102
BAB 47 PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I 10. JAWA BARAT

BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

BAB 47PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I

10. JAWA BARAT

Page 2: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah
Page 3: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I

10. JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5°50'-7°50' lintang selatan dan 104°4'-108°18' bujur timur, merupakan wilayah daratan yang berbatasan di sebelah utara dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, di sebelah Timur dengan Propinsi Jawa Tengah, di sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, dan di sebelah barat dengan Selat Sunda.

Wilayah Propinsi Jawa Barat mencakup areal seluas 43.177,22 kilometer persegi. Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Propinsi Jawa Barat antara lain meliputi areal hutan seluas 8.486 kilometer persegi atau 19,6 persen, areal alang-alang dan padang rumput seluas 432 kilometer persegi atau 1,0 persen, areal tegalan seluas 3.584 kilometer persegi atau 8,3 persen, areal perkebunan seluas 3.022 kilometer persegi atau 7,0 persen, areal kebun campuran seluas 8.160 kilometer persegi atau 18,9 persen, areal kolam dan tambak seluas 820 kilometer persegi atau 1,9 persen, areal pemukiman/perumahan seluas 3.368 kilometer persegi atau

471

Page 4: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

7,8 persen, dan areal lainnya seluas 15.305,22 kilometer persegi atau 35,4 persen dari seluruh luas wilayah.

Propinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan beragam topografi yang berupa dataran rendah, dataran tinggi, pegunungan, berbukit dan pulau-pulau kecil, yang berada pada ketinggian antara 0-3.300 meter di atas permukaan Taut. Wilayah ini memiliki per - airan umum yang berupa danau, sungai, dan waduk. Iklim daerah Jawa Barat termasuk tropis dengan curah hujan yang beragam antara 2.000-5.000 milimeter setiap tahun. Suhu udara beragam antara 9°Celsius-34°Celsius. Wilayah Jawa Barat mempunyai beberapa kawasan yang rawan terhadap bencana, yaitu gempa bumi, letusan gunung api, gerakan tanah, erosi tanah, banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan:

Lahan di Propinsi Jawa Barat sebagian besar telah dimanfaat- kan untuk kegiatan pertanian, permukiman, pertambangan, dan industri. Selain itu, wilayah ini memiliki sumber daya pertam- bangan, kelautan, lahan kering, dan perikanan yang potensial untuk dikembangkan.

Pada tahun 1990 penduduk Propinsi Jawa Barat berjumlah 35.520.400 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 823 jiwa per kilometer persegi. Daerah tingkat II yang terpadat penduduknya adalah Kotamadya Bandung dengan kepadatan rata-rata 25.548 jiwa per kilometer persegi, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Lebak dengan kepadatan rata-rata 281 jiwa per kilome- ter persegi. Penduduk yang tinggal di kawasan perkotaan berjum- lah 12.210.465 jiwa atau 34,50 persen dari jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk perkotaan di propinsi ini mengalami peningkatan yang cukup berarti dengan rata-rata laju pertumbuhan antara tahun 1971 dan 1990 sebesar 8,3 persen per tahun.

Pada tahun 1990 penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) di propinsi ini berjumlah 25.478.890 orang (72,01 persen).

472

Page 5: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Dari jumlah tersebut yang masuk ke dalam angkatan kerja seba-nyak 13.152.203 orang dan angkatan kerja yang bekerja berjumlah 12.718.594 orang. Dari seluruh angkatan kerja yang bekerja tersebut, sebagian besar terserap di sektor pertanian (37,17 persen). Sisanya terserap di berbagai sektor lain yaitu sektor indus-tri (23,44 persen) dan jasa (39,39 persen).

Propinsi Jawa Barat memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, tradisi, kesenian, dan bahasa. Masyarakat Jawa Barat terdiri dari berbagai suku antara lain Sunda, Jawa, dan Baduy, yang masing-masing memiliki kebudayaan dan adat istiadat sendiri. Penduduk propinsi ini seba-gian besar beragama Islam (98,3 persen), selebihnya beragama Kristen (1,0 persen), dan lainnya (0,7 persen).

Secara administratif, Daerah Tingkat I Jawa Barat terdiri atas 20 kabupaten/daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Pandeglang, Serang, Lebak, Tangerang, Bogor, Sukabumi, Cianjur, Cirebon, Kuningan, Indramayu, Majalengka, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, Bandung, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, dan Ciamis serta lima kotamadya daerah tingkat II, yaitu Kotamadya Bandung sebagai ibukota propinsi, Cirebon, Bogor, Sukabumi, dan Tanggerang. Dalam wilayah Daerah Tingkat I Jawa Barat terdapat enam kota administratif, yaitu Kota Administratif Cilegon, Depok, Bekasi, Cimahi, Tasikmalaya, dan Banjar, 526 wilayah kecamatan, serta 7.104 desa dan kelurahan. Sebagian dari Propinsi Jawa Barat, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi sangat erat kaitannya dengan DKI Jakarta dan tergabung dalam wilayah metropolitan Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek).

473

Page 6: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

II. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT DALAM PJP I

Perkembangan kependudukan di Propinsi Jawa Barat selama Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I menunjukkan telah menurunnya laju pertumbuhan penduduk dari 2,66 persen per tahun dalam periode tahun 1971-1980 menjadi 2,57 persen per tahun dalam periode 1980-1990. Namun, bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk di wilayah Jawa-Bali dan ditingkat nasional yang masing-masing sebesar 1,65 persen per tahun dan 1,97 persen per tahun dalam periode 1980-1990, laju pertumbuhan penduduk propinsi ini termasuk cukup tinggi.

Dalam PJP I pembangunan Propinsi Jawa Barat telah mening-kat dengan cukup berarti. Pada tahun 1990 produk domestik re -gional bruto (PDRB) nonmigas Propinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan tahun 1983 adalah sebesar Rp15.481.401 juta. Jika dilihat dari pangsa sumbangan sektoral terhadap pembentukan PDRB nonmigas, sektor perdagangan memberikan sumbangan yang tertinggi ( 23,80 persen), diikuti oleh sektor industri (23,70 persen) dan sektor pertanian (21,50 persen).

Dalam periode 1983-1990 laju pertumbuhan PDRB nonmigas tercatat sebesar 8,97 persen per tahun. Sektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi adalah sektor listrik, gas, dan air minum (20,50 persen), sektor bank dan lembaga keuangan lainnya (13,40 persen), dan sektor industri (8,20 persen).

PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 atas dasar harga konstan tahun 1983 mencapai Rp438 ribu. Dibandingkan dengan tahun 1983 yang besarnya Rp286 ribu, terjadi peningkatan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 6,26 persen per tahun.

Laju pertumbuhan perekonomian Daerah Tingkat I Jawa Barat yang cukup pesat tersebut didukung oleh laju pertumbuhan ekspor nonmigas rata-rata sebesar 32,79 persen per tahun antara tahun

474

Page 7: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

1987 dan 1992 dengan komoditas andalan tekstil dan produk teks- til, besi baja, sepatu, dan teh.

Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial telah menghasil -kan tingkat kesejahteraan sosial yang lebih baik yang ditunjukkan oleh berbagai indikator. Jumlah penduduk melek huruf meningkat dari 64,84 persen pada tahun 1971 menjadi 87,28 persen pada tahun 1990, angka kematian bayi per seribu kelahiran hidup turun dari 153 pada tahun 1971 menjadi 79 pada tahun 1990. Demikian pula, usia harapan hidup penduduk meningkat dari 44,6 tahun pada tahun 1971 menjadi 58,1 tahun pada tahun 1990.

Peningkatan kesejahteraan tersebut didukung oleh peningkatan pelayanan kesehatan yang makin merata dan makin luas jangkauannya. Pada tahun 1990 telah ada 93 unit rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur 12.292 buah, dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) serta puskesmas pembantu sebanyak 2.103 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 22,0 kilometer persegi dengan penduduk yang dilayani sebanyak 16.823 orang per puskesmas termasuk puskesmas pembantu. Keadaan ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan tahun 1972 dengan jumlah puskesmas baru mencapai 308 unit dengan jangkauan pelayanan mencakup luasan 140,2 kilometer persegi dan penduduk yang dilayani sebanyak 72.072 orang per puskesmas.

Tingkat pendidikan rata-rata penduduk Jawa Barat telah menunjukkan kemajuan yang berarti seperti diperlihatkan oleh angka partisipasi kasar sekolah dasar (SD) yang pada tahun 1992 telah mencapai 104,2 persen, dibandingkan tahun 1972 yang barn mencapai 57,7 persen. Tingkat partisipasi pendidikan ini didukung oleh ketersediaan sekolah yang makin meningkat. Pada tahun 1992 telah ada 24.875 unit SD yang berarti telah meningkat dibanding -kan dengan tahun 1972 yang baru berjumlah 9.636 unit. Pening -katan jumlah SD dan murid didukung oleh guru yang jumlahnya juga makin meningkat. Pada tahun 1992 tercatat 192.836 orang guru SD dan setiap guru SD melayani 30 murid.

475

Page 8: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tercermin pula dari makin berkurangnya jumlah penduduk miskin. Pada tahun 1990, penduduk miskin di Propinsi Jawa Barat berjumlah 4.786.478 orang atau sekitar 13,9 persen dari seluruh penduduk. Pada tahun 1984 penduduk miskin masih berjumlah 5.626.569 orang atau sekitar 18,5 persen dari jumlah penduduk.

Pembangunan daerah Jawa Barat didukung oleh pembangunan prasarana yang dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah tingkat I dan daerah tingkat II. Di bidang prasarana transportasi sampai dengan tahun 1992 telah dibangun dan ditingkatkan berbagai prasarana transportasi darat meliputi dermaga penyeberangan dan jaringan jalan yang mencapai 20.677 kilometer. Selain itu, juga telah dibangun jalan tol seperti jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi), Jakarta-Cikampek, Jakarta-Merak, dan Padalarang-Cileunyi. Ketersediaan jaringan jalan telah makin baik, seperti terlihat pada tingkat kepadatan yang mencapai rata-rata 451,8 kilometer per 1.000 kilometer persegi. Prasarana transportasi lainnya yang mendukung pembangunan daerah adalah prasarana transportasi laut dan transportasi udara. Propinsi Jawa Barat memiliki beberapa pelabuhan laut, antara lain Pelabuhan Cirebon di Cirebon dan Pelabuhan Cigading di Banten sebagai pelabuhan samudra; Pelabuhan Pangandaran, Indramayu, Pamanukan, Karangantu, Anyerlor, Bojonegara, dan Pelabuhan Ratu sebagai pelabuhan lokal; Pelabuhan Merak sebagai pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Transportasi udara di Propinsi Jawa Barat dilayani oleh 9 bandar udara, yaitu Bandar Udara Soekarno-Hatta di Tangerang sebagai bandar udara utama yang berfungsi sebagai pintu gerbang Indonesia, baik untuk penerbangan dalam negeri maupun interna-sional. Bandar udara besar lainnya adalah Husein Sastranegara di Bandung. Bandar udara lainnya merupakan bandar udara kecil, yaitu Bandar Udara Sulaiman (militer) di Bandung, Penggung di Cirebon, Curug dan Pondok Cabe di Tangerang, Kalijati (militer) di Subang, Atang Sanjaya (militer) di Bogor, dan Tasikmalaya

476

Page 9: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

(militer) yang melayani penerbangan dalam negeri, khusus atau militer. Selain itu, prasarana transportasi antarwilayah yang telah dibangun selama PJP I, antara lain jalan lintas utara Jawa, jalur kereta api yang dikelola oleh Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka), dan pelabuhan penyeberangan, juga telah meningkat-kan keterkaitan antara Propinsi Jawa Barat dan propinsi lainnya. Di samping itu, Propinsi Jawa Barat telah pula mengoperasikan penggunaan Terminal Peti Kemas di Gedebage Bandung dan Paru-jakan Cirebon yang menunjukkan perkembangan dalam menunjang ekspor nonmigas Jawa Barat.

Di bidang pengairan, telah ada peningkatan prasarana pengair-an, seperti Waduk Jatiluhur dan Bendung Teluk Lada, serta jaring- an irigasinya. Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi sawah kurang lebih 900.000 hektare sehingga membantu peningkatan dan menunjang produksi pertanian.

Penyediaan prasarana ketenagalistrikan di propinsi ini dilayani oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Distribusi Jawa Barat secara sistem interkoneksi dengan propinsi se-Jawa-Bali, yang sampai dengan tahun 1991, bersama-sama dengan DKI Jakarta, telah menghasilkan daya sebesar 5.040 megawatt.

Investasi yang dilakukan oleh Pemerintah di Jawa Barat melalui anggaran pembangunan yang dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) menunjukkan kecen-derungan yang meningkat. Alokasi anggaran pembangunan yang berupa dana bantuan pembangunan daerah (Inpres) dan dana sek-toral melalui daftar isian proyek (DIP) sektoral dalam Repelita IV dan V masing-masing berjumlah Rp4.186,82 miliar dan Rp6.501,06 miliar.

Pendapatan asli daerah (PAD) juga menunjukkan peningkatan yang cukup pesat, dengan rata-rata pertumbuhan selama Repelita V kurang lebih 27,3 persen per tahun. Dalam masa itu PAD telah meningkat dari Rp73,88 miliar pada tahun 1989/90 menjadi Rp180

477

Page 10: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

miliar pada tahun 1993/94. Peningkatan yang cukup pesat dari PAD dan bantuan pembangunan daerah dari tahun ke tahun mempengaruhi pula peningkatan belanja pembangunan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tingkat I Jawa Barat. Pada tahun pertama Repelita V belanja pembangunan daerah berjumlah Rp74,88 miliar dan pada tahun terakhir Repelita V meningkat menjadi Rp187,97 miliar. Bagian terbesar dari belanja pembangunan digunakan di sektor perhubungan dan pariwisata.

Investasi swasta di Jawa Barat termasuk yang terbesar di Indonesia, dan menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Gejala tersebut terlihat dari jumlah proyek baru penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang disetujui Pemerintah dalam masa empat tahun Repelita V, yaitu 1.204 proyek dengan nilai Rp40.854 triliun dan 540 proyek baru penanaman modal asing (PMA) dengan nilai US$7.452 juta.

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) propinsi daerah tingkat I yang berupa rencana struktur tata ruang propinsi (RSTRP) dan RTRW kabupaten/kotamadya daerah tingkat II yang berupa renca- na umum tata ruang kabupaten (RUTRK) telah selesai disusun meskipun pada akhir PJP I sedang dalam proses ditetapkan sebagai peraturan daerah.

III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN

Pembangunan Daerah Tingkat I Jawa Barat selama PJP I telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya kegiatan perekonomian yang didu-kung oleh meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana pem-bangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan, dan makin tercukupi-nya kebutuhan dasar masyarakat, termasuk pendidikan dasar dan kesehatan. Namun, disadari pula masih banyak masalah yang dihadapi.

478

Page 11: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Pembangunan yang telah banyak dilakukan di Daerah Ting- kat I Jawa Barat selama PJP I dalam PJP II akan dilanjutkan dan ditingkatkan sesuai dengan GBHN 1993. Untuk itu, perlu ditemu-kenali berbagai tantangan dan kendala yang akan dihadapi, serta peluang yang dapat dimanfaatkan.

1. Tantangan

Dalam PJP I telah banyak kemajuan yang dicapai Propinsi Jawa Barat, yang ditunjukkan antara lain oleh laju pertumbuhan PDRB nonmigas per kapita yang cukup tinggi. Namun, secara keseluruhan tingkat kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat-nya yang ditunjukkan oleh berbagai indikator seperti pendapatan rumah tangga, PDRB per kapita, buta aksara, usia harapan hidup, dan angka kematian bayi relatif lebih rendah dibanding dengan rata-rata nasional. Dengan demikian, tantangan utama pem-bangunan daerah Jawa Barat adalah mempertahankan laju pertum-buhan ekonomi dan meningkatkan serta memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh peningkatan ekspor nonmigas terutama hasil industri dan perluasan kesempatan kerja sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat.

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi ketenagakerjaan di Propinsi Jawa Barat ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang produktivi-tasnya relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonper-tanian, khususnya industri dan jasa. Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai penggerak percepatan laju pertumbuhan pereko-nomian daerah memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Di Propinsi Jawa Barat, kondisi tenaga kerja yang tersedia umumnya belum memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas, khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya.

479

Page 12: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Dengan demikian, untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Barat, tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan, dan memperluas lapangan kerja, serta kesempatan berusaha.

Untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha. Sehubungan dengan itu, Propinsi Jawa Barat harus mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk mengembang-kan potensi berbagai sumber daya pembangunan di propinsi ini. Dengan demikian, Propinsi Jawa Barat dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Untuk itu, tantangannya adalah me-ngembangkan kawasan dan pusat pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan.

Kegiatan ekonomi dan sosial di Propinsi Jawa Barat terkonsen-trasi di bagian tengah dan di wilayah pantai utara terutama di kawasan Koridor Cikampek-Cilegon dan Cekungan Bandung. Bagian Barat dan Selatan propinsi ini, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat dari wilayah lainnya sehingga mengakibatkan bertambahnya kesen-jangan antarwilayah. Dengan demikian, tantangannya adalah meningkatkan pengembangan wilayah yang tertinggal tersebut dengan menyerasikan laju pertumbuhannya untuk mengurangi kesenjangan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran antarwilayah di propinsi ini.

Pertumbuhan ekonomi yang perlu dipercepat membutuhkan dukungan prasarana dasar yang memadai, antara lain transportasi,

480

Page 13: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

ketenagalistrikan, pengairan, air bersih, dan telekomunikasi. Meskipun telah meningkat, ketersediaan prasarana dasar daerah Jawa Barat belum memenuhi kebutuhan ataupun tuntutan kualitas pelayanan yang terus meningkat. Untuk daerah yang kondisi geografisnya seperti Jawa Barat, diperlukan suatu sistem transportasi darat, laut, dan udara yang dapat meningkatkan keterkaitan wilayah produksi dengan pasar. Untuk meningkatkan efisiensi ekonomi, terutama dalam distribusi barang dan jasa, serta pembangunan pariwisata, diperlukan dukungan prasarana dan sarana transportasi yang memadai. Di pihak lain, ada keterbatasan kemampuan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk mem-bangun prasarana dan sarana transportasi guna mempercepat pembangunan daerah ini. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah meningkatkan ketersediaan dan kualitas serta memperluas jangkauan pelayanan prasarana dasar, khususnya air bersih, tenaga listrik, serta sistem transportasi antarmoda secara terpadu dan optimal, dengan mengikutsertakan dunia usaha, serta dilakukan secara terkoordinasi dengan DKI Jakarta, dan propinsi lainnya yang bertetangga, yaitu Jawa Tengah dan Lampung.

Hasil pembangunan di bidang kesejahteraan sosial di Propinsi Jawa Barat telah menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Meski-pun demikian, dengan kemajuan yang telah dicapai tersebut, pro-pinsi ini relatif tertinggal dibandingkan dengan tingkat kemajuan rata-rata nasional. Di samping itu, di Propinsi Jawa Barat masih terdapat kesenjangan kesejahteraan antargolongan masyarakat dan antardaerah terutama antara daerah yang tandus atau terpencil dengan daerah yang telah berkembang, antara lain karena masih terbatasnya jangkauan prasarana dan sarana sosial. Kondisi di atas menghadapkan Jawa Barat pada tantangan untuk meningkatkan, memeratakan dan memperluas jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial lainnya, serta jang-kauan informasi sampai ke seluruh pelosok daerah.

Dalam kaitan itu, jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan masih cukup tinggi, yaitu pada tahun 1990 masih

481

Page 14: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

sebanyak 4,786 juta orang atau kurang lebih 13,5 persen dari jumlah penduduk Jawa Barat. Selain itu, pada tahun 1993 jumlah desa tertinggal di propinsi ini masih cukup banyak, yaitu 1.560 desa atau kurang lebih 22 persen dari seluruh desa yang ada di Jawa Barat. Masalah kemiskinan yang memerlukan penanggu-langan secara khusus dan menyeluruh ini merupakan tantangan pula bagi pembangunan daerah Jawa Barat dalam PJP II, khusus-nya Repelita VI.

Jumlah penduduk yang besar dengan kondisi ekonomi yang cukup baik menyebabkan cepatnya kegiatan pembangunan di Daerah Tingkat I Jawa Barat. Di lain pihak, keadaan ini mengaki-batkan kurang terkendalinya pembangunan dan pengembangan di beberapa kota seperti di Bandung, Bogor, Tangerang, dan Bekasi yang berakibat menurunnya mutu pelayanan kota dan citra kota. Tantangan yang dihadapi adalah mengendalikan laju pertambahan penduduk dan sekaligus mengendalikan pembangunan dan pengembangan kota agar mutu pelayanan kota makin baik dan efisien serta terciptanya citra kota yang baik, lingkungan yang sehat, rapi, aman, dan nyaman.

Meningkatnya intensitas pembangunan selain mengakibatkan meningkatnya pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam lainnya, juga menimbulkan kerusakan sumber daya alam dan menghasilkan limbah dan polusi dalam kadar yang makin mening-kat yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan daerah dihadapkan pada tantangan untuk membangun tanpa merusak lingkungan hidup dan meningkatkan efektivitas pengelolaan dan rehabilitasi sumber daya alam sehingga menjamin pembangunan yang berkelanjutan.

Belum mantap dan meratanya kemampuan aparatur di daerah serta belum serasinya koordinasi antarlembaga dalam mengelola pembangunan merupakan tantangan yang dihadapi dalam rangka memperkuat kemampuan manajemen dan kelembagaan di daerah.

482

Page 15: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

2. Kendala

Upaya pembangunan daerah di Propinsi Jawa Barat dihadap-kan kepada berbagai kendala yang erat kaitannya dengan kondisi geografis, dan dengan karakteristik fisik wilayah yang terdiri atas kawasan rawan bencana, daerah terpencil yang sukar untuk dicapai serta adanya lahan yang kurang subur, yang sulit dipergunakan sebagai lahan usaha yang produktif.

Propinsi ini juga dihadapkan pada kendala lain berupa lim-pahan penduduk yang besar dan menekan pada kemampuan daya dukung lingkungan hidup di kawasan Jawa Barat terutama yang terletak di sekitar DKI Jakarta.

3. Peluang

Hasil pembangunan yang telah dicapai Propinsi Jawa Barat selama PJP I dapat menjadi modal dan membuka peluang untuk meningkatkan pembangunan dalam PJP II. Hasil pembangunan berupa prasarana dan sarana sosial dan ekonomi yang telah dibangun, kelembagaan yang telah terbentuk dan berfungsi, serta peran serta masyarakat yang meningkat dalam kegiatan pembangunan adalah modal dan peluang yang dapat dikembangkan.

Propinsi Jawa Barat memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya buatan yang belum banyak dimanfaatkan. Demikian pula ada potensi pembangunan yang telah dimanfaatkan, tetapi belum optimal dikembangkan, antara lain di sektor pertanian, kehutanan, industri, pariwisata dan pertambangan.

Sumber daya pertanian tersebar di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan komoditas potensial seperti padi, palawija, dan horti-kultura. Sementara itu, perkebunan di Propinsi Jawa Barat pada umumnya merupakan perkebunan rakyat dan perkebunan milik

483

Page 16: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

badan usaha milik negara (BUMN) dengan komoditas andalan teh, karet, kelapa, dan tebu. Peternakan yang sangat potensial untuk dikembangkan antara lain adalah unggas (ayam buras dan ayam ras), ternak kecil, dan sapi perah. Potensi perikanan berupa perikanan darat dan perikanan laut yang didukung oleh kegiatan budi daya perikanan air tawar terutama di waduk Saguling, waduk Cirata dan di sungai-sungai, serta budi daya udang belum sepe-nuhnya dimanfaatkan dan potensial untuk dikembangkan lebih lanjut; termasuk pemanfaatan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Demikian pula di bidang kehutanan terdapat cukup potensi seperti hutan alam dan hutan tanaman dengan berbagai jenis hasil hutan, yang belum sepenuhnya dimanfaatkan dan perlu dikembangkan lebih lanjut.

Di bidang pertambangan, Propinsi Jawa Barat memiliki potensi berbagai bahan tambang dan galian seperti minyak dan gas bumi antara lain di daerah Cirebon dan Indramayu; emas di Gunung Pongkor, Gunung Limbung, dan daerah Purwakarta. Selain itu, propinsi ini memiliki bahan galian marmer di Tasikmalaya, Bandung, dan Sukabumi; batu kwarsa di Bogor, Sukabumi, Bekasi, dan Cirebon; batu kapur di Bogor, Sukabumi, Bekasi, dan Cirebon; fosfat di Ciamis dan Sukabumi; serta bento-nit, zeolit, dan gips yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Barat.

Berbagai industri di Jawa Barat telah berkembang dengan pesat; antara lain industri strategis seperti industri pesawat terbang, industri senjata ringan dan industri telekomunikasi di Bandung, dan industri dinamit di Tasikmalaya. Industri lainnya yang menonjol di Jawa Barat antara lain adalah industri mesin dan logam dasar dengan komoditas besi baja di Cilegon; industri elektronika di Bandung; industri kertas di Padalarang dan Bekasi; semen di Cibinong, Citeureup, dan Cirebon; pupuk di Cikampek; dan aneka industri dengan komoditas tekstil, benang tenun dan pakaian jadi di wilayah Cekungan Bandung; dan berbagai industri lainnya seperti makanan, minuman, rokok, kulit, keramik yang dapat

484

Page 17: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

dikembangkan lebih lanjut di berbagai tempat di sekitar Bandung, Tangerang, Bekasi dan Cirebon. Industri-industri tersebut serta industri lainnya termasuk industri rekayasa dan rancang bangun dan industri peranti lunak, serta berbagai industri dengan teknologi madya dan tinggi, memiliki potensi untuk berkembang dengan memanfaatkan lingkungan pendidikan tinggi, serta lembaga penelitian dan pengembangan, yang kuat di propinsi ini.

Pariwisata juga merupakan sektor yang berpeluang untuk dikembangkan. Jawa Barat memiliki objek wisata yang beragam, baik wisata alam, budaya maupun sejarah. Wisata alam meliputi antara lain Kawasan Puncak, Salabintana, dan Lembang; Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Papandayan; Kebun Raya Bogor, Taman Hutan Raya Juanda di Bandung; Taman Nasional Gunung Gede dan Pangrango, Taman Nasional Ujung Kulon, Pantai Pe-labuhan Ratu, Pangandaran, dan Carita; wisata budaya antara lain Candi Cangkuang, perkampungan tradisional Baduy dan Sisingaan; serta wisata sejarah meliputi Kraton Kasepuhan di Cirebon, Banten Lama di Kampung Naga Serang, peninggalan sejarah zaman batu (megalitikum) di Cipari Kuningan, serta objek wisata lainnya, antara lain peneropong Bintang Boscha di Bandung.

Jumlah penduduk yang besar dengan berbagai latar belakang pendidikan yang cukup baik merupakan potensi tenaga kerja yang cukup besar untuk berbagai kegiatan. Dengan banyaknya lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian yang baik mutunya, maka Jawa Barat mempunyai potensi untuk mengembangkan ilmu penge-tahuan dan teknologi tinggi untuk pengembangan industri maupun pengembangan di bidang lain.

Secara geografis dan fungsional Propinsi Jawa Barat erat hubungannya dengan Jakarta, antara lain dalam hubungan perwila-yahan Jabotabek, Pelabuhan Tanjung Priok, dan Bandar Udara Soekarno-Hatta yang merupakan pintu gerbang selain ke DKI Jakarta juga ke Propinsi Jawa Barat. Di samping itu, Propinsi Jawa Barat juga merupakan penyedia air dan penghasil tenaga

485

Page 18: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

listrik yang cukup besar yang berasal, antara lain, dari Pusat listrik Tenaga Air (PLTA) Jatiluhur, PLTA Saguling, PLTA Cirata, Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Suralaya, dan Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang, serta PLTP Darajat. Dengan demikian, Jawa Barat dapat memanfaatkan fungsi DKI Jakarta sebagai pusat jasa, pusat perdagangan, dan pusat hubungan internasional, untuk kepentingan kemajuan industri, perdagangan, dan perekonomiannya, di samping juga sebagai wilayah pendukung dan penyangga perkembangan ibu kota.

IV. ARAHAN, SASARAN, DAN KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN

1. Arahan GBHN 1993

GBHN 1993 mengamanatkan bahwa pembangunan daerah diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta meningkatkan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertang-gung jawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam upaya melaksanakan pemerataan pembangunan di seluruh tanah air, pembangunan daerah dan kawasan yang kurang berkem-bang, seperti di daerah terpencil, perlu ditingkatkan sebagai perwu-judan Wawasan Nusantara.

Dengan mengacu kepada arahan GBHN 1993, pembangunan daerah Jawa Barat diarahkan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pelibatan masyarakat setempat secara penuh; peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha; peningkatan kesempatan kerja bagi tenaga kerja setempat dan perbaikan kualitas angkatan kerja melalui pendidikan dan pe-latihan; peningkatan produktivitas perekonomian daerah; penganekaragaman kegiatan perekonomian daerah; peningkatan

486

Page 19: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

pertumbuhan ekspor nonmigas; peningkatan jumlah dan kualitas investasi swasta; peningkatan kesejahteraan sosial dan percepatan penanggulangan kemiskinan; pengembangan sistem transportasi terpadu untuk meningkatkan aksesibilitas daerah terpencil dan terbelakang; penguatan kelembagaan dan aparatur pemerintah di daerah dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas pelaksa-naan pembangunan di daerah; pengembangan sumber daya alam yang memiliki potensi dan keunggulan komparatif dengan mem-perhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan; serta pengembangan kawasan andalan dengan menciptakan keterkaitan dengan wilayah sekitarnya.

2. Sasaran

a. Sasaran PJP II

Sasaran pembangunan Daerah Tingkat I Jawa Barat dalam PJP II sesuai dengan GBHN 1993 adalah mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab, serta makin meratanya pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka mening-katkan kesejahteraan rakyat.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju per-tumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar 6,9 persen per tahun. Sehubungan dengan itu, diupayakan meningkat-nya ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar ekonomi, terutama terciptanya sistem transportasi antarmoda yang mampu meningkatkan efektivitas transportasi antardaerah, baik untuk menunjang kegiatan industri, pariwisata maupun kegiatan ekonomi yang lain, meningkatnya peran serta dunia usaha dan masyarakat dalam pembangunan sehingga dapat mendukung pen-ciptaan lapangan kerja, serta meningkatnya sumbangan daerah kepada ekonomi nasional.

Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang diukur antara lain dari dua

487

Page 20: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

indikator kesejahteraan sosial, yaitu bertambahnya usia harapan hidup menjadi 70,0 tahun dan menurunnya angka kematian bayi menjadi 29 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertum-buhan penduduk; telah mantapnya pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar dan kejuruan, serta telah terselesaikannya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Dalam PJP II masalah kemiskinan di daerah Jawa Barat, berdasarkan kriteria yang sekarang digunakan, diupayakan dapat terselesaikan.

b. Sasaran Repelita VI

Sasaran pembangunan Daerah Tingkat I Jawa Barat dalam Repelita VI adalah berkembangnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab dengan titik berat pada daerah tingkat II; meningkatnya kemandirian dan kemampuan dalam merencanakan dan mengelola pembangunan, termasuk dalam mengoperasikan dan memelihara prasarana dan sarana yang dibangun di daerah, seiring dengan meningkatnya kemampuan pemerintah daerah untuk menggali dan mengerahkan sumber keuangan daerah, serta meningkatnya efisiensi belanja daerah.

Sasaran pembangunan ekonomi adalah tercapainya laju per-tumbuhan PDRB nonmigas yang diperkirakan rata-rata sekitar 6 persen per tahun, dengan laju pertumbuhan sektoral, yaitu pertani-an rata-rata sekitar 3,6 persen; industri nonmigas sekitar 12,5 persen; bangunan sekitar 7,8 persen; perdagangan dan pengang-kutan sekitar 6,8 persen; jasa-jasa sekitar 6,1 persen; serta lainnya sekitar 4,1 persen. Sedangkan sasaran laju pertumbuhan ekspor nonmigas untuk Propinsi Jawa Barat rata-rata adalah 11,1 persen per tahun. Sasaran laju pertumbuhan kesempatan kerja rata-rata 3,3 persen per tahun sehingga tercipta tambahan kesempatan kerja baru bagi 2,5 juta orang.

488

Page 21: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Sasaran selanjutnya adalah diupayakan meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar ekonomi, terutama berkembangnya sistem transportasi antarmoda yang terpadu sehingga mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah propinsi ini secara merata dan efisien; meningkatnya keikutsertaan dunia usaha dan masyarakat dalam kegiatan produktif di daerah; meningkatnya produktivitas tenaga kerja setempat di sektor pertanian, industri, dan jasa; dan meningkatnya PAD, termasuk di daerah tingkat II yang relatif tertinggal.

Sasaran pembangunan sosial adalah meningkatnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat secara merata dengan peningkatan usia harapan hidup menjadi 62,3 tahun dan penurunan angka kematian bayi menjadi 60 per seribu kelahiran hidup; menurunnya laju pertumbuhan penduduk sesuai dengan sasaran nasional; makin merata, meluas, dan meningkatnya kualitas pendidikan dasar dan kejuruan; meningkatnya angka partisipasi kasar sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) termasuk madrasah tsanawiyah (MTs) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) termasuk madrasah aliyah (MA) masing-masing menjadi sekitar 56,7 persen dan 29,8 persen; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.

Menjadi sasaran penting pula meningkatnya pendapatan masyarakat yang berpendapatan rendah, meningkatnya kualitas lingkungan hidup, termasuk menurunnya lahan kritis, berkurang-nya jumlah penduduk yang masih hidup di bawah garis ke-miskinan, dan berkurangnya jumlah desa tertinggal selaras dengan sasaran penurunan jumlah penduduk miskin di tingkat nasional serta meningkatnya daya dukung sumber daya alam dan terpeliha-ranya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

3. Kebijaksanaan

Untuk mengatasi berbagai tantangan pembangunan dan mewujudkan berbagai sasaran tersebut di atas, kebijaksanaan

489

Page 22: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

pembangunan Daerah Tingkat I Jawa Barat dalam Repelita VI diarahkan pada peningkatan pelaksanaan otonomi di daerah yang seiring dengan peningkatan peran serta masyarakat; pengembangan sektor unggulan; pengembangan usaha nasional; pengembangan sumber daya manusia; kependudukan; peningkatan pemerataan pembangunan; penanggulangan kemiskinan; pengembangan prasa-rana dan sarana ekonomi; pendayagunaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; serta pengembangan kawasan andalan.

Kebijaksanaan tersebut di atas dilaksanakan dengan memper-hatikan kebijaksanaan pembangunan propinsi yang berbatasan, dalam rangka mewujudkan keserasian pembangunan antardaerah melalui peningkatan kerja sama antardaerah.

a. Pelaksanaan Otonomi di Daerah

Dalam rangka memperkukuh negara kesatuan serta memperlan-car penyelenggaraan pembangunan nasional, kemampuan pelaksana-an pemerintahan di daerah tingkat I dan di tingkat II di Propinsi Jawa Barat, terutama dalam penyelenggaraan tugas desentralisasi, dekonsentrasi, dan pembantuan ditingkatkan agar makin mewujud-kan otonomi yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.

Pelaksanaan otonomi di Propinsi Jawa Barat ditingkatkan dengan peningkatan kemampuan aparatur melalui penguatan manajemen dan kelembagaan; peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); peningkatan kemampuan memobilisasi berbagai sumber keuangan daerah, serta peningkatan kemampuan lembaga dan organisasi masyarakat, dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah.

Penataan kembali batas wilayah dan daerah dalam rangka pemekaran dan penyesuaian status daerah tertentu, diselenggarakan untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan pembangunan dan administrasi pemerintahan di daerah.

490

Page 23: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

b. Pengembangan Sektor Unggulan

Dalam upaya mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan, kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah dalam Repelita VI diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas sektor unggulan yang diprioritaskan di Propinsi Jawa Barat. Pembangunan industri dan pertanian, serta sektor produktif lainnya ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan pertum-buhan ekonomi yang cukup tinggi.

Pembangunan industri di Propinsi Jawa Barat diarahkan ter-utama untuk mengembangkan industri yang berorientasi ekspor dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia, dan memanfaatkan keterkaitan wilayah Bogor-Tanggerang-Bekasi (Botabek) dengan DKI Jakarta sebagai ibu kota negara dan pusat kegiatan-kegiatan ekonomi serta jasa. Pembangunan industri di Propinsi Jawa Barat juga diarahkan untuk penguatan dan pendalaman struktur industri mengarah kepada kemandirian ekonomi. Sehubungan dengan itu, pembangunan industri di Propinsi Jawa Barat dikembangkan secara terpadu melalui peningkatan keterkaitan antara industri dan pertanian, sehingga meningkatkan nilai tambah dan memperkukuh struktur ekonomi daerah. Upaya pengembangan dan perluasan kegiatan industri pengolahan, termasuk agroindustri, ditingkatkan dan didorong melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi penanaman modal. Penyebaran pembangunan industri di berbagai daerah tingkat II, diupayakan sesuai dengan potensi masing-masing dan sesuai dengan rencana tata ruang daerah agar tertata dengan baik, dan agar mendorong pemerataan. Untuk mendukung pengembangan industri, diupayakan peningkatan prasarana, peningkatan usaha pemasaran, dan pelatihan tenaga kerja. Untuk meningkatkan ketersediaan prasarana penunjang sehingga tercipta kondisi yang menarik bagi pengembangan kegiatan industri, diper-lukan investasi yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah sepenuhnya. Oleh karena itu, usaha swasta didorong untuk ikut serta membangun prasarana dan sarana yang dibutuh-kan.

491

Page 24: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Pembangunan pertanian dan kehutanan di Propinsi Jawa Barat diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, meman-tapkan swasembada pangan, menganekaragamkan produksi hasil pertanian dan kehutanan yang berorientasi ekspor, khususnya hasil perkebunan, perikanan, dan hasil hutan. Upaya tersebut dilaksana-kan secara terpadu, serta didukung oleh pengembangan agrobisnis dan agroindustri yang mampu menciptakan dan memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan.

Pembangunan kepariwisataan di Propinsi Jawa Barat mem-punyai potensi yang luas dan prospek yang cerah. Untuk itu, pembangunan kepariwisataan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja dan kesempatan usaha, mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya daerah, memanfaatkan keindahan dan kekayaan alam, termasuk kekayaan alam bahari, keaneka-ragaman Beni dan budaya, serta peninggalan sejarah; dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama, citra kepribadian bangsa, serta harkat dan martabat bangsa.

Pembangunan pertambangan di Propinsi Jawa Barat diting-katkan melalui pengembangan sumber daya tambang dan galian sekaligus mendorong proses pengolahan lanjutan untuk mening-katkan nilai tambah, terutama minyak dan gas bumi, emas, fosfat, mangaan dan sebagainya.

c. Pengembangan Usaha Nasional

Pengembangan usaha nasional yang meliputi usaha menengah dan kecil, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN), dan badan usaha milik daerah (BUMD), serta usaha swasta diarahkan agar mampu tumbuh menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi daerah, serta memperluas kesempatan usaha dan kesempatan kerja menuju terwujudnya perekonomian daerah yang tangguh dan

492

Page 25: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

mandiri yang dapat menopang pembangunan dan perekonomian nasional.

Kemampuan dan peranan usaha menengah dan kecil, termasuk usaha tradisional dan informal di Propinsi Jawa Barat ditingkatkan melalui pembangunan prasarana dan sarana usaha disertai dengan pengembangan iklim usaha yang mendukung. Struktur dunia usaha ditata pula sehingga tercipta lapisan usaha kecil yang banyak dan kukuh yang saling menyangga dengan lapisan menengah yang tangguh dan saling mendukung dengan usaha besar.

Kebijaksanaan yang mendukung perkembangan ekonomi rakyat dilakukan pula melalui peningkatan pemberian kemudahan di bidang perkreditan, investasi, perpajakan, asuransi, akses terha-dap pasar dan informasi, serta dalam memperoleh pendidikan, pelatihan keterampilan, bimbingan manajemen, dan alih teknologi. Dengan demikian, ekonomi rakyat dapat berkembang secara mantap dan berperan makin besar dalam perekonomian nasional. Dalam rangka itu, dikembangkan bidang kegiatan ekonomi yang diprioritaskan bagi usaha ekonomi rakyat, yaitu koperasi dan usaha kecil termasuk usaha informal dan tradisional, dan jika perlu ditetapkan wilayah usaha yang menyangkut perekonomian rakyat, terutama yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi dan usaha kecil untuk tidak dimasuki oleh usaha lainnya. Kebijaksanaan pemberian prioritas, dapat pula diberikan kepada usaha ekonomi rakyat untuk turut berperan secara efektif dalam pengadaan barang dan jasa yang dibiayai Pemerintah, disertai upaya penyediaan tempat usaha yang terjamin, khususnya bagi koperasi dan usaha kecil, dan peningkatan peran serta masyarakat, antara lain dalam pemilikan saham perusahaan besar melalui koperasi.

Pembangunan koperasi di Propinsi Jawa Barat pelaksanaannya dilakukan melalui peningkatan akses dan pangsa pasar; perluasan akses terhadap sumber permodalan, pengukuhan struktur permo-dalan, dan peningkatan kemampuan memanfaatkan modal; pening-katan kemampuan organisasi dan manajemen koperasi; peningkatan

493

Page 26: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

akses terhadap teknologi dan peningkatan kemampuan memanfaat-kannya; serta pengembangan kemitraan usaha. Upaya tersebut juga dilaksanakan di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan kelompok tertinggal, seperti nelayan pada umumnya, petani kecil, dan mereka yang berada di kantung-kantung kemiskinan.

Pembangunan perdagangan di Propinsi Jawa Barat diarahkan untuk menunjang peningkatan produksi dan memperlancar distri-busi sehingga mampu mendukung upaya pemerataan dan pengembangan kemampuan usaha, dan peningkatan ekspor nonmi-gas dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi, baik nasional, regional maupun global.

d. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia di Propinsi Jawa Barat diarahkan untuk mewujudkan manusia berakhlak, beriman, dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan menanamkan sejak dini nilai-nilai agama dan moral, serta nilai-nilai luhur budaya bangsa, baik melalui jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, serta pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Demikian pula, pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan pendidikan, melalui peningkatan kualitas pendidikan umum, pen-didikan kejuruan, maupun pendidikan agama, serta pelayanan kesehatan dan sosial kepada masyarakat melalui peningkatan ke-tersediaan dan sebaran prasarana dan sarana dasar secara makin berkualitas dan merata.

Pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas, nilai tambah, daya saing, kewiraswastaan, dan kualitas tenaga kerja, antara lain melalui kegiatan pembimbingan, pendidikan, dan pelatihan yang tepat dan efektif, serta peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan iptek serta

494

Page 27: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

pelestarian fungsi lingkungan hidup. Peningkatan produktivitas tenaga kerja di propinsi ini diarahkan pada bidang industri yang memanfaatkan sumber daya alam yakni perkebunan, peternakan, perikanan, pariwisata, kehutanan, dan pertambangan, serta industri yang berkadar sumber daya manusia dengan keterampilan dan pemanfaatan iptek yang tinggi, seperti industri rekayasa, rancang bangun dan berbagai industri peranti lunak, termasuk jasa konsul-tansi dan jasa konstruksi.

e. Kependudukan

Kebijaksanaan di bidang kependudukan di Daerah Tingkat I Jawa Barat diarahkan untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk di daerah yang mempunyai kepadatan dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta mengarahkan persebaran penduduk yang lebih merata, terutama ke daerah jarang penduduk, dengan memperhatikan kemampuan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan hidup.

Pertumbuhan penduduk dikendalikan, antara lain dengan upaya peningkatan keluarga berencana mandiri. Bersamaan dengan itu, upaya peningkatan kualitas penduduk dilakukan dengan meningkatkan keluarga sejahtera, termasuk ibu dan anak, remaja serta penduduk lanjut usia. Peranan wanita yang dalam pem-bangunan Propinsi Jawa Barat telah meningkat pesat, pembinaan-nya diupayakan untuk dilanjutkan dan ditingkatkan.

Persebaran penduduk dilaksanakan, antara lain, melalui ke-giatan transmigrasi umum dan transmigrasi swakarsa mandiri, serta mobilitas tenaga kerja.

f. Peningkatan Pemerataan Pembangunan

Pemerataan pertumbuhan antarsektor ekonomi di Propinsi Jawa Barat diupayakan dengan menyerasikan secara bertahap peranan dan sumbangan setiap sektor ekonomi, dalam rangka

495

Page 28: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

meningkatkan nilai tambah dan produktivitas ekonomi daerah yang optimal, dengan memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, memperlancar proses perpindahan tenaga kerja ke sektor yang lebih produktif, serta memadukan perencanaan dan pelaksanaan program antarsektor dan program regional, sehingga kegiatan pembangunan dapat terwujud secara terpadu dan berdaya guna. Untuk itu, produktivitas khususnya di sektor yang relatif tertinggal ditingkatkan, antara lain dengan penerapan teknologi yang tepat serta pendekatan baru dalam produksi dan pemasaran hasil. Untuk meningkatkan nilai tukar komoditas pertanian dan hasil sektor lainnya di perdesaan, ditingkatkan keterkaitan antar-sektor, terutama antara sektor pertanian dengan industri dan jasa.

Pemerataan pembangunan antardaerah di Propinsi Jawa Barat diupayakan dengan lebih menyerasikan pertumbuhan dan mengu-rangi kesenjangan, baik dalam tingkat kemajuan antardaerah, maupun antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan desa dan masyarakat perdesaan ditingkatkan melalui koordinasi dan keterpa-duan yang makin serasi dalam pembangunan sektoral, pengem-bangan kemampuan sumber daya manusia, pemanfaatan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta penum-buhan iklim yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat. Di perkotaan, penataan penggunaan tanah ditingkat- kan dengan lebih memperhatikan hak-hak rakyat atas tanah, fungsi sosial hak atas tanah, batas maksimum pemilikan tanah, serta pencegahan penelantaran tanah, termasuk upaya mencegah pemu-satan penguasaan tanah yang merugikan kepentingan rakyat.

Dalam rangka pemerataan pembangunan antardaerah di Pro-pinsi Jawa Barat ditempuh pula berbagai upaya, antara lain, meningkatkan keterpaduan pembangunan sektoral dan daerah yang dikembangkan berdasarkan pendekatan wilayah atau kelompok wilayah dalam satu propinsi dengan menciptakan keterkaitan fung-sional antardaerah, antarwilayah, antardesa, antarkota, dan antara desa dan kota. Selanjutnya, penyerasian pertumbuhan antardaerah diupayakan pula dengan meningkatkan pelayanan kepada

496

Page 29: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

masyarakat untuk mendorong kegiatan ekonomi daerah dengan memberikan berbagai bentuk kemudahan dalam rangka menciptakan iklim usaha yang makin baik.

Untuk mengatasi kesenjangan antargolongan ekonomi, dilaku-kan penataan kembali peraturan daerah yang mengatur kehidupan ekonomi rakyat banyak, seperti kepemilikan hak atas tanah, per-izinan usaha dan bangunan, perlindungan hukum dan mekanisme pasar di daerah, serta pemberian fasilitas dan kemudahan berusaha bagi pengusaha kecil, termasuk untuk ikut dalam melaksanakan proyek-proyek Pemerintah di daerah, sehingga masyarakat go-longan ekonomi yang lemah mendapat kesempatan yang lebih besar untuk meningkatkan peranannya dalam pembangunan dan dengan demikian meningkatkan kesejahteraannya.

g. Penanggulangan Kemiskinan

Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan di Propinsi Jawa Barat, Inpres Desa Tertinggal (IDT) merupakan salah satu kebijaksanaan untuk menumbuhkan dan memperkuat kemampuan masyarakat miskin untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. IDT diarahkan pada pengembangan kegiatan sosial ekonomi dalam rangka mewujudkan kemandirian masyarakat miskin di desa atau kelurahan tertinggal, dengan menerapkan prin-sip-prinsip gotong royong, keswadayaan, dan partisipasi, serta menerapkan semangat dan kegiatan kooperatif. Kegiatan sosial ekonomi yang dikembangkan adalah kegiatan produksi dan pemasaran, terutama yang sumber dayanya tersedia di lingkungan masyarakat setempat. Guna mempercepat upaya itu, ditingkatkan pembangunan prasarana dan sarana perdesaan serta disediakan dana sebagai modal kerja bagi penduduk miskin untuk membangun dan mengembangkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam kerangka itu, program IDT diupayakan pula untuk memantapkan segi-segi kelembagaan sosial ekonomi masyarakat perdesaan, termasuk koperasi sehingga upaya meningkatkan taraf hidup dapat

497

Page 30: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

berlangsung secara berkelanjutan. Dalam hal ini, warga masyarakat miskin diberi kewenangan penuh untuk merumuskan kebutuhan yang mendesak dan mendasar bagi mereka. Kebijaksanaan ini dilaksanakan khususnya di 1.560 desa tertinggal menurut pedoman yang telah ditetapkan secara nasional.

h. Pengembangan Prasarana dan Sarana Ekonomi

Pengembangan prasarana dan sarana ekonomi, khususnya transportasi di daerah tingkat I Jawa Barat diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan, efisiensi pemanfaatan, kualitas pelayan-an, keterjangkauan pelayanan, efektivitas operasi dan pemeliharaan berbagai prasarana dan sarana ekonomi tersebut. Dalam Repelita VI sistem transportasi dikembangkan secara lebih luas dan terpadu terutama dengan mengembangkan sistem transportasi antarmoda yang efisien, yang dapat menjangkau pula daerah terisolasi dan terbelakang.

Untuk mendukung kegiatan ekonomi yang meningkat, upaya pembangunan prasarana dan sarana ekonomi lainnya, selain prasa-rana dan sarana transportasi, seperti tenaga listrik dan pelayanan jasa telekomunikasi, serta prasarana pengairan akan dilanjutkan dan ditingkatkan.

Untuk mempercepat pembangunan berbagai prasarana dan sarana ekonomi tersebut, didorong dan ditingkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha.

i. Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup

Pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya alam ditingkat-kan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan dilaksanakan dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka itu, ditingkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan dan

498

Page 31: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

pelestarian sumber daya alam yang berkelanjutan dan pelestarian fungsi lingkungan hidup, dan melakukan pengendalian pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Upaya pelestarian fungsi hutan dan lingkungan pesisir; rehabilitasi hutan dan tanah kritis; hutan bakau, dan hutan lindung; pelestarian flora dan fauna langka; serta pengembangan fungsi daerah aliran sungai (DAS), ditingkat-kan.

j. Pengembangan Kawasan Andalan

Kawasan andalan dikembangkan secara terencana dan terpadu dengan memperhatikan rencana tata ruang daerah (RTRD), keter-kaitan kota dengan daerah penyangganya, pertumbuhan penduduk, pengelolaan dan pembangunan lingkungan permukiman, ling-kungan usaha, dan lingkungan kerja.

Di samping kawasan andalan tersebut, bagi daerah perkotaan yang mengalami pertumbuhan pesat antara lain Botabek, Bandung Raya, Cirebon, dan Cilegon ditingkatkan penyediaan dan perluasan jangkauan pelayanan prasarana dan sarana perkotaan, termasuk peningkatan pengelolaannya.

V. PROGRAM PEMBANGUNAN

Dalam upaya mencapai sasaran dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan tersebut di atas, pembangunan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dalam Repelita VI dilaksanakan melalui beberapa program yang meliputi program peningkatan kemampuan aparatur pemerintah daerah; peningkatan kemampuan keuangan pemerintah daerah; peningkatan prasarana dan sarana daerah; pengembangan dunia usaha; peningkatan produktivitas dan kualitas tenaga kerja; penataan ruang daerah; pengembangan kawasan andalan dan sektor unggulan; pembinaan kualitas lingkungan hidup; peningkatan kesejahteraan masyarakat; peningkatan peran serta masyarakat; percepatan penanggulangan kemiskinan; dan

499

Page 32: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

pengelolaan pembangunan perkotaan; dengan didukung berbagai program penunjang.

1. Program Pokok

a. Program Peningkatan Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan kemampuan, disiplin, dan wawasan aparatur pemerintah daerah serta mendayagunakan fungsi dan struktur kelembagaan pemerintah daerah, terutama aparatur pemerintah daerah tingkat II termasuk kecamatan dan desa;

2) meningkatkan kualitas manajemen pemerintah daerah yang meliputi sistem perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian termasuk memantapkan fungsi koordinasi, baik antarinstansi pemerintah di daerah maupun antara lembaga pemerintah pusat dengan daerah;

3) menyempurnakan dan melengkapi perangkat peraturan perun-dang-undangan daerah;

4) mengembangkan sistem informasi manajemen pembangunan daerah;

5) meninjau kembali status dan Batas daerah otonom dan wilayah administratif daerah tertentu.

b. Program Peningkatan Kemampuan Keuangan Pemerintah Daerah

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan PAD dengan mengintensifkan sumber pendapat -an yang ada seperti pajak, retribusi, dan laba perusahaan

500

Page 33: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

daerah, serta menggali sumber pendapatan baru dari pajak daerah;

2) meningkatkan efisiensi dan pengelolaan bantuan termasuk Inpres serta pinjaman, antara lain melalui pemanfaatan re -kening pembangunan daerah;

3) meningkatkan keikutsertaan swasta dalam pembangunan daerah;

4) memantapkan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan penggunaan keuangan daerah;

5) meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMD.

c. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Daerah

Program ini meliputi upaya:

I) meningkatkan prasarana transportasi darat, laut, dan udara, yang meliputi kegiatan:

a) rehabilitasi dan pemeliharaan jalan yang antara lain meliputi ruas Lohbener-Jatibarang-Palimanan-Cirebon-Losari; Bandung -Cileunyi-Sumedang-Cijelag; Merak-Cilegon-Serang -Tangerang-Jakarta, Bogor-Ciawi-Pun-cak-Cianjur, Ciawi-Cibadak-Sukabumi-Cianjur, Banjar-Pangandaran-batas Jawa Tengah, Cikampek-Purwakarta-Sadang-Bandung, Raja-polah-Ancol-Tasikmalaya; pen-ingkatan jaringan jalan Cileunyi-Nagreg, Padalarang-Cianjur, Cilegon-Cikande -Jakarta, Cikampek-Pamanu-kan-Lohbener, Saketi -Simpang, Ancol-Ciamis-Banjar, Simpang Labuan-Cibaliung, Subang-Cikamurang, Gan-daria-Bogor, Cirebon-Karang Ampel-Jatibarang, Saketi-Rangkasbitung-Cikande, Bagbagan-Cisolok-Ujung

501

Page 34: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Genteng, Cileunyi-Sumedang; pembangunan baru jalan tol Cikampek-Padalarang, jalan tol Cikampek-Cirebon, dan jalan tol Ciujung-Merak; serta persiapan pembangu-nan jalan lintas selatan Jawa Barat;

b) pengembangan transportasi darat, meliputi kegiatan pengadaan dan pemasangan rambu jalan sebanyak 2.500 buah, pengadaan dan pemasangan pagar pengaman jalan sepanjang 20.000 meter, pembuatan marka jalan sepan-jang 300 kilometer, pengadaan dan pemasangan alat pengujian kendaraan bermotor (PKB) berjalan sebanyak 8 unit, pengadaan dan pemasangan lampu lalu lintas seba-nyak 12 unit, pembangunan terminal penumpang/ barang di 3 lokasi, pengadaan bus kota/perintis sebanyak 150 unit; peningkatan angkutan sungai, danau dan pe-nyeberangan yang meliputi kegiatan pembangunan dermaga/terminal sungai/danau di 7 lokasi dan penye-berangan di 1 lokasi, serta rehabilitasi dermaga/terminal sungai/danau di 1 lokasi; pengembangan perkeretaapian yang meliputi kegiatan rehabilitasi/peningkatan jalan kereta api sepanjang 180 kilometer, pembangunan jalan kereta api sepanjang 120 kilometer, peningkatan jembatan kereta api sebanyak 5 buah, dan pemasangan sinyal elek-trik sebanyak 15 unit;

c) pengembangan transportasi laut yang meliputi kegiatan pengembangan pelabuhan Indramayu, dan pembangunan fasilitas keselamatan pelayaran di perairan Propinsi Jawa Barat; dan

d) pengembangan transportasi udara yang meliputi kegiatan peningkatan bandar udara di Bandung, dan peningkatan keselamatan penerbangan di Bandung, Curug, dan Cire-bon.

502

Page 35: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

2) meningkatkan penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan:

a) peningkatan sarana distribusi PLN berupa jaringan trans-misi sepanjang 1.590 kilometersirkit (termasuk DKI Jakarta) dan gardu induk sebanyak 136 unit, dengan kapasitas 11.677 megavoltampere (termasuk DKI Jakarta), pembangunan jaringan tegangan menengah sepanjang 21.634 kilometersirkit, jaringan tegangan rendah sepanjang 40.453kilometersirkit, gardu distribusi sebanyak 13.472 unit dengan kapasitas sebesar 3.368 megavoltampere dan tambahan pelanggan baru sebanyak 2.443.000;

b) pembangunan pusat listrik tenaga uap (PLTU) Suralaya dengan kapasitas 1.800 megawatt, pusat listrik tenaga gas dan uap (PLTGU) Muara Tawar dengan kapasitas 500 megawatt, pusat listrik tenaga gas (PLTG) Muara Tawar dengan kapasitas 300 megawatt, pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP) Darajat dengan kapasitas 55 megawatt, PLTU batubara Cilegon dengan kapasitas 400 megawatt, PLTP Patuha dengan kapasitas 40 megawatt, PLTP Wayang Windu dengan kapasitas 40 megawatt, PLTGU Serpong dengan kapasitas 400 megawatt, pusat listrik tenaga air (PLTA) Cirata II dengan kapasitas 500 mega-watt, serta studi kelayakan lanjut PLTA Jatigede dengan kapasitas 175 megawatt dan PLTA Cimandiri dengan kapasitas 351 megawatt; dan

c) penyediaan listrik perdesaan dengan tambahan pelayanan listrik bagi 1.427 desa;

3) meningkatkan penyediaan bahan bakar minyak (BBM) yang meliputi kegiatan pemipaan BBM Bandung-Sukabumi; Ba-longan-Jakarta; membangun terminal transit Balongan, Depot Cikampek, serta relokasi Depot Sukabumi, serta membangun

503

Page 36: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

terminal BBM di Merak untuk memasok kebutuhan BBM di wilayah barat Pulau Jawa dan Propinsi Lampung;

4) meningkatkan jaringan telekomunikasi yang antara lain me-liputi kegiatan penambahan telepon sebanyak 683.300 satuan sambungan termasuk sarana penunjangnya, perluasan kapasitas telepon umum, pembangunan waning telekomunikasi (wartel) secara tersebar, pengadaan perangkat radio komunikasi seba-nyak 1 unit, serta pengadaan terminal automatic frequency management system (AFMS) sebanyak 1 unit;

5) meningkatkan pelayanan jasa pos dan giro yang antara lain meliputi pengadaan dan peningkatan fasilitas fisik pelayanan di kecamatan, perdesaan, dan daerah terpencil, antara lain meliputi pembangunan kantor pos besar sebanyak 5 unit, kantor pos sebanyak 2 unit, kantor pos pembantu sebanyak 57 unit, kantor pos tambahan sebanyak 40 unit, pos keliling kota/angkutan sebanyak 50 unit, pos keliling desa/antaran sebanyak 275 unit, dan sarana penunjang;

6) memantapkan prasarana pengairan dan meningkatkan pen-dayagunaan sumber daya air, meliputi kegiatan:

a) mengembangkan dan meningkatkan pendayagunaan sumber daya air untuk keperluan pertanian dan nonper-tanian melalui pembangunan dan rehabilitasi prasarana pengairan antara lain rehabilitasi Waduk Ir. H. Juanda (Jatiluhur), pembangunan Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang, Bendung Pamarayan di Kabupaten Serang, melanjutkan pembangunan bendungan Padawaras di Kabupaten Tasikmalaya, meningkatkan kapasitas saluran air bake Jatiluhur-Jakarta, rehabilitasi beberapa daerah irigasi, pengembangan irigasi perdesaan terutama di Jawa Barat bagian selatan; dan

504

Page 37: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

b) meningkatkan pengendalian banjir dan konservasi sumber daya air terutama untuk mengamankan daerah produksi pertanian di daerah tangkapan air Sungai Citanduy, Cimanuk, Citarum, Cisadane, dan Ciliwung; memelihara dan membangun prasarana dan sarana pengendalian banjir lahar yang berasal dari Gunung Galunggung serta prasa-rana pengaman pantai di wilayah perkotaan dan pariwisa-ta.

7) meningkatkan sarana komunikasi dan penerangan yang meli-puti kegiatan pembangunan stasiun pemancar radio di Cire- bon, Bandung dan Bogor, dan pembangunan stasiun pemancar televisi di Ujung Berung, Pangandaran, dan Sindang Barang;

8) meningkatkan sarana pelayanan hukum yang meliputi kegiatan pembangunan prasarana fisik pengadilan negeri Bogor, serta pembangunan pengadilan agama, dan pembangunan kejaksaan tinggi Jawa Barat, kejaksaan negeri Kabupaten Tangerang, kejaksaan negeri Kabupaten Bekasi, dan kejaksaan negeri Kabupaten Serang;

9) meningkatkan sarana olahraga yang dapat menyebar sampai ke daerah tingkat II dan kecamatan, serta mengembangkan per -pustakaan daerah, terutama di daerah tingkat II, dengan memanfaatkan sumber daya daerah dan peran serta masyara-kat; dan

10) meningkatkan kemampuan pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang menjadi tanggung jawab pemerin- tah daerah.

505

Page 38: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

d. Program Pengembangan Usaha Nasional

Program ini meliputi upaya:

1) mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, antara lain berupa penanaman modal swasta, termasuk PMDN dan PMA, dengan memanfaatkan keunggulan komparatif daerah;

2) meningkatkan dan mengarahkan investasi, baik PMDN maupun PMA pada berbagai wilayah, sektor, dan golongan ekonomi termasuk investasi dalam agroindustri dan agrobisnis di perdesaan; serta berbagai sektor jasa pendukung;

3) menyederhanakan mekanisme dan prosedur perizinan kegiatan dunia usaha di daerah, meningkatkan penerapan etika usaha yang baik untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis yang menjamin kepastian dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dan days saing dunia usaha di daerah;

4) meningkatkan pengembangan usaha menengah dan kecil, termasuk usaha informal dan tradisional melalui hubungan kemitraan usaha; meningkatkan akses pasar dan pangsa pasar; dan meningkatkan bantuan permodalan dengan memanfaatkan dana lembaga perbankan, seperti kredit usaha kecil (KUK), kredit umum perdesaan (Kupedes), serta dana lembaga keuang-an nonbank, seperti modal ventura;

5) meningkatkan pembimbingan, pendidikan, pelatihan, dan magang dalam rangka peningkatan kemampuan teknologi dan manajemen, serta pengembangan usaha baru yang bersifat terobosan;

6) meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemupukan dan pen-dayagunaan dana masyarakat, antara lain dengan mendorong pelayanan bank perkreditan rakyat (BPR), koperasi bank

506

Page 39: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

perkreditan rakyat (KBPR) dan bank perkreditan rakyat syariat (BPRS), dan lembaga modal ventura;

7) meningkatkan pengembangan koperasi melalui pemantapan kelembagaan koperasi, pendidikan dan penyuluhan koperasi, pengembangan lembaga keuangan dan pembiayaan koperasi, peningkatan dan perluasan usaha koperasi, kerja sama antar-koperasi dan kemitraan usaha, pembangunan koperasi di daerah tertinggal, serta pengembangan informasi perkopera-

sian;

8) mengembangkan sistem informasi usaha terutama untuk usaha menengah dan kecil, tentang potensi pembangunan daerah, melalui penyediaan data dan informasi yang mencakup tenaga kerja, prasarana dan sarana, sumber daya alam, kelembagaan, permodalan, kemitraan, penanaman modal, dan potensi pasar; serta meningkatkan kegiatan promosi tentang potensi daerah;

9) meningkatkan kegiatan perdagangan antara lain melalui penye-lenggaraan pelayanan informasi perdagangan; peningkatan pemasaran komoditas hasil pertanian termasuk pengembangan pasar desa dan pasar lelang; pembinaan pedagang, pengusaha, dan eksportir menengah dan kecil; peningkatan perdagangan perintis; peningkatan dan pengawasan mutu komoditas ekspor; penyusunan identifikasi potensi pasar komoditas ekspor; serta pengembangan dan peningkatan ekspor nonmigas, termasuk produk agroindustri.

e. Program Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Tenaga Kerja

Program ini meliputi upaya :

1) meningkatkan efisiensi dan produktivitas masyarakat di daerah melalui pemasyarakatan produktivitas yang didukung dengan penyebarluasan informasi, penyuluhan, pembinaan melalui

507

Page 40: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

media massa, dunia pendidikan, forum masyarakat produk-tivitas Indonesia, dan organisasi masyarakat lainnya; pene-tapan standar mutu produktivitas di perusahaan-perusahaan melalui analisis, penelitian, pengembangan, dan pengukuran produktivitas, serta pengembangan unit-unit produktivitas;

2) meningkatkan keterampilan dan keahlian serta profesionalisme tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pembangunan melalui pelatihan institusional, noninstitusional (mobile training unit) bagi kader-kader pembangunan desa secara terpadu, dan pemagangan untuk membentuk tenaga kerja mandiri dan profesional melalui pendayagunaan tenaga kerja terdidik, yang pelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha;

3) meningkatkan pembinaan hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan pengusaha antara lain melalui pembinaan fungsi lembaga ketenagakerjaan dan pendidikan atau penyu-luhan ketenaga-kerjaan bagi kader-kader serikat pekerja dan organisasi pengusaha dan pelaksanaan uji coba sistem deteksi dini.

4) meningkatkan perlindungan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja wanita di sektor formal maupun sektor informal dan perlindungan anak yang terpaksa bekerja.

f. Program Penataan Ruang Daerah

Program itu meliputi upaya:

1) menyempurnakan dan menjabarkan rencana tata ruang wilayah propinsi daerah tingkat I dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/kotamadya daerah tingkat II terutama tata ruang kawasan andalan, ke dalam rencana rinci dan program pem-bangunan daerah, dengan koordinasi bersama DKI Jakarta bagi wilayah Jabotabek;

508

Page 41: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

2) menyiapkan penatagunaan tanah bagi kawasan yang mem- punyai potensi pertumbuhan cepat seperti di daerah perkotaan, terutama di bagian utara Propinsi Jawa Barat dan sekitar Bandung sebagai akibat berkembangnya kawasan industri.

g. Program Pengembangan Kawasan Andalan dan Sektor Unggulan

Program ini meliputi upaya:

1) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan industri yang menitik beratkan pada kegiatan pengembangan industri yang berdaya saing kuat, memperluas kesempatan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah; pengembangan industri di Propinsi Jawa Barat bertumpu baik pada pengem-bangan industri padat sumber daya alam dengan memanfaat-kan teknologi yang maju, industri padat karya yang makin padat ketrampilan, maupun industri yang memanfaatkan sumber daya manusia yang sarat teknologi dan keterampilan, yang meliputi kegiatan:

a) pengembangan industri kecil dan menengah, termasuk industri kerajinan dan rumah tangga, dilaksanakan melalui (1) pola kemitraan usaha antara industri kecil, menengah dan besar; (2) penumbuhan dan pengembangan wirausaha industri kecil; (3) penumbuhan dan pengembangan indus-tri perdesaan termasuk di desa tertinggal; (4) pengem-bangan industri kecil melalui pembinaan 850 sentra indus-tri kecil;

b) peningkatan kemampuan teknologi di perusahaan-perusahaan industri melalui diseminasi teknologi; pengembangan dan pelayanan teknologi industri, penera-pan standar serta pengujian mutu produk; mendorong kemitraan litbang terapan antar dunia usaha, perguruan

509

Page 42: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

tinggi, dan pemerintah, serta meningkatkan sarana litbang industri, termasuk milik Pemerintah;

c) pendalaman dan penguatan struktur industri melalui pengembangan agroindustri, industri pengolahan hasil tambang, industri yang berorientasi ekspor melalui pengembangan dan pemanfaatan keunggulan komparatif daerah antara lain industri barang modal, permesinan dan elektronika, tekstil dan produk tekstil, petrokimia, semen, industri pengolahan hasil hutan, serta industri makanan dan minuman dan industri yang memanfaatkan sumber daya manusia yang berkadar teknologi dan keterampilan tinggi;

d) peningkatan promosi investasi industri dan keterkaitan antarindustri dan aglomerasi industri di beberapa kawasan andalan, khususnya di zona industri Bandung Raya, Cirebon dan koridor Cilegon-Cikampek;

2) meningkatkan produktivitas dan produksi sektor unggulan pertanian di Propinsi Jawa Barat melalui pengembangan perta-nian terpadu berorientasi pasar, yang mencakup pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan, yang diarahkan pada kawasan andalan, antara lain Pandeglang, Lebak, Su-kabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Garut, dan Ciamis, yang kegiatannya antara lain meliputi:

a) peningkatan mutu dan luas intensifikasi usaha pertanian rakyat antara lain komoditas padi, jagung, kedelai, dan kacang hijau;

b) pengembangan usaha pertanian rakyat, antara lain tanaman hias, tanaman obat-obatan, ikan hias, hortikul-tura, usaha peternakan unggas, ternak kecil, dan sapi perah;

510

Page 43: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

peningkatan budi daya perikanan darat dan laut, terutama udang, kepiting, ikan, dan teknologi penangkapan perikanan; dan

d) peningkatan kegiatan penyuluhan dalam mengembangkan investasi swasta di bidang agroindustri untuk pengolahan basil pertanian;

3) mengembangkan secara terpadu sektor unggulan pariwisata melalui pengembangan obyek dan daya tarik agrowisata, peninggalan sejarah, dan budaya; antara lain pengembangan Taman Nasional Ujung Kulon; pengembangan obyek dan daya tarik wisata khusus berupa penelusuran sungai di Sungai Citarum; wisata buru di Gunung Masigit; wisata gunung di Gunung Pangrango, Gunung Salak, Gunung Gede; dan wisata pemancingan di laut bagian selatan Jawa Barat; meningkatkan dan mengembangkan produk wisata konvensi di Bandung;

4) mengembangkan secara terpadu sektor pertambangan melalui peningkatan produksi dan penganekaragaman hasil tambang termasuk upaya pengolahan untuk komoditas tambang minyak dan gas bumi, marmer, batubara, bentonit, emas, fosfat, belerang, mangan, batu kapur, dan pasir kwarsa; pemetaan geologi dan geofisika, eksplorasi sumber daya mineral, penye-lidikan bahan galian, mitigasi bencana alam geologis dan eksplorasi air tanah, serta kegiatan khusus pengamatan gunung api; peningkatan peran serta masyarakat dalam usaha pertam-bangan skala kecil (PSK) melalui wadah koperasi dan bim-bingan usaha pertambangan golongan C.

h. Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Program ini meliputi upaya:

1) menyelamatkan hutan, tanah, dan air yang meliputi kegiatan:

511

Page 44: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

a) pengembangan dan pembangunan Taman Nasional Gunung Gede dan Pangrango, Ujung Kulon, dan Gunung Halimun; dan

b) perbaikan, pemeliharaan, pengamanan, dan pengem-bangan wilayah sungai untuk DAS Ciujung Teluk Lada, DAS Ciliwung Cisadane, DAS Citarum, DAS Cimanuk, dan DAS Citanduy;

2) membina dan mengelola lingkungan hidup yang meliputi kegiatan:

a) pengembangan pusat studi lingkungan hidup di perguruan tinggi di Bogor dan Bandung; dan

b) pengembangan program pasca sarjana ilmu lingkungan di perguruan tinggi di Bogor dan Bandung;

3) mengendalikan pencemaran lingkungan hidup yang meliputi kegiatan:

a) peningkatan mutu dan fungsi Sungai Citarum, Sungai Cisadane, Sungai Cileungsi, dan Sungai Ciliwung melalui program kali bersih;

b) pembangunan pusat pengolah limbah industri besar yang mengandung bahan beracun dan berbahaya (B3) di Bogor dan Bekasi;

c) pengembangan unit pengolah limbah industri;

512

Page 45: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

d) pengendalian pencemaran pantai wisata;

e) penanggulangan abrasi pantai dan intrusi air laut terutama di pantai utara, serta pemantapan penghijauan; dan

Page 46: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

f) pengendalian pencemaran udara yang disebabkan oleh kegiatan transportasi, industri dan pembangkit tenaga listrik, terutama di wilayah Botabek dan Kotamadya Bandung;

merehabilitasi lahan kritis melalui kegiatan rehabilitasi lahan kritis di areal pertanian lahan kering di DAS Ciujung Teluk Lada, DAS Ciliwung Cisadane, DAS Citarum, DAS Cima- nuk, dan DAS Citanduy dengan mengikutsertakan masyarakat dan dunia usaha.

i. Program Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan pemerataan dan kualitas pendidikan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan terutama dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun yang kegiatannya antara lain meliputi penyediaan prasarana dan sarana pendidikan serta tenaga kependidikan sesuai dengan keperluan; penyelenggaraan kelompok belajar Paket A, Paket B, magang dan kelompok belajar usaha;perluasan atau peningkatan sekolah menengah kejuruan dalam berbagai bidang yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan tuntutan pembangunan daerah; pengembangan perguruan tinggi negeri maupun swasta sehingga lebih terkait dengan kebutuhan daerah. Selain itu akan dikembangkan pula politeknik ketek-nikan (engineering) dan tata niaga.

2) meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan kesehatan termasuk perbaikan gizi serta menambah dan menyebarkan tenaga medis spesialis dan paramedis termasuk bidan desa yang kegiatannya antara lain meliputi peningkatan penerapan sistem kewaspadaan pangan dan gizi, pemberian vitamin A kepada anak bawah lima tahun (balita) di desa tertinggal, pembangunan 35 unit puskesmas, pembangunan 876 unit

513

Page 47: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

puskesmas pembantu, pengadaan 900 unit puskesmas keliling, penyelenggaraan pendidikan bidan program A dan B, serta pencegahan dan penanggulangan acquired immuno deficiency syndrome (AIDS); serta lanjutan pembangunan Rumah Sakit Hasan Sadikin di Bandung.

3) meningkatkan penyediaan dan memperluas jangkauan pe-layanan prasarana air bersih serta meningkatkan kualitas sani-tasi lingkungan permukiman di daerah perdesaan dan perko-taan, yang kegiatannya antara lain meliputi pembangunan kawasan terpilih pusat pengembangan desa sebanyak 125 desa, penyediaan dan pengelolaan air bersih perdesaan untuk 2.675 desa, serta pengelolaan air limbah perdesaan untuk 648 desa;

4) meningkatkan pembinaan kesejahteraan sosial termasuk masyarakat terasing, fakir miskin, lanjut usia, dan anak ter-lantar, di samping bimbingan dan pembinaan keluarga sejah-tera, yang kegiatannya antara lain meliputi:

a) pembinaan kesejahteraan sosial fakir miskin sebanyak 21.270 kepala keluarga;

b) pelayanan dan rehabilitasi sosial penyandang cacat seba-nyak 15.910 orang;

c) pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna sosial sebanyak 3.500 orang;

d) pembinaan kesejahteraan sosial masyarakat terasing sebanyak 1.100 kepala keluarga;

e) rehabilitasi dan peningkatan kelengkapan panti wredha milik pemerintah dan masyarakat sebanyak 26 panti, rehabilitasi dan peningkatan kelengkapan panti asuhan milik pemerintah dan masyarakat sebanyak 10 panti;

514

Page 48: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

f) pembangunan dan rehabilitasi lokabina karya sebanyak 12 gedung;

g) pengadaan unit rehabilitasi sosial keliling dan keleng-kapannya (URSK) sebanyak 3 unit; dan

h) pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintah bidang kesejahteraan sosial;

5) mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui kegiatan ke-luarga berencana (KB) termasuk KB transmigrasi, didukung oleh sektor terkait, antara lain kesehatan, pendidikan, dan agama, serta mengarahkan per-sebaran dan mobilitas pendu-duk melalui program trans-migrasi, yang meliputi kegiatan:

a) penerangan dan penyuluhan terhadap calon transmigran umum (TU), transmigran swakarsa berbantuan (TSB), transmigran swakarsa mandiri (TSM) serta melakukan pendaftaran, seleksi, dan menyediakan perlengkapan bagi TU dan TSB;

b) pelatihan dasar bagi 56.870 kepala keluarga calon trans-migran agar mereka siap mengembangkan daerah baru, dan menyediakan fasilitas angkutan dan akomodasi bagi TU dan TSB;

6) meningkatkan dan mengembangkan nilai budaya dan seni budaya daerah Jawa Barat untuk memperkaya kkazanah budaya setempat serta memelihara peninggalan sejarah, yang kegiatannya antara lain meliputi pemugaran Gedung Sutan Syahrir, dan pemugaran Megalith Gunung Padang;

7) meningkatkan kualitas pendidikan agama dan keagamaan serta pengamalan ajaran agama untuk memantapkan keimanan dan ketaqwaan umat beragama, yang kegiatannya antara lain meliputi bimbingan dan peningkatan kerukunan hidup umat

515

Page 49: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

beragama; penyediaan bantuan untuk pembangunan prasarana dan sarana kehidupan beragama dengan mendorong peran serta masyarakat; penyediaan prasarana dan sarana pendidikan dasar dalam rangka pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun; pembinaan pendidikan agama tingkat menengah dan tingkat tinggi, baik negeri maupun swasta; serta pembinaan kelembagaan seperti pondok pesantren dan tenaga penyuluh keagamaan. Secara khusus akan dilakukan pula rehabilitasi dan penyediaan fasilitas pendidikan untuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Gunung Jati Bandung.

j. Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat

Program ini meliputi upaya:

1) menumbuhkembangkan peranan swadaya masyarakat agar mampu memecahkan masalah bersama melalui kelompok swadaya di daerah terutama di desa tertinggal;

2) meningkatkan peranan wanita dalam mendukung upaya membangun keluarga sejahtera serta mengembangkan usaha yang dapat menambah penghasilan keluarga, antara lain melalui pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK);

3) meningkatkan pembinaan generasi muda melalui karang taru-na, pramuka dan organisasi kepemudaan, yang kegiatannya antara lain meliputi pembinaan terhadap 2.504 karang taruna;

4) membina dan meningkatkan kemampuan dan kualitas lembaga masyarakat atau organisasi nonpemerintah, yang kegiatannya antara lain meliputi pembinaan terhadap 616 organisasi sosial, dan pembinaan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat seba-nyak 6.826 orang;

5) meningkatkan pembinaan kesadaran masyarakat dalam berbangsa dan bernegara melalui penataran Pedoman

516

Page 50: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), pendidikan pendahuluan bela negara, pelatihan dan pengorganisasian perlindungan masyarakat (linmas) dalam kegiatan penanggu-langan bencana, serta pembinaan masyarakat terhadap keter-tiban dan keamanan lingkungan.

k. Program Percepatan Penaggulangan Kemiskinan

Program ini meliputi upaya:

1) meningkatkan ketersediaan dan persebaran jumlah serta kualitas pelayanan prasarana dan sarana dasar sosial dan ekonomi terutama di 1.560 desa tertinggal, antara lain meli- puti pemugaran perumahan dan permukiman di 1.619 desa sebanyak 22.779 unit rumah;

2) meningkatkan kemampuan dan kesempatan berusaha masyara-kat, khususnya kelompok masyarakat miskin dengan mengem-bangkan kegiatan ekonomi produktif yang dikelola melalui perkoperasian dan badan kredit perdesaan;

3) mendukung dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pro-gram khusus, seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan pro-gram sektoral dan regional lainnya yang ditujukan untuk menanggulangi masalah kemiskinan.

1. Program Pengelolaan Pembangunan Perkotaan

Program ini meliputi upaya:

1) membangun prasarana dan sarana perkotaan secara terpadu, yang kegiatannya antara lain meliputi pembangunan pe-rumahan dan permukiman daerah perkotaan dengan memba-ngun rumah sederhana sebanyak 85.000 unit; perbaikan dan peremajaan kawasan perumahan dan permukiman kumuh seluas 200 hektare, dart perbaikan lingkungan permukiman

517

Page 51: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

kota dan permukiman nelayan seluas 5.321 hektare; pengelo-laan air limbah untuk 2 kota metropolitan dan kota besar serta 78 kota sedang dan kota kecil; pengelolaan persampahan untuk 3 kota metropolitan dan kota besar serta 26 kota sedang dan kota kecil; penanganan drainase untuk 3 kota metropolitan dan kota besar serta 65 kota sedang dan kota kecil; penyediaan dan pengelolaan air bersih perkotaan dengan meningkatkan kapasi-tas produksi sebesar 2.040 liter per detik; serta penataan kota dan penataan bangunan;

2) meningkatkan kemampuan pengelolaan pembangunan perkota-an, yang kegiatannya antara lain meliputi pemantapan fungsi kota; pengembangan ekonomi perkotaan termasuk pembinaan sektor informal dan pengusaha kecil; peningkatan peran serta sosial masyarakat kota; pemantapan keuangan perkotaan; pemantapan kelembagaan pemerintahan kota; penyusunan dan pengendalian pemanfaatan rencana tata ruang kota dengan penyiapan program jangka menengah (PJM) perkotaan untuk 23 kota; penyusunan rencana PJM untuk 11 kawasan andalan; penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan untuk 19 kawasan; serta peningkatan pengelolaan administrasi dan tertib hukum pertanahan di daerah perkotaan;

3) mendukung dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di daerah perkotaan, yang kegiatannya antara lain meliputi peningkatan konservasi kawasan budaya dan bernilai sejarah, serta pemantapan luasan ruang terbuka hijau.

2. Program Penunjang

Program penunjang meliputi seluruh program sektoral dan regional yang dilaksanakan dan berlokasi di Daerah Tingkat I Jawa Barat.

518

Page 52: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

TABEL 47-10WILAYAH SATUAN PEMERINTAHAN DAN JUMLAH PENDUDUK

DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT1990, 1993, DAN 1998

Catatan : Jumlah penduduk tahun 1990, 1993 dan 1998. Angka perkiraan (Sumber BPS, 1994)*) Data jumlah kecamatan, desa dan Kelurahan, serta jumlah penduduk tahun 1990 tidak tersedia (masih termasuk wilayah Kabupaten Tangerang)**) Perkiraan pertumbuhan penduduk Kodya Tangerang antara tahun 1993 dengan 1998

519

Page 53: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah

520

Page 54: BAB 47 - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewPropinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, terletak antara 5 50'-7 50' lintang selatan dan 104 4'-108 18' bujur timur, merupakan wilayah