20

Click here to load reader

BAB 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hasil penelitian PJK

Citation preview

57

BAB 5HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di RSU Cut Meutia berlokasi di Kabupaten Aceh Utara. RSU Cut Meutia berdiri di atas lahan seluas 79.912 m2. Dengan luas bangunan 78.130,60 m2. RSU Cut Meutia terletak sangat strategis, dengan batas-batas wilayah sebelah utara dengan jalan lintas Medan-Banda Aceh, sebelah selatan berbatasan dengan Kompi AURI, sebelah barat berbatasan dengan Akademi Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara dan sebelah timur berbatasan dengan Kampus Politeknik.RSU Cut Meutia memiliki pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, ruang operasi, ICU, ruang persalinan, radiologi, laboratorium patologi klinik, farmasi dan rehabilitasi gizi. Pelayanan rawat jalan terdiri dari, poliklinik anak, KIA/KB, bedah, penyakit dalam, THT, kesehatan anak, mata, kebidanan, kulit kelamin, saraf, jantung, gigi dan mulut, jiwa dan paru.Jumlah pegawai yang ada di RSU Cut Meutia terdiri dari 844 karyawan, pegawai negeri sipil 393 orang, honor daerah 9 orang, bakti murni 14 orang, tenaga sukarela 428 orang (Profil RSU Cut Meutia, 2012).5.2Hasil PenelitianPengumpulan data dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2014 di RSU Cut Meutia Aceh Utara. Populasi penelitian adalah pasien penderita penyakit jantung koroner tahun 2012 yaitu sebanyak 287 orang dan jumlah sampel sebanyak 80 orang yang didapat berdasarkan rumus Lemeshow. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengobservasi data rekam medik pasien PJK. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.5.2.1 Analisis univariat1. Distribusi tekanan darahHasil penelitian diperoleh data distribusi frekuensi tekanan darah pasien PJK di RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2012.Tabel 5.1 Distribusi frekuensi tekanan darah PJK RSU Cut Meutia Aceh Utara 2012.Kategorin%

Normotensi + prehipertensi2936,3

Hipertensi5163,7

Jumlah80100

Sumber: data primer, 2014Berdasarkan tabel tekanan darah, pasien normotensi dan prehipertensi pada penyakit PJK sebanyak 29 orang (36,3%) dan pasien hipertensi pada penyakit PJK didapati sebanyak 51 orang (63,7%).2. Distribusi usiaHasil penelitian diperoleh data distribusi frekuensi usia pasien PJK di RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2012.Tabel 5.2 Distribusi frekuensi usia pasien PJK RSU Cut Meutia Aceh Utara 2012.Kategorin%

35 44 tahun 33,8

45 54 tahun2531,3

55 64 tahun2632,5

65 74 tahun2126,3

75 tahun56,3

Jumlah80100

Sumber: data primer, 2014Berdasarkan tabel jumlah penderita PJK pada usia 35 44 tahun sebanyak 3 orang (3,8%), usia 45 54 tahun sebanyak 25 orang (31,3%), usia 55 64 tahun 26 orang (32,5%), usia 65 - 74 tahun sebanyak 21 orang (26,3%) dan usia lebih dari 75 tahun sebanyak 5 orang (6,3%).3. Distribusi jenis kelamin Hasil penelitian diperoleh data distribusi jenis kelamin pasien PJK di RSU Cut Meutia Aceh Utara.Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien PJK RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2012Kategorin%

Perempuan4860

Laki-laki3240

Jumlah80100

Sumber: data primer, 2014Berdasarkan tabel jenis kelamin dapat dilihat bahwa penderita PJK perempuan sebanyak 48 orang (60%) dan laki laki sebanyak 32 orang (40%).4. Distribusi gambaran EKGHasil penelitian diperoleh distribusi gambaran EKG pasien PJK di RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2012.Tabel 5.4 Distribusi frekuensi gambaran EKG pasien PJK RSU Cut Meutia Aceh Utara 2012Kategorin%

APS1620

ACS6480

Jumlah80100

Sumber: data primer, 2014Berdasarkan tabel gambaran EKG diatas terdapat 16 orang (20%) tergolong kategori APS dan 64 orang (80%) tergolong kategori ACS.

5.2.2Analisis bivariat1. Hubungan Tekanan Darah dengan PJKBerdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hubungan antara tekanan darah dengan kejadian PJK.Tabel 5.5 Hubungan Tekanan darah dengan PJK Tekanan darahGambaran EKGjumlahOR(95% CI)P value

APSACS

n%n%n%

Normotensi + prehipertensi1241,41758,6291008,2942,352 29,2470,001

Hipertensi47,84792,251100

Jumlah1620648080100

Sumber: data primer 2014Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 80 orang PJK terdapat 29 orang normotensi dan prehipertensi, terdiri atas 12 orang (41,4%) dengan gambaran EKG berupa APS, serta 17 orang (58,6%) dengan keadaan gambaran EKG berupa ACS. Pasien PJK yang memiliki tekanan darah tinggi / hipertensi berjumlah 51 orang, terdiri atas 4 orang (7,8%) dengan gambaran EKG berupa APS, serta 47 orang (92,2%) dengan keadaan gambaran EKG berupa ACS. Hasil uji statistik chi square menunjukkan ada hubungan antara tekanan darah dengan kejadian PJK dengan p value 0,001. Berdasarkan level signifikan 0,05 p value lebih kecil dari (0,001 < 0,05) yang berarti Ho ditolak artinya ada hubungan antara meningkatnya tekanan darah terhadap kejadian PJK di RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2012. Untuk mengetahui tingkat kekuatan hubungan antara tekanan darah dengan kejadian PJK digunakan perhitungan odds ratio, didapatkan nilai OR sebesar 8,294. Besar nilai OR > 1 menunjukan bahwa peluang terkena PJK meningkat 8 kali pada pasien yang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi).2. Hubungan Usia dengan PJK Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hasil crosstabs antara usia dengan kejadian PJK.Tabel 5.6 Hubungan Usia dengan PJKUsiaGambaran EKGJumlahP value

APSACS

n%n%n%

35 54 tahun621,42278,6281000,765

55 64 tahun415,42284,626100

65 tahun623,12076,926100

Jumlah 1620648080100

Sumber: data primer 2014Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 80 orang PJK terdapat 28 orang yang berumur diantara 35 54 tahun terdiri dari 6 orang (21,4%) yang termasuk golongan APS dan 22 orang (78,6%) yang termasuk golongan ACS, terdapat 26 orang yang berumur antara 55 64 tahun terdiri dari 4 orang (15,4%) yang termasuk golongan APS dan 22 orang (84,6%) yang termasuk golongan ACS dan terdapat 26 orang yang berumur 65 tahun terdiri dari 6 orang (23,1%) termasuk golongan APS dan 20 orang (76,9%) termasuk golongan ACS. Hasil uji statistic chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian PJK dengan p value 0,765. Berdasarkan level signifikan 0,05 p value lebih besar dari (0,765 > 0,05) yang berarti Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara usia dengan kejadian PJK di RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2012.

3. Hubungan Jenis Kelamin dengan PJKBerdasarkan hasil pengolahan data didapatkan hasil crosstabs antara jenis kelamin dengan kejadian PJK.Tabel 5.7 Hubungan Jenis Kelamin dengan PJKTekanan darahGambaran EKGJumlahOR(95% CI)P value

APSACS

n%n%n%

Perempuan1020,83879,2481001,1400,369 3,5241,000

Laki - laki618,82681,232100

Jumlah1620648080100

Sumber: data primer 2014Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 80 orang PJK terdapat 48 orang perempuan terdiri dari 10 orang (20,8%) yang termasuk golongan APS dan 38 orang (79,2%) yang termasuk golongan ACS, serta 32 orang laki laki terdiri dari 6 orang (18,8%) yang termasuk golongan APS dan 26 orang (81,2%) yang termasuk golongan ACS. Hasil uji statistik chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian PJK dengan p value 1,000. Berdasarkan level signifikan 0,05 p value lebih besar dari (1,000 > 0,05) yang berarti Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian PJK di RSU Cut Meutia Aceh Utara tahun 2012. Kemudian didapatkan nilai OR sebesar 1,140. Besar nilai OR > 1 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki laki lebih berpeluang terkena PJK sebesar 1,140 dibandingkan perempuan.

BAB 6PEMBAHASAN

6.1Gambaran UmumPenelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014. Total sampel berjumlah 80 pasien PJK, berdasarkan observasi dari rekam medis yang terdapat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara. Terdapat pasien yang yang memiliki tekanan darah normotensi dan prehipertensi sebanyak 29 orang (36,3%) dan hipertensi sebanyak 51 (63,7%) orang. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipertensi dapat mengakibatkan PJK lebih banyak dari normotension dan prehipertension, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Rosmiatin di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bahwa hipertensi merupakan resiko terjadinya PJK (Rosmiatin, 2012).Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan rata-rata PJK di alami terbanyak pada periode usia 55 64 tahun. Hasil penelitian membuktikan bahwa PJK lebih sering terjadi pada usia dewasa madya dan lansia, pada usia ini sudah terjadi beberapa penurunan faal vaskuler tubuh seperti tidak elastisnya lagi pembuluh darah, kemampuan pemenuhan kebutuhan oksigen yang makin berkurang. tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Montalescott dkk terdapat peningkatan jumlah pasien PJK dari usia mulai 55 64 tahun dan bertambah jumlahnya sesuai dengan peningkatan usia pasien (Montalescott, 2013).

52Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa penderita PJK lebih banyak terdapat pada perempuan daripada laki-laki, hal ini diakibatkan pada wanita yang telah melewati masa subur akan mengalami penurunan proteksi akibat penurunan jumlah hormon estrogen yang melindungi pada wanita selama masih aktif menstruasi, sehingga perbaikan jaringan vaskular menurun pada wanita yang telah masuk masa menopause, meningkatnya kadar LDL dan menurunnya kadar HDL, serta tahanan perifer yang semakin meningkat akibat berkurangnya elastisitas pembuluh darah pada lapisan tunika media. Penelitian ini tak jauh berbeda yang dilakukan oleh Hariadi di laboratorium klinik prodia, didapatkan hasil persentase penderita PJK terbanyak adalah wanita dengan jumlah sebesar 30 orang (Hariadi, 2005).

6.2Hubungan antara Tekanan Darah dengan Kejadian PJKBerdasarkan Analisis Bivariat dilakukan crosstabs antara tekanan darah dengan gambaran EKG pasien PJK, diperoleh APS dengan keadaan normotensi dan prehipertensi sebanyak 12 orang, pasien APS dengan keadaan hipertensi sebanyak 4 orang dan pasien ACS dengan keadaan normotensi dan prehipertensi 17 orang, pasien ACS dengan keadaan hipertensi sebanyak 47 orang. Pada uji chi-square didapati nilai fisher exact test sebesar 0,001 yang berarti nilai p < 0,05 H0 ditolak, berarti terdapat hubungan antara tekanan darah dengan kejadian PJK. Nilai Odds ratio didapatkan sebesar 8,140 berarti peluang terkena PJK adalah 8 kali pada pasien yang hipertensi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuliani di RS M. Djamil Padang yang mana dilakukan observasi pada pasien PJK dengan keadaan hipertensi dan normotensi yang mana tekanan darah merupakan salah satu faktor resiko yang dapat menimbulkan kejadian PJK, dikarenakan hipertensi terjadi akibat meningkatnya tahanan arteri perifer, mekanisme terjadi hipertensi disebabkan terjadi peningkatan hormon RAA yang dihasilkan akibat meningkatnya tekanan darah pada glomerulus, renin mengaktifkan enzim angiotensinogen dan meningkatkan angiotensin, meningkatnya angiotensin ini mengakibatkan terjadi penyempitan pada arteri perifer diakibatkan terjadi proliferasi otot polos mendesak ke daerah tunika intima, keadaan seperti ini meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera endotel baik berupa ulser, fissur diakibatkan oleh tekanan darah meningkat, pada saat terjadi ulser maka LDL yang teroksidasi dan berikatan dengan monosit jaringan yang terdapat dalam tubuh berikatan pada tunika intima yang mengalami ulser, disitulah berawal terjadi pembentukan atherosklerosis.

6.3Hubungan Usia dengan Kejadian PJKHasil analisis bivariat yang dilakukan crosstabs antara usia dengan kejadian penyakit jantung koroner didapat hasil uji chi-square berdasarkan fisher exact test nilai p value = 1,000 (P value > 0,05) berarti H0 diterima, maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara usia dengan kejadian PJK penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yuliani di RS M. Djamil padang yang mana tidak didapatkan hubungan antara usia dengan kejadian PJK, proporsi yang menderita PJK lebih dari atau sama dengan umur 45 lebih banyak dengan yang dibawah umur 45 tahun, hal ini berarti bahwa PJK meningkat pada pasien yang lebih dari 45 tahun, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh sorrentino MJ dalam cholesterol reduction to prevent CAD bahwa meningkatnya resiko PJK terjadi pada pria yang berusia 55 tahun dan wanita yang berusia 45 tahun jika berdasarkan onset menopause normal. Usia merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dalam terjadi PJK, atherosklerosis terjadi pada dewasa muda, terus meningkat seiring dengan meningkatnya usia dan perilaku beresiko dalam kehidupan sehari hari seperti merokok, hipertensi, dislipidemia, DM, stress dan hormonal.

6.4Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian PJKHasil analisis bivariat didapatkan hasil cross tabs antara jenis kelamin dengan kejadian PJK didapati hasil uji chi square dengan nilai p value = 1,000 p value > 0,05 berarti H0 diterima, maka dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian PJK, penelitian ini tidak sejalan dengan Yuliani di RS M.Djamil Padang yang mana terdapat hubungan antara jenis kelamin, dikarenakan perbedaan jumlah pasien antara laki-laki dan perempuan, pada penelitian tersebut terdapat lebih banyak pasien laki-laki daripada pasien perempuan, menurut teori laki-laki lebih utama beresiko terkena PJK daripada wanita, 10 tahun lebih dahulu dikarenakan pada laki-laki memiliki faktor resiko penunjang lain yang dapat memicu terkena serangan PJK lebih awal seperti hipertensi, merokok, peningkatan kadar LDL, stress dan penyakit DM, sedangkan pada perempuan sering terkena serangan PJK pada usia setelah menopause ( 45 tahun) dikarenakan fungsi hormon estrogen pada wanita memberi proteksi terhadap pembuluh darah terutama jantung berupa vasodilatasi, penghambatan proliferasi sel otot polos pembuluh darah sehingga tidak terjadi vasokontriksi, menurunkan kadar LDL dan meningkatkan kadar HDL, setelah usia menopause barulah awal terjadi morbiditas dan mortalitas PJK pada wanita, menurut penelitian didapatkan perbedaan antara peran saraf otonom pada pria dan wanita, pada pria sering terjadi peningakatan aktivitas saraf otonom simpatis jantung, sedangkan pada wanita sering terjadi peningkatan aktivitas saraf otonom parasimpatis jantung.

BAB 7PENUTUP

7.1Kesimpulan1. Penderita PJK di RSU Cut Meutia memiliki tekanan darah ( < 140 mm/Hg) yaitu sebanyak 29 orang orang atau 36,25% dan memiliki tekanan darah ( 140 mm/Hg) sebanyak 51 orang atau 63,75%. Tekanan darah tertinggi adalah 230/120 mm/Hg dan tekanan darah terendah adalah 110/70 mm/Hg.2. Penderita PJK dengan usia antara 35 44 tahun sebanyak 3 orang (3,8%), usia antara 45 54 tahun sebanyak 25 orang (31,3%), usia antara 55 64 tahun sebanyak 26 orang (36,25%), usia antara 65 74 tahun sebanyak 21 orang (26,3%) dan usia 75 tahun sebanyak 5 orang (6,3%). Usia tertinggi adalah 83 tahun dan usia terendah adalah 39 tahun.3. Jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 48 orang dan laki laki sebanyak 32 orang.4. Pasien PJK yang memiliki gambaran EKG berupa APS sebanyak 16 orang dan ACS sebanyak 64 orang.5. 57Terdapat hubungan antara tekanan darah terhadap kejadian penyakit jantung koroner dengan p value lebih kecil dari (0,001 < 0,05), serta nilai odds ratio sebesar 8,294 sehingga besar nilai OR > 1 menunjukan bahwa tekanan darah merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner.6. Tidak terdapat hubungan antara usia dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan p value lebih besar dari (0,765 > 0,05).7. Tidak terdapat hubungan jenis kelamin dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan p value lebih besar dari (1,000 > 0,05) serta nilai odds ratio sebesar 1,140 sehingga besar nilai OR > 1 menunjukkan bahwa peluang laki laki untuk terkena PJK sebesar 1,140 dari pada wanita terkena PJK.

7.2Saran 1. Diharapkan bagi institusi pendidikan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya dan menjadi masukan bagi institusi pendidikan. Selain itu diharapkan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak, spesifik dengan tempat penelitian yang luas dan faktor resiko lain yang lebih spesifik.2. Penyakit jantung koroner dapat dicegah dengan menurunkan tekanan darah tinggi dan melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin.46