6
BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab pembahasan akan dilakukan penjelasan dari asuhan keperawata secara teoritis dengan tinjauan kasus yang ditemukan kelompok di Rumah Sa dr. Mohammad Soewandhie Surabaya pada tanggal 10 Mei 2015. 4.1 Pengkajian elompok melakukan pengkajian pada !y. pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 0".00. Pasien masuk di #$% pada tanggal 10 Mei 2015 dengan diagnosa Medis $hest Pain& Shock Septik dan Pneumonia. 4.2 Identitas !y. berjenis kelamin perempuan. %sia '5 tahun& hal ini ses tinjauan pustaka bahwa salah satu (aktor pencetus pada penyakit pneumo adalah usia& yang nantinya dipengaruhi oleh sistem imun dan menurunnya (ungsi (isiologis pada tubuh. Pasien beragama islam& sudah menikah& su )awa *angsa #ndonesia. Pendidikan terakhir !y. SM+ dan pekerjaan ibu rumah tangga& beralamat di Surabaya. ,aktor lingkungan dapat memengaru prosentase angka kejadian pneumonia. 4.3 Riwayat Kesehatan 1. Kelhan !ta"a Pada tinjauan pustaka keluhan utama ber-ariasi& tergantung dari kum penyebab& yaitu secara garis besar keluhannya sesak& demam menggig !amun& pada tinjauan kasus keluhanutama tidakterkaji. al ini dikarenakan keluhan utama merupakan data subjekti(& sedangkan pasie dalam kondisi 2. Riwayat Penyakit Seka#ang

BAB 4 ready

Embed Size (px)

DESCRIPTION

BAB 4 ready

Citation preview

BAB 4PEMBAHASAN

Pada bab pembahasan akan dilakukan penjelasan dari asuhan keperawatan secara teoritis dengan tinjauan kasus yang ditemukan kelompok di Rumah Sakit dr. Mohammad Soewandhie Surabaya pada tanggal 10 Mei 2015.

4.1 PengkajianKelompok melakukan pengkajian pada Ny. K pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 09.00. Pasien masuk di ICU pada tanggal 10 Mei 2015 dengan diagnosa Medis Chest Pain, Shock Septik dan Pneumonia.

4.2 IdentitasNy. K berjenis kelamin perempuan. Usia 65 tahun, hal ini sesuai pada tinjauan pustaka bahwa salah satu faktor pencetus pada penyakit pneumonia adalah usia, yang nantinya dipengaruhi oleh sistem imun dan menurunnya fungsi fisiologis pada tubuh. Pasien beragama islam, sudah menikah, suku Jawa Bangsa Indonesia. Pendidikan terakhir Ny. K SMA dan pekerjaan ibu rumah tangga, beralamat di Surabaya. Faktor lingkungan dapat memengaruhi prosentase angka kejadian pneumonia.

4.3 Riwayat Kesehatan1. Keluhan Utama

Pada tinjauan pustaka keluhan utama bervariasi, tergantung dari kuman penyebab, yaitu secara garis besar keluhannya sesak, demam menggigil. Namun, pada tinjauan kasus keluhan utama tidak terkaji. Hal ini dikarenakan keluhan utama merupakan data subjektif, sedangkan pasien dalam kondisi

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada tinjauan kasus kelompok menjabarkan bagaiamna pasien bisa dibawa ke rumah sakit, penangana utama di rumah dan penanganan utama saat dilakuakan anamnesa di IGD.

3. Riwayat Penyakit DahuluPada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa pneumonia bukan merupakan penyakit akibat komplikasi, melainkan keadaan sakit yang disebabkan oleh bakteri, jamur dan protozoa.

Pada tinjauan kasus didapatkan pasien pernah mengalami penyakit Jantung dan belum pernah dilakukan perawatan, pasien tidak pernah kontrol ke poli jantung. 4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga, yang dikaji adalah adakah keluarga yang mengalami penyakit menahun, menurun ataupun menular terutama pada kelarga yang mengalami pneumonia.

Pada tinjauan kasus didapatkan keluarga pasien tidak ada yang mengalami pneumonia, melainkan riwayat hipertensi, penyakit jantung dan diabetes melitus.

5. Riwayat Alergi

Pneumonia menular melalui droplet, jadi bukan merupakan alergi sebagai penyebab utama pneumonia.

Pada tinjauan kasus didapatkan pasien tidak memiliki alergi dan bakat alergi pada makanan, minuman, cuaca, debu, serta obat-obatan.

4.4 Review Of System1. Keadaan Umum

Pada tinjauan pustaka dijabarkan bahwa keadaan umum pasien dengan pneumonia timbul setelah beberapa saat proses infeksi berlangsung. Setelah gejala awal seperti demam, dan batuk pilek, kemudian berlanjut timbul gejala nafas cuping hidung, dispnea bahkan hingga apneu. Suara nafas yang khas pada saat auskullatasi, ayitu rinkhi basah halus.

Pada tinajuan kasus Ny. K keadaan umum secara kualitatif somnolent, secara kuantitatif 3 X 6. Dengan tanda-tanda vital tekanan darah: 100/51 mmHg, Suhu: 36,9 C, Nadi: 118x/menit, RR: 27x/menit, MAP: 6. Pasien terpasang orofaringeal tube dan ETT dengan bantuan ventilator mode (S)CMV PEEP:10 cmH2o, Spo2: 76%. 2. Pemeriksaan Fisik

a. Airway

Pada tinjauan pustaka ditemukan akumulasi sputum akibat inflamasi trakea bronkial.

Pada tinjauan kasus ditemukan adanya sekret ketika dilakukan suctioning dan terdengar suara nafas tambahan rales. Pasien terpasang orofaringeal tube. Dengan demikian diagnosa keperawtan yang muncul adalah ketidakk efektifan bersihan jalan nafas.b. Breathing

Pada tinjauan pustaka dikemukakan bahwa ditemukakan gejala seperti batuk agak berat, sesak nafas dan takipnea.

Pada tinjauan kasus ditemukan pergerakan simetris, terdapat penggunaan otot bantu nafas, pernafasan cuping hidung, suara nafas rales, tidak dapat batuk. Irama pernafasan irreguler dengan RR: 35x/menit, SpO2 76%, dan terpasang ventilator (S)CMVdengan PEEP 10 cmH2O. Hasil Blood Gas Arteri pada tanggal 10 Mei 2015, PO2: 38,5 mmHg, PCO2: 43mmHg, Ph 7,28, SO2 64% CHCO3 20 mmol/L. Maka masalah keperawatan yang ada adalah gangguan pola nafas.

c. Circulation

Pada tinajuan pustaka yang terjadi adalah pasien mengalami takhikardia, pucat, CRT> 2 detik.

Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan akral teraba dingin, kering, kemmerahan. CRT pada ektremiitas atas dan bawah > 2 detik, terpasang CVP, dengan tekanan darah: 100/51 mmHg, Nadi: 118 x/menit, MAP: 67. Dengan demikian terdapat masalah keperawtaan gangguan perfusi jaringan.

4.5 Pemeriksaan PenunjangPada tinajuan pustaka pemmeriksaan penunjang yang dilakukan baik untuk mendiagnosa pneumonia ataupun sebagai untuk alternatf pemberian terapi selanjutnya yang akan diberikan, adalah dilakukannnya pemeriksaan:1. Darah lengkap

Ditemukan leukosit mengalami peningkatan, kadar trombosit menurun, hematokrit mengalami penurunan, LED meningkat dan terdapat anemia ringan.

2. C-reaktif Protein

Penilaian ini bertujuan untuk menilai respon infeksi dan inflamasi jaringan.

3. Uji serologis

Mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri yang memeiliki sensitivitas dan spesialitas.

4. Pemeriksaan Mikrobiologis

Untuk mendiagnosa apakah terjangit infeksi kuman yangdiambil dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru, atau pada umumnya diambil melalui usap tenggorok, sekret nasofaring bilasan bronkus darah, punksi pleura.

5. Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Terdapat infiltrat intersitial, infiltrat alveolar dan bronkopneumonia. Pada gambaran infiltrat ringan ada satu paru yang mengalami positif konsolidasi luas pada kedua paru.

Pada tinjauan kasus pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Kimia klinik pada tanggal 10 mei 20152. Darah Lengkap pada tanggal 9 mei 2015

3. Blood gas Arteri pada tanggal 10 mei 2015

4. GDA pada setiap 3 jam.

5. Pemeriksaan faal Ginjal

6. Foto Rontgen

4.6 Pemberian TerapiPada tinjauan pustaka pemeberian terpai yang dianjurkan adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan supportif (pemberian cairan, oksigen, koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit dan gula darah) untuk nyer dan demam dapat diberikan analgetik atau antipiretik.

Pada tinjauan kasus medikamentosa yang diberikan berupa vascon 300 melalui syringe pump, asering 100 cc/24 jam, nebulizer combivent dan bisolvon 20 tetes (fisioterapi dada dan suction), D5 75 cc melalui NGT, Levfloaxacin 1x500 mg secara IV, Anbacim 2 gr, tranfusi albumin 20%, Dopamin 10 melalui syringe pump, infus D40 3 flash, entramix 50 cc, infus sanmol 1 gr (S: >37,5) injeksi ranitidine 50 mg. Medika mendtosa yang diberikan kepada Ny. K bekan semata-mata mengobati pneumonia, melainkan juga penyakit penyerta lainnya.

4.7 Diagnosa Keperawatan

Pada tinjauan pustaka, diagnosa keperawtan yang muncul adalah: bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut, intoleransi aktivitas dan resiko tinggi kelebihan volume.

Sedangkan pada tinajuan kasus, masalah yang muncul pad atanggal 10 Mei 2015 adalah: ketidakefektifan bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, dan ketidakstabilan gula darah.

4.8 Evaluasi

Pada diagnosa pertama BAB 5

PENUTUP5.1 Simpulan

Dari tinjauan kasus gejala pada pneumonia meliputi demam, sesak, batuk pilek, kemudian berlanjut timbul gejala nafas cuping hidung, dispnea bahkan hingga apneu, pada hasil pemeriksaan auskultasi ditemukan suara khas rales (Ronchi Basah), pada kondisi lebih lanjut pasien dapat mengalami gangguan pertukaran gas akibat akumulasi sekret pada alveolus.

Sesuai dengan tinjauan pustaka pasien mengalami sesak, demam, dispneu dan ditemukan suara rales pada kedua lapang paru.

Diagnosa yang ditemukan pada pasien meliputi : ketidakefektifan bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan, dan ketidakstabilan gula darah.

5.2 Saran

Pneumonia mencangkup setiap keadaan radang paru dimana beberapa atau seluruh alveoli terisi dengan caian dan sel-sel darah. Dengan demikian, alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi cairan dan sel-sel menjadi terinfeksi. Dibutuhkan penanganan dengan terapi tepat dan tindakan suportif agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut seperti : syok septik hingga kematian.