8
BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian 6.1.1 Derajat cedera kepala Hasil penelitian dari analisis univariat didapatkan dari 220 pasien cedera kepala, derajat cedera kepala terbanyak adalah Cedera Kepala Sedang (CKS) yaitu sebesar 54,5%, kemudian Cedera Kepala Ringan (CKR) sebesar 35,9% dan Cedera Kepala Berat (CKB) sebesar 9,5%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mallinaidu pada tahun 2010, yang menunjukkan distribusi pasien cedera kepala berdasarkan derajat keparahannya dengan frekuensi terbanyak adalah CKR sebesar 54,8%, diikuti dengan CKS sebesar 32,7% dan CKB sebesar 12,5%. Nicholl dan LaFrance (2009) juga menyatakan prevalensi pasien CKR sebesar 80% dengan persentase mortalitasnya 0%, diikuti CKS dan CKB yang memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 10% dengan persentase mortalitasnya masing-masing 10% dan 60%. Perbedaan ini dapat terjadi disebabkan oleh perbedaan 61

BAB-6 (4)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kljn,gj

Citation preview

64

BAB 6PEMBAHASAN

6.1Gambaran Umum Hasil Penelitian6.1.1Derajat cedera kepalaHasil penelitian dari analisis univariat didapatkan dari 220 pasien cedera kepala, derajat cedera kepala terbanyak adalah Cedera Kepala Sedang (CKS) yaitu sebesar 54,5%, kemudian Cedera Kepala Ringan (CKR) sebesar 35,9% dan Cedera Kepala Berat (CKB) sebesar 9,5%. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mallinaidu pada tahun 2010, yang menunjukkan distribusi pasien cedera kepala berdasarkan derajat keparahannya dengan frekuensi terbanyak adalah CKR sebesar 54,8%, diikuti dengan CKS sebesar 32,7% dan CKB sebesar 12,5%. Nicholl dan LaFrance (2009) juga menyatakan prevalensi pasien CKR sebesar 80% dengan persentase mortalitasnya 0%, diikuti CKS dan CKB yang memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 10% dengan persentase mortalitasnya masing-masing 10% dan 60%. Perbedaan ini dapat terjadi disebabkan oleh perbedaan jumlah dan teknik pengambilan sampel yang berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. 6.1.2UsiaHasil penelitian dari analisis univariat didapatkan dari 220 pasien cedera kepala, persentase kelompok usia tertinggi adalah usia 12-25 tahun sebesar 45,5% dan diikuti kelompok usia 26-45 tahun sebesar 32,3%. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ilyas (2010) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2009 yang memperoleh persentase kelompok usia tertinggi adalah usia 11-20 tahun dan diikuti usia 21-30 tahun. Seiring dengan kemajuan teknologi dan pembangunan, frekuensi terjadinya cedera kepala cenderung meningkat disebabkan oleh pertambahan jumlah kendaraan bermotor khususnya sepeda motor dan tidak disiplinnya perilaku pengendara kendaraan bermotor di jalanan. Cedera kepala merupakan penyebab hampir setengah kematian akibat trauma, mengingat bahwa kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan terlibat dalam suatu kecelakaan. Distribusi kasus cedera kepala lebih banyak melibatkan kelompok usia produktif, yaitu usia 15-44 tahun (dengan usia rata-rata sekitar tiga puluh tahun). Hal ini disebabkan tingginya kasus kecelakaan lalu lintas dan tingkat kekerasan pada masa remaja dan dewasa (Satyanegara, 2010). Angka kematian tertinggi (32,8 kasus per 100.000 orang) ditemukan pada kelompok usia 15-24 tahun dan kelompok usia tua (>65 tahun) yaitu sekitar 31,4 kasus per 100.000 orang (Dawodu, 2013). 6.1.3Jenis KelaminHasil penelitian dari analisis univariat didapatkan dari 220 pasien cedera kepala, persentase terbanyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55,9%, sedangkan perempuan sebesar 44,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian Mallinaidu (2010) yang juga menemukan bahwa laki-laki lebih sering mengalami cedera kepala yaitu sebesar 81%, sementara perempuan sebesar 19%. Bruns dan Hauser (2003) menyatakan bahwa rasio laki-laki dibandingkan dengan perempuan dalam kasus cedera kepala adalah 1,5:1 bahkan dapat mencapai 2,8:1. Dawodu (2013) menyatakan variabel laki-laki merupakan salah satu populasi dengan faktor risiko tinggi terjadinya cedera kepala setelah variabel usia muda. Fraghaly et al. (2007) menjelaskan berdasarkan fakta bahwa laki-laki cenderung lebih sering terpapar dengan trauma selama berkendara ataupun dalam perjalanan (travelling) yang keduanya menajdi penyebab tersering dari cedera kepala. 6.1.4Jumlah leukosit pasien cedera kepalaHasil penelitian dari analisis univariat didapatkan dari 220 pasien cedera kepala, persentase terbanyak adalah pasien cedera kepala yang tidak mengalami peningkatan jumlah leukosit yaitu sebesar 55,9%, sementara yang mengalami peningkatan jumlah leukosit sebesar 44,1%. Terdapat selisih 11,8% antara pasien yang mengalami peningkatan jumlah leukosit dan pasien yang tidak mengalami peningkatan jumlah leukosit, hal ini disebabkan sampel dalam penilitian ini didominasi oleh pasien dengan cedera kepala ringan dan sedang.Penelitian yang dilakukan oleh Santucci, Purcell & Meijia (2008) menyatakan bahwa dari 624 pasien yang mengalami cedera kepala ditemukan pasien dengan CKB mengalami peningkatan jumlah leukosit yang signifikan dibandingkan dengan CKS maupun CKR. Peningkatan jumlah leukosit juga berhubungan dengan outcome yang buruk pada pasien dengan CKB.

6.2Hubungan Jumlah Leukosit dengan Outcome Pasien Cedera KepalaBerdasarkan analisis bivariat dilakukan crosstabs antara jumlah leukosit dengan outcome pasien cedera kepala. Diperoleh 123 pasien cedera kepala yang tidak mengalami peningkatan jumlah leukosit dan dari 123 pasien tersebut seluruhnya (100%) tidak terdapat lesi perdarahan, sementara 97 pasien cedera kepala lainnya mengalami peningkatan jumlah leukosit dengan 72,2% terdapat lesi perdarahan dan 27,8% tidak terdapat lesi perdarahan.Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai signifikansi (p value) sebesar 0,000, nilai ini kurang dari level of significance () yaitu 0,05 yang berarti H0 ditolak. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah leukosit dengan outcome pasien cedera kepala di RSU Cut Meutia Kabupaten Aceh Utara tahun 2014. Hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 3,593, artinya pasien cedera kepala yang mengalami peningkatan jumlah leukosit mempunyai peluang 3,593 kali untuk terdapatnya lesi perdarahan.Hal ini selaras dengan penelitian Grkanlar et al. (2009) bahwa terdapat hubungan antara jumlah leukosit pasien dengan nilai GCS dan progresi atau abnormalitas pada gambaran CT-Scan. Jumlah leukosit yang meningkat atau melampaui batas normal memiliki nilai prediktif terhadap nilai GCS yang rendah dan abnormalitas gambaran CT-Scan. Gambaran CT-Scan yang abnormal terlihat pada pasien yang mengalami cedera kepala sedang dan berat. Penelitian yang dilakukan oleh Andriani, Wibowo & Rusdi (2013) mendapatkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara leukositosis dengan outcome yang buruk setelah terjadinya cedera kepala. Pasien yang mengalami leukositosis berisiko lima kali lipat untuk memiliki outcome yang buruk. Mobilisasi leukosit akibat respon inflamasi akut pada cedera jaringan, mampu menyebabkan peningkatan jumlah leukosit yang dapat digunakan sebagai indikator prognostik atau prediktor independen untuk outcome (hasil) yang buruk pada pasien cedera kepala.Penelitian oleh Putra (2010) menyatakan bahwa jumlah leukosit darah tepi pada pasien cedera kepala lebih tinggi daripada jumlah leukosit darah tepi normal. Leukositosis merupakan salah satu komplikasi cedera kepala. Respon inflamasi dan meningkatnya epinefrin serta kortisol pada pasien cedera kepala dapat meningkatkan jumlah leukosit.

61