70
Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008 5-1 BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN 5.1 Strategi dan Tujuan Pembangunan 5.1.1 Tujuan Pembangunan Dengan mempertimbangkan pembangunan nasional dan daerah, serta potensi pembangunan, tujuan dan strategi masa depan di bawah ini diusulkan bahwa dalam pembangunan ekonomi daerah didasarkan pada pertimbangan terhadap lingkungan dan penanggulangan kemiskinan untuk merumuskan studi master plan pengembangan jalan. Tujuan 1: Pengembangan Pulau Sulawesi sebagai Pelopor di Kawasan Timur Indonesia dan sebagai Pintu Gerbang untuk Pulau-Pulau Lain Indonesia dan Negara-Negara di Asia. Tujuan 2: Pengembangan Sulawesi yang Ramah Lingkungan untuk Menanggulangi Kemiskinan 5.1.2 Strategi Pembangunan Untuk mencapai tujuan pembangunan, strategi pembangunan daerah di bawah ini diusulkan oleh Tim Studi: Strategi 1: Pertumbuhan ekonomi melalui Pengembangan Industri Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi, diperlukan pembangunan industri, khususnya industri olahan kalau perlu dengan memanfaatkan sumber daya pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan. Strategi 2: Pertumbuhan Ekonomi di Pusat Kegiatan Perekonomian Sulawesi akan ditingkatkan dengan pembangunan ekonomi dan sosial pada pusat kegiatan nasional dan wilayah (kota). Pusat kegiatan nasional akan dikaitkan dengan pembentukan klaster di Pulau Sulawesi dengan memanfaatkan keterkaitan antar pulau dan di dalam pulau. Strategi 3: Penanggulangan Kesenjangan Sosial dan Ekonomi dengan Penguatan Layanan Administrasi Publik Kesenjangan sosial dan ekonomi dapat ditanggulangi dengan penguatan layanan administrasi publik dan keterpaduan ekonomi daerah di pulau Sulawesi, khususnya daerah terpencil di pedesaan. Strategi 4: Pembangunan Sulawesi dengan Pertimbangan yang cukup pada Lingkungan, dan Keselamatan terhadap bencana Sulawesi harus dikembangkan dengan memperhatikan pelestarian lingkungan, pengurangan beban lingkungan, keamanan dari bencana dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia.

BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-1

BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN

5.1 Strategi dan Tujuan Pembangunan

5.1.1 Tujuan Pembangunan

Dengan mempertimbangkan pembangunan nasional dan daerah, serta potensi pembangunan, tujuan dan strategi masa depan di bawah ini diusulkan bahwa dalam pembangunan ekonomi daerah didasarkan pada pertimbangan terhadap lingkungan dan penanggulangan kemiskinan untuk merumuskan studi master plan pengembangan jalan.

Tujuan 1: Pengembangan Pulau Sulawesi sebagai Pelopor di Kawasan Timur Indonesia dan sebagai Pintu Gerbang untuk Pulau-Pulau Lain Indonesia dan Negara-Negara di Asia.

Tujuan 2: Pengembangan Sulawesi yang Ramah Lingkungan untuk Menanggulangi Kemiskinan

5.1.2 Strategi Pembangunan

Untuk mencapai tujuan pembangunan, strategi pembangunan daerah di bawah ini diusulkan oleh Tim Studi:

Strategi 1: Pertumbuhan ekonomi melalui Pengembangan Industri

Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi, diperlukan pembangunan industri, khususnya industri olahan kalau perlu dengan memanfaatkan sumber daya pertanian, kehutanan, perikanan dan pertambangan.

Strategi 2: Pertumbuhan Ekonomi di Pusat Kegiatan

Perekonomian Sulawesi akan ditingkatkan dengan pembangunan ekonomi dan sosial pada pusat kegiatan nasional dan wilayah (kota). Pusat kegiatan nasional akan dikaitkan dengan pembentukan klaster di Pulau Sulawesi dengan memanfaatkan keterkaitan antar pulau dan di dalam pulau.

Strategi 3: Penanggulangan Kesenjangan Sosial dan Ekonomi dengan Penguatan Layanan Administrasi Publik

Kesenjangan sosial dan ekonomi dapat ditanggulangi dengan penguatan layanan administrasi publik dan keterpaduan ekonomi daerah di pulau Sulawesi, khususnya daerah terpencil di pedesaan.

Strategi 4: Pembangunan Sulawesi dengan Pertimbangan yang cukup pada Lingkungan, dan Keselamatan terhadap bencana

Sulawesi harus dikembangkan dengan memperhatikan pelestarian lingkungan, pengurangan beban lingkungan, keamanan dari bencana dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia.

Page 2: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-2

5.2 Konsep Pembangunan Pulau Sulawesi

5.2.1 Rencana Pembangunan dengan Penguatan Keterkaitan Antar-Daerah di Sulawesi serta Pulau Lainnya di Indonesia dan Negara-negara Asia Lainnya

(1) Keterkaitan dengan Pulau Lainnya di Indonesia serta Negara-negara Asia lainnya

Rencana tata ruang nasional menjabarkan tiga zona pembangunan di Indonesia, yaitu Zona Utara, Zona Tengah dan Zona Selatan, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.1. Sulawesi dapat menjadi lokasi strategis yang menghubungkan tiga zona pembangunan serta negara-negara tetangga di Asia Tenggara dan Asia Timur Laut melalui ujung utara Pulau Sulawesi di Manado. Surabaya sebagai kota industri di Jawa Timur juga dapat memanfaatkan keterkaitan melalui Sulawesi ini untuk perdagangan internasional.

Northern Belt

Middle Belt

Southern Belt

Sulawesi

Cross BoarderTransport to Mindanao

Sumber: Tim Studi JICA

Gambar 5.2.1 Usulan Keterkaitan Zona Pembangunan Indonesia melalui Sulawesi

Peran penting Pulau Sulawesi lainnya dalam pembangunan nasional adalah lokasinya yang sangat menguntungkan membuat Sulawesi dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan sumber daya energi di Kalimantan dan Papua. Gambar 5.2.2 memperlihatkan bahwa Sulawesi dapat bertindak sebagai pusat penyedia sumber daya yang diperlukan seperti makanan, material konstruksi, dan komoditas lainnya. Oleh karena itu, pembangunan industri tersebut di Sulawesi merupakan hal yang penting dalam pembangunan sumber energi di Indonesia, yang merupakan industri kunci untuk kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia.

Pantai barat Sulawesi akan memainkan peran yang signifikan dalam mendukung industri pengolahan energi kalimantan melalui penyediaan produk-produk pertanian, material konstruksi, dan komoditas lainnya seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.3. Tiga kota yaitu Palu, Mamuju dan Parepare akan menjadi pusat perdagangan dan distribusi untuk Kalimantan. Dengan pertimbangan bahwa daerah pengembangan energi Luwuk juga prospektif dan signifikan, mekanisme penyediaan sumber daya yang dikembangkan di pantai barat Sulawesi juga dapat dimanfaatkan dalam mendukung wilayah Luwuk.

Page 3: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-3

SulawesiKalimantan

Papua

Resource Supply Center ofFood, MaterialsEnergy Center of Oil, NaturalGas Production

Resourceof Food,

Materials,Manpower

Support

Support

Sumber: Tim Studi JICA Gambar 5.2.2 Zona Pengembangan Sumber Daya Energi di Indonesia Timur dan Peran Sulawesi

Ka

Kalimantan

Balikpapan

Samarinda

Linkage of Western Coast with Eastern Area and KalimantanEnergy Center of Oil, Natural Gas Production

Resource Center of Food, Material

Reserved ForestAgricultural Land

Poso

ToliToli

Luwuk

Palu

Mamuju

ParePare

Sumber: Tim Studi JICA

Figure 5.2.3 Pengembangan Pantai Barat Sulawesi untuk Eksploitasi Energi di Kalimantan dan Luwuk

(2) Hubungan Antar Daerah di Sulawesi

Hubungan ekonomi yang ada antara enam propinsi di Pulau Sulawesi harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk efektivitas pertumbuhan ekonomi di Sulawesi. Hubungan ekonomi antara pusat layanan prioritas akan ditingkatkan dan keterkaitan antara daerah inti industri/perdagangan dengan daerah pedesaan yang miskin juga akan ditingkatkan.

Page 4: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-4

Dalam rangka Strategi Pembangunan Daerah 1, diusulkan rencana pembangunan di bawah ini:

1) Rencana Pembangunan Berbasis Hubungan Ekonomi antara Propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

Pembangunan berbasis hubungan ekonomi antara Makassar-Kendari merupakan yang paling penting dalam hubungannya dengan pemanfaatan jumlah penduduk yang terkonsentrasi dan peningkatan industri di masa depan. Kesuksesan pembangunan ini akan memberikan kontribusi terhadap keseluruhan pertumbuhan ekonomi pulau Sulawesi.

• Makassar akan tetap menjadi pintu gerbang hubungan antar pulau. Kalimantan sebagai basis energi dan pulau Jawa akan sangat terkait dengan Makassar dan Kawasan Andalan Parepare; sementara distribusi dan transportasi komoditas dan penumpang akan dilakukan melalui pintu gerbang ini.

• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut, gula dan daging), industri ringan (produk kayu, garmen, sepatu) dan industri semen merupakan sektor yang prospektif. Pengembangan industri bahan bakar bio diesel juga direkomendasikan, dengan memanfaatkan pohon kelapa yang banyak tumbuh di daerah pedalaman. Pusat pengolahan makanan gabungan dapat diwujudkan, seperti yang diusulkan dalam Gambar 5.3.4.

Reserved forestAgricultural

CementNickelAsphaltOil Refinery

BDFFishery and Marine Product ProcessingCocoaMeat Processing (Livestock) and AnimalFeedLight Industry (wood process such asplywood, furniture, garment, shoes, etc.)Other Food Manufacture (Coffee, Cashew,Vegetable, Sugar, Palm oil, Vanilla, etc.)Tourism

Consolidated FoodProcessing Center

Mamminasata

Kendari

ParePare Kolaka

International/Inter-RegionalTrade/Distribution CenterIntra-RegionalTrade/Distribution Center

Wakatobi

Plau

Sumber: Tim Studi JICA

Gambar 5.2.4 Rencana Pembangunan berbasis Hubungan Ekonomi Makassar-Kendari

Page 5: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-5

• Daerah Parepare akan menjadi pusat perdagangan antar pulau untuk bahan bakar dan makanan setelah dibangunnya kilang minyak. Perdagangan beras telah terkonsentrasi di Parepare dengan banyaknya lahan persawahan yang terhampar di bagian timur wilayah Parepare.

• Makassar dan Pulau Selayar memiliki potensi yang besar sebagai daerah tujuan wisata. • Kawasan Andalan Kendari/Kolaka akan lebih lanjut dikembangkan sebagai pusat

industri nikel dan aspal. Sektor pertanian (kacang mede, minyak sawit) dan perikanan, serta pengolahan kayu memiliki potensi yang besar di Baubau, Raha dan Unaaha. Kegiatan eco-tourism dapat dipromosikan di kepulauan Wakatobi.

2) Rencana Pembangunan Berbasis Hubungan Ekonomi antara Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat

Palu-Mamuju-Luwuk kaya akan sumberdaya pertanian/hutan dan memproduksi material untuk konstruksi. Kawasan Andalan Palu dan Mamuju akan menjadi pusat perdagangan untuk produk tersebut yang akan dikirim ke daerah penghasil energi di pantai timur Pulau Kalimantan lewat jalur laut. Industri pengolahan kakao, kayu dan produk lainnya seperti sayur mayur dan ternak memiliki potensi yang menjanjikan pada kawasan andalan tersebut. Bahan bakar bio diesel berbasis kelapa juga diusulkan untuk diproduksi di daerah Palu. Daerah Mamasa yang agak terisolir karena kurangnya akses jalan arteri memiliki potensi produk pertanian yang kaya serta daerah tujuan wisata seperti di Tana Toraja.

Ka

ToliToli

Palu Luwuk

Kolonodale

Poso

Pagimana

Banggai

Manado

Mamuju

Oil/Natural Gas FieldLPG DepositIntra-RegionalTrade/Distribution CenterConsolidated FoodProcessing Center

BDFCocoaLight Industry (wood process, etc.)Construction Material(Sand, Stone)Other Food Manufacture (Coffee,Vegetable, Ornage,etc.)Eco-tourismReserved ForestAgricultural Land

Mamasa

Kamara OilField

Gorontalo

Sumber: Tim Studi JICA

Gambar 5.2.5 Rencana Pembangunan Berbasis Keterkaitan Ekonomi antara Palu-Mamuju-Luwuk

Page 6: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-6

Kawasan Andalan Luwuk akan memproduksi minyak dan gas alam, dan akan menjadi salah satu basis energi strategis di Indonesia. Produksi energi di Luwuk akan didukung oleh Palu dan daerah lainnya dalam hal bahan pangan, material, dan persediaan tenaga kerja. Gambar 5.2.5 memperlihatkan rencana pembangunan berbasis keterkaitan ekonomi antara Palu-Mamuju-Luwuk.

3) Rencana Pembangunan Berbasis Keterkaitan Ekonomi antara Propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo

Di daerah pedalaman propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, berbagai jenis produk pertanian, perikanan, dan kayu akan diproduksi untuk perdagangan melalui pintu gerbang Manado/Bitung ke negara-negara Asia timur dan negara lainnya di kawasan Pasifik. Industri makanan (misalnya, pengalengan ikan, kelapa, kopi, minyak sayur, cengkeh, pakan ternak) dan industri ringan (misalnya pengolahan kayu) akan dikembangkan dan diperluas di Kawasan Andalan Manado-Bitung. Pengembangan industri bio diesel berbasis kelapa juga direkomendasikan di daerah ini. Dalam rangka mempromosikan industri tersebut, diperkenalkannya zona pembangunan ekonomi Manado-Bitung-Likupa dan promosi investasi domestik dan asing merupakan upaya yang paling efektif.

ManadoToliTol

PaluLuwukPoso

Pagimana

Gorontalo

Banggai

Bitung

BDFFisher and Marine Product ProcessingMeat Processing and Animal FeedLight Industry (wood process such asplywood, furniture, etc.)GoldOther Food Manufacture (Coffee, Clove,Vegetable, Vanilla, etc.)Tourism

Reserved forestAgriculturalLandInternational/Inter-RegionalTrade/Distribution CenterIntra-Regional Trade/DistributionCenter

Consolidated FoodProcessing Center

Tahuna

Melonguane

Maluku

Sumber: Tim Studi JICA

Gambar 5.2.6 Rencana Pembangunan Berbasis Ekonomi antara Manado-Gorontalo

Page 7: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-7

Dengan memanfaatkan reputasi yang sangat tersohor sebagai daerah tujuan wisata bahari, direkomendasikan agar Manado mempromosikan eco-tourism bahari dilihat dari ledakan jumlah dan kebutuhan terhadap sektor pariwisata serta adanya peningkatan pendapatan di negara-negara Asia, misalnya Cina. Untuk tujuan ini, lingkungan bahari harus dilestarikan melalui koordinasi menyeluruh antara pembangunan pariwisata dan industri.

Di Gorontalo, pabrik pengolahan jagung, pakan ternak, ikan dan pengolahan ternak memiliki potensi untuk dikembangkan. Gambar 5.2.6 menunjukkan rencana pembangunan berbasis keterkaitan ekonomi antara Manado-Gorontalo.

4) Rencana Pembangunan Daerah Pantai Barat

Daerah pantai barat Sulawesi mencakup tiga propinsi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah mencakup kota-kota seperti Parepare, Mamuju, Palu dan Tolitoli. Daerah pesisir ini menempati lokasi yang paling strategis yang dapat mendukung pulau Kalimantan. Karena bahan makanan, material konstruksi, dan komoditas tidak mencukupi di wilayah Kalimantan yang kaya akan gas alam, serta jaringan transportasi belum berkembang, maka daerah pesisir barat Sulawesi merupakan posisi yang sangat menguntungkan untuk mendukung pulau-pulau tetangga melalui sumber pertanian, konstruksi dan sumber daya manusia dari propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.7; bahan pangan, material konstruksi dan komoditas akan diangkut ke Kalimantan., sementara bahan bakar akan diimpor ke Sulawesi. Kawasan Andalan Parepare akan bertindak sebagai pusat pengiriman untuk komoditas seperti beras, material dan lain-lain.

Kalimantan

Palu

Mamuju

ParePare

ToliToli

→Fuel←Rice, vegetable,construction material

→Fuel←Rock, Stone

←Livestock,meat, vegetableBalikpapan

Samarinda

SabbanTana Toraja

BDFCocoaLight Industry (wood process such asplywood, furniture, garment, shoes, etc.)Construction Material(Sand, Stone)Other Food Manufacture (Coffee,Vegetable, Orange,etc.)Oil Refinery

Reserved ForestAgricultural LandWest Coast Trans SulawsiHighwayIntra-RegionalTrade/Distribution Center

Consolidated FoodProcessing Center

Source: JSTSumber: Tim Studi JICA

Gambar 5.2.7 Rencana Pembangunan Berbasis Hubungan Ekonomi antara Pare-Pare-Mamuju-Palu dan Kalimantan

Page 8: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-8

5.2.2 Konsep Pembangunan Industri

(1) Pembangunan Industri melalui Pemanfaatan Sumber Daya

Rencana tata Ruang Nasional mengindikasikan bahwa Sulawesi akan dikembangkan sebagai lumbung nasional, untuk pengembangan holtikultura, peternakan, dan industri berbasis sumber daya alam, khususnya perikanan, pariwisata, perkebunan pertanian, industri maritim, industri minyak dan gas, pertambangan, dan industri pengolahan.

Kurangnya sumber daya secara global dan eskalasi harga karena peningkatan kebutuhan dari Cina dan India memberikan kesempatan bagi Sulawesi untuk masuk dan memanfaatkan peluang tersebut.

Dalam konteks ini, pengembangan industri berbasis sumber daya alam menawarkan langkah yang paling prospektif bagi Sulawesi, seperti yang diusulkan dalam Strategi Pembangunan Daerah 1.

Namun demikian, sumber daya Sulawesi juga cukup terbatas. Bahkan, terdapat sumber daya yang belum berkembang di daerah miskin dan pedesaan di pegunungan, khususnya di Gorontalo dan Sulawesi Tengah tidak dapat dimanfaatkan dengan mudah. Sebagai contoh, pohon kakao dan kelapa sudah cukup berumur dan produktivitasnya menurun, sehingga kurang menguntungkan untuk dikembangkan.

Dengan persyaratan tersebut, Tim Studi JICA mengusulkan konsep pembangunan industri seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 5.2.8.

Development Potential•Existence of Resources (Agriculture, Mining,Fishery)•Existence of developed urban and industrial coreswith enough population for development

Global economy trend: demand increaseand value appreciation of energy, naturalresources

Industrial Development Plan1)Expansion of resource based industry2)Promotion of inter-island linkages3)Expansion and development of existing/new Industrial/ trade cores4)Development of environment related industry and eco-tourismi d t

Industrial Development Needs•Promotion of industrial development•Industrial development in priority areas andbenefiting to rural area in poverty•Needs for conservation of naturalenvironment (deforestation & fossil energyconsumption related to global warming issue)

Gambar 5.2.8 Rencana Pengembangan Industri Pulau Sulawesi

Page 9: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-9

(2) Industri Berbasis Sumber Daya Prospektif di Sulawesi

Industri prospektif di Sulawesi dirangkum dalam Tabel 5.2.1 berdasarkan diskusi pada Bab 4 mengenai analisis kecenderungan pasar global menurut kategori, daya saing global dan domestik produk Sulawesi, dan kapasitas produksi Sulawesi.

Tabel 5.2.1 Industrialiasasi Prospektif di Sulawesi Fase pengembangan

Kategori Industri Pasar/produk prospektif Daerah sumber prospektif Jangka

pendek Jangka

menengah/ panjang

Biodiesel untuk konsumsi bahan bakar domestik di

Daerah produsen kelapa seperti Manado, Makassar, Palu

○ 1) Pengolahan pertanian

Pengolahan makanan, seperti kakao, kopra, kopi, vanili, cengkeh, sayur, kacang mede, dll untuk pasar luar negeri, khususnya Cina.

○ ○

2) Ternak/ Pengolahan daging/ pengolahan pakan ternak

Daging halal untuk pasar Timur Tengah dan Kalimantan, dsb. Pakan ternak dari kopra, jagung, ubi jalar, kedelai, dan sisa2 ikan untuk peternakan domestik.

○ ○

3) Industri perikanan dan maritim

Produk baru seperti ikan bandeng untuk pasar ekspor/domestik Peningkatan pengolahan ikan tuna, rumput laut, dll untuk ekspor.

• Pusat pengolahan dan perdagangan untuk produk pertanian dan perikanan, seperti Manado, Makassar, Palu, dan ibukota propinsi lainnya.

• Pusat Pengolahan Makanan Terpadu direkomendasikan

• Pengolahan residu pada pusat pengolahan makanan terpadu yang dapat digunakan untuk pakan ternak/pupuk organik untuk industri ternak domestik.

○ ○

4) Industri pertambangan

Pengembangan industri minyak dan gas alam untuk ekspor dan pasar domestik. Peningkatan produksi nikel, aspal, emas, dsb untuk ekspor dan pasar domestik.

Produksi dan pengolahan primer di Sulawesi Tenggara, dll. ○

5) Industri material konstruksi

Kerikil, batu, semen yang diekspor ke daerah Kalimantan dan Luwuk.

Sulawesi Tengah dan Selatan. ○

6) Industri ringan Industri padat karya seperti industri kayu, tripleks, furnitur, garmen, sepatu, dll untuk diekspor.

Pusat pengolahan dan perdagangan seperti di Makassar, Manado, Palu dan Kendari.

○ ○

7)Industri pariwisata

Eco-tourism bahari Manado dan pulau terpencil Wakatobi di Sulawesi Tenggara dan Bantaeng di Sulawesi Selatan.

○ ○

Sumber: Tim Studi JICA

Saluran pemasaran untuk komoditas internasional seakan akan sudah terbentuk dan merupakan industri padat karya agar produk Sulawesi dapat masuk ke dalam saluran pemasaran yang sudah ada. Misalnya, saluran pemasaran dunia untuk produk kakao sudah terbentuk, dan sangat sulit untuk mengubah sumber impor dan sumber bahan baku. Oleh karena itu, eksportir biji kakao, pasta dan bubuk kakao hanya perlu mempertahankan saluran ekspor yang ada dan menemukan pasar baru.

Pasar baru produk Sulawesi dapat ditemukan di Cina dan negara-negara seperti Brazil, Rusia dan India (negara BRIC) dimana kebutuhan untuk produk impor mengalami peningkatan sementara saluran pemasaran kurang. Untuk membuka pasar di Cina, beberapa langkah-langkah harus dilakukan secara strategis dalam kerangka kerja Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-Cina.

Page 10: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-10

Sebagai contoh, ekspor pasta kakao dan bubuk kakao di Sulawesi akan menemukan pasar baru apabila PPN yang dibebankan diubah untuk memberikan keuntungan pada kakao olahan lokal. Produk daerah tropis lainnya juga memperoleh tempat di pasar Cina. Oleh karena itu, studi lebih lanjut dan mendetail mengenai keterkaitan perdagangan dengan Cina untuk jangka menengah dan panjang merupakan hal yang penting.

(3) Pembangunan Pusat Inti Industri

Industri di Sulawesi kurang berkembang karena tersebarnya sumber daya pertanian, mineral dan maritim dan tenaga kerja sementara di sisi lain, jumlah penduduk sangat banyak begitu juga dengan tingkat pendidikan rata-rata yang cukup rendah. Hanya sedikit industri pabrik dan pertambangan yang beroperasi di Pulau Sulawesi, seperti yang ditunjukkand alam Gambar 5.2.9. pengembangan pariwisata juga tidak seefektif apabila dibandingkan dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia dan negara tetangga. Sumber daya yang dikumpulkan dan produk yang dibuat di wilayah tersebut diekspor ke wilayah yang lebih maju di Indonesia tanpa pengolahan.

CementGoldNickelAsphaltLPG Pertamina Matindok BlockLPG Deposit

Fisher and Marine Product ProcessingMeat Processing and Animal FeedLight Industry (wood process such asplywood, furniture, garment, shoes, etc.)Other Food Manufacture (Coffee,Cashew, Vegetable, etc.)

Sumber: Tim Studi JICA Gambar 5.2.9 Industri Pabrik yang Ada Di Sulawesi

Untuk mempromosikan pengembangan industri, pembentukan pusat industri akan meningkatkan lingkungan investasi langsung dalam dan luar negeri. Dengan mempertimbangkan ketersediaan dan distribusi sumber daya serta perkembangan industri, konsep pusat industri diusulkan, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.10.

Page 11: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-11

Mining Resource ProcessingIndustryTourism Industry Core

International/Inter-RegionalTrade/Distribution CenterIntra-Regional Trade/DistributionCenter

Manufacturing Industry -Integrated Development-

Manufacturing Industry -Specialized Development-

Legend

GolontaloPalu

Kendari

Makassar

BitunManad

Baubau

Sumber: Tim Studi JICA Gambar 5.2.10 Konsep Pusat Industri/Perdagangan

(4) Pengembangan Rantai Industri Tipe Klaster

Pengembangan rantai industri menurut klaster perlu dipromosikan. Secara bersamaan, masyarakat setempat termasuk petani, perlu dikembangkan sebagai pengolah primer dalam rantai klaster tersebut. Bentuk pengelolaan primer ini akan secara signifikan memberikan keuntungan kepada masyarakat setempat.

Untuk menghubungkan klaster-klaster tersebut, maka sistim logistik yang efisien perlu ditetapkan untuk menghubungkan daerah-daerah produksi, zona-zona pengolahan dan pasar.

Rantai industri tipe klaster berdasarkan pengolahan sumber daya dapat dikembangkan di pada kawasan andalan serta daerah yang berdekatan dalam pulau Sulawesi. Tipe rantai klaster yang berbeda-beda akan dibentuk menurut kategori sumberdaya Gambar 5.2.11 adalah contoh kasus untuk produk kakao.

Cacao Grower Cacao Plantation

Processing

CornMilk

Cacao Plantation

Processing

CacaoGrower

Cacao-based

Production

Packaging

Sugar milk Milk

Honey

Nuts Grower

Sumber : Tim Studi JICA Gambar 5.2.11 Ide Rantai Klaster Industri Kakao

Page 12: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-12

5.2.3 Penanggulangan Kesenjangan Ekonomi dan Sosial pada Daerah Pedesaan melalui Keterpaduan Pusat Daerah dan Kota

Untuk mewujudkan Strategi Pembangunan 3: “Peningkatan Sosial dan Mengurangi Dampak Kesenjangan Daerah dengan Pembangunan Terpadu”, berikut ini dijabarkan rencana hubungan antar Kawasan Andalan.

Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, maka konsentrasi penduduk di dua kota inti, yakni Makassar dan Manado akan melaju, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.12. Populasi meningkat 320.000 dan 210.000 atau masing-masing 30% dan 40% dari populasi saat ini, yang diperkirakan untuk dua dekade mendatang bagi Kota Makassar dan Manado/Bitung. Dengan demikian dua kota inti perlu dikembangkan labih jauh agar dapat mengatasi peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan lingkungan perkotaan, pengembangan habitat baru, pengembangan industri untuk menciptakan lapangan kerja, peningkatan layanan pendidikan dan kesehatan dan lain-lain merupakan syarat pembangunan pada kedua daerah inti tersebut.

Pada saat yang sama, setiap ibukota propinsi akan tetap menjadi pusat propinsi mereka masing masing. Kenaikan jumlah penduduk juga diperkirakan akan terjadi di ibu kota propinsi terutama berkaitan dengan perpindahan masuk dari daerah pedesaan. Pertambahan jumlah penduduk di Kota Kendari dan Kota Palu, sebagai contoh, diperkirakan masing-masing 170.000 dan 150.000 jiwa dalam dua dekade mendatang. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Sulawesi, ibukota propinsi dan kota-kota primer, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5.2.13, merupakan sasaran pengembangan untuk menjadi pusat layanan daerah.

Parepare

Palopo

Gowa

1005010

Urban population 10,000

Golontalo

Palu

Kendari

Makassar

Bitun

Manad

Baubau

Mamuju

Luwuk

Kotamobagu

Sumber: Tim Studi JICA Gambar 5.2.12 Dua Daerah Inti Perkotaan di Sulawesi

Sumber:Rencana Tata Ruan Nasional S 2007

Gambar 5.2.13 Pusat Kegiatan di Sulawesi

Page 13: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-13

Dengan berdasar kepada konsep pengembangan pusat layanan perkotaan seperti yang disebutkan di atas, diusulkan proposal tambahan berikut ini:

1) Mempertimbangkan pentingnya kota Palu dan Luwuk sebagai daerah penghasil energi, maka pembangunan Kawasan Kawasan Andalan Palu dan Luwuk akan mengalami percepatan dan akan dimulai pada lima tahun kedua, bukan lima tahun ketiga, seperti yang pada awalnya dicanangkan pada rencana tata ruang yang dijelaskan dalam Tabel 2.3.3 dan Gambar 2.3.1. Gambar 5.2.14 menunjukkan distribusi dan tahapan pembangunan Kawasan Andalan, seperti yang dikaji oleh Tim Studi JICA. Konsep jaringan transportasi strategi bertahap dan kaitan antar Kawasan Andalan diilustrasikan dalam Gambar 5.2.15.

2) Bagi masyarakat terpencil, khususnya yang secara langsung tidak berdekatan dengan jalan nasional dan propinsi dan yang mengalami tingkat kemiskinan tinggi dapat dilihat pada Gambar 5.2.16. Dukungan pengembangan yang tepat diperlukan untuk mencapai tujuan pemerintah dan menurunkan tingkat kemiskinan Indonesia. Penyediaan jalan akses merupakan salah satu tindakan paling efektif untuk mengurangi kemiskinan.

3) Pemberdayaan petani setempat melalui alih teknologi pertanian dan peningkatan mata pencaharian penting untuk mencegah kesenjangan ekonomi daerah. Teknologi pertanian yang dibantu oleh investor perkebunan dan investor asing dalam industri manufaktur, selain bantuan lembaga pertanian pemerintah kepada petani akan membantu dalam memproduksi hasil-hasil pertanian berorientasi pasar. Lebih daripada itu, intervensi dalam bidang pendidikan oleh pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga donor akan membantu keluarga setempat dalam meningkatkan mata pencaharian mereka.

Source: JICA Study Team Figure 5.2.14 Development of Priority Areas and Activity

Centers based on the Spatial Plan

Page 14: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-14

Tahuna

KotamobaguIsimu

GorontaloTilamutaMarisa

Kwandang

Parepare

BulukumbaJeneponto

Barru

Laha

Bauba

Palu

Mamuj

PosoD l

Toli-toliTomhon

Buol

Kendari

Makassar Watampon

BitungManado

Kolonodale

Luwuk

Una-aha

Kolaka

Palopo

Spinal HighwayNauticalHighway

Tahuna

KotamobagiIsimu

GorontaloTilamutaMarisa

Kwandang

Parepare

BulukumbaJeneponto

Barru

Laha

Bauba

Palu

Mamuj

PosoD l

Toli-toliTomhon

Buol

Kendari

Makassar Watampon

BitungManado

Kolonodale

Luwuk

Una-aha

Kolaka

Palopo

2010 2025 Source: JST

Sumber: Tim Studi JICA Gambar 5.2.15 Konsep Jaringan Transportasi yang Menghubungkan Kawasan Andalan

Isolated area with high poverty rate

Source: JST

Sumber: Tim Studi JICA Gambar 5.2.16 Pemukiman Penduduk Terpencil dengan Tingkat Kemiskinan yang Tinggi

Page 15: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-15

5.2.4 Pembangunan yang Ramah Lingkungan dan Pencegahan Bencana

Untuk Strategi Pembangunan Daerah 4 yang memerlukan “pembangunan yang memberi perhatian penuh pada pelestarian lingkungan dan pencegahan bencana”, ada tiga konsep yang diusulkan sebagaiman diuraikan berikut ini:

(1) Pembangunan Vertikal

Lahan di Pulau Sulawesi telah dimanfaatkan sampai ke tingkat yang paling optimum, sehingga pembangunan horizontal dalam pemanfaatan pertanian saat ini semakin sulit. Sementara itu, sebagai kritik bahwa Indonesia memiliki catatan terburuk dalam hal penebangan hutan, maka reboisasi, paling tidak pelaksanaan pelestarian lahan hutan yang tersisa harus direncanakan dan dilaksanakan.

* Daripada menebang hutan, disarankan menggunakan lahan secara vertikal dengan mengganti pohon-pohon tua di lahan penanaman yang ada dalam usaha meningkatkan hasil panen. Intercropping (tanaman antara) dan multiple cropping (tanaman ganda) jagung unggul atau tanaman lainnya, seperti kedelai juga diusulkan.

* Pengelolaan sumberdaya alam merupakan hal yang penting. Dengan pengelolaan sumberdaya alam yang tepat, masyarakat di seluruh Sulawesi akan dapat meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan standar kehidupan mereka sejalan dengan konservasi lingkungan sehingga dapat melestarikan keanekaragaman hayati di pulau tersebut

* Pembangunan vertikal meningkatkan hasil produk pertanian tanpa perluasan areal dapat dicapai dengan penerapan pengelolaan tanaman secara lebih efisien, seperti yang dijelaskan berikut ini:

Kelapa dan Jagung: Untuk Sulawesi, saran yang diusulkan adalah melakukan perluasan areal penanaman jagung dalam areal budidaya kelapa, sehingga membentuk tanaman antara. Pohon kelapa akan diganti dengan spesies yang lebih produktif dengan jarak tanam 10m x 10m. Kemudian, jagung yang memiliki hasil besar, atau tanaman lain seperti kedelai, akan ditanam di antara pohon-pohon kelapa tersebut. Kelapa akan dipanen setiap 45 hari dan akan menyediakan bahan baku produksi bio diesel dan produk sampingan lainnya. Dengan cara ini, volume produksi kelapa akan berlipat ganda, sementara output jagung juga akan mengalami peningkatan. Daging kopra yang diperoleh dari produksi bio diesel akan digunakan pada areal budidaya kelapa sebagai pupuk organik yang akan meningkatkan output jagung.

Kakao: Sementara untuk kakao, tanaman hasil bumi utama di Sulawesi, hasil kakao per hektar dapat ditingkatkan dengan adanya penanaman intensif dan pelaksanaan teknik yang tepat untuk memaksimalkan hasil per hektar. Walaupun upaya ini telah dilakukan di masa lalu, namun tidak berhasil karena para petani tidak dimotivasi dengan tepat. Harga jual tidak memberikan keuntungan yang setara dengan upaya yang dilakukan, dan institusi terkait kekurangan tenaga serta kemampuan administratif. Hal ini diperburuk dengan kenyataan bahwa areal yang digunakan untuk budidaya kakao cukup besar, khususnya di Sulawesi Selatan. Kualitas biji kakao diharapkan dapat mengalami peningkatan apabila kegiatan pengolahan kakao lebih signifikan. Hal ini berkaitan dengan realita bahwa para investor dalam bisnis pengolahan kakao akan mempertimbangkan tidak hanya output dan persediaan biji kakao yang stabil, namun kualitas khusus biji kakao tersebut.

Page 16: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-16

Kopi: Ada dua tipe produksi kopi di Sulawesi. Satu adalah produksi kopi melalui produksi kopi modern dan kedua adalah melalui budidaya kopi rumah tangga yang umum dilakukan oleh petani penggarap yang juga menanam hasil bumi lainnya. Hasil dan kualitas kopi yang ditanam oleh petani penggarap dapat ditingkatkan apabila petani kopi skala besar melakukan upaya untuk menyebarluaskan informasi dan teknik pengelolaan kepada petani kecil. Namun demikian, hal ini hanya dapat terjadi apabila telah dilakukan pengolahan kopi di Sulawesi, karena operator pengolahan kopi yang melaksanakan tugas tersebut untuk mempertahankan standar kualitas internasional.

Tanah untuk Pembangunan Vertikal

Tabel 5.2.2 dan Gambar 5.2.17 memeperlihatkan jenis lahan yang cocok untuk pembangunan vertikal, khususnya yang menempati lahan hutan kering sekunder dan semak-semak, kira kira 1.080.000 Ha atau rata-rata 6% dari total lahan. Seperti yang dilihat dalam diskusi sebelumnya mengenai bahan bakar bio diesel, 660.000 Ha merupakan lahan yang diperlukan untuk industri bio diesel dalam memenuhi kebutuhan bio diesel di Pulau Sulawesi. Dapat dikatakan bahwa areal ini cukup tersedia dari lahan hutan kering sekunder.

Sumber: Tim Studi JICA

Gambar 5.2.17 Lahan Potensial untuk Pembangunan Vertikal sektor Pertanian

Page 17: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-17

Tabel 5.2.2 Lahan Potensial untuk Pembangunan Vertikal Sektor Pertanian (1,000ha)

Province Total landNorth Sulawesi 1,393 139 10% 70 5%Gorontalo 1,217 200 16% 100 8%Central Sulawesi 6,809 921 14% 460 7%West Sulawesi 1,679 205 12% 102 6%Southeast Sulawesi 3,676 407 11% 204 6%South Sulawesi 4,612 286 6% 143 3%Total 19,385 2,157 11% 1,079 6%

Gross Possible Land Net Possible Farmland

Catatan: /1 hutan alam, manggrove, hutan kering primer, rawa, lahan yang tidak dapat digunakan

untuk pertanian, mis: sabana, lahan diatas 1.100 m di atas permukaan laut tidak dimasukkan.

/2 Lahan pertanian primer diperkirakan 50% lahan yang mungkin digunakan Sumber: Tim Studi JICA berdasarkan peta guna lahan GIS

(2) Pengurangan Beban Lingkungan (Ide untuk energi baru dan industri berorientasi siklus)

Di bawah ini diusulkan pengembangan sumber-sumber energi baru, seperti bahan bakar bio-diesel (Bio-Diesel Fuel/BDF), serta memperkenalkan industri berorientasi siklus melalui penggunaan kembali residu.

1) Produksi Bio Diesel

Beberapa negara Asia telah melakukan langkah-langkah untuk memperkenalkan bahan bakar bio diesel dari minyak sayur mentah yang tersedia di daerah mereka. Di Indonesia, percobaan produksi dan distribusi bio diesel saat ini dilakukan dengan menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit. Sejalan dengan pengembangan bio diesel berbasis minyak kelapa wasit, pemanfaatan pohon jarak juga menunjukkan kemajuan, khususnya di daerah dengan curah hujan terbatas, karena budidayanya tidak membutuhkan banyak air.

Sulawesi secara tradisional dikenal sebagai pulau kelapa. Sulawesi memiliki sekitar 700.000 Ha areal lahan yang ditanami kelapa, dan merupakan 20% wilayah budidaya kelapa di Indonesia. Bagian utara Sulawesi, yaitu propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, merupakan wilayah dimana budidaya kelapa telah dilakukan sejak dahulu secara intensif.

Tabel 5.2.3 Distribusi Areal Budidaya Kelapa di Pulau Sulawesi Utara Tengah Selatan Tenggara Gorontalo Barat Total Areal (ha) 250.923 172.581 119.498 50.375 53.967 67.013 714.357Persentase 35% 24% 17% 7% 8% 9% 100%

Page 18: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-18

North BDF Zone

BDF PlantIntermediate Coconut Processing Plant

Central/WestBDF Zone

South BDF Zone

Central BDF Zone 2

Sumber:Tim Studi JICA

Gambar 5.2.18 Zona Pengembangan Bio Diesel berbasis Kelapa di Sulawesi

Dengan dominasi komoditi kelapa di Pulau Sulawesi, maka diusulkan untuk membentuk zona pengembangan bio-diesel. Konsep zona pengembangan bio-diesel berbasis kelapa tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.2.18

Setiap zona, seperti yang tampak pada gambar di atas, direncanakan memiliki setidaknya satu pabrik penghasil bahan bakar bio-diesel dengan kapasitas 300 ton per hari atau 110.000 kl per tahun. Pabrik ini membutuhkan sekitar 165.000 Ha lahan budidaya kelapa yang secara eksklusif diperuntukkan bagi penyediaan bahan baku produksi bio diesel. Apabila empat pabrik bio diesel dioperasikan dan lahan budidaya kelapa yang baru dikembangkan dengan luas sekitar 660.000 Ha, total produksi bio-diesel akan mencapai 440.000 kl per tahun.

Jumlah konsumsi diesel di Sulawesi pada tahun 2006 adalah sekitar 1,4 juta KL, diharapkan dapat meningkat menjadi 2 juta KL dalam 10 tahun mulai tahun 2007. Karena rasio maksimum campuran bio-diesel dan bahan bakar diesel adalah 20%, maka diperkirakan kebutuhan bio-diesel Sulawesi akan mencapai 400.000 KL, yang dapat terpenuhi dengan produksi empat pabrik bio- diesel. Secara teoritis, jika pump price (harga di SPBU yang sudah termasuk pajak) untuk solar dianggap konstan pada angka US$ 0,55 per liter, maka penjualan 400.000 kl bahan bakar bio-diesel untuk Pulau Sulawesi saja akan mencapai US$ 220 juta setiap tahunnya

Page 19: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-19

Tabel 5.2.4 Analisis SWOT Bio Diesel Faktor Internal Daer

ah Profil Kekuatan Kelemahan Total areal budidaya kelapa Sulawesi sekitar 710.000, dan merupakan 22% dari seluruh wilayah budidaya kelapa Indonesia yang hampir 3,2 juta hektar.

Sulawesi secara tradisional telah menanam kelapa sejak lama sehingga merupakan tanaman yang sudah dikenal

Sebagian besar pohon kelapa sudah tua, dan produktivitasnya sangat menurun

Produksi kelapa di Sulawesi adalah sekitar 600.000 ton per tahun dari segi berat kopra dan diolah menjadi minyak kelapa mentah sekitar 290.000 ton per tahun atau 35% dari total produksi minyak kelapa mentah Indonesia.

Sulawesi sangat terkenal sebagai pelopor ekspor minyak kelapa mentah

Indonesia adalah ranking dua setelah Filipina dalam hal ekspor minyak kelapa mentah dan ranking pertama dalam luasan budidaya kelapa.

Sulawesi memiliki sejumlah pabrik produksi minyak kelapa mentah yang cukup besar. Namun, karena permintaan pasar terhadap minyak kelapa mentah mengalami penurunan dengan meningkatnya kebutuhan minyak sawit dunia, maka pabrik pengolah minyak kelapa beroperasi di bawah kapasitas.

Prod

uksi

Perpindahan pasar dari minyak kelapa ke minyak sawit

Pasar untuk minyak sayur telah berubah dari minyak kelapa ke minyak sawit, dan mengakibatkan penurunan kebutuhan pasar yang signifikan terhadap minyak kelapa.

Faktor eksternal Daerah Profil Kesempatan Ancaman

Potensi memperkenalkan produksi dan distribusi bio diesel cukup besar di Sulawesi karena adanya budidaya kelapa secara intensif di wilayah ini.

Produksi bio diesel menggunakan minyak kelapa mungkin akan terealisasi. Apabila dapat direalisasi, maka petani akan mendapatkan pendapatan yang stabil, dan oleh karena itu, perekonomian daerah pedesaan akan meningkat.

Kecuali kopra dapat dibeli oleh produsen bio diesel dengan harga tetap, bisnis bio diesel ini tidak akan layak untuk dijalankan. Sehingga, petani kelapa tidak akan mendapatkan akses terhadap sumber pendapatan baru.

Pasa

r

Semua bagian kelapa dapat digunakan untuk kepentingan finansial, sehingga disebut pohon kehidupan.

Apabila produk sampingan kelapa dapat didayagunakan secara penuh melalui produksi bio diesel,maka pendapatan petani akan meningkat.

Usaha ini tidak akan terwujud kecuali kalau pembelian kopra secara konstan dapat dilakukan oleh para produsen bio.

Sumber: Tim Studi JICA

Karena kurangnya lahan kosong untuk budidaya kelapa, maka diperlukan langkah-langkah strategis untuk membantu tercapainya produktivitas yang tinggi. Hal ini mencakup penanaman kembali di perkebunan kelapa yang ada dengan jenis yang lebih produktif dan penggunaan siklus panen per 45 hari. Analisis SWOT di bawah ini menunjukkan bahwa bio diesel memiliki potensi yang besar di Sulawesi.

Rencana pengembangan produksi bio-diesel berbasis kelapa telah disiapkan sebelumnya, seperti yang dapat dilihat pada Apendiks 1 yang terlampir dalam laporan ini.

Page 20: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-20

2) Daur Ulang Residu dari Pusat Pengolahan Makanan Terpadu (Consolidated Food processing Center): Maksimalisasi sumber daya melalui pemanfaatan residu dari pengolahan produk pertanian.

Daur ulang residu hanya dapat terealisasi dengan diperkenalkannya sistem daur ulang limbah pertanian (residu atau ampas) pada lahan pertanian dengan menggunakan metode yang paling ekonomis dan melalui efisiensi maksimum. Secara teoritis, daur ulang limbah pertanian kembali lahan pertanian, dan dapat dilakukan oleh masing-masing petani. Namun, para petani dapat melakukan hal ini dalam skala terbatas dan memberikan dampak yang terbatas pula. Sangat mungkin mendaur ulang limbah dalam skala yang cukup besar dan menggunakan metode optimal untuk tujuan komersil.

Namun demikian, di pulau Sulawesi, tipe pengembangan industri ini mungkin akan memerlukan campur tangan pemerintah secara tepat dan pengorganisasian kepentingan pribadi serta terbentuknya organisasi petani untuk menyebarluaskan informasi dan teknik serta tujuan kegiatan yang diusulkan.

Gambar 5.2.19 memberikan ilustrasi contoh fasilitas yang akan membantu operasional sistem tersebut. Fasilitas ini akan dikembangkan dalam usulan pusat pengolahan makanan terpadu (CFPC)di wilayah Mamminasata dan Manado yang diusulkan sebagai kompleks industri pengolahan makanan.

CFPC yang diusulkan untuk tujuan daur ulang residu akan terdiri atas fasilitas berikut ini:

* Pabrik pengolahan residu. * Pabrik pembangkit bio massa. * Pembuat makanan ternak dan pupuk organik. * Fasilitas distribusi umum seperti gudang. * Sistem penyediaan listrik, sistem penyediaan air, sistem pengolahan limbah cair, sistem

pengolahan limbah padat.

Fungsi penting CFPC adalah bahwa fungsinya tidak terbatas hanya untuk pengolahan makanan tetapi juga termasuk produk sampingan dari sisa pengolahan pertama dan mendaur-ulangnya untuk keperluan pertanian sebagai makanan ternak atau pupuk organik. Limbah padat yang bisa dibakar (misalnya sekam/kulit padi, sabut kelapa, tongkol jagung, dsb) dapat digunakan sebagai sumber energi bio-massa untuk membangkitkan listrik atau menjalankan ketel uap yang diperlukan untuk pengolahan makanan.

Dengan cara ini, konsumsi listrik dari jaringan listrik yang umumnya didasarkan pada pembakaran bahan bakar fossil dan minyak bumi dapat dikurangi, sehingga memberikan kontribusi terhadap berkurangnya beban lingkungan. Bahkan, jika penurunan penggunaan nahan bakar fossil yang diharapkan bisa mencaapi lebih dari 100.000 ton karbon dioksida per tahun, maka porsi pembangkitan energi bio-massa pada fasilitas yang diusulkan akan memerlukan sertifikat penurunan emisi (CER) sesuai dengan mekanisme pembangunan bersih (CDM).

Page 21: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-21

SRaw Material tore Iced, Chilled and Cold Store

Various Plantsfor Processing of Raw

Materials (Drying, crushing,grinding, polishing, milling,

expelling, etc.)

Various Plantsfor Processing of Raw

Materials (Cutting,skinning,de-boning, sorting, filleting.

packing, etc.)

Stock of Residuals from Crops and Offal from Livestock and Fish

ResidualPprocessing

OrganicFertilizer andAnimal Feed

Solid waste disposal facility Waste water treatment facility

Bio-massPower

Generation

Bio-massPower

Generation

Fish &MarineProduct

CoffeeCocoa Coconut Rice Livestock

Traders

Infrastructure andfacilities for residualsrecycling purpose

Sumber : Tim Studi JICA Gambar 5.2.19 Fasilitas Daur Ulang Residu dalam Pusat Pengolahan Makanan Terpadu

(3) Pengelolaan Pulau Tahan Bencana

Untuk menanggulangi bencana alam yang mungkin terjadi, kapasitas pencegahan bencana daerah harus ditingkatkan. Apabila terjadi bencana, bantuan, pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi daerah yang terkena bencana akan sangat dibutuhkan.

Walaupun Sulawesi belum pernah mengalami bencana besar yang menyebabkan kerusakan permanen, seperti gunung meletus dan tsunami, ataupun bencana alam seperti banjir bandang tanah longsor, peristiwa-peristiwa ini tetap masih bisa terjadi. Untuk mengambil langkah-langkah dalam mengurangi dampak, rehabilitasi kerusakan, dan pemulihan secepatnya, maka diperlukan persiapan di bawah ini.

* Sistem Informasi Bencana: bencana alam potensial sebaiknya diinformasikan kepada masyarakat agar mereka paham dan melakukan persiapan. Pelatihan evakuasi reguler akan meningkatkan kapasitas mereka dalam mencegah, mengurangi dampak, atau bersiap terhadap kemungkinan bencana.

* Sistem alarm: Walaupun sistem alarm yang sempurna tidak mungkin dapat diperoleh, sistem alarm bencana dasar akan menjadi sangat praktis untuk kasus becana.

Page 22: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-22

* Aksesibilitas ke daerah yang rusak: Mengamankan akses ke daerah yang rusak karena bencana sangat penting dilakukan. Penyelamatan dan pemulihan pada tahap awal pasca bencana merupakan hal yang sangat mendesak bagi korban bencana. Oleh karena itu, keamanan jalan akses merupakan hal yang paling penting. Sistem akses rute ganda direkomendasikan tersedia untuk mencapai daerah yang terkena bencana.

* Pemulihan dan rehabilitasi diperlukan oleh korban pasca bencana. Penyediaan dukungan sistematik dan cepat harus dilakukan melalui metode ilmiah, dan kesiapan terhadap bencana akan diperoleh lewat pelatihan.

* Pemulihan mata pencarian merupakan target pencegahan bencana. Rekonstruksi akan dilaksanakan dengan kolaborasi antara masyarakat yang terkena dampak dan lembaga swadaya masyarakat.

Page 23: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-23

5.3 Rencana Tata Guna Lahan

5.3.1 Prinsip-Prinsip Tata Guna Lahan

Lahan merupakan elemen dasar dimana masyakarat dapat melaksanakan berbagai jenis kegiata ekonomi. Untuk menetapkan tata guna lahan yang efektif dan efisien dalam jangka panjang, Studi ini akan mendesainbeberapa tipe pusat dan zona kegiatan di Pulau Sulawesi. Karena terbatasnya lahan untuk pembangunan di Sulawesi, maka penggunaan lahan untuk pembangunan yang mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan perlu lebih diintensifkan. Pada saat yang bersamaan, agar tidak menimbulkan dampak lingkungan yang negatif, maka perlu diberikan perhatian dalam usaha kelangsungan lingkungan hidup.

Sebuah pusat diartikan sebagai sebuah simpul/titik yang mengakomodasi (atau akan mengakomodasi) kepadatan penduduk dalam jumlah tertentu dan juga berbagai kegiatan ekonomi yang intensif. Simpul-simpul yang ada, misalnya kota-kota besar, kota-kota kecil, serta desa-desa besar dapat dikategorikan sebagai pusat. Studi ini mengklasifikasikan simpul-simpul yang potensial sebagai pusat-pusat antar-wilayah/internasional dan juga pusat-pusat dalam wilayah berdasarkan pertimbangan besarnya populasi dan skala kegiatan ekonomi.

Sebuah zona didefinisikan sebagai sebuah luasan ruang dimana tersedia sumber-sumber daya alam bernilai yang menyokong kehidupan dan kegiatan ekonomi masyarakat (pada sebuah pusat). Pada studi ini, zona diklasifikasikan menjadi: (1) zona pertanian, (2) zona hutan daerah, (3) cagar alam, dan (4) suaka margasatwa.

Tabel di bawah ini menunjukkan gagasan umum klasifikasi tata guna lahan

Tabel 5.3. 1 Klasifikasi Tata Guna Lahan Klasifikasi I Klasifikasi II Keterangan

Pusat Antar-Wilayah/Internasional

Akan direncanakan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Pusat

Pusat Dalam Wilayah Akan direncanakan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Zona Pertanian Daerah pertanian yang ada dan sekitarnya

Zona Hutan Regional Daerah hutan (termasuk hutan lindung) dan sekitarnya

Cagar Alam Cagar alam yang ditetapkan

Zona

Suaka Margasatwa Suaka Margasatwa yang ditetapkan

Sumber: Tim Studi JICA

Diharapkan agar para stakeholder terkait, termasuk pemerintah propinsi, akan mempertimbangkan usulan Klasifikasi Tata Guna Lahan untuk perencanaan/programnya masing-masing, sehingga akan terbentuk koordinasi yang baik dan pembangunan pulau Sulawesi secara terpadu.

Page 24: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-24

5.3.2 Kerangka Kerja Tata Guna Lahan per Propinsi

(1) Dasar-dasar Tata Guna Lahan

Berdasarkan klasifikasi tata guna lahan, Studi ini mengusulkan kerangka awal tata guna lahan untuk Pulau Sulawesi sampai tahun 2024, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.3.1.

Tiga pusat antar-wilayah/internasional (ditunjukkan dalam lingkaran merah) dan lima pusat dalam wilayah (ditunjukkan dalam lingkaran kuning) merupakan pusat-pusat yang akan dibangun untuk keseluruhan pulau. Diharapkan agar hubungan ekonomi di antara pusat-pusat tersebut akan meningkat dengan cara mengembangkan atau meningkatkan jaringan jalan arteri dan jalur laut. Bersamaan dengan itu, zona pertanian perlu ditambah melalui peningkatan produksi dan kualitas hasil panen tanaman prioritas, sedangkan daerah hijau di pedalaman harus dikelola dengan tepat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Kerangka Kerja Tata Guna Lahan per Propinsi

Propinsi Sulawesi Utara

Propinsi Sulawasi Utara memegang peranan utama dalam Hubungan Ekonomi di Wilayah Utara. Khusus Manado dan sekitarnya, yang disebut sebagai BIMIDO (Bitung-Minahasa-Manado), akan dirancang sebagai pusat antar-wilayah/internasional dan diharapkan untuk tumbuh sebagai inti dari perdagangan internasional untuk masa yang akan datang. BIMIDO memiliki potensi untuk pengembangan industri terpadu yang didukung oleh sarana penting seperti pelabuhan laut internasional (Bitung) dan bandar udara internasional (Manado), dengan kekayaan sumber daya lautnya. Wisata bahari juga merupakan potensi industri yang prospektif yang dapat digabungkan dengan wilayah wisata hijau (taman nasional) untuk lebih lanjut mempromosikan daya tarik sekor pariwisata.

Dalam Studi ini diusulkan untuk memperkuat pertalian dengan wilayah barat, jalan yang berhubungan dengan pesisir pantai utara menuju Gorontalo harus segera ditingkatkan menjadi ruas jalan Trans-Sulawesi, sedangkan jalan yang yang berhubungan dengan pesisir pantai di sebelah selatannya akan diprioritaskan dalam jangka panjang atas pertimbangan efektivitas biaya karena garis pantainya yang berliku-liku. Selain itu, jalan lintas (koridor utara-selatan) antara jalan pesisir utara dan selatan juga diusulkan dengan mempertimbangkan perhatian terhadap perlindungan daerah hijau.

Propinsi Gorontalo

Propinsi Gorontalo yang saat ini menerapkan KAPET terutama bertujuan untuk mempromosikan industri makanan. Industri yang berkaitan dengan jagung merupakan salah satu industri yang potensial atau strategis menurut rencana ekonomi daerah. Terdapat beberapa wilayah yang dapat dinyatakan sebagai cadangan alam di dan di sekitar Gorontalo. Perhatian yang cukup perlu diberikan kepada komoditas serti kelapa, jagung, dan produksi tanaman pangan lainnya.

Kota Gorontalo memegang peranan penting di bidang transportasi, dengan jalan nasional dan jalur laut nasional yang tersedia bagi Hubungan Ekonomi Bagian Tengah. Sementara itu, pengembangan transportasi fery di pedalaman yang menghubungkan jalur pantai utara dengan pantai selatan sangat diperlukan untuk meningkatkan aksesibilitas di wilayah-wilayah terpencil.

Page 25: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-25

Sumber: Tim Studi JICA

Gambar 5.3.1 Kerangka Kerja Tata Guna Lahan Pulau Sulawesi hingga 2024

Propinsi Sulawesi Tengah

Palu, yang merupakan Ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, direncanakan sebagai pusat antar-wilayah/internasional, sedangkan Luwuk sebagai pusat dalam wilayah. Palu mempunyai lokasi strategis yang menghubungkannya dengan Sulawesi dan Kalimantan (seperti yang dinyatakan pada Bagian 5.2.2). Palu memiliki potensi pembangunan industri terpadu dengan fokus pada pertanian di daerah pedalaman yang dapat didukung oleh pelabuhan (di Pantoloan) dan bandar udara (di Palu). Luwuk memiliki potensi minyak dan gas alam yang sangat besar yang dapat segera dimanfaatkan, dan diharapkan dapat mendorong industri-industri terkait Sementara itu, daerah hijaunya perlu dilestarikan dan dilindungi. Meskipun Luwuk telah dirancang sebagai sebuah KAPET, daerah ini belum dikembangkan/dibangun dengan alasan karakteristik geografis.

Page 26: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-26

Untuk membuka daerah ini terhadap perekonomian Sulawesi, diusulkan untuk meningkatkan jalur transportasi laut dari/ke Luwuk (serta Pagimana) dalam rangka memperkuat pertaliannya dengan semenanjung yang lain (ke Gorontalo dan ke Kendari), dengan meningkatkan transportasi pedalaman ke Palu lewat Poso.

Propinsi Sulawesi Barat

Mamuju, sebagai Ibukota Sulawesi Barat, adalah lokasi yang strategis dengan zona pertanian yang potensial di daerah pedalaman, yang diharapkan akan memberikan kontribusi terhadap pertalian ekonomi pedesaan, seperti Hubungan Ekonomi Bagian Tengah, Hubungan Ekonomi Bagian Barat, dan Hubungan Ekonomi Bagian Selatan. Saat ini, jaringan jalan antara Mamuju dan Palu berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Oleh sebab itu, jalan yang merupakan ruas jalan Trans-Sulawesi antara Palu, Mamuju dan Pare-pare ini harus ditingkatkan untuk melancarkan pergerakan arus penumpang dan barang Selain itu, jaringan jalan pedalaman ke daerah terpencil harus ditingkatkan sehingga produk-produk pertanian dapat diangkut dengan lancar.

Propinsi Sulawesi Selatan

Makassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan wilayah sekitarnya, yang disebut dengan MAMMINASATA (Makassar-Gowa-Maros-Takalar) direncanakan sebagai pusat antar-wilayah/ internasional, sementara Pare-pare sebagai pusat dalam wilayah. Makassar dengan prasarana yang cukup baik merupakan kota yang terbesar di Pulau Sulawesi dalam hal jumlah penduduk dan kegiatan ekonominya. Untuk lebih jauh menciptakan pembangunan ekonomi yang intensif, baru-baru ini telah dibuat konsep mengenai Rencana Tata Ruang Terpadu Mamminasata yang berkoordinasi dengan Badan Kerja Sama Pembangunan Metropolitan Mamminasata (BKSPMM), yang mengusulkan pembangunan beberapa wilayah industri baru selain KIMA. Pare-pare terletak sekitar 150km sebelah utara Makassar. Meskipun Pare-pare sudah dirancang sebagai KAPET yang didukung oleh pelabuhannya, kota ini masih belum memperlihatkan kemajuan yang besar dalam pembangunannya. Telah dibuat sebuah konsep mengenai rencana pembangunan pabrik kilang minyak untuk meningkatkan perekonomian di wilayah tersebut. Untuk lebih jauh meningkatkan perekonomian Sulawesi Selatan, ruas jalan nasional antara Makassar dan Pare-pare sangat diprioritaskan dalam rangka mengikuti kebijakan pembangunan nasional.

Propinsi Sulawesi Tenggara

Kendari, Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai KAPET, dan telah menduduki posisi teratas dalam PDRB per-kapita di Sulawesi karena produksi tambang nikel dan aspalnya. Sementara itu, Studi ini akan mengusulkan hubungan yang lebih kuat antara Kendari, Makassar dan kota-kota lainnya dengan tujuan bisnis dan perdagangan yang lebih efektif/efisien, untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi. Dalam rangka lebih mengintegrasikan wilayah ini dengan perekonomian Sulawesi secara keseluruhan, peningkatan jalur transportasi laut merupakan langkah ideal untuk menjadi jalan lintas pelayaran yang menghubungkan Sulawesi Selatan dengan Sulawesi Tengah. Pada saat yang bersamaan, karena propinsi ini mempunyai banyak pulau tanpa akses yang efisien, maka perlu dipertimbangkan pengembangan sistem transportasi daerah pada wilayah yang terpencil. Kabupaten Buton adalah salah satu kabupaten dengan PDRB per kapita terendah di Sulawesi. Meski demikian, pemanfaatan Aspal Buton secara optimal sebagaimana dikaji dalam Apendiks 9

Page 27: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-27

dan eksploitasi minyak dan gas yang dimulai tahun 2007 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan daerah di wilayah bagian selatan pulau Sulawesi ini di masa yang akan datang.

5.4 Promosi Industri

5.4.1 Dasar-dasar Promosi Industri di Sulawesi

Setelah melakukan tinjauan ulang status pulau Sulawesi dari berbagai sudut pandang yang berbeda, yaitu kondisi alam, trend kependudukan, karakteristik industri, dasar-dasar promosi industri di masa yang akan datang dapat dirangkum dalam tiga hal, sebagai berikut:

① Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas di sektor pertanian, agar stabilitas kesempatan kerja dapat dipertahankan.

② Untuk mempromosikan agroindustri lewat pengenalan teknik dan keahlian yang diperlukan, dan oleh karena itu kesempatan kerja dan peningkatan nilai tambah akan lebih lanjut tercipta.

③ Untuk mempromosikan produk/industri terpilih dengan menyediakan insentif/dukungan seperlunya dari sektor publik dalam kemitraan pemerintah-swasta. Dengan melakukan hal ini kesempatan kerja dan tingkat pendapatan akan mengalami peningkatan.

Wilayah yang paling berkembang di pulau Sulawesi telah ditingkatkan pembangunannya, dan akan membatasi adanya pengembangan baru dari segi tata guna lahan, serta pelestarian lingkungan. Dengan situasi ini, satu-satunya tantangan dalam sektor pertanian di Sulawesi adalah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman pangan terpilih yang dapat diolah/diindustrialissasi agar dapat bersaing di pasaran.

Untuk hal-hal tersebut pada poin ① dan ② diatas, stakeholder terkait (sektor swasta dan pemerintah) harus mencoba membuat komitmen yang total agar membuat sektor dan industri pertanian di Sulawesi memiliki daya saing dalam jangka menengah atau jangka panjang. Pada kesempatan yang sama, poin ③ harus diprioritaskan secara strategis agar perekonomian Sulawesi dapat bertumbuh dalam jangka pendek. Tim Studi mengidentifikasi dan mengusulkan produksi bahan bakar bio diesel (lihat Apendiks 1) dan pengolahan makanan sebagai sektor industri yang penting dan prioritas. Ini semua dapat berkontribusi tidak hanya untuk pembangunan ekonomi pulau Sulawesi namun juga untuk mempromosikan energi baru dan ekonomi berorientasi siklus.

Bagian selanjutnya, akan mendiskusikan pendekatan yang lebih praktis mengenai ketiga prinsip diatas dalam rangka mempromosikan industri.

5.4.2 Pengkajian Industri Prospektif

Studi ini telah menetapkan industri/produk prospektif di Pulau Sulawesi. Untuk secara efisien dan efektif mempromosikan industri tersebut dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi di masa depan, perlu untuk melihat prasyarat industrialisasi, dan pada titik ini, diperlukan identifikasi kelebihan dan kekurangan tiap produk/industri.

Page 28: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-28

(1) Pendekatan Analisis Klaster

Dengan mengacu kepada kerangka kerja Klaster Industri yang ditetapkan oleh Michael Porter, terdapat empat elemen yaitu: i) Kondisi Faktor; ii) Kondisi Kebutuhan; iii) Strategi Perusahaan; iv) Sstruktur dan Pesaing; dan v) Industri Terkait dan Pendukung akan dianalisa oleh industri/produk prospektif. Elemen-elemen ini akan mengatur daya saing kompetitif melalui dinamika dampak timbal balik di antara elemen-elemen tersebut.

Kondisi Faktor terdiri dari kualitas/biaya input dan kekhususan/originalitas produk/industri. Sumber daya alam, sumber daya manusia, modal dan infrastruktur (fisik, informasi dan teknologi) merupakan satuan komponen yang perlu dinilai dalam aspek kualitas dan penyediaan biaya. Apabila terdapat karakteristik khusus daerah yang tercermin dalam produk/industri, maka ada kemungkinan untuk secara umum memiliki keunggulan kompetitif.

Kondisi Kebutuhan diuraikan berdasarkan tingkat kuantitatif/kualitatif dari pasar/konsumen sasaran dan semangat inovasi yang dibutuhkan/disyaratkan. Apabila tingkat yang dibutuhkan lebih tinggi atau apabila semangat inovasi lebih jelas, maka kondisi ini akan lebih menguntungkan bagi produsen/pengusaha, sehingga mereka akan termotivasi untuk meningkatkan produksi/bisnis mereka.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing diwakili oleh ketepatan investasi dan kelanjutan upaya peningkatan oleh produsen/pengusaha, dan tingkat kompetisi di antara mereka. Dapat dimengerti bahwa semakin tinggi persaingan, maka kemungkinan besar keunggulan kompetitif juga meningkat.

Industri terkait dan pendukung dapat dinilai sebagai keunggulan kompetitif apabila terdapat sejumlah pemasok yang kompeten dan/atau terdapat akumulasi klaster. Hal tersebut secara langsung berkaitan dengan klaster lewat interaksi dengan tiga elemen lainnya, dan menghasilkan keunggulan kompetitif menyeluruh produsen/perusahaan.

Dalam rangka mempromosikan/menguatkan klaster industri, secara teoritis, hal ini dianggap

Gambar 5.4.1 Diagram Elemen Keunggulan Kompetitif

Strategi, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Page 29: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-29

penting: i) untuk menngkaji tiap elemen produksi/industri dari segi sasaran, ii) untuk meningkatkan tiap elemen sebisa mungkin, dan iii) untuk mempromosikan dampak interaktif antar elemen.

(2) Penilaian berdasarkan Industri yang Diusulkan

Berdasarkan kerangka kerja Klaster Industri, industri/produk Pulau Sulawesi yang ditetapkan di bawah (① hingga ⑨) ini telah dikaji, dari sudut pandang keunggulan kompetitif, oleh karena itu, identifikasi keunggulan/kelemahan industri tersebut dijabarkan di bawah ini.

① PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTANIAN _1: Bahan bakar bio diesel berbasis kelapa dan jarak untuk menggantikan bahan domestik di Sulawesi.

② PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTANIAN _2: Pengolahan makanan termasuk kakao, kopi, vanili, sayuran, kacang mede, dsb. Untuk pasar luar negeri, khususnya Cina.

③ PENGOLAHAN TERNAK.DAGING/PAKAN TERNAK:

Daging halal untuk Kalimantan/Timur Tengah. Pakan ternak dari kopra, jagung, ubi jalar, kacang kedelai, dan residu ikan untuk peternak domestik.

④ PRODUK PERIKANAN DAN KELAUTAN: Produk baru seperti ikan bandeng untuk ekspor/pasar domestik. Promosi tuna ulahan, rumput laut, dll untuk ekspor.

⑤ PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN _1: Pengembangan minyak bumi dan gas alam untuk ekspor dan pasar domestik.

⑥ PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN_2: Peningkatan nikel, aspal, eman, dsb untuk ekspor dan pasar domestik.

⑦ MATERIAL KONSTRUKSI: Kerikil, batu, semen untuk diekspor ke daerah penghasil energi seperti Kalimantan dan Luwuk.

⑧ INDUSTRI RINGAN: Industri padat karya, seperti material kayu, tripleks, furnitur, garmen, sepatu, dsb untuk ekspor.

⑨ INDUSTRI PARIWISATA: Eco-tourism bahari.

Rincian mengenai pengkajian ini dijelaskan pada Tabel 5.4.3 (1/9)-(9/9) pada bagian akhir bab ini, sedangkan pengkajian keseluruhan industri/produk Sulawesi dirangkum sebagai berikut, berdasarkan keempat elemen yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kondisi Faktor: Mencukupi sebagai persyaratan dasar untuk kualitas dan kuantitas, sementara diperlukan peningkatan lebih lanjut.

Page 30: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-30

Kondisi Kebutuhan: Pasar/konsumen yang potensial diantisipasi, namun kebutuhan mereka harus dimonitor secara tepat dan teratur untuk bertahan dalam persaingan.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing: Masih memiliki ruang untuk ditingkatkan. Salah satu kuncinya adalah dengan proaktif mempromosikan investasi langsung dari dalam dan luar negeri, yang dapat membantu produsen/pengusaha mengatasi kondisi faktor dan kebutuhan pada saat yang bersamaan,

Industri terkait dan pendukung: Hubungan yang erat dengan Kondisi Faktor, dengan pemahaman bahwa: “semakin kompeten sumber daya manusia, semakin kompeten suplier yang tumbuh”. Jadi, perlu untuk mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten sebagai syarat dasar untuk keunggulan kompetitif.

Sementara itu, Tim Studi JICA melakukan upaya untuk memberikan urutan prioritas untuk produk/industri terpilih,dengan mengurutkan berdasarkan skala “++ (following wind)”, “+ (calm wind”), dan “- (headwind)” untuk tiap elemen keunggulan kompetitif, berdasarkan penilaian yang ditunjukkan dalam Tabel 5.4.3. Tabel 5.4.1 memberikan ringkasan urutan prioritas dengan total skor berdasarkan tingkatan. Apabila total skor adalah lima “+” atau lebih, maka industri tersebut akan mendapatkan prioritas “A” yang akan dipromosikan sesegera mungkin. Begitu juga apabila total skor adalah tiga “+” namun kurang dari lima, maka mendapat prioritas “B” yang membutuhkan beberapa persiapan/peningkatan untuk satu atau dua elemen keunggulan kompetitif bagi promosi. Dan apabila skor total adalah kurang dari tiga “+”, akan mendapat prioritas “C” yang membutuhkan lebih banyak upaya sebelum dipromosikan.

Page 31: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-31

Tabel 5.4.1 Prioritas Produk/Industri Elemen Keunggulan

kompetitif Usulan Industri

Kondisi faktor

Kondisi kebutuhan

Strategi perusahaan, struktur dan

pesaing

Industri terkait dan pendukung

Skor total

PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTANIAN _1 (bahan bakar bio diesel)

+ ++ - +

+++

Cacao + ++ - + ++++

Coffee + ++ - - +

PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTANIAN _2(pengolahan makanan)

Ave. +++ Livestock, Meat Processing

+ ++ - + +++ Animal Feed

++ + - + +++

PENGOLAHAN TERNAK, DAGING/PAKAN TERNAK

Ave. +++ PRODUK PERIKANAN DAN MARITIM

+ ++ - - +

PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN _1 (minyak dan gas alam)

++ ++ + + ++++++

PENGOLAHAN SUMBER DAYA PERTAMBANGAN _2 (nikel, aspal, etc.)

++ ++ + + ++++++

MATERIAL KONSTRUKSI ++ + + + +++++ INDUSTRI RINGAN + ++ - - + INDUSTRI PARIWISATA + + - - ±

++: following wild, +: calm wind, -: head wind Dari urutan prioritas ini, dapat dilihat bahwa industri pertambangan dianggap sebagai prioritas utama (peringkat A) untuk segera dipromosikan dan perlu mendapatkan perhatian agar tidak memberikan dampak luas (spillover effect) ke daerah tersebut. Agroindustri dan industri yang berkaitan dengan peternakan menempati prioritas kedua (ranking B) yang membutuhkan manajemen yang tepat untuk dapat masuk ke dalam bisnis skala besar. Pada saat industri ini telah mengalami pertumbuhan, kelanjutan ekonomi daerah akan dapat diantisipasi dengan potensi produksi. Di sisi lain, industri perikanan dan maritim, industri ringan dan industri pariwisata menempati peringkat yang rendah (ranking C) karena kurangnya industri pendukung dan badan pengelola. Nampak bahwa industri ini akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan industri lainnya walaupun hasil penilaian untuk faktor kondisi dan kebutuhan menunjukkan nilai positif. Dari sudut pandang berbeda, industri ini akan diprioritaskan secara strategis dengan adanya kebijakan yang kuat dari pemerintah.

B

B

B

C A

A

A C C

Page 32: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-32

5.4.3 Kebijakan dan Langkah-langkah untuk Promosi Klaster Industri

Secara umum diusulkan, untuk meningkatkan/memperkuat keunggulan kompetitif klaster industri, sehingga kebijakan dan langkah-langkah di bawah ini perlu dipertimbangkan.

Tabel 5.4.2 Kebijakan untuk Mendukung/Meningkatkan Keunggulan Kompetitif Klaster Industri Elemen Keunggulan

Kompetitif Kebijakan/Langkah Pendukung/Peningkatan

Kondisi Faktor Peningkatan kualitas lebih lanjut, penyediaan yang loebih efisien ① Kerjasama/bimbingan teknis untuk peningkatan

kualitatif/kuantitatif produk pertanian dan maritim. ② Pendidikan dan pelatihan pengembangan sumber daya manusia. ③ Kerjasama keuangan atau pengenalan skema kredit. ④ Peningkatan/pembangunan prasarana fisik (jalan, air, tenaga

listrik, drainase, pengolahan sampah) ⑤ Peningkatan/pengembangan informasi dan teknologi untuk

mendukung produksi dan distribusi. Kondisi Kebutuhan Penetapan kebutuhan pasar yang tepat dan berlanjut

⑥ Pendidikan dan pelatihan pengembangan sumber daya manusia.. ⑦ Peningkatan/pengembangan informasi dan teknologi untuk

mendukung produksi dan distribusi. Strategi perusahaan, struktur, dan pesaing

Promosi/daya tarik investor dalam/luar negeri ⑧ Pelatihan teknis pengolahan produk primer ⑨ Kerjasama keuangan atau pengenalan skema kredit. ⑩ Peningkatan sistem investasi dan perpajakan. ⑪ Peningkatan/pengembangan informasi dan teknologi untuk

mendukung produksi dan distribusi. Industri terkait dan pendukung

Pengembangan sumber daya manusia yang mendesak ⑫ Kerjasama/bimbingan teknis untuk peningkatan

kualitatif/kuantitatif produk pertanian dan maritim ⑬ Pelatihan kepemimpinan dan pengembangan kapasitas

masyarakat. ⑭ Peningkatan/pembangunan prasarana fisik (jalan, air, tenaga

listrik, drainase, pengolahan sampah)

Berdasarkan kebijakan dan langkah-langkah yang disebutkan di atas, beberapa program spesifik diusulkan untuk mendukung dan mempercepat pembangunan ekonomi Sulawesi di masa depan, dengan program prasarana fisik dan program pengembangan kapasitas/institusional.

(1) Peningkatan/Pembangunan Prasarana

Program Pembangunan Prasarana Transportasi (menekankan ④)

Tujuan Pembangunan/peningkatan prasarana transportasi, misalnya jalan, jalur laut, dan pelabuhan laut untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Pulau Sulawesi.

Masukan utama

i) Peningkatan jalan arteri (jalan nasional dan propinsi) ii) Peningkatan jalan kolektor/lokal (jalan kabupaten) iii) Peningkatan jalur laut (Kapal Roro) iv) Pembangunan sarana/prasarana kunci (mis: pelabuhan laut)

Page 33: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-33

Periode Jangka Panjang: 2009~2024 (3 tahap) Pelaku utama - Pemerintah Pusat (Departemen Pekerjaan Umum (Direktorat Jenderal Bina

Marga), Departemen Perhubungan Stakeholder terkait

- Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten) - Sektor Swasta

Program Pembangunan Prasarana Infrastruktur (menekankan ⑤,⑦,⑪,⑭)

Tujuan Pembangunan sistem komunikasi/informasi yang akan mendukung kegiatan produksi, distribusi, dan pemasaran para produsen/perusahaan.

Masukan utama

i) Pemasangan sistem informasi kecepatan tinggi (broadband) ii) Pengembangan kapasitas dan pelatihan bagi instansi pemerintah dan

produsen. Periode Jangka Menengah: 2014~2024 (2 tahap) Pelaku utama - Pemerintah Pusat (Departemen Perhubungan, Departmen perindustrian) Stakeholder terkait

- Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten) - Sektor swasta

(2) Penyusunan Kelembagaan dan Pengembangan Kapasitas

Program Pengembangan/Promosi Produk Lokal (menekankan①,②,③,⑥,⑧,⑫,⑬)

Tujuan Pengembangan kapasitas untuk produsen maritim dan pertanian dengan tujuan meningkatkan nilai tambah yang akan berkontribusi terhadap PDRB Pulau Sulawesi.

Input kunci i) Transfer teknologi ke produsen komoditas olahan (kakao, kopi, dll) dan keahlian pemasaran.

ii) Pelaksanaan proyek percontohan untuk komoditas pilihan (mis: tiga komoditas ekspor untuk tiap kabupaten)

Periode Jangka Pendek: 2009~2013 Pelaku utama - Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten)

- Produsen produk pertanian dan maritim Stakeholder terkait

- Pemerintah Pusat (Departemen pertanian, Departemen Perindustrian) - Sektor swasta

Program Promosi Ekspor (menekankan ⑥,⑩,⑫)

Tujuan Peningkatan daerah ekspor untuk memperlancar penanganan barang yang diproduksi untuk tujuan ekspor, sehingga kompeten untuk diperdagangkan di pasar internasional.

Input utama i) Penyusunan kembali institusi yang bertanggung jawab atas daerah ekspor ii) Pengembangan kapasitas dan pelatihan yang berkaitan dengan penyusunan

kelembagaan Periode Jangka pendek: 2009~2013 Pelaku utama - Pemerintah Pusat

Page 34: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-34

Program Promosi Investasi Dalam dan Luar Negeri (menekankan⑨,⑩)

Tujuan Perbaikan prosedur investasi dan pembentukan “layanan satu atap” untuk memotivasi investor (setelah kesepakatan kemitraan ekonomi atau EPA: “Economic Partnership Agreement)

Input utama i) Peningkatan prosedur investasi ii) Pengembangan kapasitas dan pelatihan selaras dengan penyusunan

kelembagaan Periode Jangka Pendek: 2009~2013 Pelaku utama - Pemerintah Pusat (BKPM, Departemen Perindustrian)

Program Konservasi Sumber Daya, Daur Ulang dan Penggunaan Kembali (menekankan ①,⑥,⑧,⑫,⑬)

Tujuan Perencanaan dan pelaksanaan tindakan strategis untuk tujuan konservasi sumber daya, daur ulang, dan penggunaan ulang, termasuk pengembangan energi alternatif.

Input utama i) Perencanaan tindakan dan pelaksanaan proyek percontohan ii) Studi kelayakan pengembangan energi alternatif (mis. Bahan bakar bio

diesel) Periode Jangka Pendek: 2009~2013 Pelaku utama - Pemerintah Pusat (Departemen Lingkungan Hidup, dan Departemen Energi dan

Pertambangan) Stakeholder terkait

- Pemerintah Daerah (Propinsi, Kabupaten) - Sektor Swasta

5.4.4 Program Pelaksanaan Promosi Industri

Seperti yang telah disebutkan dalam bagian 5.4.1, diharapkan stakeholder terkait (pemerintah dan swasta) membuat komitmen komprehensif untuk promosi industri dalam rangka mencapai target pertumbuhan ekonomi dari titik awal ekonomi berbasis pertanian.

Tidak terdapat jalan yang mulus dalam pembangunan ekonomi dan promosi industri. Namun demikian, sekali lagi, setidaknya dua arahan harus ditetapkan sebagai berikut: i) peningkatan produktivitas dan kualitas pada basis pertanian dan sumber daya lokal yang ada di pulau Sulawesi, ii) Tantangan lapangan industri baru (mis: industri bio diesel) yang didukung dengan komitmen para stakeholder. Arahan yang pertama memerlukan upaya yang stabil dari petani dan dukungan kesabaran dari pemerintah untuk jangka menengah dan panjang, sementara arahan yang kedua membutuhkan panduan yang tepat dari pemerintah, pimpinan dan dukungan dari sektor swasta untuk membawa industri ke tingkat yang berkelanjutan.

Gambar 5.4.2 menunjukkan jadwal pelaksanaan skematik untuk promosi industri di Sulawesi, dimana program yang diusulkan dinyatakan dalam kerangka waktu jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Program prasarana dan program yang terkait dengan kapasitas/kelembagaan sebaiknya dilaksanakan secara bersamaan, dan saling mendukung seperti dua roda, untuk dapat

Page 35: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-35

mulai secara cepat sehingga perekonomian Sulawesi mendapatkan keuntungan dengan pertumbuhan yang berlanjut ke masa depan. Seperti yang diilustrasikan dalam gambar, lima tahun ke depan akan menjadi “Lima tahun yang berharga bagi Sulawesi untuk masuk ke dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan”. Diharapkan bahwa program ini akan diluncurkan seperti yang diusulkan dengan memberikan semua input yang diperlukan serta energi dan waktu investasi dari para stakeholder terkait.

Jangka pendek (2009~2013)

Gambar 5.4.2 Jadwal Pelaksanaan Promosi Industri Sulawesi

Kerangka waktu Kategori program

Jangka menengah(2014~2018)

Jangka panjang (2019~2024)

Peningkatan pembangunan infrastruktur

Institutional Arrangement and Capacity Building

PPrrooggrraamm PPeemmbbaanngguunnaann PPrraassaarraannaa TTrraannssppoorrttaassii

PPrrooggrraamm PPeemmbbaanngguunnaann PPrraassaarraannaa IInnffoorrmmaassii

PPrrooggrraamm PPrroommoossii//PPeennggeemmbbaannggaann PPrroodduukk LLookkaall

PPrrooggrraamm PPrroommoossii EEkkssppoorr

PPrrooggrraamm PPrroommoossii IInnvveessttaassii DDaallaamm//LLuuaarr NNeeggeerrii

PPrrooggrraamm KKoonnsseerrvvaassii SSuummbbeerr DDaayyaa,, DDaauurr UUllaanngg ddaannPPeenngggguunnaaaann KKeemmbbaallii

Lima tahun yang berharga bagi Sulawesi untuk masuk

ke dalam pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

Page 36: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-36

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (1/9)

Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar Pengolahan Sumber daya pertanian _1

Bahan bakar bio diesel berbasis kelapa dan jarak untuk menggantikan bahan bakar domestik di Sulawesi.

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Kajian rinci Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Sulawesi telah memiliki perkebunan kelapa sejak lama. Saat ini areal budidaya adalah sekitar 710.000 Ha atau 22% dari 3,2 juta Ha di seluruh Indonesia. Sementara, sebagian besar pohon kelapa sudah tua dan menyebabkan rendahnya produktivitas.

Kondisi faktor

Kekhususan input Sulawesi merupakan pulau pelopor ekspor minyak kelapa mentah dunia selama bertahun-tahun.

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Kebutuhan minyak kelapa mentah telah menurun karena minyak sayur berganti dari minyak kelapa ke minyak sawit. Rasio operasi pabrik minyak kelapa mentah lebih rendah dari kapasitas desain.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Harga minyak kelapa mentah didominasi oleh pasar internasional. Produksi bahan bakar bio-diesel menggunakan minyak kelapa layak untuk mengembangkan sumber energi baru, apabila kopra dapat dibeli oleh produsen dengan harga tetap.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Sejumlah rencana produksi minyak kelapa mentah sedang beroperasi, sementara, nampaknya industri tersebut tidak mampu berinvestasi dalam produksi bio diesel mengingat kondisi pasar dan bisnis minyak mentah saat ini.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Penduduk Sulawesi yang sudah mengetahui cara budidaya kelapa. Sejumlah pabrik minyak kelapa mentah skala besar sedang beroperasi.

Isu-isu yang perlu dipertimbangkan

Karena bisnis produksi bio diesel merupakan hal yang baru bagi pemain bisnis, dukungan dari pemerintah terkait diperlukan bagi para pemain untuk dapat bertahan dari resiko bisnis, dan selain itu prioritas yang tinggi harus dilakukan di bawah kebijakan nasional untuk pengembangan sumber energi baru.

Manado

Makassar

Palu

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tdk kompetitif (Tdk matang)

Bagaimana memotivasi sektor swasta

Bagaimana memotivasi petani?

Ekspansi areal budidaya, distribusi/pengumpulan yang efektif

Pasar internasional dan domestik

Kendari

Page 37: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-37

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (2/9) Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar

Pengolahan Sumber Daya Pertanian _2 Pengolahan makanan termasuk kakao, kopi, vanili, cengkeh, sayur, kacang mede, dsb untuk pasar luar negeri, khususnya Cina.

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Kajian rinci_Kakao Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Sulawesi memiliki 600.000 ha areal budidaya kakao dengan 450.000 petani kakao, 570.000 ton biji kakao diproduksi dengan 350.000 ton biji kering yang diekspor. Sementara itu, produktivitas rendah dan berfluktuasi. Jarak antara daerah produksi dan daerah pengumpulan akhir cukup jauh sehingga biaya transportasi cukup tinggi. petani menjual produknya ke makelar dengan penawaran yang rendah karena harga secara dominan diatur oleh pedagang.

Kondisi faktor

Kekhususan input Produksi dan ekspor dalam jumlah besar.

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Kualitas kakao dievaluasi pada harga rendah di pasar, sementara kakao dihargai sebagai bahan dasar produsen cokelat.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Tidak ada perubahan yang signifikan.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Organisasi petani kakao tidak efektif untuk menyebarluaskan pengetahuan dan keahlian untuk memproduksi kakao berkualitas tinggi. tidak ada investor yang tertantang untuk meningkatkan produksi kakao di Sulawesi.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

Kegiatan pengolahan akan ditingkatkan untuk meningkatkan output dan nilai dengan cara melakukan kegiatan yang memeproleh nilai tambah. Namun demikian, petani dapat kehilangan minatnya untuk menanam kakao karena banyaknya biaya tambahan, apabila kenaikan pendapatan tidak terealisasi.

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Banyak diproduksi di Sulawesi Selatan, sementara Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat mungkin dapat melakukan ekspansi aral budidaya kakao untuk memenuhi permintaan yang bertumbuh.

Isu-isu yang perlu dipertimbangkan _Kakao

Ekspansi kakao cepat pada areal budidaya kakao dapat memberikan ancaman terjadinya penurunan kualitas lingkungan karena penggundulan hutan, oleh karena itu perlu diberikan perhatian khusus bagaimana meningkatkan produksi kakao.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung stries

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (Tdk matang)

Bagaimana memotivasi sektor swasta

Bagaimana memotivasi petani?

Ekspansi areal budidaya, distribusi/ pengumpulan yang efektif

Pasar internasional dan domestik

Manado

Makassar

Palu

Mamuju

Tana Toraja

Kendari

Page 38: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-38

Kajian rinci_Kopi Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Kuantitas produksi sekitar 3.000 ton pada tahun 2005, dan berkontribusi 10% untuk produksi nasional. Sulawesi menempati peringkat 4 setelah Jawa Timur, Sumatera Utara dan Aceh. Volume produksi yang tidak konstan dan kecil menyulitkan suplai secara kontinyu terhadap industri pengolahan biji kopi. Biaya transportasi dari areal produksi ke pasar cukup tinggi..

Kondisi faktor

Kekhususan input Kopi Sulawesi dikenal sebagai Kopi Toraja dengan reputasi yang baik dan aneka mitos sejarah kopi tersebut.

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Kopi Arabica dirpoduksi di Toraja memiliki aroma khusus yang menarik permintaan pasar dunia.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Fluktuasi harga kopi arabika sangat akut karena ketergantungan terhadap kuantitas suplai.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Kopi Toraja yang dipasarkan dengan harga tinggi diproduksi di bawah manajemen investor asing (Key Coffee). Kualitasnya secara umum masih di bawah standar karena metode penanganan setelah panen belum tepat dan tidak konsisten di tingkat petani. Kesulitan dalam menyediakan atau mendanai pengembangan produksi.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

Petani masih menganggap budidaya Kopi Arabica sebagai kerja sampingan, bukan pekerjaan utama.

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Lahan yang tepat untuk Kopi arabica di Sulawesi sebenarnya sangat terbatas untuk perkebunan skala kecil dan menengah. Saluran distribusi agak rumit bagi petani. Pada umumnya mereka menjual produknya secara individu ke makelar pada posisi tawar yang lemah.

Isu-isu yang perlu dipertimbangkan _Kopi Ekspansi lebih lanjut areal budidaya Kopi Arabica tampaknya sulit untuk dilakukan, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan produktivitas petani.

Page 39: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-39

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (3/9) Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar

Peternakan/pengolahan daging/pengolahan pakan ternak Daging “Halal”untuk Timur Tengah dan Kalimantan. Pakan ternak dari kopra, jagung, ubi jalar, kacang kedelai, dan sisa pengolahan ikan untuk peternak domestik.

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Kajian Rinci_Peternakan, Pengolahan Daging Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Sulawesi memproduksi sekitar 230.000 ton produk peternakan yang cukup untuk menutupi konsumsi Pulau Sulawesi per tahun, sementara itu, tidak terdapat industri pengolahan ternak skala besar.

Kondisi faktor

Kekhususan input Sebagian besar ternak diolah dengan cara “halal”

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Pasar negara ASEAN lainnya dan Timur Tengah yang mengkonsumsi daging halal telah berekspansi. Hal ini harus menjadi kesempatan yang baik untuk peternakan dan industri pengolaha daging di Sulawesi.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Kebutuhan daging halal di luar negeri semakin luas.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Sulawesi belum mengembangkan sistem pembekuan skala besar untuk transportasi dan distribusi produk beku atau dingin.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing Persaingan antar perusahaan

(masyarakat) ---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Sulawesi tidak memiliki sistem pengolahan yang cukup serta sistem transportasi untuk daging halal dengan tujuan ekspor.

Permasalahan untuk dipertimbangkan_ Peternakan, Pengolahan Daging

Sistem sertifikasi wilayah dan internasional daging halal yang bertujuan untuk ekspor belum terbentuk. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat peraturan dan sistem inspeksi. Harus diberikan perhatian khusus dalam memanfaatkan produk sampingan.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)

Bagaimana memotivasi sektor swasta

Penetapan sertifikasi daging halal yang diterima secara internasional Pasar internasional

dan domestik

Pengadaan sistem rangkaian pendinginan. Pemanfaatan produk sampingan.

Manado

Makassar

Gorontalo

Page 40: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-40

Kajian rinci_Pakan ternak Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Sulawesi memproduksi jagung dan kelapa dalam volume yang besar, dengan areal yang masih tersedia untuk budidaya kelapa

Kondisi faktor

Kekhususan input ---

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Pakan ternak yang diproduksi dari kopra memiliki pasar luar negeri, sementara pasar lokal dapat dikembangkan lebih jauh untuk mempromosikan pertanian organik yang bernilai tinggi.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Diversifikasi material untuk memproduksi pakan ternak perlu dilaksanakan. Ternak yang diolah sebagai daging halal memiliki potensi pasar yang besar, khususnya di negara-negara Timur Tengah. Ternak tersebut dalam kualitas yang baik harus diberi makan dengan pakan ternak yang baik pula.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Tidak terdapat pabrik pengolahan yang modern dan tepat yang beroperasi di Pulau Sulawesi.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

---

Permasalahan untuk dipertimbangkan_Pakan Ternak

Perhatian harus diberikan untuk pemanfaatan produk sampingan.

Page 41: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-41

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (4/9) Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar

Produk Perikanan dan Maritim Produk baru seperti ikan bandeng untuk pasar ekspor/domestik. Promosi pengolahan tuna, rumput laut, dsb untuk ekspor.

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Kajian Rinci Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Volume ikan adalah sekitar 400.000 ton per tahun di Sulawesi, yang lebih dari cukup untuk menutupi konsumsi tahunan Pulau Sulawesi. Perikanan di Sulawesi sangat bergantung kepada perikanan pesisir skala kecil yang tidak tepat untuk industri pengolahan skala kecil.

Kondisi faktor

Kekhususan input ---

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Terdapat kemungkinan besar untuk mengembangkan pasar lokal ikan yang diawetkan, misalnya ikan tanpa tulang, ikan kering. Produk tersebut dapat diekspor ke negara lain di Asia.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Selera produk akhir harus sesuai dengan persyaratan negara pasar sasaran.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Karena banyak nelayan tidak memiliki modal untuk investasi pabrik pengolahan ikan, maka kegiatan yang menghasilkan nilai tambah tidak akan terealisasi.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing Persaingan antar perusahaan

(masyarakat) ---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Tidak terdapat sistem pendinginan yang berkualitas di Sulawesi.

Permasalahan untuk dipertimbangkan

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Competitive (matured) Less-Competitive Not Competitive (not matured)

Bagaimana memotivasi sektor swasta

Pasar internasional dan domestik

Pengadaan rangkaian sistim pendingin.

Manado

Makassar

Kendari

Gorontalo

Page 42: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-42

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (5/9) Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar

Pengolahan bahan tambang_1 Pengembangan minyak dan gas alam untuk ekspor dan pasar domestik

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Kajian Rinci Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Sumber energi gas alam baru (daerah daratan di Karama Sulawesi Barat dan potensi yang besar di Luwuk, Sulawesi Tengah) kemungkinan besar akan dieksploitasi oleh investor asing.

Kondisi faktor

Kekhususan input ---

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Pertemuan dengan pasar minyak/gas internasional. Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Trend global dari bahan bakar minyak ke energi daur ulang.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Calon investor asing. Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Tidak terdapat industri terkait.

Permasalahan untuk dipertimbangkan

Bagaimana menggabungkan industri lokal dengan investor asing akan menjadi kunci dalam memberikan keuntungan bagi perekonomian lokal. Pada waktu yang sama, perhatian harus diberikan kepada aspek lingkungan agar tidak memberikan dampak negatif/tidak diinginkan.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung stries

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)

Konsesi internasional dengan investor

Bagaimana menggabungkan industri lokal dengan investor asing?

Luwuk

karama

Page 43: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-43

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (6/9) Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar

Pengolahan bahan tambang_2 Peningkatan nikel, aspal alam, emas, dll uhtuk pasar domestik dan ekspor.

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Kajian Rinci_Nikel Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Tambang nikel di Sulawesi Tenggara merupakan peringkat keempat di dunia dengan kontribusi 13 juta ton.

Kondisi faktor

Kekhususan input Lokasi geografis pertambangan nikel dan Sulawesi cukup ideal untuk mengubah pasar internasional karena lokasi permintaan pasar yang cukup besar berada sangat dekat dengan Sulawesi.

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Kebutuhan nikel sangat besar di pasar internasional berkaitan dengan konsumsi nikel di Cina untuk produksi baja tahan karat.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Pasar nikel telah merupakan karakter pasar penjual. Oleh karena itu, harga mengalami peningkatan dengan cepat. Namun demikian, semuanya tergantung kondisi satu negara (Cina). Perubahan situasi ekonomi cukup mempengaruhi operasional pertambangan.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

PT. Inco berencana mengembangkan tambang baru di Sulawesi Selatan, dengan pasar target Cina.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Tidak terdapat industri lokal yang dikembangkan.

Permasalahan untuk dipertimbangkan_Nikel

Catatan: * Deposit Aspal Buton alami telah ditemukan di empat (4) lokasi di Pulau Buton. Perkiraan jumlah depositnya adalah 600 juta ton. Meskipun jumlah produksi saat ini kecil, namun DPU telah memerintahkan untuk memanfaatkan sumberdaya Aspal Buton tersebut secara optimal untuk menggantikan bitumen yang berharga tinggi saat ini (lihat Apendiks 9).

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)

Bagaimana menggabungkan industri lokal dengan investor asing?

Manado

Gorontalo

Soroako

Baubau

Pomalaa

Page 44: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-44

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (7/9) Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar

Material konstruksi Kerikil, batu, semen untuk diekspor ke wilayah pengembangan energi di Kalimantan dan Luwuk.

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Kajian Rinci Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Produksi semen Sulawesi telah berkespansi dan volume produksi mencapai 1,9 juta ton pada tahun 2005. Sulawesi kaya akan pegunungan kapur di wilayah pesisir, khususnya di daerah pantai Sulawesi Selatan.

Kondisi faktor

Kekhususan input Karena lokasi daerah potensial untuk pertimbangan semen, biaya transportasi untuk wilayah lain dapat diminimalisir.

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Karena perekonomian Indonesia telah berangsur angsur pulih dari krisis ekonomi, kebutuhan semen akan mengalami peningkatan. Sementara itu, kebutuhan semen sangat berkaitan dengan kinerja perekonomian negara, sehingga situasi pasar tetap rawan.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar ---

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Perusahaan lokal (PT. Bosowa) dan perusahaan nasional telah saling bekerja sama dalam industri semen di Sulawesi Selatan.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Tidak terdapat industri hulu/hilir yang dikembangkan.

Permasalahan untuk dipertimbangkan

Perhatian yang cukup harus diberikan kepada aspek lingkungan agar tidak memberikan dampak negatif/tidak diinginkan.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung stries

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)

Bagaimana menggabungkan industri lokal dengan investor asing? Makassar

Palu

Mamuju

Page 45: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-45

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (8/9) Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar

Industri ringan Pabrik padat karya, seperti material kayu, tripleks, furnitur, garmen, sepatu, dsb. untuk ekspor.

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Kajian Rinci Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Angkatan kerja untuk pabrik sangat melimpah, khususnya di dalam dan di sekitar kota-kota utama di Pulau Sulawesi seperti Makassar di Selatan dan Manado di Utara. Kedua kota tersebut, Makassar dan Manado memiliki terminal kontainer internasional dengan kapasitas penanganan lebih dari 1 juta TEU per tahun dan bandara internasional tersedia untuk melayani kota kota utama di Asia Tenggara dengan penerbangan langsung. Prasarana transportasi jalan menghubungkan titik produksi, pelabuhan laut dan bandara belum dikembangkan secara tepat. Keahlian dan kinerja layanan logistik antar moda yang dihubungkan dan menangani kargo yang diangkut oleh moda transportasi yang berbeda sebaiknya ditingkatkan. Kekurangan energi listrik dan biaya listrik yang tinggi merupakan permasalahan sinifikan pada pabrik dengan produktivitas optimum.

Kondisi faktor

Kekhususan input Lokasi geografis Sulawesi merupakan lokasi ideal untuk pengumpulan bahan baku dan mengolahnya menjadi barang pabrik untuk diekspor ke pasar domestik, pasar regional dan pasar internasional karena Sulawesi merupakan pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia secara umum, dan Indonesia Timur Laut secara khusus.

Kondisi kebutuhan

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Pasar industri elektronik dan barang-barang konsumsi akan mengalami ekspansi di masa depan untuk pasar internasional, karena adanya partisipasi berbagai negara diwakili oleh Brazil, Rusia, India, Cina. Oleh karena itu, kesempatan ekspor dan produk pabrik di Sulawesi akan berekspansi ke Asia secara umum, khususnya Cina. Karena adanya pemberlakuan perdagangan bebas dengan syarat dari WTO, maka tingkat persaingan akan menjadi faktor kunci pabrik lokal dan internasional. Kecuali peraturan, pengenaan pajak, dsb yang berkaitan dengan investasi langsung ke Sulawesi disiapkan dan dipromosikan untuk menarik minat investor, pabrik yang ada di Sulawesi akan kehilangan daya saingnya dengan wilayah lain, bukan hanya di Indonesia, namun juga di pasar Internasional.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung stries

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)

Bagaimana menarik minat investor asing/ domestik?

Bagaimana menggabungkan industri local dan investor asing? Makassar

Palu

Parepare

Kendari

Manado

Page 46: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-46

Perubahan kebutuhan pasar Keunggulan komparatif di Sulawesi untuk promosi investasi asing langsung pada dasarnya tergantung pada kesiapan transportasi antar moda, prasarana transportasi di kota-kota utama ideal untuk pusat pabrik produk industri ringan di Kawasan Timur Indonesia. Pengembangan prasarana yang tepat waktu dan kesiapan sumber daya manusia merupakan kunci untuk peningkatan investasi asing namun juga tergantung kepada ketersediaan dana pengembangan modal yang cukup langka saat ini di Sulawesi.

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

--- Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

---

Permasalahan untuk dipertimbangkan

Peningkatan/pengembangan infrastruktur untuk menarik minat investor asing dalam/luar negeri merupakan prasyarat dasar, dan penyediaan layanan bisnis untuk mendukung dunia usaha.

Page 47: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

5-47

Tabel 5.4.3 Penilaian Industrialisasi yang Diusulkan (9/9) Kategori Industri/Produk Prospektif dan Pasar

Industri pariwisata Eco-tourism Bahari.

Pusat Produksi Prospektif Rangkuman Penilaian keunggulan Kompetitif

Penilaian Mendetail Kriteria Penilaian

Kualitas dan biaya input (produksi bahan mentah, sumber daya, modal, prasarana, dll)

Terdapat beberapa daerah resor bahari potensial yang kaya akan sumber daya alam seperti terumbu karang, pasir putih, ikan. Namun, karena letak lokasi dan jaringan transportasi yang kurang berkembang (pedalaman dan jalur laut), nampaknya sulit untuk menarik minat turis domestik/asing ke daerah tersebut.

Kondisi faktor

Kekhususan input Terumbu karang alami, tepi pantai yang indah, dsb.

Tingkat kebutuhan kualitas dan kuantitas

Sejumlah pilihan pariwisata bahari di dalam dan di luar indonesia, di lingkungan internasional.

Kondisi kebutuhan

Perubahan kebutuhan pasar Turis sangat sensitif terhadap manajemen waktu dan biaya (khususnya turis Jepang).

Kemampuan investasi yang tepat dan upaya untuk peningkatan kualitas.

Beberapa investasi telah dilaksanakan oleh perusahaan hotel domestik/internasional.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Persaingan antar perusahaan (masyarakat)

---

Industri pendukung & Terkait

Ketepatan tata ruang industri hulu/hilir. Klaster industri eksisting/akumulasi.

Tidak terdapat hubungan yang erat antar perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan pariwisata, misalnya jalur penerbangan, jalur laut, dan hotel. Hubungan antara investor dan perekonomian lokal, nampaknya tidak begitu kuat. (tidak seperti di Bali).

Permasalahan untuk Dipertimbangkan

Pembangunan resor dimana pengunjung dapat menikmati waktu mereka di lingkungan alami berdasarkan jadwal dan biaya yang wajar, sementara perhatian yang tepat perlu dilakukan agar tidak memberikan dampak negatif/tidak diinginkan kepada alam. Selain itu, perlu dipertimbangkan bagaimana melibatkan ekonomi lokal pada sektor pariwisata.

Strategi perusahaan, struktur dan pesaing

Industri terkait dan pendukung stries

Kondisi permintaan

Kondisi faktor

Kompetitif (matang) Kurang kompetitif Tidak kompetitif (tidak matang)

Bagaimana menarik minat investor asing/domestik?

Peningkatan akses menuju tujuan wisata

Bagainama menggabungkan industri lokal dengan investor?

Selayar Wakatobi

Manado Minahasa

Tana Toraja

Makassar

Page 48: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-1

BAB 6 PENETAPAN KERANGKA KERJA SOSIAL-EKONOMI

6.1 Kerangka Kerja Demografis

6.1.1 Tinjauan Tren Pertumbuhan Jumlah Penduduk

(1) Kelahiran dan Kematian

Angka Kelahiran Total (TFR) adalah ukuran kelahiran yang merupakan jumlah rata-rata bayi yang akan dilahirkan oleh seorang wanita sepanjang hidupnya. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.1.1, TFR untuk propinsi-propinsi di Sulawesi dan Indonesia cenderung mengalami penurunan dalam 40 tahun terakhir, berkisar antara 2,1 hingga 3,1 pada tahun 1998-2002. TFR untuk Propinsi Sulawesi Utara adalah 2,1 di tahun 2005, yang merupakan terendah di Pulau Sulawesi dan lebih rendah daripada rata-rata Indonesia sebesar 2,27 di tahun yang sama. TFR di propinsi-propinsi lainnya lebih tinggi daripada rata-rata nasional khususnya di Sulawesi Tenggara yang menunjukkan TFR tertinggi sejak tahun 1980-1984.

Sumber: BPS, Indonesia

Gambar 6.1.1 Perubahan Angka Kelahiran Total di Sulawesi dan Indonesia

Terkecuali di Sulawesi Utara, angka kematian bayi di Pulau Sulawesi jauh lebih tinggi daripada rata-rata seluruh Indonesia. Di samping itu, tingkat harapan hidup bayi setelah kelahiran di semua propinsi di Sulawesi (61,0 ~ 70,3 per tahun) jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 74,0.

Tabel 6.1.1 Angka Kematian dan Tingkat Harapan Hidup Bayi, 2000 Angka Kematian Bayi: IMR (per 1.000) Tingkat Harapan Hidup (tahun) Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Sulawesi Utara 32,08 23,71 27,77 68,23 72,17 70,26Sulawesi Tengah 72,87 58,78 65,62 59,14 62,81 61,03Sulawesi Selatan/Barat 63,33 50,34 56,65 61,13 64,9 63,07Sulawesi Tenggara 59,07 46,61 52,66 62,06 65,87 64,02Gorontalo 63,33 50,34 56,65 61,13 64,9 63,07Indonesia - - 36,00 70,78 71,97 74,05

Sumber: Sensus 2000

Terkecuali di Sulawesi Utara, angka kelahiran dan kematian bayi lebih tinggi, dan tingkat harapan hidup bayi setelah kelahiran lebih rendah daripada propinsi-propinsi lainnya. Indikator-indikator

Page 49: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-2

ini menunjukkan bahwa Sulawesi memiliki pola khusus sebagai daerah yang perekonomiannya belum berkembang.

(2) Perpindahan Penduduk

Transmigrasi awalnya terjadi pada zaman penjajahan Belanda di awal abad ke-20, dan terus berlanjut hingga setelah Indonesia merdeka. Program transmigrasi mempunyai tiga (3) tujuan utama, yaitu (1) memindahkan jutaan penduduk Indonesia dari pulau-pulau dalam yang padat penduduk (Jawa, Bali, Madura) ke pulau-pulau luar yang kurang padat penduduknya, untuk mencapai pemerataan perkembangan kependudukan, (2) mengentaskan kemiskinan dengan menyediakan lahan dan kesempatan baru untuk meningkatkan pendapatan para transmigran yang miskin dan tidak mempunyai tanah, serta (3) mengeksploitasi potensi yang dimiliki oleh pulau-pulau luar secara efektif.

Kecenderungan migrasi internal di Sulawesi ditinjau dengan menggunakan data sensus tahun 1971, 1980, 1990, dan 2000 (lihat Tabel 6.1.2). Tabel ini tidak hanya mencakup data transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah tetapi juga perpindahan penduduk secara sukarela. Sulawesi Tengah dan Tenggara memiliki paling banyak penduduk yang berimigrasi. Karena kedua propinsi tersebut kurang berkembang jika dibandingkan dengan Sulawesi Utara dan Selatan, arus imigrasi dapat dianggap sebagai hasil dari transmigrasi yang diprakarsai oleh pemerintah dari daerah-daerah lain (terutama di Pulau Jawa). Jumlah neto imigrasi ke propinsi-propinsi ini memiliki keenderungan mengalami peningkatan. Di sisi lain, Sulawesi Selatan dan Gorontalo memiliki jumlah arus emigrasi yang cukup besar.

Tabel 6.1.2 Perubahan Jumlah Neto Migrasi Seumur Hidup di Sulawesi

Jumlah Neto Migrasi Seumur Hidup Jumlah Neto Migrasi Seumur Hidup /

Jumlah Penduduk 1971 1980 1990 2000 1971 1980 1990 2000

Sulawesi Utara -12.169 -32.965 -65.751 -4.235 -0,71% -1,56% -2,65% -0,21%Sulawesi Tengah 16.663 150.614 237.782 295.171 1,82% 11,68% 13,89% 13,56%Sulawesi Selatan/Barat -174.742 -403.687 -422.295 -600.463 -3,37% -6,66% -6,05% -8,39%Sulawesi Tenggara -4.865 14.836 129.175 271.628 -0,68% 1,57% 9,57% 14,92%Gorontalo - - - -86.162 - - - -10,34%Total Sulawesi -175.113 -271.202 -121.089 -124.061 Sumber: Sensus 1971, 1980, 1990 dan 2000; BPS

(3) Piramida Jumlah Penduduk

Gambar-gambar berikut ini menunjukkan piramida jumlah penduduk di lima propinsi di Sulawesi dan Indonesia. Angka kelahiran, kematian dan pola migrasi yang dibahas sebelumnya juga tercermin dalam gambar-gambar ini.

Sulawesi Tenggara dengan dasar piramidanya yang lebar atau disebut dengan “piramida meluas” mengindikasikan besarnya jumlah anak-anak, dan bagian atas yang terus menyempit menunjukkan bahwa pada kelompok usia yang semakin tua, angka mortalitas semakin tinggi.

Page 50: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-3

Piramida ini memperlihatkan penduduk dengan angka kelahiran dan kematian yang lebih tinggi, serta tingkat harapan hidup yang lebih pendek.

Di sisi lain, piramida jumlah penduduk di Sulawesi Utara dan Gorontalo menunjukkan jumlah atau persentase penduduk berusia muda yang lebih rendah. Dengan hanya melihat piramida jumlah penduduk, dapat diketahui bahwa Sulawesi Utara dan Gorontalo memiliki potensi pertumbuhan penduduk yang lebih rendah, sementara Suawesi Tenggara memiliki potensi pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi.

-120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74FE

MA

-60 -40 -20 0 20 40 60

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74FE

MA

-140 -120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120 140

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74FE

MA

Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah

-120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 100 120

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74FE

MA

-500 -400 -300 -200 -100 0 100 200 300 400 500

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74FE

MA

-12,000 -10,000 -8,000 -6,000 -4,000 -2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000

0-4

10-14

20-24

30-34

40-44

50-54

60-64

70-74FE

MA

Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Indonesia

Sumber: Sensus 2005, BPS Gambar 6.1.2 Piramida Jumlah Pendudukdi Sulawesi dan Indonesia

(4) Kecenderungan Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Pada dasarnya tingkat pertumbuhan jumlah penduduk memiliki kecenderungan mengalami penurunan sejalan dengan kecenderungan pertumbuhan jumlah penduduk nasional. Khususnya tingkat pertumbuhan penduduk di Sulawesi Tengah dan Tenggara yang mengalami penurunan lebih cepat daripada propinsi-propinsi lainnya meskipun tingkat pertumbuhan penduduk di kedua propinsi ini masih sekitar 2% per tahun, yang mana masih lebih tinggi daripada rata-rata nasional sebesar 1,3% per tahun selama periode tahun 2000-2005.

Gambar 6.1.3 Perubahan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Page 51: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-4

Di sisi lain, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Sulawesi Utara (1,25% per tahun pada tahun 2000-2005) dan Sulawesi Selatan (1,05%) leih rendah daripada rata-rata nasional.

6.1.2 Tinjauan terhadap Perakiraan Jumlah Penduduk oleh BAPPENAS

Ramalan jumlah penduduk yang resmi dibuat oleh BAPPENAS dan BPS di tahun 2005 dengan bantuan teknis dari Dana Teknis PBB. Perakiraan tersebut dibuat berdasarkan sensus tahun 2000 dan mencakup periode hingga tahun 2025.

Ramalan ini memberikan perkiraan mengenai ukuran jumlah penduduk dan struktur jenis kelamin penduduk di masing-masing propinsi1 dari tahun 2000 hingga 2025. Ramalan tersebut merupakan hasil penerapan model populasi kelangsungan hidup kelompok/bagian terhadap asumsi-asumsi yang berhubungan dengan angka kelahiran, angka kematian, dan transmigrasi.

Metode kelangasungan hidup kelompok/bagian memerlukan peramalan yang terpisah untuk masing-masing komponen perubahan jumlah penduduk, yaitu angka kelahiran, angka kematian dan perpindahan penduduk (migrasi). Dengan informasi ini serta data mengenai perkiraan khusus usia tahun dasar, ramalan untuk tahun berikutnya dibuat dengan menaikkan setiap kelompok usia pada tahun sebelumnya ke dalam kelompok usia yang lebih tinggi berikutnya, sementara itu di saat yang sama juga turut mempertimbangkan dampak-dampak jumlah neto perpindahan penduduk (migrasi), angka kematian, dan kelahiran.

Angka migrasi bersih diasumsikan berdasarkan oleh kelamin dan kelompok usia berdasarkan migrasi di tahun 1995 hingga 2000. BAPPENAS meramalkan arus imigrasi bersih untuk Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara, serta arus emigrasi bersih untuk Sulawesi Selatan/Barat dan Gorontalo.

Tabel 6.1.3 Ramalan Tingkat Populasi Total dan Urbanisasi oleh BAPPENAS 2005 2010 2015 2020 2025

Utara 2.141,9 2.277,2 2.402,8 2.517,2 2.615,5Gorontalo 872,2 906,9 937,5 962,4 979,4Tengah 2.404,0 2.640,5 2.884,2 3.131,2 3.372,2Selatan/Barat 8.493,7 8.926,6 9.339,9 9.715,1 10.023,6

Populasi Total (000)

Tenggara 2.085,9 2.363,9 2.653,0 2.949,6 3.246,5Utara 43,4 49,8 55,7 61,1 65,7Gorontalo 31,3 37,0 42,8 48,2 53,2Tengah 21,0 22,9 24,9 27,3 29,9Selatan/Barat 32,2 35,3 38,8 42,6 46,7

Tingkat Urbanisasi (%)

Tenggara 23,0 25,6 28,5 31,8 35,5Utara 1,9 1,9 1,9 1,8 1,8Gorontalo 2,3 2,2 2,1 2,1 2,1 Tengah 2,3 2,2 2,1 2,1 2,1 South/West 2,3 2,2 2,1 2,1 2,1

Tingkat Kelahiran Total (%)

Tenggara 2,6 2,4 2,2 2,1 2,1Utara 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5

1 Karena ramalan dibuat berdasarkan sensus tahun 2000, Sulawesi Selatan dan Barat dianggap satu propinsi. Propinsi

Sulawesi Barat terbentuk (terpisah dari Sulawesi Selatan) pada tahun 2004.

Page 52: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-5

Utara 1,5 1,5 1,5 1,5 1,5Gorontalo -6,2 -6,2 -6,1 -6 -5,9Tengah 4,4 4,4 4,4 4,3 4,3Selatan/Barat -3,4 -3,4 -3,3 -3,3 -3,2

Migrasi Bersih (%)

Tenggara 7,5 7,6 7,6 7,7 7,7Sumber: Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia 2000 - 2025, BAPPENAS 2005

Tabel 6.1.4 Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk 2000-05 2005-10 2010-15 2015-20 2020-25

Sulawesi Utara 1,37% 1,23% 1,08% 0,93% 0,77%

Gorontalo 0,91% 0,78% 0,67% 0,53% 0,35%

Sulawesi Tengah 2,01% 1,89% 1,78% 1,66% 1,49%

Sulawesi Selatan/Barat 1,08% 1,00% 0,91% 0,79% 0,63%

Sulawesi Tenggara 2,76% 2,53% 2,33% 2,14% 1,94%

Sumber: Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia, 2000–2025; BAPPENAS 2005

Tabel 6.1.4 memperlihatkan ramalan tingkat pertumbuhan jumlah penduduk tahunan oleh BAPPENAS. Dari hasil ramalan tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan jumlah penduduk akan menurun secara berangsur-angsur. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk Sulawesi Tengah dan Tenggara akan lebih tinggi (1,49%~2,76%), sementara di Gorontalo diramalkan akan cukup rendah (0,35~0,91%) akibat tingginya jumlah neto arus emigrasi (sekitar 6.100 orang per tahun).

6.1.3 Metodologi Peramalan Jumlah Penduduk oleh Tim Studi JICA

(1) Merodologi Peramalan Jumlah Penduduk

Gambar 6.1 menunjukkan metodologi peramalan jumlah penduduk per kabupaten. Ramalan dibuat berdasarkan antar sensus tahun 2005 dan meliputi periode 2006-2025. Untuk tingkat propinsi, peramalan tingkat pertumbuhan populasi dan laju urbanisasi menggunakan metode yang sama dengan BAPPENAS. Ramalan yang dilakukan oleh Tim Studi JICA secara umum dapat dibagi menjadi tiga langkah, yaitu: (1) perkiraan populasi tertutup, (b) perkiraan perpindahan penduduk dalam propinsi, dan (3) perkiraan angkatan kerja.

Page 53: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-6

Gambar 6.1.4 Bagan Alur Perakiraan Jumlah Penduduk dan PDRB

Perakiraan jumlah penduduk tidak hanya mencakup jumlah penduduk total di masing-masing kabupaten tetapi juga jumlah penduduk pekotaan/pedesaan, angkatan kerja perkotaan/pedesaan, serta angkatan kerja pertanian (meliputi perhutanan, perikanan, dan peternakan) dan juga angkatan kerja non-pertanian.

(2) Perkiraan Jumlah Penduduk Tertutup per Kabupaten

Pertumbuhan jumlah penduduk tertutup menurut kabupaten diramalkan berdasarkan perkiraan jumlah neto angka kelahiran (NCBR). NCBR menunjukkan tingkat hidup anak-anak per seribu penduduk pada tahun tertentu. Semakin besar angka NCBR menunjukkan potensi pertumbuhan alami yang lebih tinggi.

Angka NCBR setiap kabupaten dihitung berdasarkan data sensus tahun 2005 dengan menggunakan rumus berikut:

NCBRr1= ∑=

+÷+×××49"-"45

19"-15"xiixi xi SR)} (1 )IMRF SR (IMRM {1 FP ASFR

Dimana : NCBRi= Perkiraan jumlah neto angka kelahiran di kabupaten “i” ASFRxi= Angka kelahiran usia tertentu pada kelompok usia “x” di kabupaten “i” FPxi= Jumlah penduduk perempuan pada kelompok usia “x” di kabupaten “i”

Page 54: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-7

IMRMi= Angka kematian bayi laki-laki di kabupaten “i” IMRMi= Angka kematian bayi perempuan di kabupaten “i”

SR= Rasio jenis kelamin pada kelahiran (konstan 1,05)

Gambar 6.1.5 menunjukkan perkiraan NCBR untuk setiap kabupaten. Daerah yang berwarna hijau tua menunjukkan tingkat NCBR yang tinggi. Seperti yang terlihat pada peta, angka kelahiran pada kabupaten- kabupaten di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah lebih tinggi daripada daerah-daerah lainnya. Angka kelahiran juga terlihat lebih tinggi khususnya di daerah Luwu Utara (31,2) di Sulawesi Selatan; Bombana (30,7), Kolaka Utara (30,3), dan Konawe Selatan (29,5) di Sulawesi Tenggara; Buol (30,0) Sulawesi Tengah; dan Mamuju (29,6) di Sulawesi Barat.

Daerah-daerah dengan angka kelahiran yang lebih rendah antara lain adalah: Minahasa (15,2), Minahasa Utara (16,1), Manado (17,1), Minahasa Selatan (17,1) di Sulawesi Utara, serta Soppeng (15,9) dan Wajo (17,1) di Sulawesi Selatan.

(3) Perkiraan Perpindahan Penduduk (Migrasi) dalam Propinsi menurut Kabupaten/Kota

Perpindahan penduduk (migrasi) dalam propinsi dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi, demografi, sosial, dan politik. Banyak yang berpandangan bahwa perpindahan penduduk dalam propinsi merupakan kombinasi antara faktor-faktor "pendorong" yang memotivasi para migran untuk mencari kesempatan yang lebih baik, dengan faktor-faktor "penarik" yang membuat orang yang berimigrasi tertarik untuk pindah ke daerah tertentu. Akibatnya, perpindahan penduduk antar kabupaten menurut hipotesis ini adalah akibat dari berbagai perbedaan kondisi ekonomi dan non-ekonomi di daerah yang bersangkutan.

Gambar 6.1.5 Perkiraan Angka Kelahiran Bersih

Page 55: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-8

Dalam ramalan ini, diperkirakan bahwa perbedaan PDRB per kapita dan tingkat urbanisasi antara kabupaten merupakan faktor yang paling mempengaruhi perpindahan penduduk.

Sebagai contoh, penduduk akan pindah dari kabupaten dengan tingkat PDRB per kapita yang rendah ke kabupaten kabupaten dengan PDRB per kapita lebih tinggi dengan tujuan mencari kesempatan kerja yang lebih baik dan memperoleh tingkat penghasilan yang lebih tinggi. Selain itu, penduduk akan pindah ke daerah perkotaan untuk mendapatkan pelayanan publik dan menikmati sarana hiburan yang lebih baik, serta untuk memperoleh kesempatan kerja non-pertanian. Variabel-variabel hipotesis dan sintesis berupa PDRB per kapita dan tingkat urbanisasi dihitung untuk semua kabupaten. Di sini, variable-variabel sintesis disebut dengan “koefisien daya tarik.”

NMrx= })UR PCG PCG(

PCG

UR PCG{NM 1

ripa

Pa

1ri

rxrxpa nn

P

iri

i

∑=

=

×÷−

÷

××

Dimana: NMrx: Tingkat jumlah neto migrasi di kabupaten “x” NMpa: Tingkat jumlah neto migrasi bersih di propinsi “a” PCGri: PDRB per-kapita di kabupaten “i”

PCGpa: PDRB per-kapita rata-rata di propinsi “a” Pa: Jumlah seluruh kabupaten di propinsi “a” URri: TIngkat urbanisasi di kabupaten “i” (nilai minimum = 10%)

Selama periode pembangunan khusus (termasuk Kawasan Andalan dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan pembangunan berskala besar lainnya), koefisien daya tarik diperkirakan akan berlipat ganda.

Jika koefisien daya tarik sebuah kabupaten lebih tinggi daripada koefisien daya tarik propinsinya, penduduk akan pindah ke kabupaten tersebut. Semakin tinggi koefisien daya tarik sebuah

Figure 6.1.6 Perkiraan Pergerakan Migrasi di Sulawesi

Page 56: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-9

kabupaten, maka semakin besar jumlah penduduk yang akan bermigrasi ke kabupaten tersebut. Selain itu, diperkirakan juga bahwa akan terjadi arus emigrasi di daerah-daerah pedesaan dan berpindah ke daerah perkotaan di kabupaten-kabupaten lainnya. Besarnya angka migrasi per tahun ditetapkan berdasarkan ramalan tingkat urbanisasi di setiap propinsi oleh BAPPENAS. Gambar 6.1.6 secara skematis menggambarkan jumlah neto perpindahan penduduk selama periode yang diramalkan.

(4) Perkiraan Angkatan Kerja di Daerah Perkotaan/Pedesaan dan pada Sektor Pertanian/Non-Pertanian

Ramalan tingkat angkatan kerja per kabupaten dilakukan baik untuk daerah perkotaan dan pedesaan berdasarkan tingkat partisipasi tenaga kerja usia tertentu, yang kemudian diperkirakan berdasarkan angkatan kerja usia tertentu di daerah perkotaan/pedesaan dan total jumlah penduduk usia tertentu di daerah perkotaan/pedesaan menurut propinsi. Dalam perkiraan ini, tingkat partisipasi tenaga kerja diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 0,5% per tahun baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

Jumlah angkatan kerja pertanian dan non-pertanian diperkirakan berdasarkan jumlah angkatan kerja menurut industri utama di daerah perkotaan/pedesaan, serta berdasarkan ramalan jumlah penduduk perkotaan/pedesaan menurut kabupaten (lihat Tabel 6.1.6).

ALFriy= ri05

rri05

rriy

rriy

rri05

r

ri05u

ri05u

riyu

riyu

ri05u

ALF NALF)(LPR PALF

ALF NALF )(LPR P ALF

+××

++××

NALFriy= ri05

rri05

rriy

rriy

rri05

r

ri05u

ri05u

riyu

riyu

ri05u

ALF NALF)(LPR PNALF

ALF NALF )(LPR P NALF

+××

++××

Dimana ALFu(r)riy: Angkatan kerja pertanian di daerah perkotaan (pedesaan) di kabupaten “i” pada

tahun “y” NALFu(r)

riy: Angkatan kerja non-pertanian di daerah perkotaan (pedesaan) di kabupaten “i” pada tahun “y”

Pu(r)riy: Jumlah penduduk perkotaan (pedesaan) di kabupaten “i” pada tahun “y”

LPRu(r)riy: Tingkat partisipasi tenaga kerja di daerah perkotaan (pedesaan) di kabupaten “i”

pada tahun “y”

6.1.4 Hasil Perkiraan Jumlah Penduduk per Kabupaten oleh Tim Studi JICA

(1) Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan jumlah penduduk di Pulau Sulawesi selama masa persiapan master plan (2008-2024) diramalkan sebesar 1,15%, lebih rendah dibandingkan angka tahun 2000-2005 (1,35%), dan tahun 1990-2000 (1,67%). Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk diramalkan lebih tinggi di Sulawesi Tenggara (2,20%) dan lebih rendah di Gorontalo (0,56%). Akibatnya, jumlah penduduk keseluruhan di Sulawesi diperkirakan akan meningkat dari 16,4 juta pada tahun pertama master plan (2008) menjadi 19,7 juta pada tahun terakhir master plan (2024).

Page 57: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-10

Hasil ramalan jumlah penduduk secara mendetail terlihat pada Tabel 6.1.5.

Pada tingkat kabupaten, Kota Bau-bau (3,00%) Kendari (2,80%), dan Kolaka Utara (2,40%) di Sulawesi Tenggara, Kota Pare-pare (2,40%) di Sulawesi Selatan, Kota Bitung (2,05%) di Sulawesi Utara, dan Kota Palu (1,94%) di Sulawesi Tengah, menunjukkan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi (2005-2024)

Tingkat pertumbuhan penduduk pada kabupaten-kabupaten ini melebihi tingkat pertumbuhan penduduk di dua kota terbesar di Sulawesi, yaitu Makassar Makassar (1,25%), dan Manado (1,45%).

Di sisi lain, jumlah penduduk di Kepulauan Sangihe di Sulawesi Utara diramalkan akan mengalami penurunan sebesar -0,52% per tahun.

Gambar 6.1.7 Tingkat Pertumbuhan Jumlah Penduduk (2005-24)

Page 58: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-11

(2) Perubahan Jumlah Penduduk Perkotaan/Pedesaan

Pertumbuhan jumlah penduduk di daerah perkotaan diramalkan akan lebih tinggi (2,52%), sedangkan di daerah pedesaan akan lebih rendah (0,58%). Akibatnya, tingkat urbanisasi di Sulawesi akan mengalami peningkatan dari 28,0% di tahun 2005 menjadi 35,8% di tahun 2024, yang mana masih lebih rendah daripada rata-rata nasional yaitu 42,1% untuk tahun 2005.

Sama dengan ramalan oleh BAPPENAS, kemajuan arus urbanisasi diramalkan akan meningkat pesat di Propinsi Sulawesi Utara (37,3% -> 52,3%) dan Gorontalo (31.3% -> 53.2%). Jumlah penduduk pedesaan diperkirakan akan mengalami penurunan di propinsi-propinsi tersebut. Di sisi lain, jumlah penduduk bersih di daerah pedesaan untuk tahun 2005-2024 di Propinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara diramalkan akan lebih dari 500,000 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk di pedesaan akan terjadi sebagai akibat dari transmigrasi.

Tabel 6.1.5 Kenaikan Tingkat Jumlah Neto Urbanisasi dan Penduduk

Tingkat Urbanisasi Kenaikan Jumlah Penduduk Bersih

(2005 - 24) 2005 2024 Perkotaan Pedesaan Total

Sulawesi Utara 37,3% 52,3% 540.016 -117.997 422.019 Sulawesi Tengah 19,5% 25,6% 364.352 513.630 877.982 Sulawesi Selatan 31,2% 38,6% 1.092.940 299.423 1.392.363 Sulawesi Tenggara 21,7% 30,2% 480.732 555.122 1.035.854 Gorontalo 31,3% 53,2% 259.788 -150.192 109.596 Sulawesi Barat 17,4% 23,9% 99.601 52.119 151.720 Total Sulawesi 28,0% 35,8% 2.660.762 1.328.774 3.989.536

Sumber: Tim Studi JICA

Gambar 6.1.8 Peningkatan Jumlah Penduduk Perkotaan dan Pedesaan

Page 59: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-12

(3) Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Sulawesi akan meningkat dari 80,0/km2 di tahun 2005 menjadi 100,3 per km2 di tahun 2024 (lihat Gambar 6.1.9). Ramalan peningkatan kepadatan penduduk di kota-kota besar di Sulawesi adalah sebagai berikut: Makassar (6.796→8.610), Manado (2.555→3.336), Gorontalo (2.362→2.986), Parepare (1.134→1.781), Kendari (799→1.348), Palu (734→1.065), Palopo (571→764), Bitung (485→713), dan Bau-bau (389→683).

Gambar 6.1.9 Perubahan Kepadatan Penduduk

(4) Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja di Sulawesi diramalkan akan mengalami kenaikan dari 6,3 juta menjadi 9,8 juta selama periode tahun 2005 - 2024, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 2,33%. Tingkat pertumbuhan yang tinggi ini akan diakibatkan oleh kenaikan tingkat partisipasi tenaga kerja (tingkat partisipasi tenaga kerja di atas usia 15 tahun diperkirakan akan mengalami kenaikan dari 60,3% di tahun 2005 dan 70,3% di tahun 2024).

Sementara angkatan kerja pertanian diperkirakan tidak akan mengalami banyak perubahan (dari 3,14 juta di tahun 2005 menjadi 3,83 juta di tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 1,05%), angkatan kerja non-pertanian diperkirakan akan meningkat dua kali lipat (dari 3,16

Page 60: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-13

juta di tahun 2005 menjadi 5,93 juta di tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan 3,37%). Akibatnya, persentase tenaga kerja pertanian akan menurun dari 49,9% di tahun 2005 menjadi 39,3% di tahun 2024.

Tabel 6.1.6 Hasil Prakiraan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk AAGR (%) Kepadatan Penduduk Tingkat Urbanisasi(%) 2005 2008 2014 2019 2024 2005-24 2005 2024 2005 2024

Total Sulawesi 15.740,8 16.429,2 17.755,1 18.791,0 19.730,4 1,20% 80,0 100,3 28,0% 35,8%Sulawesi Utara 2.121,0 2.201,6 2.355,0 2.457,8 2.543,0 0,96% 137,9 167,3 37,3% 52,3%Bolaang Mongondow 474,9 492,1 525,6 546,7 563,3 0,90% 56,8 67,4 11,9% 17,1%Minahasa 288,5 296,8 312,6 323,0 331,3 0,73% 258,3 296,6 30,2% 44,8%Kepulauan Sangihe 191,1 195,5 201,7 203,1 202,9 0,32% 204,1 216,7 14,0% 22,4%Kepulauan Talaud 74,5 75,7 75,6 72,1 67,5 -0,52% 59,6 54,0 0,1% 0,1%Minahasa Selatan 276,0 284,5 299,7 308,6 315,1 0,70% 132,7 151,6 10,4% 15,5%Minahasa Utara 165,8 170,1 178,5 183,0 186,1 0,61% 161,8 181,6 22,2% 33,8%Kota Manado 405,7 426,1 467,1 499,9 529,9 1,42% 2.554,6 3.336,2 93,4% 100,0%Kota Bitung 163,8 175,8 200,8 221,5 240,9 2,05% 484,6 712,6 78,9% 100,0%Kota Tomohon 80,6 85,1 93,3 99,9 106,1 1,45% 706,2 928,9 57,9% 81,8%

Sulawesi Tengah 2.291,0 2.425,1 2.701,4 2.937,1 3.169,0 1,72% 33,5 46,3 19,5% 25,6%Banggai Kepulauan 150,2 157,9 173,6 186,6 198,1 1,47% 46,7 61,6 4,6% 6,4%Banggai 288,4 303,7 337,7 370,9 407,4 1,83% 29,8 42,1 21,6% 32,5%Morowali 169,7 178,5 198,7 215,0 230,5 1,62% 10,6 14,5 6,3% 9,3%Poso 134,0 141,8 157,4 169,8 187,6 1,79% 15,4 21,5 6,5% 8,6%Donggala 450,4 477,1 531,5 577,3 621,0 1,70% 43,0 59,3 5,8% 7,6%Toli Toli 190,2 202,0 225,9 245,0 265,6 1,77% 46,6 65,1 21,0% 27,3%Buol 110,4 117,8 132,6 144,8 155,5 1,82% 27,3 38,5 7,2% 9,3%Parigi Moutong 353,4 374,0 416,1 451,0 484,2 1,67% 56,7 77,7 5,0% 6,6%Toja Una Una 152,4 159,7 174,6 187,4 198,4 1,40% 26,6 34,7 6,7% 9,3%Kota Palu 291,9 312,6 353,4 389,2 420,7 1,94% 738,8 1.064,8 88,0% 100,0%

Sulawesi Selatan 7.479,7 7.743,4 8.219,1 8.572,9 8.872,1 0,90% 164,1 195,8 31,2% 38,6%Selayar 114,2 116,1 118,5 119,3 118,8 0,21% 126,4 131,4 14,8% 22,1%Bulukumba 378,4 388,8 406,7 418,8 427,8 0,65% 327,7 370,5 13,9% 19,2%Bantaeng 169,1 174,9 185,2 191,8 196,3 0,79% 427,1 496,0 24,0% 32,3%Jeneponto 326,4 336,8 353,1 364,9 374,0 0,72% 442,5 507,0 7,2% 9,7%Takalar 246,8 254,0 264,6 272,8 279,5 0,66% 435,7 493,4 14,0% 19,3%Gowa 572,7 593,1 627,8 653,9 675,7 0,87% 304,1 358,8 26,7% 35,4%Sinjai 219,0 225,0 235,6 242,3 247,0 0,63% 267,1 301,2 19,1% 26,4%Maros 286,8 296,7 312,4 324,7 335,3 0,83% 177,2 207,1 18,9% 25,3%Pangkep 284,4 296,5 317,2 335,0 351,8 1,12% 255,7 316,3 14,2% 22,2%Barru 158,1 162,4 170,2 175,0 178,1 0,63% 134,6 151,6 24,8% 34,3%Bone 686,8 707,1 743,0 768,2 788,0 0,73% 150,6 172,9 13,9% 18,9%Soppeng 225,9 231,0 240,2 246,0 249,8 0,53% 166,2 183,8 18,3% 25,8%Wajo 371,1 381,3 400,6 413,8 424,1 0,70% 148,1 169,2 20,6% 28,2%Sidrap 245,4 252,8 267,3 276,9 284,2 0,78% 130,3 150,9 23,7% 32,0%Pinrang 334,5 345,2 365,7 379,8 390,9 0,82% 170,5 199,3 17,6% 23,5%Enrekang 180,1 186,1 195,6 201,5 205,2 0,69% 102,0 116,2 9,3% 12,8%Luwu 312,9 323,9 343,1 356,1 365,8 0,83% 117,0 136,8 5,4% 7,2%Tana Toraja 436,9 451,6 476,6 493,8 506,8 0,78% 136,3 158,1 12,7% 17,1%Luwu Utara 287,3 297,4 314,7 326,3 334,8 0,81% 38,0 44,2 4,4% 5,9%Luwu Timur 206,2 217,9 242,8 260,3 274,8 1,52% 28,6 38,1 16,0% 23,4%Kota Makassar 1.194,6 1.247,6 1.347,2 1.431,7 1.513,4 1,25% 6.796,3 8.610,1 97,8% 100,0%Kota Pare Pare 112,6 121,7 138,8 156,8 176,9 2,40% 1.133,8 1.780,9 91,1% 100,0%Kota Palopo 129,3 135,5 152,0 163,3 173,1 1,55% 570,8 764,4 79,7% 100,0%

Sulawesi Tenggara 1.960,7 2.116,3 2.438,1 2.716,7 2.996,6 2,26% 51,4 78,6 21,7% 30,2%Buton 266,4 286,5 327,8 361,8 394,0 2,08% 99,6 147,3 3,5% 5,1%Muna 287,7 310,1 356,6 395,9 434,5 2,19% 58,9 88,9 12,0% 16,9%Konawe 260,8 279,5 318,3 350,7 382,1 2,03% 22,4 32,7 8,3% 12,1%Kolaka 266,0 285,0 324,7 359,1 393,8 2,09% 38,5 56,9 24,1% 35,5%Konawe Selatan 228,8 247,8 286,0 318,4 349,9 2,26% 50,7 77,5 1,1% 1,5%Bombana 105,8 114,4 131,0 144,5 157,0 2,10% 34,6 51,4 10,2% 14,6%Wakatobi 96,4 102,6 114,6 123,5 130,8 1,62% 226,3 307,0 2,6% 4,1%Kolaka Utara 93,4 101,8 117,5 131,9 146,6 2,40% 27,5 43,2 0,1% 0,1%Kota Kendari 236,3 258,0 305,0 349,7 398,9 2,80% 798,5 1.348,3 80,9% 100,0%Kota Bau Bau 119,0 130,8 156,6 181,3 208,8 3,00% 389,3 683,1 74,3% 100,0%

Gorontalo 920,0 942,1 982,1 1.010,8 1.029,6 0,59% 75,3 84,3 31,3% 53,2%Boalemo 113,0 115,3 118,5 120,6 123,3 0,46% 50,3 54,9 6,2% 9,9%Gorontalo 422,2 431,3 447,0 458,0 466,5 0,53% 123,2 136,1 18,0% 28,6%Pohuwato 106,8 109,5 115,0 118,4 119,0 0,57% 23,8 26,5 2,4% 3,7%Bone Bolango 124,9 126,5 128,7 129,5 127,4 0,10% 62,9 64,2 11,4% 19,6%Kota Gorontalo 153,0 159,5 172,9 184,3 193,5 1,24% 2.362,0 2.986,3 88,6% 100,0%

West Sulawesi 968,4 1.000,8 1.059,3 1.095,7 1.120,2 0,77% 57,2 66,3 17,4% 23,9%

Page 61: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-14

Majene 130,3 134,6 143,1 148,4 152,0 0,81% 137,5 160,3 37,9% 50,7%Polewali Mandar 351,7 363,0 383,2 396,9 407,3 0,78% 173,9 201,4 26,5% 35,8%Mamasa 120,4 122,6 125,6 126,8 126,6 0,26% 41,4 43,5 0,0% 0,1%Mamuju 272,9 284,9 307,8 322,2 332,3 1,04% 34,1 41,5 9,5% 12,2%Mamuju Utara 93,1 95,7 99,6 101,5 102,0 0,48% 30,6 33,5 0,1% 0,1%

Sumber: Tim Studi JICA Catatan: AAGR= Tingkat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan

Tabel 6.1.7 Hasil Prakiraan Angkatan Kerja Angkatan Kerja Sektor

Pertanian AAGR (%) Angkatan Kerja Sektor Lainnya AAGR (%) Total Angkatan Kerja AAGR (%)

2005 2024 2005-24 2005 2024 2005-24 2005 2024 2005-24 Total Sulawesi 3.144.356 3.832.672 1,05% 3.155.220 5.926.424 3,37% 6.299.577 9.759.096 2,33%Sulawesi Utara 331.563 351.473 0,31% 517.536 914.722 3,04% 849.099 1.266.195 2,13%Bolaang Mongondow 122.168 145.054 0,91% 65.562 131.589 3,73% 187.730 276.643 2,06%Minahasa 49.957 48.551 -0,15% 66.845 118.208 3,05% 116.802 166.760 1,89%Kepulauan Sangihe 37.706 38.762 0,15% 38.024 61.267 2,54% 75.730 100.029 1,48%Kepulauan Talaud 16.394 16.023 -0,12% 12.537 16.617 1,49% 28.931 32.641 0,64%Minahasa Selatan 53.171 60.901 0,72% 57.142 95.319 2,73% 110.313 156.220 1,85%Minahasa Utara 28.707 29.481 0,14% 35.137 60.284 2,88% 63.843 89.766 1,81%Kota Manado 4.810 2.666 -3,06% 161.515 265.738 2,66% 166.324 268.404 2,55%Kota Bitung 8.996 2.851 -5,87% 57.047 118.329 3,91% 66.043 121.180 3,25%Kota Tomohon 9.655 7.182 -1,54% 23.727 47.370 3,71% 33.382 54.553 2,62%Sulawesi Tengah 562.124 771.956 1,68% 422.250 887.048 3,98% 984.374 1.659.004 2,79%Banggai Kepulauan 42.341 58.367 1,70% 19.408 41.791 4,12% 61.749 100.158 2,58%Banggai 79.249 100.850 1,28% 49.065 117.905 4,72% 128.314 218.755 2,85%Morowali 44.827 61.856 1,71% 29.503 60.813 3,88% 74.330 122.670 2,67%Poso 42.198 59.973 1,87% 18.893 43.311 4,46% 61.091 103.284 2,80%Donggala 122.211 174.611 1,90% 68.958 147.675 4,09% 191.169 322.286 2,79%Toli Toli 43.141 57.856 1,56% 38.258 80.600 4,00% 81.399 138.456 2,84%Buol 29.652 43.441 2,03% 14.999 34.145 4,42% 44.651 77.586 2,95%Parigi Moutong 106.615 150.743 1,84% 46.417 104.708 4,37% 153.032 255.451 2,73%Toja Una Una 45.392 60.883 1,56% 18.582 41.161 4,27% 63.974 102.044 2,49%Kota Palu 6.498 3.376 -3,39% 118.166 214.938 3,20% 124.664 218.314 2,99%Sulawesi Selatan 1.402.229 1.595.833 0,68% 1.549.968 2.734.074 3,03% 2.952.197 4.329.907 2,04%Selayar 24.059 24.428 0,08% 21.842 34.451 2,43% 45.901 58.879 1,32%Bulukumba 94.497 105.784 0,60% 63.555 112.989 3,07% 158.052 218.773 1,73%Bantaeng 44.650 48.710 0,46% 22.283 47.251 4,04% 66.932 95.961 1,91%Jeneponto 94.334 112.147 0,91% 34.630 70.904 3,84% 128.964 183.051 1,86%Takalar 39.255 43.939 0,60% 61.965 96.867 2,38% 101.219 140.806 1,75%Gowa 123.369 135.165 0,48% 109.604 202.713 3,29% 232.973 337.878 1,98%Sinjai 56.313 61.607 0,47% 29.894 58.687 3,61% 86.207 120.293 1,77%Maros 50.212 57.537 0,72% 63.741 107.033 2,77% 113.953 164.570 1,95%Pangkep 30.381 36.179 0,92% 85.407 139.865 2,63% 115.788 176.043 2,23%Barru 26.950 27.867 0,18% 36.593 60.224 2,66% 63.543 88.091 1,73%Bone 181.558 208.423 0,73% 96.353 184.493 3,48% 277.911 392.916 1,84%Soppeng 63.138 66.110 0,24% 32.508 63.074 3,55% 95.646 129.184 1,59%Wajo 81.577 88.479 0,43% 75.513 130.671 2,93% 157.090 219.150 1,77%Sidrap 54.954 59.503 0,42% 45.844 83.807 3,23% 100.798 143.309 1,87%Pinrang 70.328 80.858 0,74% 60.304 108.359 3,13% 130.632 189.217 1,97%Enrekang 51.300 60.789 0,90% 14.947 33.987 4,42% 66.248 94.775 1,90%Luwu 76.556 95.508 1,17% 37.845 72.859 3,51% 114.400 168.367 2,05%Tana Toraja 96.086 115.295 0,96% 57.887 110.923 3,48% 153.972 226.219 2,05%Luwu Utara 73.048 90.894 1,16% 32.054 63.271 3,64% 105.102 154.165 2,04%Luwu Timur 49.171 64.439 1,43% 25.741 61.070 4,65% 74.912 125.509 2,75%Kota Makassar 10.315 6.640 -2,29% 461.096 733.335 2,47% 471.412 739.976 2,40%Kota Pare Pare 4.064 2.803 -1,94% 37.983 79.659 3,97% 42.047 82.462 3,61%Kota Palopo 6.115 2.730 -4,16% 42.382 77.582 3,23% 48.496 80.312 2,69%Sulawesi Tenggara 450.327 666.260 2,08% 368.991 851.388 4,50% 819.317 1.517.648 3,30%Buton 58.139 91.328 2,41% 43.662 96.234 4,25% 101.801 187.562 3,27%Muna 71.744 108.994 2,23% 44.307 106.144 4,71% 116.051 215.138 3,30%Konawe 73.567 108.522 2,07% 39.981 93.038 4,55% 113.548 201.560 3,07%Kolaka 78.362 102.999 1,45% 38.164 103.546 5,39% 116.526 206.545 3,06%Konawe Selatan 68.464 109.766 2,52% 32.280 77.458 4,71% 100.744 187.224 3,32%Bombana 35.016 51.791 2,08% 11.341 31.407 5,51% 46.357 83.198 3,13%Wakatobi 23.742 33.519 1,83% 17.609 35.365 3,74% 41.351 68.884 2,72%Kolaka Utara 34.076 56.163 2,66% 7.803 23.490 5,97% 41.879 79.653 3,44%Kota Kendari 4.614 2.114 -4,02% 90.366 189.418 3,97% 94.981 191.532 3,76%Kota Bau Bau 2.601 1.064 -4,60% 43.477 95.288 4,22% 46.078 96.352 3,96%Gorontalo 162.820 172.343 0,30% 186.588 311.487 2,73% 349.408 483.830 1,73%Boalemo 26.409 29.823 0,64% 16.928 28.940 2,86% 43.337 58.763 1,62%Gorontalo 79.904 83.215 0,21% 76.964 131.797 2,87% 156.868 215.012 1,67%Pohuwato 26.317 31.047 0,87% 15.798 27.084 2,88% 42.115 58.131 1,71%Bone Bolango 26.439 26.228 -0,04% 23.190 35.918 2,33% 49.629 62.146 1,19%Kota Gorontalo 3.751 2.030 -3,18% 53.708 87.749 2,62% 57.459 89.779 2,38%

Page 62: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-15

Sulawesi Barat 235.293 274.807 0,82% 109.889 227.704 3,91% 345.182 502.511 2,00%Majene 18.412 18.649 0,07% 24.701 45.071 3,22% 43.114 63.720 2,08%Polewali Mandar 79.296 86.363 0,45% 47.027 96.615 3,86% 126.324 182.978 1,97%Mamasa 31.091 36.294 0,82% 9.525 18.421 3,53% 40.617 54.715 1,58%Mamuju 78.190 99.719 1,29% 22.617 54.104 4,70% 100.807 153.823 2,25%Mamuju Utara 28.304 33.782 0,94% 6.017 13.493 4,34% 34.321 47.275 1,70%

Sumber: Tim Studi JICA Catatan: AAGR= Tingkat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan

Page 63: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-16

6.2 Prakiraan PDRB

6.2.1 Tinjauan terhadap Kecenderungan Pertumbuhan PDRB

Gambar 6.2.1 menunjukkan perubahan tingkat pertumbuhan PDRB riil di Indonesia dan propinsi-propinsi di Pulau Sulawesi dari tahun 1984 hingga 2005. Tingkat pertumbuhan PDRB propinsi Pulau Sulawesi berubah-ubah dari tahun ke tahun dan pada umumnya lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan PDB nasional. Dari tahun 1984 hingga 1992, tingkat pertumbuhan PDRB masing-masing propinsi cenderung mengalami kenaikan. Tingkat pertumbuhan PDRB rata-rata di Pulau Sulawesi tercatat sebesar 10,42% di tahun 1988 dan 9,57% di tahun 1991. Meskipun demikian, perkembangan ekonomi yang baik ini menjadi negative akibat krisis ekonomi di Asia pada akhir tahun 1998. Pada tahun 1998, tingkat PDRB di Sulawesi Selatan (termasuk Sulawesi Barat), Tenggara, dan Sulawesi Tengah tercatat sekitar -4% hingga -6%. Sulawesi Utara mengalami tingkat pertumbuhan yang negatif tidak hanya pada tahun 1998 (-2,4%) tetapi juga di tahun-tahun berikutnya (-5,7%).

Setelah krisis ekonomi, perekonomian di Pulau Sulawesi mulai mengalami perkembangan. Pada tahun 2005, tingkat pertumbuhan PDRB di masing-masing propinsi di Pulau Sulawesi berkisar antara 5,1% (Sulawesi Utara dan Gorontalo) dan 7,4% (Sulawesi Tengah).

Sumber: BPS, Indonesia

Gambar 6.2.1 Perubahan Tingkat Pertumbuhan PDRB di Sulawesi dan Indonesia

6.2.2 Tinjauan terhadap Ramalan PDRB oleh BAPPENAS

BAPPENAS membuat prakiraan PDRB untuk setiap pulau di tahun 2003 pada saat mempersiapkan Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah 2005-2009 (RPJM). Menurut ramalan tersebut, tingkat pertumbuhan PDRB Pulau Sulawesi akan semakin meningkat dari 5,67% di tahun 2004 menjadi 8,20% di tahun 2009.

Tingkat pertumbuhan PDRB Pulau Sulawesi lebih tinggi daripada Pulau Jawa-Bali danSumatra, dan hamper sama dengan pulau-pulau lainnya di Kawasan Timur Indonesia, yaitu Kalimantan dan pulau-pulau lainnya seperti Papua, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, serta Maluku.

Disamping ramalan jangka menengah ini (2005-2009), tidak ada ramalan PDRB resmi lainnya untuk Indonesia. Ramalan jangka menengah ini berdasarkan pulau-pulau besar di Indonesia, dan

Page 64: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-17

bukan berdasarkan propinsi. Saat ini, BAPPENAS sedang mempersiapkan ramalan PDRB jangka panjang menurut propinsi dengan menggunakan suatu model ekonometrika. Meskipun demikian, saat ini perakiraan tersebut belum tersedia.

Gambar 6.2.2 Ramalan PDRB oleh BAPPENAS, 2005-2009

6.2.3 Metodologi Ramalan PDRB Jangka Panjang menurut Kabupaten/Kota oleh Tim Studi JICA

Dengan adanya kondisi-kondisi ini, Tim Studi JICA membuat ramalan PDRB jangka panjang dan menurut kabupaten berdasarkan ramalan jumlah penduduk (angkatan kerja), sebagaimana yang disebutkan pada Bagian 6.1. Tahun dasar ramalan ini adalah tahun 2005. Tingkat PDRB untuk setiap kabupaten tersedia, tetapi tidak terdapat komposisi PDRB menurut industri-industri utama, kecuali untuk Propinsi Gorontalo. Tim Studi JICA memperkirakan komposisi PDRB tahun 2005 menurut sektor pertanian (termasuk perikanan, kehutanan, dan peternakan) dan non-pertanian, berdasarkan tingkat produktivitas tenaga kerja setiap industri utama di masing-masing propinsi serta berdasarkan jumlah angkatan kerja menurut industri utama di setiap kabupaten pada tahun 2005, sebagaimana yang tercantum dalam Sensus tahun 2005.

Page 65: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-18

Gambar 6.2.3 Bagan Alur Metodologi Ramalan PDRB

Page 66: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-19

Kemudian ramalan PDRB dilakukan dengan menggunakan ramalan angkatan kerja dan produktivitas tenaga kerja untuk sektor pertanian dan non-pertanian. Tingkat pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di setiap kabupaten diramalkan berdasarkan kecenderungan di masa lampau serta rencana pembangunan di masa depan, termasuk rencana pembangunan berskala besar (seperti pembangunan tambang gas alam & minyak bumi, terminal Gas Alam Cair di Kabupaten Banggai di Sulawesi Tengah, serta kilang minyak di Kota Parepare di Sulawesi Selatan) serta Kawasan Andalan yang dicanangkan dalam Rencana Tata Ruang Nasional.

6.2.4 Hasil Ramalan PDRB Jangka Panjang menurut Kabupaten/Kota oleh Tim Studi JICA

(1) Tigkat Pertumbuhan PDRB

PDRB total di Sulawesi diramalkan akan mengalami kenaikan dari Rp. 73.089 miliar di tahun 2005 menjadi Rp. 265.150 miliar di tahun 2024 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 7,02%. Tingkat pertumbuhan PDRB diperkirakan akan lebih tinggi di Sulawesi Tengah (7,79%) dan Sulawesi Tenggara (7,44%), tetapi akan lebih rendah di Sulawesi Selatan (6,78%) dan Sulawesi Utara (6,69%).

Pada tingkat kabupaten, tingkat pertumbuhan PDRB akan lebih tinggi untuk Kabupaten Banggai di Sulawesi Tengah (9,47%: pembangunan tambang minyak & gas alam serta terminal Gas Alam Cair), Kota Parepare di Sulawesi Selatan (9,18%: pembanguan kilang minyak dan pesatnya arus urbanisasi), Kota Palu di Sulawesi Tengah (8,46%: arus urbanisasi yang pesat), serta Kota Kendari Sulawesi Tenggara (8,73%: arus urbanisasi).

TIngkat pertumbuhan PDRB juga diramalkan akan lebih tinggi di kota-kota lainnya, seperti Makassar (8,08%), Palopo (7,83%), Baubau (8,76%), Manado (7,22%), Mamuju (7.70%), dan

Gambar 6.2.4 Prakiraan Angka Pertumbuhan PDRB (2005-24)

Page 67: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-20

Gorontalo (7,57%).

(2) Komposisi Sektor Pertanian dan Non-Pertanian

Tingkat pertumbuhan rata-rata tahunan untuk sektor pertanian dan non-pertanian di tahun 2005 dan 2024 diprakirakan akan sebesar 4,46% dan 7,97%, secara berturut-turtu. Akibatnya kontribusi sektor pertanian terhadap total PDRB akan mangalami penurunan dari 33,3% menjadi 21,0% (meskipun angka ini masil lebih tinggi daripada rata-rata Indonesia sebesar 15,0% untuk tahun 2005). Kontribusi sektor ini terhadap PDRB total akan lebih rendah di Sulawesi Utara (12,3%), Sulawesi Selatan (18,0%), dan masih akan relatif lebih tinggi di Sulawesi Tengah (31,3%) dan Sulawesi Barat (30,0%) (lihat Tabel 6.2.5).

Jumlah Kabupaten yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sektor pertanian (lebih dari 50% dari PDRB total) akan berkurang dari 24 kabupaten di tahun 2005 menjadi hanya 3 kabupaten di tahun 2025 (Bone dan Enrekang di Sulawesi Selatan, dan Parigi Moutong di Sulawesi Tengah).

Gambar 6.2.5 Ramalan Perubahan PDRB, 2005-2024

Tabel 6.2.1 PDRB Sektor Pertanian dan Non-Pertanian 2005 (billion Rp.) 2024 (billion Rp.)

Pertanian (A)

Non- Pertanian

(B) Total(C) A / C Pertanian

(A’) Non-Pertanian (B’)

Total (C’) A’/C’

Sulawesi Utara 2.778 9.967 12.745 21,80% 5.377 38.236 43.614 12,33%Sulawesi Tengah 5.348 5.808 11.156 47,94% 14.507 31.852 46.359 31,29%Sulawesi Selatan 11.032 25.392 36.424 30,29% 22.771 103.903 126.674 17,98%Sulawesi Tenggara 2.798 4.682 7.480 37,41% 8.024 21.228 29.252 27,43%

Page 68: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-21

Gorontalo 624 1.401 2.025 30,83% 1.431 6.008 7.439 19,24%Sulawesi Barat 1.727 1.532 3.259 52,99% 3.546 8.267 11.813 30,02%Total Sulawesi 24.307 48.782 73.089 33,26% 55.656 209.494 265.150 20,99%Sumber: Tim Studi JICA

(3) PDRB Per-Kapita

PDRB per-kapita akan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,70%. Sehingga, PDRB per-kapita Sulawesi akan mencapai US$ 1.703 di tahun 2024 (harga konstan 2005), yang lebih besar 2,87 kali daripada PDRB per-kapita di tahun 2005 (US$ 594). Seperti di tahun 2005, PDRB per kapita Sulawesi akan tetap yang terbesar di tahun 2024 dan Gorontalo akan memiliki PDRB per kapita yang terkecil. Meskipun demikian, perbedaan antara propinsi-propinsi ini pada tingkatan tertentu akan mengecil dari 2,41 kali menjadi 2,09 kali. Selain itu, disparitas regional dalam PDRB per-kapita akan mengalami penurunan. Variasi koefisien2 PDRB per-kapita di Sulawesi akan mengalami penurunan dari 0,59 di tahun 2005 menjadi 0,47 di tahun 2024.

Tabel 6.2.2 Ramalan PDRB Per-Kapita Rupiah

(Harga Konstan 2000) Rupiah

(Harga Konstan 2005) Dollar AS

(Harga Konstan 2005) 2005 2024 2005 2024 2005 2024

Sulawesi Utara 6.009 17.055 7.460 21.175 718,9 2.040,5Sulawesi Tengah 4.870 14.426 6.491 19.230 625,5 1.853,1Sulawesi Selatan 4.870 14.196 6.555 19.108 631,7 1.841,3Sulawesi Tenggara 3.815 9.586 5.309 13.340 511,6 1.285,5Gorontalo 2.201 7.200 3.093 10.117 298,1 974,9Sulawesi Barat 3.365 10.514 4.057 12.675 390,9 1.221,4Total Sulawesi 4.643 13.322 6.160 17.674 593,6 1.703,1

Sumber: Tim Studi JICA

2 Variasi koefisien mendeskripsikan tingkatan variasi sampel: deviasi standarnya dibagi secara rata-rata. Angka yang tinggi berarti

memiliki perbedaan sampel yang lebih besar, dan angka yang lebih kecil berarti pembangian sampel yang lebih kecil.

Page 69: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-22

Gambar 6.2.6 Perubahan Distribusi PDRB Per-Kapita

Tabel 6.2.3 Prakiraan PDRB, 2000 Harga Konstan PDRB AAGR (%) PDRB (Pertanian) AAGR (%) PDRB(Non-Perta

nian) AAGR (%) PDRB Per-Kapita AAGR (%)

2005 2024 05-24 2005 2024 05-24 2005 2024 05-24 2005 2024 05-24 Totak Sulawesi 73.089 265.150 7,02% 24.307 55.656 4,46% 48.782 209.494 7,97% 4.643 13.322 5,70%Sulawesi Utara 12.745 43.614 6,69% 2.778 5.377 3,54% 9.967 38.236 7,33% 6.009 17.055 5,64%B.Mongondow 1.949 6.114 6,20% 1.024 2.219 4,16% 926 3.895 7,86% 4.104 10.804 5,23%Minahasa 1.524 4.843 6,27% 419 743 3,06% 1.106 4.100 7,14% 5.282 14.560 5,48%Kepulauan Sangihe 764 2.107 5,48% 316 593 3,37% 448 1.514 6,62% 3.998 10.399 5,16%Kepulauan Talaud 311 729 4,58% 137 245 3,10% 174 484 5,53% 4.180 10.961 5,21%Minahasa Selatan 1.604 4.984 6,15% 445 932 3,96% 1.159 4.052 6,81% 5.812 15.770 5,39%Minahasa Utara 965 3.059 6,26% 241 451 3,36% 725 2.608 6,97% 5.824 16.407 5,60%Kota Manado 3.575 13.447 7,22% 40 41 0,06% 3.535 13.406 7,27% 8.812 25.118 5,67%Kota Bitung 1.575 6.566 7,80% 75 44 -2,84% 1.500 6.522 8,04% 9.612 26.846 5,55%Kota Tomohon 476 1.765 7,14% 81 110 1,63% 395 1.655 7,83% 5.905 16.462 5,54%

Sulawesi Tengah 11.156 46.359 779% 5.348 14.507 5,39% 5.808 31.852 9,37% 4.870 14.426 5,88%Banggai Kepulauan 482 1.747 7,01% 293 798 5,42% 189 949 8,85% 3.211 8.726 5,40%Banggai 1.293 7.208 9,47% 822 2.068 4,97% 470 5.140 13,41% 4.482 17.380 7,39%Morowali 984 3.868 7,47% 465 1.268 5,42% 519 2.600 8,85% 5.799 16.570 5,68%Poso 735 2.815 7,32% 438 1.230 5,58% 297 1.585 9,21% 5.487 14.706 5,33%Donggala 2.164 8.040 7,15% 1.268 3.580 5,61% 895 4.460 8,82% 4.803 12.775 5,28%Toli Toli 891 3.360 7,23% 448 1.186 5,26% 444 2.174 8,72% 4.686 12.461 5,28%Buol 430 1.787 7,78% 205 594 5,75% 225 1.193 9,17% 3.899 11.348 5,78%Parigi Moutong 2.006 7.811 7,42% 1.106 3.090 5,56% 900 4.721 9,12% 5.676 15.926 5,58%Toja Una Una 333 1.125 6,62% 235 624 5,26% 97 501 9,01% 2.184 5.613 5,09%Kota Palu 1.838 8.598 8,46% 67 69 0,14% 1.771 8.529 8,63% 6.297 20.157 6,31%

Sulawesi Selatan 36.424 126.674 6,78% 11.032 22.771 3,89% 25.392 103.903 7,70% 4.870 14.196 5,79%Selayar 329 963 5,82% 154 285 3,27% 174 679 7,42% 2.877 8.127 5,62%Bulukumba 1.267 4.494 6,89% 455 924 3,80% 812 3.570 8,10% 3.349 10.474 6,18%Bantaeng 541 1.900 6,84% 287 567 3,66% 254 1.333 9,11% 3.200 9.646 5,98%Jeneponto 686 2.150 6,20% 454 980 4,13% 231 1.170 8,91% 2.100 5.728 5,42%Takalar 668 2.119 6,26% 252 512 3,80% 416 1.608 7,37% 2.706 7.554 5,55%Gowa 1.364 4.699 6,73% 594 1.181 3,68% 770 3.519 8,33% 2.381 6.917 5,77%Sinjai 794 2.297 5,75% 542 1.076 3,67% 252 1.221 8,67% 3.625 9.276 5,07%Maros 858 2.895 6,61% 322 670 3,93% 536 2.225 7,78% 2.992 8.588 5,71%Pangkep 1.858 5.067 5,42% 293 632 4,14% 1.565 4.435 5,63% 6.532 14.279 4,20%

Page 70: BAB 5 STRATEGI DAN KONSEP PEMBANGUNAN• Dalam wilayah Mamminasata, dan Kawasan Andalan Parepare, promosi lebih lanjut untuk industri bahan makanan (kakao, perikanan, rumput laut,

Laporan Akhir Studi Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Di Pulau Sulawesi dan Studi Kelayakan Pengembangan Jalan Arteri Prioritas Di Propinsi Sulawesi Selatan Maret 2008

6-23

Barru 550 1.667 6,01% 260 487 3,37% 290 1.180 7,67% 3.475 9.339 5,34%Bone 2.293 6.217 5,39% 1.749 3.641 3,94% 544 2.576 8,53% 3.338 7.857 4,61%Soppeng 892 2.514 5,61% 608 1.155 3,43% 283 1.359 8,60% 3.946 10.042 5,04%Wajo 1.829 6.009 6,46% 786 1.546 3,63% 1.043 4.464 7,95% 4.929 14.114 5,69%Sidrap 1.117 3.697 6,50% 529 1.040 3,62% 588 2.657 8,26% 4.553 12.953 5,66%Pinrang 1.886 6.780 6,97% 677 1.413 3,94% 1.208 5.367 8,16% 5.637 17.262 6,07%Enrekang 574 1.512 5,23% 494 1.062 4,11% 80 450 9,51% 3.187 7.351 4,50%Luwu 1.254 4.129 6,47% 737 1.669 4,39% 517 2.460 8,56% 4.009 11.240 5,58%Tana Toraja 1.013 3.613 6,92% 463 1.007 4,18% 550 2.606 8,53% 2.318 7.101 6,07%Luwu Utara 1.073 3.391 6,24% 704 1.588 4,38% 370 1.804 8,70% 3.735 10.092 5,37%Luwu Timur 4.004 9.501 4,65% 474 1.126 4,66% 3.530 8.376 4,65% 19.420 34.253 3,03%Kota Makassar 10.397 45.534 8,08% 99 116 0,82% 10.297 45.418 8,12% 8.703 29.783 6,69%Kota Pare Pare 524 2.783 9,18% 39 49 1,19% 485 2.734 9,53% 4.657 15.378 6,49%Kota Palopo 654 2.742 7,83% 59 48 -1,10% 595 2.694 8,27% 5.061 15.666 6,13%

Sulawesi Tenggara 7.480 29.252 7,44% 2.798 8.024 5,70% 4.682 21.228 8,28% 3.815 9.586 4,97%Buton 447 1.920 7,98% 217 666 6,08% 230 1.254 9,35% 1.676 4.798 5,69%Muna 968 4.158 7,97% 535 1.590 5,90% 433 2.568 9,83% 3.365 9.406 5,56%Konawe 832 3.216 7,37% 549 1.583 5,73% 283 1.633 9,66% 3.191 8.285 5,15%Kolaka 1.928 5.146 5,30% 585 1.503 5,09% 1.343 3.644 5,39% 7.247 12.845 3,06%Konawe Selatan 623 2.749 8,12% 341 1.068 6,20% 283 1.681 9,84% 2.725 7.721 5,63%Bombana 270 1.161 7,98% 174 504 5,75% 96 658 10,67% 2.552 7.286 5,68%Wakatobi 162 608 7,22% 89 245 5,49% 73 363 8,81% 1.676 4.603 5,46%Kolaka Utara 606 2.217 7,06% 254 819 6,35% 352 1.397 7,53% 6.489 14.825 4,44%Kota Kendari 1.176 5.768 8,73% 34 31 -0,58% 1.141 5.737 8,87% 4.977 14.102 5,63%Kota Bau Bau 468 2.308 8,76% 19 16 -1,17% 449 2.293 8,96% 3.934 10.762 5,44%

Gorontalo 2.025 7.439 7,09% 624 1.431 4,46% 1.401 6.008 7,96% 2.201 7.200 6,44%Boalemo 280 1.001 6,94% 114 276 4,76% 165 724 8,09% 2.473 8.074 6,42%Gorontalo 768 2.832 7,11% 250 557 4,31% 518 2.275 8,10% 1.819 6.050 6,53%Pohuwato 351 1.223 6,79% 172 433 5,00% 180 790 8,10% 3.290 10.286 6,18%Bone Bolango 207 705 6,66% 63 134 4,05% 144 571 7,53% 1.657 5.559 6,58%Kota Gorontalo 419 1.678 7,57% 26 30 0,78% 394 1.648 7,83% 2.740 8.591 6,20%

Sulawesi Barat 3.259 11.813 7,01% 1.727 3.546 3,86% 1.532 8.267 9,28% 3.365 10.514 6,18%Majene 454 1.597 6,84% 174 311 3,10% 280 1.286 8,35% 3.486 10.468 5,96%Polewali Mandar 1.056 3.837 7,02% 499 960 3,50% 557 2.877 9,03% 3.004 9.384 6,18%Mamasa 460 1.411 6,08% 294 605 3,88% 166 806 8,68% 3.815 11.166 5,81%Mamuju 876 3.587 7,70% 492 1.108 4,36% 384 2.479 10,32% 3.211 10.744 6,56%Mamuju Utara 412 1.381 6,57% 267 563 4,00% 145 818 9,53% 4.430 13.553 6,06%Sumber: Tim Studi JICA Catatan: AAGR= Tingkat Pertumbuhan Rata-rata Tahunan