17
Bab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 51 BAB 5 STABILITAS BENDA TERAPUNG 5.1 STABILITAS AWAL Sebagai dasar pemahaman mengenai struktur terapung maka diperlukan studi mengenai stabilitas benda terapung. Kestabilan sangat diperlukan suatu struktur terapung agar dapat tetap berada pada posisi yang seharusnya. Kondisi suatu perairan akan mempengaruhi keberadaan dari struktur terapung, salah satu dampaknya adalah pergerakan struktur dari posisi keseimbangan ke suatu posisi baru. Suatu benda dikatakan berada dalam keadaan seimbang (equilibrium) apabila resultan gaya dan resultan momen yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol. Jika benda tersebut dipengaruhi oleh gaya luar sehingga bergeser dari keadaan seimbangnya kemudian kembali lagi ke posisi awal maka struktur terapung tersebut berada dalam keseimbangan stabil (stable equilibrium) dan konsidisi tersebut disebut stabilitas positif. Sedangkan apabila suatu benda digeser dari posisi keseimbangannya ke suatu posisi baru dan kemudian tetap pada posisi baru tersebut, maka keseimbangan benda tersebut dikatakan keseimbangan netral (neutral equilibrium). Tetapi apabila suatu benda digerakan ke suatu posisi baru kemudian benda tersebut bergerak semakin menjauhi posisi awalnya maka keseimbangan benda tersebut dikatakan keseimbangan labil (unstable equilibrium) dan kondisi ini disebut stabilitas negatif terhadap acuan posisi awalnya. Pada suatu struktur terapung akan terdapat dua buah gaya vetikal yang bekerja, yakni gaya apung (bouyancy) yang mengarah ke atas dan berat struktur itu sendiri yang mengarah ke bawah. Resultan dari gaya tekan air keatas dapat digambarkan sebagai satu gaya yang bekerja pada titik pusat gaya apung (center of buoyancy) yang mengarah keatas. Sedangkan resultan dari gaya berat dapat digambarkan sebagai satu gaya yang bekerja pada titik pusat massa benda (center of gravity) yang mengarah ke bawah. Suatu struktur dikatakan berada dalam keseimbangan apabila resultan dari gayagaya tersebut harus sama besarnya tetapi berlawanan arah dan berada pada satu garis vertikal. Gambar 5. 1 Momen positif.

BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐1 

BAB 5 

STABILITAS BENDA TERAPUNG  

5.1 STABILITAS AWAL 

Sebagai  dasar  pemahaman mengenai  struktur  terapung maka  diperlukan  studi mengenai stabilitas benda  terapung. Kestabilan  sangat diperlukan  suatu  struktur  terapung   agar dapat  tetap berada pada posisi  yang  seharusnya. Kondisi  suatu perairan  akan mempengaruhi  keberadaan dari struktur  terapung,  salah  satu dampaknya  adalah pergerakan  struktur dari posisi  keseimbangan  ke suatu posisi baru. 

  Suatu benda dikatakan berada dalam keadaan seimbang (equilibrium) apabila resultan gaya dan  resultan momen  yang  bekerja  pada  benda  tersebut  sama  dengan  nol.    Jika  benda  tersebut dipengaruhi oleh gaya  luar sehingga bergeser dari keadaan seimbangnya   kemudian kembali  lagi ke posisi awal maka struktur terapung tersebut berada dalam keseimbangan stabil (stable equilibrium) dan konsidisi tersebut disebut stabilitas positif.   

Sedangkan  apabila  suatu  benda  digeser  dari posisi  keseimbangannya  ke  suatu posisi baru dan  kemudian  tetap  pada  posisi  baru  tersebut,  maka  keseimbangan  benda  tersebut  dikatakan keseimbangan netral (neutral equilibrium). Tetapi apabila suatu benda digerakan ke suatu posisi baru kemudian  benda  tersebut  bergerak  semakin menjauhi  posisi  awalnya maka  keseimbangan  benda tersebut dikatakan keseimbangan labil (unstable equilibrium) dan kondisi ini disebut stabilitas negatif terhadap acuan posisi awalnya. 

Pada suatu struktur terapung akan terdapat dua buah gaya vetikal yang bekerja, yakni gaya apung  (bouyancy) yang mengarah ke atas dan berat struktur  itu sendiri yang mengarah ke bawah. Resultan  dari  gaya  tekan  air  keatas  dapat digambarkan  sebagai  satu  gaya  yang bekerja  pada  titik pusat gaya apung  (center of buoyancy) yang mengarah keatas. Sedangkan  resultan dari gaya berat dapat digambarkan sebagai satu gaya yang bekerja pada titik pusat massa benda (center of gravity) yang mengarah  ke  bawah.  Suatu  struktur dikatakan berada dalam  keseimbangan  apabila  resultan dari  gaya‐gaya  tersebut harus  sama besarnya  tetapi berlawanan  arah dan berada pada  satu  garis vertikal. 

 

Gambar 5. 1 Momen positif. 

Page 2: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐2 

 

Gambar 5. 2 Momen negatif. 

 

Pada gambar 5.1 dan gambar 5.2  terdapat  tiga buah  titik yakni  titik pusat berat  (center of gravity) (G), titik metacenter (M), dan titik pusat gaya apung (center of buoyancy) (B).   

 

5.1.1 Titik Pusat Berat  

Titik pusat berat struktur didapat dengan membagi jumlah total dari momen pertama setiap komponen dengan berat  total  struktur. Proyeksi dari  titik pusat berat  yang menggambarkan  jarak dari titik berat dalam arah memanjang terhadap suatu garis referensi disebut  longitudinal center of gravity  (LCG). Sedangkan  jarak dari  titik berat dalam arah melintang  terhadap suatu garis referensi disebut transverse center of gravity (TCG).  

 

Gambar 5. 3 Proyeksi titik pusat berat. 

1LCG dari sumbu y x dWW

= ∫  

                      (5.1) 

Page 3: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐3 

1VCG dari keel z dWW

= ∫  

                      (5.2) 

1TCG dari sumbu x y dWW

= ∫  

                      (5.3) 

Dimana: 

  W   : berat total struktur 

  dW : berat komponen struktur

x,y,z : koordinat komponen terhadap sumbu referensi 

 

5.1.2 Titik Metacenter 

Perhatikan gambar berikut ini, suatu benda yang terapung tegak dimana posisi garis air pada benda yang terapung tegak tersebut adalah WL. Titik pusat gaya apung saat benda terapung tegak adalah titik B. Garis air W1L1 adalah posisi ketika benda tersebut diputar dengan sudut   (sudut kecil) 

tanpa merubah volume benda yang terendam (displacement). Titik pusat gaya apung setelah benda diputar  adalah B1. Garis  yang melalui B dan  tegak  lurus WL  akan berpotongan dengan  garis  yang melalui B1 dan tegak lurus W1L1 di titik M. Titik M disebut sebagai titik metacenter. 

 

Gambar 5. 4 Titik metacenter. 

Apabila  benda  yang  terapung  diputar  tanpa merubah  displacement, maka  volume  bagian benda yang tenggelam harus sama dengan volume bagian benda yang timbul. Adanya bagian benda yang  tenggelam dan bagian benda  yang  timbul  akan menyebabkan berpindahnya  titik  pusat  gaya apung dari titik B ke titik B1. 

Page 4: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐4 

5.1.3 Titik Gaya Apung 

Titik pusat gaya apung  (center of buoyancy) dari suatu struktur  terapung berada pada  titik pusat  dari  volume  fluida  yang  dipindahkan.  Jarak  proyeksi  titik  pusat  gaya  apung  terhadap  suatu sumbu  referensi dalam memanjang disebut LCB  (longitudinal center of buoyancy), sedangkan  jarak proyeksi titik pusat gaya apung terhadap sumbu referensi dalam arah vertikal disebut VCB (vertical center of buoyancy). 

 

Gambar 5. 5 LCB dan VCB. 

( )z T

wz 0

VCB 1 A z dz=

=

= ∇ ∫  

                      (5.4) 

Dimana : 

∇   : volume air yang dipindahkan  

wA   : luas bidang air 

( )r

1

x x

Ax x

LCB 1 S x dx=

=

= ∇ ∫  

                      (5.5) 

Dimana : 

∇   : volume air yang dipindahkan  

AS   : luas penampang lintang  

Page 5: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐5 

 

5.2 KARAKTERISTIK BENTUK 

Bidang  air  (waterplane),  penampang  melintang  (transverse  section),  gelagar  (bulkhead) merupakan bentuk bidang (2‐ D) yang karakteristiknya perlu diketahui dalam mendesain suatu kapal atau  benda  terapung  lainnya.  Bentuk  bidang  tersebut  tidak  dapat  ditentukan  dengan  eksak,  oleh karena  itu  perlu  dilakukan metode  pendekatan,  salah  satunya  adalah  dengan metode  intergrasi numerik. 

Momen  pertama  M  dan momen  kedua  I (momen  inersia) merupakan  karakteristik  yang dimiliki oleh suatu bidang (2‐D), sebagai contoh adalah irisan bidang air. 

 

5.2.1 Momen Pertama 

• Momen sekitar sumbu – y 

yy 1L

M x.y . dx= ∫ 

                      (5.6) 

Momen sekitar sumbu y untuk sebuah daerah yang simetris  terhadap sumbu x dirumuskan sebagai berikut: 

yy 1L

M 2. x.y . dx= ∫ 

                      (5.7) 

• Momen sekitar sumbu – x 

1y

xxL 0

M y. dy. dx= ∫ ∫ 

                      (5.8) 

Atau 

2xx 1

L

1M y . dx2= ∫ 

                      (5.9) 

Momen sekitar sumbu x untuk sebuah daerah yang simetris  terhadap sumbu x dirumuskan sebagai berikut: 

 

Page 6: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐6 

1 1y y

xxL 0 L 0

M y. dy. dx ( y). dy. dx= + −∫ ∫ ∫ ∫ 

                      (5.10) 

2 2xx 1 1

L L

1 1M y . dx y . dx 02 2= − =∫ ∫ 

                      (5.11) 

5.2.2 Momen Inersia 

• Momen inersia sekitar sumbu – y 

2yy

L

I x .y. dx= ∫ 

                      (5.12) 

Momen  inersia  sekitar  sumbu  y  untuk  sebuah  daerah  yang  simetris    terhadap  sumbu  x dirumuskan sebagai berikut: 

2yy

L

I 2 x .y. dx= ∫ 

                      (5.13) 

Pada kasus sebuah bidang air  yyI  merupakan momen inersia longitudinal sekitar sumbu y. 

• Momen inersia sekitar sumbu –x 

1y2

xxL 0

I y . dy. dx= ∫ ∫  

                      (5.14) 

3xx 1

L

1I y . dx3= ∫  

                      (5.15) 

Momen  inersia  sekitar  sumbu  x  untuk  sebuah  daerah  yang  simetris    terhadap  sumbu  x dirumuskan sebagai berikut: 

1 1y y2 2

xxL 0 L 0

I y . dy. dx ( y) . dy. dx= + −∫ ∫ ∫ ∫  

                      (5.16) 

Page 7: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐7 

3xx 1

L

2I y . dx3= ∫  

                      (5.17) 

Pada kasus sebuah bidang air  xxI  merupakan momen inersia transversal sekitar sumbu x. 

5.3 INTEGRASI NUMERIK  

5.3.1 Hukum Trapezoid 

Suatu trapesium yang memiliki panjang sisi yang berhadapan yakni y1, y2 dan tinggi h maka luas dari trapesium tersebut dirumuskan menjadi: 

1 21A h (y y )2= +

 

                      (5.18) 

 

Gambar 5. 6 Trapesium. 

Untuk suatu bentuk curvilinier dapat ditentukan luasannya dengan membagi bentuk tersebut kedalam beberapa trapesium. 

 

Gambar 5. 7 

Page 8: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐8 

2

1

x

1 2x

f(x).d(x) (h/2).(y y )≈ +∫   

(5.19) 

 Dimana untuk lebih dari dua ordinat yang sama dan memiliki jarak yang sama berlaku:  

1

n

1 2 3 n 1 nx

1 1f(x).d(x) h.( y y y y y )2 2−≈ + + + + +∫ K            

                      (5.20) 

 

5.3.2 Hukum pertama simpson (simpson’s first rule) 

Untuk menentukan  luas dibawah kurva maka perlu dirumuskan terlebih dahulu persamaan dari kurva tersebut. Persamaan dari kurva dinyatakan dalam persamaan orde 3, yaitu: 

2 30 1 2 3y a a x a x a x= + + +  

                      (5.21) 

Luas daerah dibawah kurva dinyatakan dengan persamaan: 

( )h h

2 30 1 2 3

h h

A y dx a a x a x a x dx− −

= = + + +∫ ∫ 

                      (5.22) 

h2 3 4 3

0 1 2 3 0 2h

1 1 1 2A a x a x a x a x 2a h a h2 3 4 3+

−⎡ ⎤= + + + = +⎣ ⎦  

                      (5.23) 

Diasumsikan luas dibawah kurva sebagai persamaan: 

1 2 3A L y My Ny= + +  

                      (5.24) 

Dengan melihat gambar berikut ini: 

Page 9: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐9 

 

Gambar 5. 8 

Dengan  memasukan  nilai  batas  (–h),0  dan  (h)  ke  persamaan  5.9  maka  didapatkan persamaan‐persamaan berikut: 

2 31 0 1 2 3y a a h a h a h= − + −  

                      (5.25) 

2 0y a=  

                      (5.26) 

2 33 0 1 2 3y a a h a h a h= + + +  

                      (5.27) 

Dengan mensubsitusikan 5.13, 5.14, 5.15 ke persamaan 5.12 maka didapatkan persamaan: 

2 30 1 2 3A (L M N)a (L N)a h (L N)a h (L N)a h= + + − − + + − −  

                      (5.28) 

Berdasarkan persamaan 5.11 dan persamaan 5.16 maka didapatkan rumusan berikut: 

L M N 2h+ + =  

                      (5.29) 

L N 0− =  

                      (5.30) 

2L N h3+ = 

                      (5.31) 

Dari persamaan 5.17, 5.18, 5.19 maka didapatkan nilai M, N, dan L sebagai berikut: 

Page 10: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐10 

1L N h3= = 

                      (5.32) 

4M h3= 

                      (5.33) 

Maka didapatkan persamaan untuk mencari luas di bawah kurva sebagai berikut: 

1 2 3 1 2 31 4 1 1A hy hy hy h(y 4y y )3 3 3 3= + + = + +

                                 (5.34) 

  Persamaan 5.22 dikenal  sebagai  “simpson’s  first  rule” atau  “3 ordinate  rule”. Untuk  kasus dimana  luas dibawah kurva dapat dibagi menjadi dalam jumlah yang ganjil dan berjarak sama maka luas dibawah kurva tersebut dapat ditentukan dengan rumusan berikut ini: 

 

Gambar 5. 9 

1 1 2 31A h(y 4y y )3= + +

 

                      (5.35) 

2 3 4 51A h(y 4y y )3= + +

 

                      (5.36) 

3 5 6 71A h(y 4y y )3= + +

 

Page 11: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐11 

                      (5.37) 

Dengan menjumlahkan  rumusan 5.35, 5.36, 5.37 didapatkan suatu pola  rumusan, sehingga untuk menghitung  luas  di  bawah  kurva  dengan  jumlah  yang  ganjil  dan  berjarak  sama  digunakan rumusan sebagai berikut: 

1 2 3 4 5 6 7 n1A h(y 4y 2y 4y 2y 4y 2y y )3= + + + + + + + +K

 

                      (5.38) 

5.3.3 Kasus khusus hukum pertama simpson 

Untuk menentukan luas dibawah kurva diantara dua ordinat jika diketahui tiga ordinatnya: 

 

Gambar 5. 10 

Rumusannya adalah sebagai berikut: 

1 1 2 31A h(5y 8y y )

12= + −  

                      (5.39) 

2 1 2 31A h( y 8y 5y )

12= − + +  

                      (5.40) 

Dimana jumlah dari persamaan 5.39 dan 5.40 sama memenuhi hukum pertama simpson. 

1 2 1 2 31A A A h(y 4y y )3= + = + +  

                      (5.41) 

5.3.4 Hukum kedua simpson 

Untuk menentukan luas dibawah kurva dimana diketahui 4 ordinanya: 

Page 12: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐12 

 

Gambar 5. 11 

( )4

1

x

1 2 3 4x

3f (x)dx h y 3y 3y y8

= + + +∫ 

                      (5.42) 

5.3.5 Hukum Tschebycheff (Tschebycheff’s rule) 

 

Gambar 5. 12 

Hukum tschebycheff digunakan untuk menghitung luas dibawah kurva dimana luas tersebut sebanding dengan jumlah dari ordinat – ordinat yang berjarak tertentu.  

( )L/ 2

1 2 3 n 1 nL/ 2

Lf (x)dx y y y y yn

+

−−

= + + + + +∫ K

 

                      (5.43) 

5.4 KOEFISIEN BENTUK 

Pada suatu struktur terapung perlu diketahui bagian struktur yang terendam (hull geometry), dimana  dengan  diketahui  hull  geomerty  maka  dapat  ditentukan  koefisien  –  koefisien  yang menentukan struktur tersebut lebar atau tipis. Koefisien – koefisien tersebut adalah sebagai berikut: 

5.4.1 Koefisien Bentuk Bidang Air (Cwp) 

Koefisien bentuk bidang air (coefficient of fineness of waterplane) merupakan perbandingan antara  luas  bidang  air  tehadap  luas  bentuk  persegi  empat  dengan  panjang  LWL  dan  lebar  B. Rumusannya adalah sebagai berikut: 

Page 13: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐13 

.W

WPWL

ACL B

                      (5.44) 

Dimana: 

  WA   : Luas bidang air 

  WLL   : Panjang persegi empat  

  B   : Lebar persegi empat 

 

Gambar 5. 13 Waterplane coefficient. 

5.4.2 Koefisien Bidang Tengah Kapal (CM) 

Koefisien bidang tengah kapal (midship section coefficient) merupakan perbandingan antara luas bidang tengah kapal tehadap  luas persegi panjang dengan sisi sarat  (draft) T dan  lebar B pada bidang tengah kapal. Rumusannya adalah sebagai berikut: 

.M

MACBT

                      (5.45) 

Dimana: 

  MA   : Luas bidang tengah kapal 

  T   : Sarat (draft)  

  B   : Lebar bidang tengah kapal 

 

Gambar 5. 14 Midship coefficient. 

Page 14: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐14 

5.4.3 Koefisien Balok (CB) 

Koefisien  balok  (block  coefficient) merupakan  perbandingan  antara  volume  displacement tehadap  volume  balok  dengan  sarat  (draft)  T,  lebar  sisi  B  dan  panjang  antara  perpendiculars  LPP. Rumusannya adalah sebagai berikut: 

. .BPP

CB T L

∇=

 

                      (5.46) 

Dimana: 

  ∇   : Volume displacement 

  T   : Sarat (draft)  

  B   : Lebar maksimum kapal 

  PPL   : Panjang antara perpendicular 

 

 

Gambar 5. 15 Block coefficient. 

 

5.4.4 Koefisien Prismatik Memanjang (CP) 

Koefisien  prismartik  memanjang  (longitudinal  prismatic  coefficient)  merupakan perbandingan antara volume displacement  tehadap volume bentuk prisma dengan panjang LPP dan luas bidang tengah kapal. Rumusannya adalah sebagai berikut: 

Page 15: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐15 

.PM PP

CA L∇

                      (5.47) 

Dimana: 

  ∇   : Volume displacement 

  MA   : Luas bidang tengah kapal 

  PPL   : Panjang antara perpendicular 

 

5.4.5 Koefisien Prismatik Vertikal (CVP) 

Koefisien prismartik vertikal  (vertical prismatic coefficient) merupakan perbandingan antara volume displacement tehadap volume bentuk prisma dengan panjang T dan  luas bidang transversal sama dengan luas bidang air. Rumusannya adalah sebagai berikut: 

.PW

CA T∇

                      (5.48) 

Dimana: 

  ∇   : Volume displacement 

  WA   : Luas bidang air 

  T   : Sarat (draft)  

 

Gambar 5. 16 Longitudinal prismatic cofficient. 

Page 16: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐16 

Contents BAB 5 ....................................................................................................................................................... 1 

STABILITAS BENDA TERAPUNG ............................................................................................................... 1 

5.1  STABILITAS AWAL .................................................................................................................... 1 

5.1.1  Titik Pusat Berat .................................................................................................................. 2 

5.1.2  Titik Metacenter.................................................................................................................. 3 

5.1.3  Titik Gaya Apung ................................................................................................................. 4 

5.2  KARAKTERISTIK BENTUK.......................................................................................................... 5 

5.2.1  Momen Pertama ................................................................................................................. 5 

5.2.2  Momen Inersia .................................................................................................................... 6 

5.3  INTEGRASI NUMERIK............................................................................................................... 7 

5.3.1  Hukum Trapezoid ................................................................................................................ 7 

5.3.2  Hukum pertama simpson (simpson’s first rule) .................................................................. 8 

5.3.3  Kasus khusus hukum pertama simpson ............................................................................ 11 

5.3.4  Hukum kedua simpson...................................................................................................... 11 

5.3.5  Hukum Tschebycheff (Tschebycheff’s rule) ....................................................................... 12 

5.4  KOEFISIEN BENTUK................................................................................................................ 12 

5.4.1  Koefisien Bentuk Bidang Air (Cwp) ..................................................................................... 12 

5.4.2  Koefisien Bidang Tengah Kapal (CM).................................................................................. 13 

5.4.3  Koefisien Balok (CB) ........................................................................................................... 14 

5.4.4  Koefisien Prismatik Memanjang (CP)................................................................................. 14 

5.4.5  Koefisien Prismatik Vertikal (CVP) ...................................................................................... 15 

 

Gambar 5. 1 Momen positif. ................................................................................................................... 1 Gambar 5. 2 Momen negatif. .................................................................................................................. 2 Gambar 5. 3 Proyeksi titik pusat berat.................................................................................................... 2 Gambar 5. 4 Titik metacenter. ................................................................................................................ 3 Gambar 5. 5 LCB dan VCB........................................................................................................................ 4 Gambar 5. 6 Trapesium........................................................................................................................... 7 Gambar 5. 7............................................................................................................................................. 7 Gambar 5. 8............................................................................................................................................. 9 Gambar 5. 9........................................................................................................................................... 10 Gambar 5. 10......................................................................................................................................... 11 Gambar 5. 11......................................................................................................................................... 12 Gambar 5. 12......................................................................................................................................... 12 Gambar 5. 13 Waterplane coefficient. .................................................................................................. 13 Gambar 5. 14 Midship coefficient. ........................................................................................................ 13 

Page 17: BAB 5 stabilitas benda terapung - Perpustakaan Digital · PDF fileBab 5 Stabilitas Benda Terapung Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung” 5‐4 5.1.3 Titik Gaya

Bab 5 Stabilitas Benda Terapung 

Laporan Tugas Akhir “Respon Dinamik Struktur Terapung”  5‐17 

Gambar 5. 15 Block coefficient.............................................................................................................. 14 Gambar 5. 16 Longitudinal prismatic cofficient. ................................................................................... 15