jumlah apoteker di RS Bethesda masih terbatas. Untuk menambah SDM apoteker memang diperlukan, namun tidak mungkin menambah apoteker sebanyak jumlah bangsal yang ada di RS Bethesda sehingga perlu adanya suatu sistem terkomputerisasi dari setiap bangsal yang terhubung ke komputer di satelit rawat inap sehingga dapat mengentry obat yang diperlukan oleh masing-masing pasien di setiap bangsal dan dapat diketahui oleh apoteker atau petugas di farmasi rawat inap sehingga obatnya bisa disiapkan dan sistem ODD berjalan lancar.3. Waktu pelayanan yang paling lama biasanya terdapat di bagian koreksi. Baki yang sudah ditumpuk di tempat koreksi tidak cepat dikoreksi oleh asisten apoteker. Hal ini karena petugas koreksi yang tidak standby di tempat koreksi karena petugas tersebut juga harus merangkap di bagian lain seperti bagian entry data di komputer. Untuk mengatasi masalah ini, maka harus disusun jadwal tetap masing-masing karyawan yang prioritas berada di depan komputer untuk entry data atau prioritas di meja koreksi sehingga tidak ada petugas yang merangkap kerja mengentry data dan mengoreksi sekaligus agar sistem berjalan sesuai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada.4. Untuk resep CITO, petugas koreksi masih sering menunda dalam mengkoreksi hasil filling padahal obat harus diserahkan dalam waktu yang cepat. Petugas koreksi harus lebih memprioritaskan resep CITO untuk pasien yang perlu menggunakan obatnya segera atau pasien yang ingin pulang.5. Untuk penyerahan obat beberapa obat termolabil yang disimpan pada suhu