Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rencana Kerja Perangkat Daerah adalah dokumen perencanaan
Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Berdasarkan Permendagri
Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara
Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah, proses penyusunan Renja Perangkat Daerah terdiri atas 6 (enam)
tahapan yaitu tahap persiapan penyusunan, penyusunan rancangan awal,
penyusunan rancangan, penyusunan forum Perangkat Daerah, perumusan
rancangan akhir, dan penetapan. Perangkat Daerah menyusun rancangan awal
Renja Perangkat Daerah dengan berpedoman pada Renstra Perangkat
Daerah, hasil evaluasi hasil Renja Perangkat Daerah tahun lalu, dan hasil
evaluasi Renja Perangkat Daerah tahun berjalan.
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional mewajibkan setiap Perangkat Daerah untuk menyusun
Renja Perangkat Daerah sebagai pedoman kerja selama periode 1 (satu) tahun
dan berfungsi untuk menerjemahkan perencanaan strategis lima tahunan
kedalam perencanaan tahunan yang sifatnya lebih operasional.
Proses penyusunan Renja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun 2021 didasarkan pada Renstra Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun
2017 - 2022 dengan memperhatikan program prioritas yang telah dituangkan
dalam RKPD Tahun 2020 serta yang berpedoman pada RPJMD Tahun 2017 -
2022. Sesuai dengan tugas dan fungsi Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga serta mendukung visi
pembangunan jangka menengah daerah tahun 2017 - 2022 yaitu “Salatiga
HATI BERIMAN yang SMART”.
1.2. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
daerah Kota Kecil dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah
dan Jawa Barat;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
7. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan;
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah dua kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 9 tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan Kabupaten Daerah
Tingkat II Semarang;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat;Peraturan Pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik melalui Online Single Submission
(OSS)
21. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman
Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata
cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembanugnan
Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;
26. Keputusan Menpan Nomor 63/Kep/M-PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik;
27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2005-2025;
28. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009–2029;
29. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2013-2018;
30. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Salatiga Tahun 2005-2025;
31. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga Tahun 2010-2030;
32. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah;
33. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Salatiga Tahun 2017 –
2022;
34. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pendelegasian
Wewenang Penandatangan Perizinan Secara Terpadu Satu Pintu;
35. Peraturan Walikota Salatiga Nomor 46 Tahun 2019 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga;
1.3. Maksud dan Tujuan
1.31. Maksud
Maksud penyusunan Rencana Kerja Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga adalah memberikan arah
dan pedoman pelaksanaan program kerja dan kegiatan berdasarkan
prioritas yang telah ditetapkan.
1.3.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Rencana Kerja Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga adalah untuk memberikan
arah kebijakan dalam mencapai sasaran program kerja dibidang
penanaman modal.
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Rencana Kerja Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun 2021 disusun
dengan penyajian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan uraian tentang Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Kota Salatiga, Landasan Hukum, Maksud dan Tujuan serta Sistematika
Penulisan.
BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA OPD TAHUN LALU
Berisikan uraian tentang Evaluasi Pelaksanaan Renja OPD Tahun Lalu
dan Capaian Renstra OPD, Analisa Kinerja Pelayanan OPD, Isu-Isu
Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi OPD, dan Review
terhadap Rancangan Awal RKPD.
BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
Berisikan uraian tentang Telaahan terhadap Kebijakan Nasional,
Tujuan dan Sasaran Renja OPD, serta Program dan Kegiatan.
BAB IV PENUTUP
Berisikan uraian tentang kesimpulan dokumen Rencana Kerja Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga Tahun 2021.
BAB II
EVALUASI PELAKSANAAN RENJA OPD TAHUN LALU
2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja OPD Tahun 2019 dan Capaian Renstra OPD
Evaluasi pelaksanaan Rencana Kerja Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun 2019 dan capaian
Rencana Strategis Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Salatiga Tahun 2017 – 2022 tersaji pada Tabel 1 terlampir.
2.2. Analisis Kinerja Pelayanan OPD
Pencapaian Kinerja Pelayanan pada Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga sampai dengan Tahun 2019 dapat
dilihat sebagaimana Tabel 2 terlampir.
2.3. Isu-Isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi OPD
Perubahan lingkungan strategis beserta dinamikanya memberi pengaruh
pada pelaksanaan tugas dan fungsi, yang tertuang dalam program dan
kegiatan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kota Salatiga. Penyelenggaraan pelayanan penanaman modal dan perizinan
terpadu di Kota Salatiga masih dihadapkan pada permasalahan-permasalahan
mendasar yang memerlukan penanganan secara optimal, antara lain:
a. Belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan penanaman modal dan
perizinan;
b. Belum optimalnya implementasi Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan
Investasi Secara Elektronik (SPIPISE);
c. Belum optimalnya pelayanan perizinan dengan metode satu pintu;
d. Belum optimalnya pelayanan perizinan dengan sistem aplikasi;
e. Tingkat kepuasan masyarakat pada bidang perizinan baru tercapai sebesar
85%;
f. Masih kurangnya SDM yang memadai terkait dengan pengembangan
pelayanan penanaman modal dan perizinan;
g. Belum adanya pemberian insentif secara khusus bagi pegawai dilingkungan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga
yang mengarah pada peningkatan kinerja pegawai dalam rangka
peningkatan pelayanan penanaman modal dan perizinan;
h. Belum memadainya prasarana gedung kantor serta masih kurangnya
kualitas dan kuantitas sarana maupun prasarana kerja.
Hambatan yang dihadapi oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu antara lain:
a. Adanya kebijakan/regulasi daerah yang menghambat peluang investasi
b. Keterbatasan lahan untuk pengembangan industri
c. Pemahaman masyarakat untuk melakukan pengurusan perizinan masih
kurang
d. Koordinasi antara dinas teknis dengan DPMPTSP sebagai lembaga yang
mengeluarkan perizinan masih belum optimal
e. Terbatasnya jumlah SDM
f. Belum tersedianya gedung yang representatif
Permasalahan dan hambatan dibidang penanaman modal berdampak
pada belum terwujudnya pencapaian visi dan misi Kepala Daerah secara
optimal. Selain itu, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu juga menghadapi tantangan dan peluang dalam penyelenggaraan
pelayanan kepada masyarakat.
Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan pelayanan Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah sebagai berikut:
a. Belum optimalnya penyelenggaraan pelayanan perizinan dan penanaman
modal;
b. Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap prosedur dan
persyaratan perizinan;
c. Belum adanya dukungan publik secara masive dalam pengembangan
pelayanan perizinan dan penanaman modal;
d. Masih adanya pelaku usaha yang berusaha menghindar dari ketentuan
persyaratan perizinan;
e. Masih terbukanya kesempatan untuk membuka kegiatan usaha sosial
ekonomi di lokasi terlarang, lahan sengketa, lahan terlantar, bantaran sungai
dan/atau di kaki lima yang tidak dapat diterbitkan perizinannya;
f. Kebijakan instansi sektoral bidang perizinan dan penanaman modal yang
masih tumpang tindih serta sering berubah, sehingga seringkali
menimbulkan tafsir ganda antar Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah
Kota Salatiga;
g. Tingginya persaingan antar daerah untuk menarik investor melalui
kemudahan perizinan dan penanaman modal;
Peluang yang dimiliki dalam pengembangan pelayanan Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga, adalah sebagai
berikut:
a. Banyaknya pengajuan perizinan dan penanaman modal dari calon investor
maupun masyarakat;
b. Berkembangnya dinamika usaha maupun industri yang memungkinkan
terbukanya perluasan kesempatan berusaha di masyarakat;
c. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memperoleh administrasi
perizinan dan penanaman modal sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. Meningkatnya tuntutan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
perizinan terpadu dan penanaman modal yang cepat, transparan dan
memuaskan;
e. Meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk memperoleh jaminan keamanan
dan kenyamanan berusaha.
Dengan demikian isu-isu strategis Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga, antara lain:
1. Belum optimalnya iklim investasi dan usaha;
2. Belum optimalnya kualitas dan tata kelola pelayanan perizinan;
3. Belum optimalnya kualitas pelayanan dan pengelolaan administrasi
perkantoran.
2.4. Review Terhadap Rancangan Awal RENSTRA
Proses pembandingan antara rancangan awal RENSTRA dengan hasil
analisis kebutuhan OPD dilakukan untuk mengetahui apakah rancangan awal
RENSTRA sudah sesuai dengan kebutuhan OPD dalam melakukan pelayanan
kepada masyarakat.
BAB III
TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN
3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional
Program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga diupayakan mendukung
pencapaian program nasional yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Dalam Renstra Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2016-2021
disebutkan bahwa Visi BKPM adalah: “Terwujudnya Indonesia yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong“.
Pernyataan visi tersebut mengandung tiga frase kunci, yaitu “berdaulat,
mandiri” dan “berkepribadian gotong royong”.
Pertama, berdaulat adalah hakikat dari kemerdekaan sebagaimana
tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu hak setiap
bangsa untuk menentukan nasibnya sendiri dan yang terbaik bagi bangsanya.
Bangsa yang berdaulat adalah bangsa yang mampu mewujudkan
kehidupanyang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain. UUD 1945
mengamanatkan prinsip demokrasi dalam pembangunan ekonomi untuk
mewujudkan kedaulatan ekonomi. Untuk mewujudkan kedaulatan ekonomi
diperlukan kegiatan penanaman modal untuk mentransformasikan potensi
ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal, baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri dengan semangat gotong
royong.
Kedua, kemandirian di bidang ekonomi adalah kemampuan negara untuk
antara lain memenuhi sendiri kebutuhan pembangunannya, pembiayaan
pembangunan, dan kebutuhan dasar. Kemandirian tidak berarti terisolasi tetapi
didasarkan pada saling ketergantungan antar bangsa. Kemandirian ekonomi
nasional yang mempunyai daya saing ditandai denganpeningkatan produksi
dalam negeri, kedaulatan energi, kedaulatan pangan,berkembangnya ekonomi
dan industri kreatif serta manufaktur yang didukung oleh peningkatan kapasitas
SDM nasional, dan terlindunginya ekonomi rakyat.
Ketiga, bangsa yang berkepribadian adalah bangsa yang memiliki
karakter dan memegang teguh nilai-nilai budaya yang tinggi. Pembangunan
pada hakikatnya adalah pembangunan manusia antara lain karakter dan
kualitas. Untuk itu, kegiatan penanaman modal tidak boleh merusak nilai nilai
kepribadian bangsa. Bidang usaha yang bertentangan dengan nilai-nilai
kepribadian bangsa (moral dan budaya) tertutup bagi penanaman modal
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan
Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha
Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penananam Modal. Beberapa
bidang usaha yang berlandaskan nilai-nilai kepribadian yang baik seperti
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan akan terus didorong dengan
berlandaskan semangat gotong royong.
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang terkait dengan
Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) : Tujuan yang
ingin dicapai BKPM dalam lima tahun ke depan didasarkan pada hasil
identifikasi potensi, permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam
rangka mewujudkan Visi dan Misi sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
sebagaimana ditetapkan dalam Prepres Nomor 2 Tahun 2015. Berdasarkan
tugas dan fungsi BKPM dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal serta Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana
Umum Penanaman Modal, BKPM menetapkan tujuan yang akan dicapai pada
tahun 2015-2019, sebagai berikut:
1. Mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing
Tujuan ini diarahkan pada upaya untuk memberikan kemudahan,
kepastian dan transparansi proses pelayanan perizinan dan nonperizinan,
mengembangkan SPIPISE untuk mendukung penyelenggaraan PTSP di
Pusat dan Daerah, meningkatkan kepastian hukum dan penyederhanaan
prosedur perizinan dan non perizinan, memberikan insentif fiskal dan non
fiskal yang lebih menarik dan transparan, serta memfasilitasi penyelesaian
permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan penanaman modal
(debottlenecking).
2. Mewujudkan penanaman modal yang berkualitas dan berkelanjutan
Tujuan ini disusun dalam rangka mendorong penanaman modal pada
sektor-sektor prioritas, meningkatkan penanaman modal di Luar Pulau
Jawa khususnya Provinsi Papua dan Papua Barat, meningkatkan peran
UKM dalam perekonomian melalui kemitraan dengan usaha besar PMA
dan PMDN, meningkatkan efektivitas strategi dan upaya promosi
penanaman modal, memfasilitasi percepatan penanaman modal dengan
skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), meningkatkan pemanfaatan
kerjasama ekonomi internasional untuk kepentingan nasional, serta
meningkatkan peran perencanaan sebagai nerve kegiatan di unit-unit
BKPM agar lebih efektif dan terintegrasi.
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi, BKPM menetapkan sasaran
strategis dari masing-masing tujuan yang ingin dicapai dalam periode 2015-
2019, antara lain:
Tujuan 1: Mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 3 (tiga) sasaran strategis yaitu:
1. Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal, yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya kualitas iklim penanaman modal.
b. Meningkatnya pelayanan penanaman modal di BKPM.
c. Meningkatnya kualitas informasi peluang penanaman modal di daerah.
d. Meningkatnya kemitraan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan
usaha besar.
2. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan
responsif melalui PTSP pusat dalam rangka peningkatan daya saing
penanaman modal, yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya kualitas pelayanan penerbitan surat persetujuan
penanaman modal.
b. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pelayanan perizinan penanaman
modal.
c. Meningkatnya kualitas pelayanan fasilitas penanaman modal.
3. Meningkatkan kinerja lembaga melalui ketersediaan sarana, prasarana dan
aparat yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi BKPM,
yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan Sistem Pelayanan
Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).
b. Meningkatnya kemudahan mengakses data dan informasi penanaman
modal.
c. Meningkatnya kualitas aparatur BKPM dan aparatur daerah di bidang
penanaman modal.
d. Meningkatnya pelayanan hukum.
e. Meningkatnya kualitas perencanaan program dan anggaran BKPM.
f. Meningkatnya kualitas peraturan perundang-undangan, hubungan
masyarakat, keprotokolan, dan ketatausahaan pimpinan.
g. Meningkatnya kualitas kelembagaan penanaman modal.
h. Meningkatnya kepatuhan pegawai dan institusi BKPM terhadap
peraturan perundang-undangan.
i. Meningkatnya kuantitas dan kualitas, sarana, dan prasarana.
Tujuan 2: Mewujudkan penanaman modal yang berkualitas dan
berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada 4 (empat) sasaran strategis yaitu :
1. Meningkatnya realisasi penanaman modal melalui kegiatan pemantauan,
pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal dalam
rangka peningkatan daya saing penanaman modal, yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya realisasi penanaman modal di wilayah I (Sumatera).
b. Meningkatnya realisasi penanaman modal di wilayah II (DKI Jakarta, D.I.
Yogyakarta, dan Kalimantan).
c. Meningkatnya realisasi penanaman modal di wilayah III (Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, dan Sulawesi).
d. Meningkatnya realisasi penanaman modal di wilayah IV (Jawa Timur,
Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua).
e. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal di daerah.
2. Meningkatnya daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu
dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada
peningkatan daya saing penanaman modal, yang ditandai dengan:
a. Tersedianya strategi promosi penanaman modal yang berkualitas.
b. Meningkatnya jumlah awareness, minat, dan rencana investasi di sektor
dan kawasan ekonomi prioritas.
c. Meningkatnya kualitas fasilitasi promosi daerah.
d. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pameran dan penyediaan
sarana promosi penanaman modal.
3. Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan
melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing
penanaman modal, yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya kesepakatan hasil pertemuan kerjasama bilateral dan
multilateral di bidang penanaman modal.
b. Meningkatnya kesepakatan hasil pertemuan kerjasama regional di
bidang penanaman modal.
c. Meningkatnya manfaat secara optimal dari perundingan-perundingan
kerjasama dengan dunia usaha internasional.
4. Tersusunnya perencanaan penanaman modal dan rekomendasi kebijakan
yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif dalam rangka peningkatan
daya saing penanaman modal pada sektor prioritas, yang ditandai dengan:
a. Meningkatnya kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan
penanaman modal sektor industri agribisnis dan sumber daya alam
lainnya.
b. Meningkatnya kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan
penanaman modal sektor industri manufaktur.
c. Meningkatnya kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan
penanaman modal di bidang jasa dan kawasan.
d. Meningkatnya penanaman modal di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
e. Meningkatnya kualitas pemetaan dan perencanaan pengembangan
penanaman modal di bidang infrastruktur.
f. Informasi potensi investasi dan fasilitasi proyek strategis nasional di
bidang infrastruktur.
Berikut ini adalah hasil identifikasi permasalahan yang dihadapi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga dalam
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis Renstra BKPM Tahun
2015-2019.
Permasalahan Pelayanan beserta Faktor Penghambat dan Pendorong
Keberhasilan Penanganannya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Terhadap Pencapaian Tujuan dan Sasaran Strategis
Renstra BKPM Tahun 2015-2019
Tujuan dan Sasaran
Permasalahan Pelayanan SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong
Tujuan 1: Mewujudkan iklim penanaman modal yang berdaya saing
1. Belum optimalnya penyelenggaraan perizinan dan penanaman modal.
2. Belum optimalnya implementasi Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).
3. Belum optimalnya pelayanan perizinan dengan metode satu pintu.
4. Belum optimalnya pelayanan perizinan dengan sistem aplikasi.
5. Tingkat kepuasan masyarakat pada bidang perizinan baru tercapai sebesar 85%.
6. Masih kurangnya SDM
• Adanya kebijakan/ regulasi daerah yang menghambat peluang investasi
• Keterbatasan lahan untuk pengembangan industri
• Pemahaman masyarakat untuk melakukan pengurusan perizinan masih kurang
• koordinasi antara dinas teknis dengan DPMPTSP
• Minat investor untuk menanamkan investasi di Kota Salatiga cukup tinggi
• Letak geografis Kota Salatiga yang strategis
• Lembaga keuangan mempersyaratkan legalitas/izin usaha bagi pemilik usaha untuk akses permodalan
1. Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal
2. Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan responsif melalui PTSP pusat dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal
3. Meningkatkan kinerja lembaga melalui ketersediaan
Tujuan dan Sasaran
Permasalahan Pelayanan SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong sarana, prasarana dan aparat yang mumpuni dalam rangka menunjang tugas dan fungsi BKPM
yang memadai terkait dengan pengembangan pelayanan perizinan dan penanaman modal;
7. Belum adanya pemberian insentif secara khusus bagi pegawai dilingkungan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga yang mengarah pada peningkatan kinerja pegawai dalam rangka peningkatan pelayanan perizinan dan penanaman modal;
8. Belum memadainya prasarana gedung kantor serta masih kurangnya kualitas dan kuantitas sarana maupun prasarana kerja;
sebagai lembaga yang mengeluarkan perizinan masih belum optimal
• Terbatasnya jumlah SDM
• Belum tersedianya gedung yang representatif
Tujuan 2:
Mewujudkan
penanaman modal
yang berkualitas
dan berkelanjutan
1. Meningkatnya realisasi penanaman modal melalui kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan pelaksanaan penanaman modal dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal
2. Meningkatnya daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal
3. Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing penanaman modal
4. Tersusunnya perencanaan penanaman modal dan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan implementatif dalam rangka peningkatan daya saing
Tujuan dan Sasaran
Permasalahan Pelayanan SKPD
Faktor
Penghambat Pendorong penanaman modal pada sektor prioritas
3.2. Tujuan dan Sasaran
Untuk menggambarkan hasil yang ingin dicapai dengan berpedoman
kepada Visi, Misi yang didasarkan pada analisis strategi lingkungan serta
konsistensi tugas dan fungsinya searah dengan perumusan sasaran, kebijakan
dan program kegiatan, maka tujuan yang ingin dicapai Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun ke depan, yaitu :
1. Meningkatkan upaya promosi dan infromasi peluang usaha;
2. Menyiapkan sistem pelayanan perizinan yang efektif dan efisien;
3. Meningkatkan kinerja dan tata kelola yang baik
Adapun sasaran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kota Salatiga adalah sebagai berikut :
1. Semakin bertambahnya minat calon investor untuk melakukan investasi di
Kota Salatiga, dengan indikator: Jumlah investor PMDN/PMA berskala
nasional.
2. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi pelayanan perizinan, dengan indikator
Jumlah dan jenis pelayanan perizinan dan nonperizinan bidang penanaman
modal melalui PTSP di bidang penanaman modal; Pendaftaran Penanaman
Modal Dalam Negeri, Izin prinsip Penanaman Modal Dalam Negeri, Izin
Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri, Tanda Daftar Perusahaan (TDP),
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Perpanjangan Izin Mempekerjakan
Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang bekerja lebih di 1 (satu) kabupaten/kota
sesuai kewenangan pemerintah kabupaten/kota.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan dan akuntabilitas kinerja DPMPTSP,
dengan indikator: Nilai LKJIP.
3.3. Program dan Kegiatan
Pada Tahun 2020 negara-negara di dunia termasuk Indonesia sedang
menghadapi Pandemi Covid 19, program dan kegiatan Tahun 2020
dirasionalisasi untuk penanganan Covid 19 demikian juga Rencana Kerja
Tahun 2021 dirasionalisasi dan dikhususkan untuk penanganan pasca Covid
19. Beberapa program dan kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan
masa seperti Sosialisasi, Workshop dan Gathering tidak dapat dilaksanakan.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota
Salatiga telah menyusun Rencana Program dan Kegiatan Tahun 2021 sebagai
upaya untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan, yaitu sebagai
berikut:
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Berisikan kegiatan-kegiatan yang mendukung pelayanan administrasi
perkantoran, antara lain : Penyediaan Jasa Surat Menyurat, Penyediaan
Jasa Komunikasi Sumber Daya Air, dan Listrik, Penyediaan Jasa
Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional, Penyediaan
Jasa Kebersihan Kantor, Penyediaan Alat Tulis Kantor, Penyediaan Barang
Cetakan dan Penggandaan, Penyediaan Komponen Instalasi
Listrik/Penerangan Bangunan Kantor, Penyediaan Peralatan Rumah Tangga,
Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan,
Penyediaan bahan logistik kantor, Penyediaan Makanan dan Minuman,
Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah, Penyediaan Jasa
Administrasi Teknis dan Keamanan.
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perkantoran
Berisikan kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan sarana dan
prasarana perkantoran, antara lain : Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung
Kantor, Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional,
Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor, Pemeliharaan
Rutin/Berkala Peralatan Gedung Kantor, Pemeliharaan Rutin/Berkala
Meubeler, Pemeliharaan Rutin/Berkala Taman, Rehabilitasi Sedang/Berat
Gedung Kantor, Penataan Lingkungan Kantor.
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Berisikan kegiatan yang mendukung peningkatan disiplin aparatur yaitu
Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya, program ini tidak
dilaksanakan.
4. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan.
Berisikan kegiatan yang mendukung peningkatan pengembangan sistem
pelaporan capaian kinerja dan keuangan yaitu Penyusunan Laporan Capaian
Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja OPD.
5. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Berisikan kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan promosi dan
kerjasama investasi, antara lain : Peningkatan Fasilitas Terwujudnya
Kerjasama Strategis Antar Usaha Besar dan Usaha Kecil Menengah,
Koordinasi Antar Lembaga dalam Pengendalian Pelaksanaan Investasi
PMDN/PMA, Peningkatan Kegiatan Pemantauan, Pembinaan dan
Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal, Penyelenggaraan Pameran
Investasi. Dari 4 kegiatan pada program ini hanya kegiatan Penyelenggaraan
Pameran Investasi yang dapat dilaksanakan, kegiatan yang lain tidak dapat
dilaksanakan karena berupa pengumpulan masa.
6. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
Berisikan kegiatan yang mendukung peningkatan iklim investasi dan realisasi
investasi, yaitu Penyusunan Kebijakan Investasi bagi Pembangunan Fasilitas
Infrastruktur.
7. Program Peningkatan Pelayanan Perizinan Terpadu
Berisikan kegiatan-kegiatan yang mendukung peningkatan pelayanan
perizinan terpadu, antara lain : Pembinaan Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan, Sosialisasi Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan Terpadu,
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelayanan Perizinan Terpadu,
Penerapan ISO.
Rumusan Rencana Program dan Kegiatan OPD Tahun 2021 dan
Perkiraan Maju Tahun 2022 sebagaimana tercantum dalam Tabel 3 sebagai
berikut:
BAB IV
PENUTUP
Rencana Kerja Perangkat Daerah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga Tahun 2021 merupakan dokumen pelaksanaan
Rencana Strategis Tahun 2017 - 2022. Program dan kegiatan yang direncanakan
merupakan prioritas dalam rangka mendukung tercapainya visi dan misi
pembangunan daerah jangka menengah yang telah ditetapkan.
Rencana Kerja ini sebagai pedoman bagi Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga dalam menjalankan tugas dan fungsi
perangkat daerah serta sebagai acuan dalam menyusun program/kegiatan
perangkat daerah tahun 2021. Keberhasilan pelaksanaan Rencana Kerja Perangkat
Daerah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga
Tahun 2021 nantinya tidak terlepas dari peran dan tanggungjawab seluruh aparatur
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Salatiga serta
peran aktif stakeholder yang terkait.
Salatiga, Desember 2020
KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
KOTA SALATIGA,
Dra. SULISTYANINGSIH, MT. Pembina Utama Muda
NIP. 19641116 199203 2 002