13
BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Analisis Karakteristik Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Hipertensi berdasarkan La Londe dan Hendri L.Blum Berdasarkan data terjadi peningkatan angka kesakitan hipertensi pada tahun 2014 hal ini disebabkan dari berbagai sebab, diantaranya faktor perilaku, lingkungan, psiko-sosio-biologi/ genetik, dan pelayanan kesehatan atau menurut teori segitiga epidemiologi host, agent, dan environment. 4.1.1. Faktor Psiko-Sosio-Bio-Genetik a.Jumlah kejadian hipertensi terbanyak pada umur 60-69 tahun yaitu sebesar 34,5% (2119 kasus). Hal ini dikarenakan umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, resiko tekanan hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di 49

BAB 4 hipertensi hilman.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 4 hipertensi hilman.docx

BAB 4

PEMBAHASAN

1.1. Analisis Karakteristik Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian

Hipertensi berdasarkan La Londe dan Hendri L.Blum

Berdasarkan data terjadi peningkatan angka kesakitan hipertensi pada tahun

2014 hal ini disebabkan dari berbagai sebab, diantaranya faktor perilaku, lingkungan,

psiko-sosio-biologi/ genetik, dan pelayanan kesehatan atau menurut teori segitiga

epidemiologi host, agent, dan environment.

1.1.1. Faktor Psiko-Sosio-Bio-Genetik

a. Jumlah kejadian hipertensi terbanyak pada umur 60-69 tahun yaitu

sebesar 34,5% (2119 kasus). Hal ini dikarenakan umur mempengaruhi

terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, resiko tekanan

hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di

kalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian

sekitar di atas 65 tahun (Depkes, 2006).

b. Jumlah kejadian hipertensi berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja

Puskesmas Sukorame terbanyak adalah perempuan. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Boedhi Darmojo, dkk tahun 1989

menemukan bahwa prevalen hipertensi pada perempuan (16,0%)

lebih besar daripada laki-laki (13,6%). Begitu pula di berbagai

daerah di Indonesia ditemukan bahwa perempuan mempunyai

49

Page 2: BAB 4 hipertensi hilman.docx

50

prevalen hipertensi lebih besar daripada laki-laki (Darmojo, 1994).

Para peneliti menghubungkan hal tersebut terhadap penurunan

hormone estrogen sepanjang monopouse yang dimulai setelah umur

mencapai kira-kira 50 tahun. Estrogen dihubungkan dengan tingkat

HDL yang lebih tinggi dan LDL yang lebih rendah (Soeharto, 2002.

4.1.2 Faktor Perilaku

a. Perilaku masyarakat yang tidak merokok dalam rumah adalah

sebesar 66,4%. Perilaku ini juga memiliki pengaruh terhadap angka

kejadian Hipertensi. Menurut Winniford (1990) dalam Hasudungan

(2002) lebih jauh mengatakan bahwa efek merokok akan

meningkatkan kadar asam bebas lemak dalam plasma yang dapat

mengurangi jumlah kadar lemak HDL. Selain itu merokok juga akan

menghadirkan LDL, yang sebagai kolesterol jahat, yang akan

menyebabkan penyempitan arteri akibat terjadinya penumpukan

kolesterol pada dinding arteri dan hal inilah yang menyebabkan

terjadinya hipertensi .

c. Perilaku masyarakat yang melakukan diet tinggi sayur dan buah-

buahan adalah sebesar 100%. Perilaku ini juga memiliki pengaruh

terhadap angka kejadian Hipertensi. Dimana konsumsi lebih banyak

buah-buahan dan sayuran segardapat menaikkan kadar kalium. Dari

hasil di Jepang dan beberapa penelitian intervensi ada petunjuk bahwa

intervensi nonfarmakologis dan modifikasi gaya hidup semacam

Page 3: BAB 4 hipertensi hilman.docx

51

diatas dapat menurunkan tekanan darah dalam waktu panjang

(Karhiwikarta 1998).

4.1.3 Faktor Pelayanan Kesehatan

Dari segi pelayanan kesehatan, di puskesmas Sukorame belum memadai.

Terlihat dari 5 kelurahan, jumlah penduduk pada tahun 2014 yaitu 48.697 jiwa.

Untuk tenaga kesehatan terdapat 7 orang spesialis, 9 orang dokter umum dan 13

orang dokter gigi, gizi 1 orang, bidan 15 orang, perawat kesehatan sebanyak 21

orang, sanitarian sebanyak 1 orang, tenaga kefarmasian 2 orang, tenaga

kesehatan masyarakat 1 orang, dan tenaga teknisi medis 3 orang. Jika

dibandingkan dengan rasio ideal berdasarkan Indikator Indonesia Sehat 2010

yaitu 40 dokter per 100.000 penduduk, maka jumlah dokter umum masih perlu

ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang

optimal kepada seluruh masyarakat.

4.2 Upaya-Upaya Pencegahan Penyakit Hipertensi

4.2.2 Pencegahan Primer

1. Penyuluhan tentang faktor-faktor resiko penyakit hipertensi.

2. Meningkatkan pembinaan pola hidup sehat.

3. Makan cukup sayur dan buah

4. Diet rendah garam dan lemak

5. Tidak merokok dan istirahat yang cukup serta rajin olahraga

6. Mengendalikan stress dan olahraga teratur

Page 4: BAB 4 hipertensi hilman.docx

52

3.3.2 Pencegahan Sekunder

1. Pemeriksaan berkala: pengukuran tekanan darah dan mengendalikan tensi

secara teratur dan tetap stabil.

2. Pengobatan segera

3. Menghindari komplikasi

4. Memperkecil efek samping pengobatan

5. Menghindari faktor-faktor resiko hipertensi

3.3.3 Pencegahan Tersier

1. Menurunkan tekanan darah ketingkat normal

2. Mencegah memberatnya hipertensi sehingga tidak menimbulkan kerusakan

pada jaringan tubuh

3. Memulihkan kerusakan organ dengan obat antihipertensi

4. Melakukan penanganan tepat dan cepat, menghindari kecacatan dan

kematian akibat hipertensi tidak terkendali.

Page 5: BAB 4 hipertensi hilman.docx

53

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Hipertensi merupakan rangking kedua dari 10 penyakit terbanyak di

Puskesmas Sukorame tahun 2014

2. Pasien hipertensi berdasarkan jenis kelamin didapatkan pasien perempuan.

lebih banyak dibandingkan laki – laki

3. Pasien hipertensi berdasarkan usia lebih banyak terjadi pada rentang usia 60-

69 tahun .

4. Faktor yang mempengaruhi tingginya angka kejadian hipertensi adalah faktor

bio-psiko-sosial-genetik, faktor perilaku, serta faktor pelayan kesehatan.

5. Untuk melakukan pencegahan penyakit hipertensi dapat dilakukan dengan tiga

tingkat pencegahan penyakit (three level of prevention), yakni pertama yaitu

dengan pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahaan tersier.

Melalui salah satu strategi program pemberantasan penyakit.

1.2. Saran

1.2.1. Bagi instansi terkait (Puskesmas Sukorame)

Upaya penyuluhan petugas kesehatan yang sudah ada hendaknya

dilakukan lebih tepat sasaran sampai masyarakat betul-betul memahami akan

Page 6: BAB 4 hipertensi hilman.docx

54

pentingnya pentingnya faktor-faktor resiko penyakit hipertensi, komplikasi

hipertensi, dan perilaku hidup sehat untuk mencegahnya

1.2.2. Bagi masyarakat

Diharapkan lebih meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

sehingga dapat mencegah maupun meminimalkan dampak dari penyakit hipertensi.

Page 7: BAB 4 hipertensi hilman.docx

55

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrochim, Imam Parsoedi. Epidemiologi hipertensi ; dalam naskah symposium

hipertensi. FK UGM. 1982.

Andrews, Marcia; Johnson, Peter H.; Wittig, Pat (Ed). 1996. Segala Sesuatu yang perlu

Anda Ketahui: Diseases Penyakit. Terj:Mangku Sitepoe. Jakarta: PT. Gramedia.

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular: Solusi pencegahan dari

Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: PT Alex media Komputindo.

Astawan. M. 2005. cegah Hipertensi dengan Pola Makan. Pusat data dan

Informasi.Departemen Kesehatan RI.

Azwar, A. 1999. Pengantar Epidemiologi. Edisi revisi. Jakarta. Bina Rupa Aksara.

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Depkes RI. 1997. Survei Kesehatan

Rumah tangga (SKRT) 1995. Jakarta: Badan Litbangkes.

Sukernas, Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004 Vol.2. Status Kesehatan

Masyarakat Indonesia. Jakarta: Badan Litbangkes.

Black, Henry R. 1992. Cardiovaskular Risk Faktor dalam yale University School ofm

Medicine Heart Book. w ww.m e d . y a l e . e du/lib ra r y /h ear tbk/3.pd f .

Blum, HL. 1981. Planning for Health Development and Application at Socialm

Change Theory. Human Sciences Press, New York : 462.

Bustan, MN. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Bustan,

Page 8: BAB 4 hipertensi hilman.docx

56

M.N & Nur, Sofyan. 1999. Analisis Surveilan Hipertensi di Desa Ujung Kecamatan

Dua Boccoe Kabupaten Bone. Jakarta: Majalah Kesehatan Masyarakat

Indonesia, Vol. XXVII No.1.

Chobanian A, Bakris G, et al. 2003 The Seventh report of The Joint National Committee

on Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. JAMA

289 (19) : 2560.

Collins R, Peto R, et al. 1990. Blood pressure, stroke, and coronary heart disease.

Part 2, Short term reductions in blood pressure: overview of randomised drug

trial in their epidemiological context. Lancet 335 (8693) : 827-38.

Dahlan S. 2004. Statistika Untuk kedokteran dan kesehatan: Uji Hipotesis dengan

menggunakan SPSS program 12 jam. Jakarta: PT Arkans Entertainment and

Education in Harmony.

Departemen kesehatan RI. 2001. Modul Pelatihan Konseling Kesehatan dan Gizi

Bagi usia Lanjut Untuk Petugas Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Teknis Penemuan dan Tatalaksana

Penyakit Hipertensi. Jakarta: Direktorat pengendalian Penyakit Tidak Menular

Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Surveilans Epidemiologi Penyakit

jantung dan Pembuluh darah. Jakarta: Direktorat pengendalian Penyakit Tidak

Menular Departemen Kesehatan RI.

Page 9: BAB 4 hipertensi hilman.docx

57

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit

Jantung Di Masyarakat. Jakarta: Direktorat pengendalian Penyakit Tidak

Menular Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Metode Pencegahan dan Penanggulangan Faktor

Resiko Diabetes Melitus. Jakarta: Direktorat pengendalian Penyakit Tidak

Menular Departemen Kesehatan RI.

Darmodjo dan Tim Monica. 1991. Proyek MONICA di Jakarta: Suatu Penelitian

penyakit jantung koroner di Komunitas. Jakarta. Medika April, vol 17 No.4.

Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. 2007. Laporan Surveilans LB1 berdasarkan

Puskesmas dan Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Sakit. Jakarta: Dinas Kesehatan

Propinsi DKI Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Jantung

Di Masyarakat, Jakarta: Direktorat pengendalian Penyakit Tidak Menular

Departemen Kesehatan RI.