3

Click here to load reader

BAB 3er

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ert

Citation preview

Page 1: BAB 3er

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien Tn. VK Usia 29 tahun, datang dengan keluhan luka robek pada pergelangan

tangan kanan, yang dialami ± 45 menit SMRS. Awalnya pasien memukul kaca lemari makanan

dengan tangan kanan sehingga menyebabkan luka pada pergelangan tangan kanan. Pasien sudah

dibawa ke RSKD untuk mendapat pertolongan namun luka belum dijahit dan dirujuk ke RSU.

Pasien dalam pengaruh alcohol, mual (-), muntah (-), pingsan (-), amnesia retrogat (-).

Dari pemeriksan primary survey maupun secondary survey, ditemukan vulnus laceratum

pada region anthebrachii dextra ukuran 4x6x2 cm dasar tulang, tendon lepas. Adanya

keterbatasan saat melakukan gerakan flexi jari IV dan V

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa darah rutin ditemukan adanya trombosit

normal (197.000/mm3), Hb 12,0 g/dL, dan leukositis (5.900/mm3).

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka pasien didiagnosis dengan:

Vulnus Laceratum regio anthebrachii Dextra

Ruptur tendon + nervus ulnaris + nervus medianus + arteri ulnaris

Penanganan cedera pada tendon fleksor

1. Pada cedera tendon yang < 50 persen. Debridement + Immobilisasi tanpa reparasi

2. Pada cedera tendon yang > 50 persen. Debridement +Reparasi+Immobilisasi, teknik

reparasi tendon menurut zona yaitu:

- Zona 1 : teknik Penjahitan inti dan teknik Penjahitan pull out suture

- Zona 2,3,4 : teknik penjahitan modifikasi strickland pada teknik Kessler

- Zona 5 : teknik Penjahitan figure of eight dan teknik Penjahitan Matrass

Pada pasien ini kemungkinan terjadi cedera >50 persen dan telah dilakukan debridement dan

jahit situasi di UGD untuk menghentikan perdarahan dan pasien dirawat untuk dilakukan

tindakan selanjutnya yaitu di debridement dan reparasi oleh dokter ahli tetapi pasien menolak

tindakan medis selanjutnya.

Jika pasien tidak menolak tindakan yang akan dilakukan maka kemungkinan untuk sembuh

kembali akan tercapai. Proses penyembuhan terjadi melalui 3 tahap yakni fase inflamasi, reparasi

Page 2: BAB 3er

dan remodelling. Setelah penjahitan tendon, respon inflamasi merangsang pembentukan jaring

fibrin dan migrasi makrofag serta sel inflamasi lainnya ke lokasi perbaikan. Sel-sel ini kemudian

melepaskan faktor pertumbuhan dan faktor kemotaktik. Dalam 2 cm sekitar perbaikan, sel-sel

dalam epitenon berproliferasi dan bermigrasi ke lokasi perbaikan. Regangan pada fase ini sama

dengan regangan pada rekonstruksi. Fase inflamasi berlangsung 0 – 14 hari.

Fase reparasi berlangsung sekitar 28 hari (minggu ke 2 – 6) setelah fase inflamasi. Fase ini

ditandai secara primer oleh pembentukan kolagen terus menerus, yang membentuk pembungkus

dinamis pada tempat perbaikan. Neovaskularisasi terjadi dari sumber intrinsik dan ekstrinsik.

Fase berikutnya adalah remodelling yang ditandai oleh remodelling kolagen dan penurunan

kecepatan proliferasi sel. Peningkatan regangan tendon dilaporkan konsisten dengan struktur

kolagen fibrin remodelling dan revaskularisasi. Fase ini berlangsung setelah minggu ke-6.