16
MOMEN INERSIA Momen inersia (Satuan SI : kg / m 2 ) adalah ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada massa . Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika dasar, dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan kecepatan sudut , momen gaya dan percepatan sudut , dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan skalar terhadap momen inersia, pembahasan menggunakan pendekatan tensor memungkinkan analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik. Lambang I dan kadang-kadang juga J biasanya digunakan untuk merujuk kepada momen inersia. Konsep ini diperkenalkan oleh Euler dalam bukunya A Theoria Motus Corporum Solidorum Seu Rigidorum pada tahun 1730. Dalam buku tersebut, dia mengupas momen inersia dan banyak konsep terkait. Rumus momen inersia ada berbagai macam, tergantung pada bendanya, seperti batang tipis, segitiga sama sisi, segiempat beraturan, segienam beraturan, selinder, bola tipis dan bola pejal. Penurunan rumus momen inersia dapat menggunakan konsep kalkulus, analisa dimensi, teorema sumbu sejajar, konsep simetri dan sedikit aljabar.

Bab 7_Momen Inersia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

momen inersia unpad praktikum

Citation preview

Page 1: Bab 7_Momen Inersia

MOMEN INERSIA

Momen inersia (Satuan SI : kg / m2) adalah ukuran kelembaman suatu

benda untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah analog rotasi daripada

massa. Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam

dinamika dasar, dan menentukan hubungan antara momentum sudut dan

kecepatan sudut, momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran lain.

Meskipun pembahasan skalar terhadap momen inersia, pembahasan menggunakan

pendekatan tensor memungkinkan analisis sistem yang lebih rumit seperti gerakan

giroskopik.

Lambang I dan kadang-kadang juga J biasanya digunakan untuk merujuk

kepada momen inersia. Konsep ini diperkenalkan oleh Euler dalam bukunya A

Theoria Motus Corporum Solidorum Seu Rigidorum pada tahun 1730. Dalam

buku tersebut, dia mengupas momen inersia dan banyak konsep terkait.

Rumus momen inersia ada berbagai macam, tergantung pada bendanya,

seperti batang tipis, segitiga sama sisi, segiempat beraturan, segienam beraturan,

selinder, bola tipis dan bola pejal. Penurunan rumus momen inersia dapat

menggunakan konsep kalkulus, analisa dimensi, teorema sumbu sejajar, konsep

simetri dan sedikit aljabar.

Tabel I : momen inersia berbagai benda yang diputar

terhadap sumbu yang melalui pusat massanya.

Benda Momen inersia Keterangan

Batang Ipm = 1/12 ml2 l = panjang batang

Segitiga sama sisi Ipm = 1/12 ma2 a = panjang sisi segitiga

Segiempat beraturan Ipm = 1/6 ma2 a = panjang sisi segiempat

Segienam beraturan Ipm = 5/12 ma2 a = panjang sisi segienam

Selinder pejal Ipm = ½ mR2 R = jari-jari selinder

Bola tipis Ipm = 2/3 mR2 R= jari-jari bola

Bola tipis Ipm = 2/5 mR2 R= jari-jari bola

Page 2: Bab 7_Momen Inersia

1. GERAK ROTASI

Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut

bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus yang disebut

sumbu rotasi.

2. KECEPATAN SUDUT DAN PERCEPATAN SUDUT

y

P

r

O x

Page 3: Bab 7_Momen Inersia

Gambar di atas memperlihatkan sebuah benda pejal yang melakukan gerak rotasi

murni dengan sumbu tetap (sumbu z) yang tegak lurus bidang xy. Setiap partikel

mengalami gerak rotasi terhadap titik O. Oleh karena itu untuk menyatakan posisi

titik P lebih baik digunakan kordinat polar (r,). Dalam keadaan ini, r tetap

konstan dan yang berubah adalah .

Bila partikel bergerak dari = 0 rad ke titik P partkel telah menempuh lintasan

sejauh panjang busur s, dimana :

s = r

atau = s/r

dimana dalam radian ( 2 rad = 360o atau 1 rad 57,3o )

Q t2

P t1

Partkel bergerak dari P ke Q dalam selang waktu t (= t2 - t1) telang menyapu

sudut (=2 - 1), maka kecepatan sudut rata-rata partikel adalah :

2 - 1

t2 - t1 t

kecepatan sudut sesaat adalah :

= lim / t = d/dt

t0

Catatan : setiap partikel pada benda tersebut akan mempunyai kecepatan sudut

yang sama.

Jika kecepatan sudut sesaat dari benda tersebut berubah dari 1 ke 2 dalam

selang waktu t, maka percepatan sudut rata-rata dari benda tersebut adalah

2 - 1

t2 - t1 t

Page 4: Bab 7_Momen Inersia

dan percepatan sudut sesaatnya adalah :

= lim / t = d/dt

t0

Untuk rotasi dengan sumbu tetap, setiap patikel pada benda pejal tersebut

mempunyai kecepatan sudut yang sama dan percepatan sudut yang sama. Jadi

dan merupakan karakteristik keseluruhan benda pejal tersebut.

Arah dari dapat dicari dengan aturan arah maju sekrup putar kanan. dan arah

sama dengan arah d/dt yang sama dengan arah bila dipercepat dan berlawanan

dengan arah bila diperlambat.

3. GERAK ROTASI DENGAN PERCEPATAN SUDUT KONSTAN.

Untuk mendapatkan persamaan gerak rotasi, kita mengambil langsung persamaan

gerak yang sudah diperoleh pada gerak translasi :

(1). = o + t

(2). = o + 1/2 ( + o )t

(3). = o + ot + 1/2 t2

(4). 2 = o2 + 2 ( - o)

4. HUBUNGAN ANTARA KINEMATIKA LINEAR DAN KINEMATIKA

ROTASI DARI PARTIKEL YANG BERGERAK MELINGKAR.

Panjang lintasan yang telah ditempuh partikel adalah s dan sudut yang telah

disapu . Jari-jari lintasan partikel adalah r yang berharga konstan.

Page 5: Bab 7_Momen Inersia

s = r

bila dideferensialkan terhadap t, diperoleh :

ds/dt = d/dt . r

Kecepatan linear partikel : v = r

bila dideferensialkan sekali lagi terhadap t :

dv/dt = d/dt . r

Percepatan tangensial partkel : at = r

Pada saat tersebut partikel bergerak melingkar maka partikel juga mendapat

percepatan centripetal (radial)

at

a

ar

ar = v2/r

ar = 2r

Percepatan total partikel : a = ar2+ at

2

5. TORSI PADA SEBUAH PARTIKEL.

Page 6: Bab 7_Momen Inersia

y

F

F sin

r

x

r sin

Torsi oleh gaya F pada sebuah partikel didefinisikan = r x F

Besarnya torsi

= r F sin

rumusan ini dapat diubah menjadi

= r (F sin) = r F

atau = F (r sin) = F r

dimana F adalah : komponen F yang tegak lurus r dan

r adalah : komponen r yang tegak lurus F

6. MOMENTUM SUDUT PADA SEBUAH PARTIKEL

y

Page 7: Bab 7_Momen Inersia

p

p sin

r

x

r sin

Momentum sudut pada sebuah partikel didefinisikan l = r x p,

dengan p = mv

Besarnya momentum sudut

l = r p sin

rumusan ini dapat diubah menjadi

l = r (p sin) = r p

atau l = p (r sin) = p r

dimana p adalah : komponen p yang tegak lurus r dan

r adalah : komponen r yang tegak lurus p

Dari definisi momentum sudut l = r x p, bila dideferensialkan doperoleh :

dl/dt = d (r x p)/dt

dl/dt = (r x dp/dt) + (dr/dt x p)

dl/dt = (r x F) + (v x mv)

diperoleh

dl/dt =

dp/dt = F

dl/dt = dp/dt = F

Page 8: Bab 7_Momen Inersia

“Laju perubahan momentum sudut terhadap waktu sebesar torsi yang

bekerja pada partikel tersebut”

7. TENAGA KINETIK ROTASI DAN KELEMBAMAN ROTASI

Sebuah benda melakukan gerak rotasi terhadap sumbu tetap. Bila kita

perhatikan n buah partikel pada benda tersebut energi kinetik dari n buah partikel

tersebut adalah :

K = 1/2 m1v12 + 1/2 m2v2

2 + ... + 1/2 mnvn2

karena v = r, maka

K = 1/2 m12r12 + 1/2 m22r2

2 + ... + 1/2 mn2rn2

K = 1/2 ( m1r12 ) 2

Energi kinetik rotasi benda :

K = 1/2 I 2 K = ½ mv2

dimana I = miri2 adalah momen kelembaman rotasi atau momen inersia sistem

partikel tersebut. Momen inersia ini tergantung pada :

Page 9: Bab 7_Momen Inersia

a. distribusi/bentuk massa/benda tersebut.

b. sumbu rotasi.

Untuk benda-benda kontinu momen inersia dapat dicari dari :

I = r2 dm

dm

r

Untuk benda-benda tertentu momen inersianya dapat dilihat dalam tabel. Bila

sumbu putar bergeser sejauh h dari sumbu putar yang melalui pusat massa, maka

momen inersianya menjadi :

I = Ipm + Mh2

dimana :

Ipm adalah momen inersia dengan sumbu yang melalui pusat massa.

M adalah massa total benda.

8. DINAMIKA ROTASI BENDA TEGAR

Page 10: Bab 7_Momen Inersia

Sebuah benda berotasi dengan sumbu putar adalah sumbu z. Sebuah gaya F

bekerja pada salah satu partikel di titik P pada benda tersebut. Torsi yang bekerja

pada partikel tersebut adalah :

= r x F

Arah torsi searah dengan sumbu z.

Setelah selang waktu dt partikel telah berputar menempuh sudut d dan jarak yang

ditempuh partikel ds, dimana

ds = r d

Usaha yang dilakukan gaya F untuk gerak rotasi ini

dW = F . ds

dW = F cos ds

dW = (F cos ) (r d)

dW = d dW = F . ds

Laju usaha yang dilakukan (daya) adalah :

dW/dt = d/dt

P = P = F v

Untuk benda yang benar-benar tegar, tidak ada disipasi tenaga, sehingga laju

dilakukannya usaha pada benda tegar tersebut sama dengan laju pertambahan

tenaga kinetik rotasinya.

dW/dt = dK/dt

dW/dt = d(1/2 I 2)/dt

= 1/2 I d2/dt

= I d/dt

= I

= I F = m a

Page 11: Bab 7_Momen Inersia

9. MENGGELINDING

Misalkan sebuah silinder menggelinding pada bidang datar. Pusat massa silinder

bergerak dalam garis lurus, sedang titik-titik yang lain lintasannya sangat komplek

(cycloid).

Bila jari-jari silinder R, saat silinder telah berputar sejauh , pusat massa telah

bergeser sejauh s = R. Oleh karena kecepatan dan percepatan linear dari pusat

massa dapat dinyatakan :

vpm = R

apm = R

P’

2 vpm

Q vpm

P

Relatif terhadap permukaan dimana silinder menggelinding, pusat massa

mempunya kecepatan vpm dan titik P’ mempunyai kecepatan 2vpm dan kecepatan

titik P adalah 0, sehingga titik P dapat dipandang sebagai sumbu putar sesaat

silinder yang sedang menggelinding.

Energi kinetik silinder yang menggeklinding tersebut adalah :

Page 12: Bab 7_Momen Inersia

K = 1/2 IP 2

= 1/2 ( Ipm + MR2) 2

= 1/2 Ipm2 + 1/2 MR22

K = 1/2 Ipm2 + 1/2 Mvpm2

Tampak pada ruas kanan, suku pertama menyatakan energi kinetik rotasi murni

dengan sumbu melalui pusat massa, dan suku kedua menyatakan energi kinetik

gerak translasi murni dengan kecepatan pusat massanya. Jadi gerak

menggelinding dapat dipandang sebagai gabungan gerak rotasi murni dan gerak

translasi murni.